Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan berkata
رَجُلٞ
seorang laki-laki
مُّؤۡمِنٞ
beriman
مِّنۡ
dari
ءَالِ
keluarga/pengikut
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
يَكۡتُمُ
ia menyembunyikan
إِيمَٰنَهُۥٓ
imannya
أَتَقۡتُلُونَ
apakah kamu akan membunuhnya
رَجُلًا
seorang laki-laki
أَن
bahwa
يَقُولَ
dia mengatakan
رَبِّيَ
Tuhanku
ٱللَّهُ
Allah
وَقَدۡ
dan sesungguhnya
جَآءَكُم
dia datang kepadamu
بِٱلۡبَيِّنَٰتِ
dengan keterangan yang nyata
مِن
dari
رَّبِّكُمۡۖ
Tuhan kalian
وَإِن
dan jika dia
يَكُ
adalah ia
كَٰذِبٗا
seorang pendusta
فَعَلَيۡهِ
maka atasnya
كَذِبُهُۥۖ
dustanya
وَإِن
dan jika dia
يَكُ
adalah ia
صَادِقٗا
benar
يُصِبۡكُم
akan menimpamu
بَعۡضُ
sebagian
ٱلَّذِي
yang
يَعِدُكُمۡۖ
diancamkan kepadamu
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَا
tidak
يَهۡدِي
memberi petunjuk
مَنۡ
orang
هُوَ
ia
مُسۡرِفٞ
seorang yang melampaui batas
كَذَّابٞ
pendusta
وَقَالَ
dan berkata
رَجُلٞ
seorang laki-laki
مُّؤۡمِنٞ
beriman
مِّنۡ
dari
ءَالِ
keluarga/pengikut
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
يَكۡتُمُ
ia menyembunyikan
إِيمَٰنَهُۥٓ
imannya
أَتَقۡتُلُونَ
apakah kamu akan membunuhnya
رَجُلًا
seorang laki-laki
أَن
bahwa
يَقُولَ
dia mengatakan
رَبِّيَ
Tuhanku
ٱللَّهُ
Allah
وَقَدۡ
dan sesungguhnya
جَآءَكُم
dia datang kepadamu
بِٱلۡبَيِّنَٰتِ
dengan keterangan yang nyata
مِن
dari
رَّبِّكُمۡۖ
Tuhan kalian
وَإِن
dan jika dia
يَكُ
adalah ia
كَٰذِبٗا
seorang pendusta
فَعَلَيۡهِ
maka atasnya
كَذِبُهُۥۖ
dustanya
وَإِن
dan jika dia
يَكُ
adalah ia
صَادِقٗا
benar
يُصِبۡكُم
akan menimpamu
بَعۡضُ
sebagian
ٱلَّذِي
yang
يَعِدُكُمۡۖ
diancamkan kepadamu
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَا
tidak
يَهۡدِي
memberi petunjuk
مَنۡ
orang
هُوَ
ia
مُسۡرِفٞ
seorang yang melampaui batas
كَذَّابٞ
pendusta
Terjemahan
Seorang laki-laki mukmin dari keluarga Fir‘aun yang menyembunyikan imannya berkata, “Apakah kamu akan membunuh seseorang karena dia berkata, ‘Tuhanku adalah Allah.’ Padahal, sungguh dia telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Jika dia seorang pendusta, dialah yang akan menanggung (dosa) dustanya itu, dan jika dia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkan kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas lagi pendusta.
Tafsir
(Dan berkatalah seorang laki-laki yang beriman di antara keluarga Firaun) menurut suatu pendapat disebutkan, bahwa ia adalah anak paman Firaun atau saudara sepupunya (yang menyembunyikan imannya, "Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki karena) sebab (dia menyatakan, 'Rabbku ialah Allah' padahal dia telah datang kepada kalian dengan membawa keterangan-keterangan) yakni mukjizat-mukjizat yang jelas (dari Rabb kalian. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung dosa-dustanya itu) yakni dia sendirilah yang menanggung akibat dari kedustaannya (dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian bencana yang diancamkannya kepada kalian akan menimpa kalian") yakni sebagian azab yang diancamkannya kepada kalian akan segera menimpa diri kalian. (Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas) yakni orang yang musyrik (lagi pendusta) yang banyak dustanya.
Tafsir Surat Al-Mu'min: 28-29
Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya berkata, "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, 'Tuhanku ialah Allah, 'padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (Musa berkata), "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi.
Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!" Firaun berkata, "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar. Menurut qaul yang masyhur, lelaki mukmin yang mengatakan kalimat ini adalah seorang bangsa Egypt dari kalangan keluarga Fir'aun. As-Saddi mengatakan bahwa dia adalah saudara sepupu Fir'aun yang membelot dari Fir'aun dan bergabung bersama Musa a.s.
Menurut suatu pendapat, ia selamat bersama Musa a.s. dari kejaran Fir'aun. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir; Ibnu jarir menjawab pendapat yang mengatakan bahwa lelaki itu adalah seorang Bani Israil, bahwa ternyata Fir'aun mau mendengarkan perkataan lelaki itu dan terpengaruh olehnya, lalu tidak jadi membunuh Musa a.s. Seandainya laki-laki itu adalah seorang Bani Israil, pastilah Fir'aun menyegerakan hukumannya, karena dia adalah dari kalangan mereka (Bani Israil).
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa tiada seorang pun dari kalangan keluarga Fir'aun yang beriman kecuali lelaki ini, istri Fir'aun, dan seorang lelaki lainnya yang memperingatkan Musa a.s. melalui perkataannya, yang disitir oleh firman-Nya: Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu. (Al-Qasas: 20). Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Lelaki ini menyembunyikan imannya dari mata kaumnya bangsa Egypt.
Dia tidak menampakkannya kecuali pada hari itu, yaitu ketika Fir'aun mengatakan: Biarkanlah aku membunuh Musa. (Al-Mumin: 26) Maka lelaki itu menjadi marah karena Allah ﷻ Dan jihad yang paling utama itu ialah mengutarakan kalimat keadilan di hadapan penguasa yang zalim, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis. Dan tidak ada perkataan yang lebih besar daripada kalimat ini di hadapan Fir'aun, yaitu: Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, 'Tuhanku ialah Allah.' (Al-Mumin: 28) Juga selain dari apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya.
Dia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abu Kasir, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, telah menceritakan kepadaku Urwah ibnuz Zubair r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah berkata kepada Abdullah ibnu Amr ibnul As r.a., "Ceritakanlah kepadaku perlakuan yang paling kejam yang telah dilakukan oleh orang-orang musyrik terhadap diri Rasulullah ﷺ" Abdullah ibnu Amr menjawab, bahwa pada suatu hari Rasulullah ﷺ sedang salat di serambi Ka'bah, tiba-tiba datanglah Uqbah ibnu Abu Mu'it, lalu Uqbah memegang pundak Rasulullah ﷺ dan melilitkan kainnya ke leher beliau sehingga kain itu mencekiknya dengan keras.
Maka datanglah Abu Bakar r.a., lalu memegang pundak Uqbah dan mendorongnya jauh dari Rasulullah ﷺ, kemudian Abu Bakar berkata: Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, 'Tuhanku ialah Allah,' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu? (Al-Mumin: 28) Imam Bukhari meriwayatkannya secara tunggal melalui hadis Al-Auza'i. Imam Bukhari mengatakan bahwa hadis ini diikuti oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Ibrahim ibnu Urwah, dari ayahnya dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ishaq Al-Hamdani, telah menceritakan kepada kami Abdah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Amr ibnul As r.a., bahwa ia pernah ditanya, "Perlakuan apakah yang paling keras dilakukan oleh orang-orang Quraisy terhadap diri Rasulullah ﷺ?" Amr ibnul As menjawab, bahwa pada suatu hari Nabi ﷺ bersua dengan mereka, lalu mereka berkata kepadanya, "Engkau telah mencegah kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami." Nabi ﷺ menjawab, "Ya, memang itulah yang aku lakukan." Maka mereka bangkit menuju kepada Nabi ﷺ dan memegang leher baju Rasulullah ﷺ Kulihat Abu Bakar r.a. memeluk Nabi ﷺ dari belakangnya seraya menjerit sekuat suaranya, sedangkan kedua matanya mencucurkan air mata seraya berkata, "Hai kaum, apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia mengatakan, 'Tuhanku ialah Allah,' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu? (Al-Mumin: 28), hingga akhir ayat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai melalui Abdah, lalu ia menjadikannya termasuk hadis yang disandarkan kepada Amr ibnul As r.a. Firman Allah ﷻ: padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. (Al-Mumin: 28) Yakni mengapa kalian mau membunuh seorang lelaki karena dia telah mengucapkan, 'Tuhanku ialah Allah,' padahal dia telah menegakkan kepada kalian bukti yang membenarkan apa yang disampaikan kepada kalian, yaitu berupa perkara yang hak.
Kemudian laki-laki itu dalam pembicaraannya bernada agak lunak, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. (Al-Mumin: 28) Yaitu jika tidak terbukti kebenaran dari apa yang disampaikannya kepada kalian, berarti dari pendapatnya sendiri secara murni, dan sikap yang terbaik dalam menghadapinya ialah membiarkannya sendirian bersama dengan pendapatnya itu, dan janganlah kamu mengganggunya.
Jika dia dusta, maka sesungguhnya Allah ﷻ akan membalas kedustaannya itu dengan hukuman di dunia dan di akhirat nanti. Jika dia memang benar, sedangkan kalian telah menyakitinya, niscaya akan menimpa kalian sebagian dari bencana yangtelah diancamkannya kepada kalian, jika kalian menentangnya, yaitu berupa azab di dunia ini dan di akhirat nanti. Bisa saja dia memang benar terhadap kalian, maka sikap yang tepat ialah hendaklah kalian tidak menghalang-halanginya. Tetapi biarkanlah dia dan kaumnya, biarkanlah dia menyeru kaumnya dan kaumnya mengikutinya.
Dan memang demikianlah apa yang telah diceritakan oleh Allah ﷻ, bahwa Musa meminta kepada Fir'aun dan kaumnya agar melepaskan dia dan kaum Bani Israil, yaitu: Sesungguhnya sebelum mereka telah Kami uji kaum Firaun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia, (dengan berkata), "Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu, dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata.
Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari keinginanmu merajamku; dan jika kamu tidak beriman kepadaku, maka biarkanlah aku (memimpin Bani Israil)." (Ad-Dukhan: 17-21) Hal yang sama telah dikatakan oleh Rasulullah ﷺ terhadap orang-orang Quraisy, beliau meminta agar mereka membiarkannya menyeru hamba-hamba Allah untuk menyembah-Nya, dan janganlah mereka mengganggunya dan hendaklah mereka tetap menghubungkan tali persaudaraan yang telah ada antara dia dan mereka, tiada yang saling menyakiti. Allah ﷻ berfirman menceritakan hal ini: Katakanlah, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. (Asy-Syura: 23) Maksudnya, janganlah kalian menggangguku demi tali persaudaraan yang telah ada antara aku dan kalian, dan biarkanlah urusan antara aku dan manusia.
Berdasarkan hal ini, maka ditandatanganinyalah Perjanjian Hudaibiyah, yang merupakan awal dari kemenangan yang jelas. Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (Al-Mumin: 28) Yakni seandainya orang ini (Musa a.s.) yang mengakui bahwa dirinya diutus oleh Allah kepada kalian adalah dusta seperti yang kalian sangkakan terhadapnya tentulah perkaranya jelas dan kelihatan bagi setiap orang melalui ucapan dan perbuatannya; dan sudah barang tentu semua sikap dan ucapannya banyak bertentangan dan kacau.
Tetapi ternyata orang ini (Musa a.s.) perkaranya kami lihat benar dan sepak terjangnya lurus. Seandainya dia termasuk orang yang melampaui batas lagi pendusta, tentulah Allah tidak menunjukinya dan membimbingnya kepada sikap dan ucapan seperti yang kamu lihat sendiri; semua urusan dan perbuatannya kelihatan begitu teratur dan rapi. Laki-laki yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun itu melanjutkan perkataannya seraya memperingatkan kaumnya akan lenyapnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka dan datangnya azab Allah atas mereka: "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. (Al-Mumin: 29) Yakni sesungguhnya Allah ﷻ telah memberikan nikmat kepada kalian dengan kerajaan ini dan kekuasaan di muka bumi, pengaruh yang luas dan kedudukan yang tinggi, maka peliharalah nikmat ini dengan bersyukur kepada Allah dan membenarkan utusan-Nya, dan takutlah kepada azab Allah jika kalian mendustakan utusan-Nya.
Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita! (Al-Mumin: 29) Yakni tiada gunanya bagi kalian bala tentara kalian yang banyak ini, dan tiada sesuatu pun yang dapat menyelamatkan kita dari azab Allah jika Dia menghendaki keburukan bagi kita. Firaun berkata. (Al-Mumin: 29) kepada kaumnya, menjawab saran yang dikemukakan oleh laki-laki mukmin yang saleh lagi berbakti, yang sebenarnya dialah yang lebih berhak untuk menjadi Raja Mesir daripada Fir'aun.
Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik. (Al-Mumin: 29) Yakni tiada lain yang kukatakan kepada kalian hanyalah sebagai saran dariku menurut pandangan terbaikku. Padahal dustalah Fir'aun itu, karena ternyata Musa a.s. itu benar sebagai utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan risalah-Nya. Musa menjawab, "Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. (Al-Isra: 102) Dan firman Allah ﷻ menceritakan sikap Fir'aun dan kaumnya: Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya (An-Naml: 14) Adapun firman Allah ﷻ: Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik. (Al-Mumin: 29) Fir'aun dusta dalam kata-katanya, ia memutarbalikkan kenyataan dan khianat terhadap Allah dan utusan-Nya, juga terhadap rakyatnya; dia menipu mereka dan bukan mengharapkan kebaikan bagi mereka.
Hal yang sama apa yang dikatakannya dalam kalimat yang selanjutnya seperti yang disitir oleh firman-Nya: dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar. (Al-Mumin: 29) Yakni tiadalah yang aku serukan kepadamu melainkan jalan kebenaran, padahal apa yang dikatakannya itu dusta, sekalipun kaumnya menaati dan mengikutinya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: tetapi mereka mengikuti perintah Firaun, padahal perintah Firaun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar. (Hud: 97) Dan Firaun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk. (Thaha: 79) Di dalam hadis disebutkan seperti berikut: Tidak sekali-kali seorang pemimpin meninggal dunia, sedangkan ia dalam keadaan menipu rakyatnya di hari kematiannya, melainkan ia tidak dapat mencium baunya surga.
Dan
sesungguhnya baunya surga itu benar-benar dapat tercium dari jarak perjalanan lima ratus tahun. Hanya Allah-lah yang memberi taufik ke jalan yang benar."
Dan seseorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya di antara keluarga Fir'aun, yang senantiasa menyembunyikan imannya di hadapan Fir'aun, berkata, 'Apakah kamu, wahai Fir'aun, akan membunuh seseorang hanya karena dia berkata, 'Tuhanku yang aku sembah adalah Allah,' padahal sungguh, dia telah datang menyampaikan kebenaran kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan sulit terbantahkan, dan itu dari Tuhanmu juga. '29. Wahai kaumku! Pada hari ini kerajaan ada pada genggaman-mu yang dengan kerajaan itu kamu berkuasa di bumi, tetapi bagaimana kalau yang disampaikan oleh Musa itu benar, maka siapa yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita'' Mendengar ucapan seorang mukmin itu, Fir'aun berusaha meyakinkan kaumnya dengan berkata, 'Aku hanya mengemukakan kepadamu, apa yang menurutku aku pandang baik; dan aku berdasarkan pandanganku itu hanya semata-mata ingin menunjukkan kepadamu jalan yang benar dan lurus. '.
Para ulama tafsir meriwayatkan bahwa laki-laki beriman yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang Mesir dari keluarga Fir'aun. Namanya tidak jelas, tetapi Ibnu Katsir meriwayatkan dari Ibnu Abi hatim bahwa ia adalah anak paman Fir'aun yang beriman secara sembunyi-sembunyi kepada Nabi Musa. Tidak ada di antara keluarga Fir'aun yang beriman selain orang yang disebutkan dalam ayat ini dan istri Fir'aun sendiri bernama Asiah. Laki-laki inilah yang menyampaikan kepada Nabi Musa tentang rencana jahat Fir'aun untuk membunuhnya. Demikian riwayat dari sumber Ibnu 'Abbas. Namun, al-Khazin, begitu juga an-Nasafi meriwayatkan dari sumber Ibnu 'Abbas juga bahwa laki-laki itu bernama Sam'an atau Habib. Ada pula yang menyebutnya Kharbil atau Hazbil. Yang disepakati ulama hanyalah bahwa laki-laki itu adalah anak paman Fir'aun.
Laki-laki beriman itu menasihati Fir'aun dengan penuh kebijaksanaan, "Patutkah membunuh seseorang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah, sedangkan ia telah menyampaikan alasan-alasan dan bukti-bukti nyata tentang yang diimaninya." Ia melanjutkan bahwa seandainya Nabi Musa berbohong, maka konsekuensi kebohongannya itu akan dipikul olehnya sendiri. Akan tetapi, bila Nabi Musa benar, sedangkan ia telah disiksa atau dibunuh, maka sebagian yang diancamkan kepada orang yang menyiksa atau membunuh itu akan diterima di dunia ini juga, dan di akhirat ia akan masuk neraka.
Ia kemudian menegaskan bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk orang yang berbuat semena-semena dan berdusta. Artinya, Nabi Musa beriman dan membawa bukti-bukti imannya, sedangkan yang semena-mena dan dusta adalah Fir'aun. Oleh karena itu, yang tidak akan memperoleh petunjuk adalah Fir'aun. Tidak memperoleh petunjuk berarti akan sengsara di dunia dan di akhirat akan masuk neraka. Dengan demikian yang akan sengsara di dunia dan masuk neraka di akhirat adalah Fir'aun.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SIAPA DAPAT MENOLAK BENCANA ALLAH?
Ayat 28
“Dan berkatalah seorang laki-laki yang beriman dari keluarga Fir'aun yang menyembunyikan imannya."
Aali Fir'aun artinya ialah keluarga Fir'aun. Sama dengan Aali Imraan yang berarti keluarga Imran. Rupanya dengan tidak disangka-sangka oleh Fir'aun sendiri dalam kalangan keluarga terdekatnya sendiri iman kepada Allah Yang Maha Esa telah menjalar, meskipun imannya itu selama ini masih disembunyikannya. Sekarang setelah Fir'aun dengan terang menyatakan maksud hendak membunuh Musa, dia pun mulai pula berterus terang menyatakan imannya dan rasa simpatinya kepada Musa.
Timbullah pertanyaan, “Siapa nama orang ini?"
Setengah ahli tafsir mengatakan namanya Habib.
Ada pula yang mengatakan namanya Syam'an. Dalam Tarikh Thabari tersebut bahwa namanya Khubruk (tetapi pada Tarikh Thabari yang dicetak di Eropa ditulis jubruk).
Ada pula yang mengatakan namanya Hezekiel.
Zamakhsyari mengatakan satu dari dua: Syam'an atau Habib. Dan ada pula yang mengatakan namanya Kharbiil atau Hazbiil.
Jadi tersaat lima atau enam nama, dan tidak ada satu pun yang lebih pasti dari yang lain.
Sebab itu lebih baik kita berpegang kepada Al-Qur'an saja, yaitu tidak dijelaskan siapa namanya oleh Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ karena tidak ada pula hadits Nabi di dalam salah satu tafsir yang muktamad menyebutkan nama itu. Meskipun nama itu tidak diberitahu oleh Allah, namun dia sebagai Mukmin telah tercatat di sisi Allah. Mungkin ada hikmah tertinggi dari Allah tidak menyebut nama ini. Yaitu akan menjadi renungan bagi tiap-tiap pejuang Mukmin yang ikhlas bahwa tidaklah penting nama disebut orang asal bercatat di sisi Allah. Akan jadi teladan bagi orang yang berjuang dengan ikhlas, yang disebut dalam bahasa Jawa, “Sepi ing pamrih, came inggawe".
Untuk mengembalikan jiwa kita sebagai Muslim kepada perjuangan yang ikhlas itu.
Jangan sampai mendaftarkan nama minta diangkat jadi pahiawan atau perintis kemerdekaan atau yang lain. Karena penghargaan dari manusia belum tentu diridhai oleh Allah atau belum tentu diakui-Nya karena dicampuri oleh riya.
Waktu kecilnya Musa, dihanyutkan dia oleh ibunya di dalam sebuah peti yang tahan air lalu disambut orang di istana. Kemudian yang diperintah menyusukan anak itu ialah ibunya sendiri padahal Fir'aun tidak tahu. Sekarang datang masanya pula Musa sudah datang kembali melakukan dakwahnya, membawa Bani Israil kepada kemerdekaan dan menginsafkan Fir'aun bahwa dia bukan Tuhan. Dia bermaksud hendak membunuh Musa, namun yang menghalanginya bukan orang lain, melainkan orang dari kalangan keluarganya sendiri. Alangkah kayanya Allah. Dia bertanya, “Apakah akan kamu bunuh seorang laki-laki yang mengatakan Tuhanku ialah Allah?" Apakah menyatakan pengakuan bahwa Allah-lah Tuhanku suatu kesalahan? Apakah berniat hendak membunuh orang yang mengakui bahwa dirinya bertuhan itu bukan kesalahan yang paling besar?
Perkataan yang begini bunyinya saat menyadarkan bagi orang yang sombong. Dan tidak pula akan berani bertanya demikian kalau yang bertanya itu tidak pula mempunyai rasa bahwa dirinya tidaklah lebih rendah dari yang ditanyai. Dengan bunyi pertanyaan ini saja saat dibuktikan bahwa orang beriman yang ini adalah orang terdekat yang disegani oleh Fir'aun. Ada riwayat mengatakan dia saudara sepupu Fir'aun (anak pamannya). “Padahal dia telah datang kepada kamu dengan berbagai keterangan dari Tuhan kamu?" Sehingga kalaulah kamu mempunyai pikiran yang waras dan teratur tidaklah akan saat kamu menolak keterangan-keterangan dan alasan-alasan yang dia kemukakan. “Dan jika memang dia berdusta maka atas tanggungannya sendirilah dustanya itu." Artinya kalau seruan dan keterangan-keterangan yang dibawanya itu dusta adanya, dia pasti akan kehabisan bahan dan pasti tidak akan mensaat sambutan dari masyarakat kaumnya dan tidaklah kamu akan mensaat kerugian dari kedustaannya itu, melainkan dia sendirilah yang akan rugi. Karena kalau dustanya terbukti orang mesti lari dari dia. “Dan jika dia adalah benar" dan dakwah dan seruannya itu benar-benar dari utusan dari Allah, “Maka akan menimpalah kepada kamu apa yang dia ancamkan" kalau kamu teruskan juga menghalang-halangi langkahnya dan bermaksud pula hendak membunuhnya. Sebab tidaklah kamu akan terlepas dari hukuman Allah jika utusan-Nya yang kamu ganggu dan sakiti.
“Sesungguhnya Allah tidaklah akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta."
Teranglah bahwa pertimbangan yang diberikan oleh orang yang beriman dan menyembunyikan imannya ini laksana seligi balik bertimbal. Yaitu kalau Musa itu yang berbohong dia pasti dihukum oleh Allah. Sebab itu tidaklah ada faedahnya bagi kamu jika kamu bunuh. Sebab kalau dia pendusta, Allah sendiri yang akan menghukumnya. Tetapi kalau dia di pihak yang benar maka kamulah yang akan dihukum oleh Allah kalau utusan Allah kamu sakiti. Di waktu yang demikian kamu pulalah yang jadi orang yang melampaui batas dan pendusta. Perkataan yang dia keluarkan ini benar-benar menunjukkan bahwa dia memang seorang yang beriman kepada kekuasaan Allah.
Lalu dia lanjutkan pula,
Ayat 29
“Wahai kaumku!"
Diserunya kaumnya itu, terutama Fir'aun sendiri yang dibantu oleh orang besar-besar atau wazir-wazirnya, terutama Hamaan dan Qarun. “Padamulah kekuasaan hari ini" Allah telah memberi peluang bagimu buat berkuasa. “Kamu berkuasa di muka bumi." Seruan kepada kaumnya ini ialah memperingatkan bahwa kekuasaan memerintah adalah anugerah atau kesempatan yang diberikan oleh Allah! Demikian menurut keyakinan dari hamba Allah yang beriman dan menyembunyikan imannya itu. Maka peluang yang telah diberikan Allah sekarang ini, di masa ini, sehingga memerintah di muka bumi, terutama di muka bumi, hendaklah dipelihara baik-baik. Hendaklah berlaku adil dan jangan sewenang- wenang. Dia menerangkan akibat kalau yang berkuasa berlaku zalim. “Maka siapakah yang akan menolong kita dari bencana Allah jika dia datang menimpa kita?" Yang memberikan kesempatan buat berkuasa ialah Allah sendiri. Maka kalau Allah mendatangkan ben-cana, siapakah agaknya yang sanggup menangkis bencana itu? Tentu saja tidak ada, karena manusia dan tenaganya sangatlah terbatas.
“Berkata Fir'aun." Sebab Fir'aun rupanya merasa takut kalau anjuran atau pandangan diberikan oleh keluarganya yang telah beriman itu terpaham oleh orang lain. Kalau ini diterima orang, tentu kekuasaannya dan wibawanya akan berkurang. Sebab itu dia berkata, “Aku tidak akan menunjukkan kepada kamu melainkan apa yang aku pikirkan." Sebab aku sebagai seorang raja telah mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik dan bijaksana.
“Dan tidaklah akan aku beri petunjuk kepada kamu melainkan jalan yang benar."
Dengan hasutannya yang demikian kepada rakyatnya, Fir'aun bermaksud hendak menghilangkan seruan orang yang beriman tetapi menyembunyikan iman itu. Sebab Fir'aun telah merasa dalam hatinya bahwa kata-kata orang beriman yang menyembunyikan imannya itu dapat diterima oleh akal orang-orang yang mendengarnya.
Ayat 30
“Dan berkata orang yang telah beriman itu, ‘Wahai kaumku!'"
Dia seru kaumnya dengan tidak merasa bosan karena kasihannya kepada mereka. Lalu dia berkata selanjutnya,
“Sesungguhnya aku takut akan menimpamu serupa dengan hari orang-orang yang bersekutu."
Artinya bahwa orang yang beriman tapi menyembunyikan imannya itu memberi ingat kepada kaumnya tentang golongan-golongan manusia masa lampau yang melawan menentang rasul Allah; bagaimana jadinya mereka? Adakah yang selamat dari hukum Allah. Orang yang beriman itu tidak merasa sampai hati kalau kaumnya dipukul pula oleh Allah dengan adzab siksaan sebagai yang telah dihukumkan kepada golongan-golongan purbakala itu.
Ayat 31
“Seumpama yang menimpa kaum Nuh."
Yang ditenggelamkan Allah dengan topan yang besar sehingga habis lulus belaka masuk lautan. “Dan ‘Ad," yang diutus Allah kepada mereka Nabi Hud. “Dan Tsamud" yang diutus tuhan kepada mereka Nabi Shalih. ‘Ad dan Tsamud adalah dari suku-suku Arab yang di zaman Nabi Muhammad tidak ada lagi karena telah punah. “Dan mereka yang sesudah mereka" artinya dan banyak lagi golongan yang lain sesudah itu diberi adzab siksaan yang setimpal oleh Allah.
“Dan tidaklah Allah bermaksud hendak aniaya kepada hamba-hamba."
Karena Allah Yang Mahakaya tidaklah berkepentingan dengan penganiayaan itu. Semua yang dihukum Allah adalah sepadan dengan kesalahan yang mereka perbuat.
Ayat 32
“Dan hai kaumku! Sesungguhnya aku takut akan menimpa kepada kamu pada hari panggil-memanggil kelak"
Menurut tafsiran dari Ibnu Katsir, “Hari panggil-memanggil," atau “Yaumat Tanaad", ialah apabila serunai sangkakala itu telah ditiup kelak. Pada tiupan yang pertama semua yang masih hidup di waktu itu akan matilah, rata mati, tidak ada kecuali. Kemudian ditiup pula serunai sangkakala yang kedua kali maka bangunlah segala yang telah mati itu buat menghadapi hidup yang baru. Maka pada masa tiupan pertama tadi, seluruh bumi berguncang, manusia lari ke sana kemari membawa untung dan bingung, lalu panggil-memanggil, himbau-menghimbau, tetapi tidak peduli-memedulikan lagi.
Ayat 33
“(Yaitu) pada hari kamu berpaling ke belakang."
Yaitu susunan kata lain daripada orang yang mencoba hendak mengelakkan diri dari kenyataan, laksana orang yang memicingkan matanya karena ketakutan. Padahal dengan matanya terpicing, bukanlah berarti bahwa bahaya saat dielakkan."Tidak ada bagi kamu seorang pun yang akan membela dari ancaman Allah." Peringatan seperti ini selalu disaati di dalam Al-Qur'an. Bahwa di waktu itu tidak ada orang yang akan sanggup membela. Sebab itu, dari masa hidup di dunia yang sekarang ini, sebelum mati dan sebelum datang hari Kiamat, ajar dan didiklah diri menggantungkan harapan langsung kepada Allah saja, jangan kepada yang lain. Karena di hari akhirat itu kelak manusia akan berhadapan dengan Allah langsung jua. Bila hukuman yang akan diterima maka hukuman itu adalah hukuman langsung dari Allah. Kalau mensaat rahmat dan karunia, itu pun langsung dari Allah.
“Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidaklah ada baginya yang akan memberi petunjuk."
Ujung ayat ini bagi orang yang beriman adalah jadi pendorong untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah agar Allah memberinya petunjuk. Itulah sebabnya maka surah al-Faatihah, sebagai Ummul Kitab (ibu dari seluruh surah dalam Al-Qur'an) dijadikan bacaan wajib pada tiap-tiap rakaat shalat. Satu dari ayat al-Faatihah, yaitu ayat 5 isinya ialah memohonkan agar Allah memberi kita petunjuk kepada jalan yang benar. Karena kalau kita disesatkan oleh Allah, tidak seorang pun orang lain yang saat memberi kita petunjuk.
Tetapi ayat ini akan menambah sesatnya, yang putus asa. Apabila dia telah malas mengerjakan ibadah kepada Allah atau sudah enggan berbuat amal yang saleh, bisa saja dia bertahan pada ujung ayat ini, “Saya sudah ditakdirkan Tuhan buat jadi orang sesat. Tidak seorang pun yang sanggup memberiku petunjuk lagi, sebab Tuhan telah menutup pintu." Inilah satu kesalahan berpikir.
Ayat 34
“Dan sesungguhnya telah datang kepada kamu Yusuf tempo dahulu dengan berbagai keterangan."
Ini adalah masih sebagai sambungan dari orang beriman dari keluarga Fir'aun yang me-nyembunyikan imannya itu, memperingatkan kembali kepada Fir'aun dan keluarganya kaum Qubthi, bahwasanya pada zaman yang telah lalu telah diutus Allah pula kepada mereka Yusuf membawa berbagai keterangan tentang kewajiban manusia menyembah kepada Allah Allah Yang Maha Esa."Namun masih tetap kamu dalam keraguan dari apa yang dia bawa kepada kamu."
Nabi Yusuf sebagai putra dari Nabi Ya'qub, cucu dari Nabi Ishaq, dan cicit dari Nabi Ibrahim, sudah terang bahwa beliau bukanlah orang Qubthi. Bangsanya tentu saja bangsa nenek moyangnya, yang datang dari seberang Laut Qulzum di daratan Jazirah Arab. Mereka berasal dari negeri Ur tanah Sumeria. Seperti kita ketahui di dalam surah Yuusuf, beliau mulanya sampai ke Mesir sebagai budak belian karena dijual oleh saudara-saudaranya sendiri. Sampai di Mesir beliau suatu waktu dimasukkan ke dalam penjara karena dianggap oleh orang-orang besar kerajaan Mesir bahwa dia itu membahayakan bagi rumah tangga mereka karena istri orang-orang besar itu jatuh cinta kepadanya. Tetapi setelah raja Mesir bermimpi, diketahui bahwa yang saat menakbirkan mimpi itu hanyalah Yusuf, lalu dia dikeluarkan dan menakbirkan mimpi raja dan seterusnya dia diangkat menjadi men-teri besar kerajaan Mesir. Meskipun dia orang pendatang ternyata dia dihormati dan ternyata pula dia pun adalah seorang rasul Allah. Setelah dia berkuasa didatangkannyalah ayahnya Ya'qub dan saudaranya yang sebelas ke Mesir. Maka berkembanglah anak cucu dari dua belas anak Ya'qub (Bani lsrail) di Mesir sampai datang Nabi Musa. Menurut Will Durant, mereka masuk Mesir 1650 sebelum Masehi, keluar 1220 sebelum Masehi. Dan menurut penyelidikan ahli-ahli sejarah, raja Mesir waktu itu bukanlah bangsa Kopti, raja tidak bergelar Fir'aun, Mereka adalah bangsa Hyksos, salah satu nama kabilah Arab yang menyerang Mesir dan menaklukkan. Sebab itu di dalam surah Yuusuf itu tidak disebut Fir'aun sebagai gelar raja, melainkan disebut al-Malik, yang berarti raja saja. “Sehingga apabila dia telah meninggal, kamu berkata, ‘Sekali-kali Tuhan tidak lagi akan mengutus Rasul sesudah dia.'" Dengan ucapan ini ternyata pada umumnya nenek moyang mereka pun umumnya masih ragu-ragu mengikuti Yusuf sehingga setelah Yusuf mati, mereka tidak begitu mengharapkan lagi kedatangan rasul lain.
Lebih kurang 400 tahun di belakang, setelah anak-anak Ya' qub yang disebut Bani lsrail berkembang biak di Mesir, datanglah Nabi Musa. Ini pun hendak ditolak pula mentah-mentah oleh keluarga Fir'aun, tegasnya pihak yang berkuasa dalam negeri.
“Demikianlah disesatkan oleh Allah barangsiapa yang melampaui batas, lagi ragu-ragu."
Ayat selanjutnya menjelaskan lagi perangai orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu itu,
Ayat 35
“Orang-orang yang mempertengkarkan pada ayat-ayat Allah tidak dengan alasan yang sampai kepada mereka."
Artinya kalau datang ayat-ayat Allah bukanlah mereka musyawarah bagaimana supaya saat diamalkan, melainkan jadi buah pertengkaran dan perdebatan."Amat besarlah dosanya di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman." Umumnya mereka sangat ahli memperdebatkan dan bertengkar, berkhi-lafiyah tentang perintah Allah, bukan buat diamalkan, melainkan buat mencari jalan keluar. Sebab itu Allah mengutuk dan orang yang beriman pun bosan dengan mereka.
“Demikianlah Allah mencap hati tiap-tiap orang yang sombong lagi angkuh."
Mau menang sendiri.
Hati telah dicap, telah ditutup diberi ma-terai, diberi lak, sehingga tidak terbuka lagi buat menerima kebenaran.
Inilah nasihat dan peringatan keras yang diberikan oleh orang beriman dari keluarga Fir'aun yang selama ini menyembunyikan bahwa dia telah beriman. Karena Fir'aun dan keluarganya masih menyangka dia itu kawan sendiri, mudahlah dia menyampaikan nasihat berterus terang.