Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذۡ
dan ketika
قَالَ
berkata
لُقۡمَٰنُ
Luqmân
لِٱبۡنِهِۦ
kepada anaknya
وَهُوَ
dan dia
يَعِظُهُۥ
memberi pelajaran kepadanya
يَٰبُنَيَّ
Wahai keturunan
لَا
janganlah
تُشۡرِكۡ
kamu mempersekutukan
بِٱللَّهِۖ
dengan Allah
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلشِّرۡكَ
mempersekutukan
لَظُلۡمٌ
benar-benar kezaliman
عَظِيمٞ
yang besar
وَإِذۡ
dan ketika
قَالَ
berkata
لُقۡمَٰنُ
Luqmân
لِٱبۡنِهِۦ
kepada anaknya
وَهُوَ
dan dia
يَعِظُهُۥ
memberi pelajaran kepadanya
يَٰبُنَيَّ
Wahai keturunan
لَا
janganlah
تُشۡرِكۡ
kamu mempersekutukan
بِٱللَّهِۖ
dengan Allah
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلشِّرۡكَ
mempersekutukan
لَظُلۡمٌ
benar-benar kezaliman
عَظِيمٞ
yang besar
Terjemahan
(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.”
Tafsir
(Dan) ingatlah (ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia menasihatinya, "Hai anakku) lafal bunayya adalah bentuk tashghir yang dimaksud adalah memanggil anak dengan nama kesayangannya (janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan) Allah itu (adalah benar-benar kelaliman yang besar.") Maka anaknya itu bertobat kepada Allah dan masuk Islam.
Tafsir Surat Luqman: 13-15
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman: 13-15)
Ayat 13
Allah subhaanahu wa ta’aalaa menceritakan tentang nasihat Luqman kepada anaknya. Luqman adalah anak Anqa ibnu Sadun, dan nama anaknya ialah Saran, menurut suatu pendapat yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi. Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan yang baik, bahwa Dia telah menganugerahinya hikmah; dan Luqman menasihati anaknya yang merupakan buah hatinya, maka wajarlah bila ia memberikan kepada orang yang paling dikasihinya sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya. Karena itulah hal pertama yang dia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia menyembah Allah semata, jangan mempersekutukannya dengan sesuatu pun.
Kemudian Luqman memperingatkan anaknya, bahwa: sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman: 13) Yakni perbuatan mempersekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang paling besar.
Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik). (Al-An'am: 82) Hal itu terasa berat bagi para sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam Karenanya mereka berkata, "Siapakah di antara kita yang tidak mencampuri imannya dengan perbuatan zalim (dosa)." Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Bukan demikian yang dimaksud dengan zalim. Tidakkah kamu mendengar ucapan Luqman: 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.' (Luqman: 13) Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Ayat 14
Kemudian sesudah menasihati anaknya agar menyembah Allah semata. Luqman menasihati pula anaknya agar berbakti kepada dua orang ibu dan bapak. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Al-Isra: 23) Di dalam Al-Qur'an sering sekali disebutkan secara bergandengan antara perintah menyembah Allah semata dan berbakti kepada kedua orang tua.
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. (Luqman: 14) Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan al-wahn ialah penderitaan mengandung anak. Menurut Qatadah, maksudnya ialah kepayahan yang berlebih-lebihan. Sedangkan menurut ‘Atha’Al-Khurrasani ialah lemah yang bertambah-tambah. Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: dan menyapihnya dalam dua tahun. (Luqman: 14) Yakni mengasuh dan menyusuinya setelah melahirkan selama dua tahun, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (Al-Baqarah: 233), hingga akhir ayat.
Berangkat dari pengertian ayat ini Ibnu Abbas dan para imam lainnya menyimpulkan bahwa masa penyusuan yang paling minim ialah enam bulan, karena dalam ayat lain Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15) Dan sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyebutkan jerih payah ibu dan penderitaannya dalam mendidik dan mengasuh anaknya, yang karenanya ia selalu berjaga sepanjang siang dan malamnya. Hal itu tiada lain untuk mengingatkan anak akan kebaikan ibunya terhadap dia, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Al-Isra: 24) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14) Yakni sesungguhnya Aku akan membalasmu bila kamu bersyukur dengan pahala yang berlimpah.
Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zur’ah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Syaibah dan Mahmud ibnu Gailan. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu Wahb yang menceritakan bahwa Mu’adz ibnu Jabal datang kepada kami sebagai utusan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam Lalu ia berdiri dan memuji kepada Allah, selanjutnya ia mengatakan: Sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada kalian (untuk menyampaikan), "Hendaklah kalian menyembah Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hendaklah kalian taat kepadaku, aku tidak akan henti-hentinya menganjurkan kalian berbuat kebaikan. Dan sesungguhnya kembali (kita) hanya kepada Allah, lalu adakalanya ke surga atau ke neraka sebagai tempat tinggal yang tidak akan beranjak lagi darinya, lagi kekal tiada kematian lagi.
Ayat 15
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Luqman: 15) Jika keduanya menginginkan dirimu dengan sangat agar kamu mengikuti agama keduanya (selain Islam), janganlah kamu mau menerima ajakannya, tetapi janganlah sikapmu yang menentang dalam hal tersebut menghambatmu untuk berbuat baik kepada kedua orang tuamu selama di dunia.
Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. (Luqman: 15) Yaitu jalannya orang-orang yang beriman. kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman: 15) Imam Ath-Thabarani mengatakan di dalam Kitabul 'Isyarh-nya, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ayyub ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada kami Maslamah ibnu Alqamah, dari Daud ibnu Abu Hindun, bahwa Sa'd ibnu Malik pernah mengatakan bahwa ayat berikut diturunkan berkenaan dengannya, yaitu firman-Nya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Luqman: 15), hingga akhir ayat.
Bahwa ia adalah seorang yang berbakti kepada ibunya. Ketika ia masuk Islam, ibunya berkata kepadanya, "Hai Sa'd, mengapa engkau berubah pendirian? Kamu harus tinggalkan agama barumu itu (Islam) atau aku tidak akan makan dan minum hingga mati, maka kamu akan dicela karena apa yang telah kulakukan itu, dan orang-orang akan menyerumu dengan panggilan, 'Hai pembunuh ibunya!'." Maka aku menjawab, "Jangan engkau lakukan itu, Ibu, karena sesungguhnya aku tidak bakal meninggalkan agamaku karena sesuatu." Maka ibuku tinggal selama sehari semalam tanpa mau makan, dan pada pagi harinya ia kelihatan lemas.
Lalu ibuku tinggal sehari semalam lagi tanpa makan, kemudian pada pagi harinya kelihatan bertambah lemas lagi. Dan ibuku tinggal sehari semalam lagi tanpa makan, lalu pada pagi harinya ia kelihatan sangat lemah. Setelah kulihat keadaan demikian, maka aku berkata, "Hai ibu, perlu engkau ketahui, demi Allah, seandainya engkau mempunyai seratus jiwa, lalu satu persatu keluar dari tubuhmu, niscaya aku tidak akan meninggalkan agamaku karena sesuatu. Dan jika engkau tidak ingin makan, silakan tidak usah makan; dan jika engkau ingin makan silakan makan saja," Akhirnya ibuku mau makan.”
Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia sesaat demi sesaat memberi pelajaran kepadanya, 'Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, dan ketauhilah bahwa sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar karena telah merendahkan martabat Sang Mahaagung ke posisi yang hina. '14. Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama ibu. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah seiring makin besarnya kandungan dan saat melahirkan, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Jika demikian, bersyukurlah kepada-Ku atas nikmat yang telah Aku karuniakan kepadamu dan bersyukurlah juga kepada kedua orang tuamu karena melalui keduanya kamu bisa hadir di muka bumi ini. Hanya kepada Aku tempat kembalimu dan hanya Aku yang akan membalasmu dengan cara terbaik.
Allah mengingatkan kepada Rasulullah nasihat yang pernah diberikan Lukman kepada putranya ketika ia memberi pelajaran kepadanya. Nasihat itu ialah, "Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah kezaliman yang sangat besar."
Mempersekutukan Allah dikatakan kezaliman karena perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia dengan sesuatu yang tidak sanggup memberikan semua itu. Menyamakan Allah sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung yang tidak dapat berbuat apa-apa adalah perbuatan zalim. Perbuatan itu dianggap sebagai kezaliman yang besar karena yang disamakan dengan makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa itu adalah Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam, yang seharusnya semua makhluk mengabdi dan mengham-bakan diri kepada-Nya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Mas'ud bahwa tatkala turun ayat:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. (al-An'am/6: 82)
timbullah keresahan di antara para sahabat Rasulullah ﷺ Mereka berpendapat bahwa amat berat menjaga keimanan agar tidak bercampur dengan kezaliman. Mereka lalu berkata kepada Rasulullah saw, "Siapakah di antara kami yang tidak mencampuradukkan keimanan dengan kezaliman?" Maka Rasulullah menjawab, "Maksudnya bukan demikian, apakah kamu tidak mendengar perkataan Lukman, 'Hai anakku, jangan kamu menyekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya memper-sekutukan Allah adalah kezaliman yang besar."
Dari ayat ini dipahami bahwa di antara kewajiban ayah kepada anak-anaknya ialah memberi nasihat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya dapat menempuh jalan yang benar, dan terhindar dari kesesatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (at-Tahrim/66: 6)
Jika diperhatikan susunan kalimat ayat ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Lukman melarang anaknya menyekutukan Tuhan. Larangan ini adalah sesuatu yang memang patut disampaikan Lukman kepada putranya karena menyekutukan Allah adalah perbuatan dosa yang paling besar.
Anak adalah generasi penerus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum dicapai orang tua selama hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya. Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya, di samping budi pekerti yang luhur, anak-anak diharapkan mewarisi dan memiliki semua nilai-nilai yang diikuti ayahnya itu di kemudian hari. Lukman telah melakukan tugas yang sangat penting kepada anaknya, dengan menyampaikan agama yang benar dan budi pekerti yang luhur. Cara Lukman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
WASIAT LUQMAN KEPADA ANAKNYA
Ayat 12
“Dan sesungguhnya telah Kami karuniakan kepada Luqman al-Hikmah."
Ar-Razi telah menerangkan dalam tafsirnya bahwa hikmah itu ialah, “Sesuai di antara perbuatan dengan pengetahuan."
Maka tiap-tiap orang yang telah diberi taufik oleh Allah ﷻ sehingga sesuai per-buatannya dengan pengetahuannya, atau amalnya dengan ilmunya, itulah orang yang telah mendapat karunia hikmah. Sebaliknya jika ada orang yang bersungguh-sungguh bekerja, padahal ilmunya tentang yang dikerjakannya itu tidak ada akan tersia-sialah usianya. Kadang-kadang tenaga habis, hasilnya tidak sebagaimana yang diinginkan. Dan ada juga orang yang berilmu banyak sekali, teorinya berbagai ragam, tetapi dia berdiam diri saja, tidak dikerjakannya, orang lainlah yang akan mendapat hasil, bukan dia.
Maka di dalam ayat ini diterangkanlah, bahwa Luqman telah mendapat hikmah itu. Dia telah sanggup mengerjakan suatu amal dengan tuntutan ilmunya sendiri."Bahwa ber-syukurlah kepada Allah “. Inilah puncak hikmah yang didapati oleh Luqman. Dia sudah ber-pengetahuan, baik karena pengalaman atau karena berguru kepada orang lain bahwasanya nikmat Allah ﷻ meliputi seluruh hidupnya. Sebab itu tidak ada jalan lain hanyalah satu, yaitu bersyukur. Adalah terlalu rendah budi manusia kalau dia telah tahu bahwa seluruh hidupnya diliputi oleh nikmat Allah SWT, padahal didiamkannya saja. “Dan barangslapa yang bersyukur," atas berbagai ragam nikmat dan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT, yang tidak dapat dihitung berapa banyaknya, sejak manusia lahir ke dunia sampai dia menjalani hidup, sampai dia dimasukkan ke balik bumi “lain tidak, adalah dia bersyukur kepada dirinya sendiri." Sebab barangsiapa yang mengenang dan menghargai jasa orang lain kepada dirinya, terhitunglah dia orang yang budiman. Apatah lagi yang memberikan nikmat dan rahmat itu Allah ﷻ sendiri. Oleh sebab itu, bersyukur adalah mempertinggi nilai diri sendiri, yang sudah layak dan wajar bagi insan yang sadar akan harga dirinya. “Dan barangsiapa yang kufur yaitu tidak bersyukur, tidak mengenang jasa, tidak berterima kasih “Maka sesungguhnya Allah adalah Mahakaya," tidaklah akan kurang kekayaan Allah ﷻ karena ada hamba-Nya yang tidak ingat kepada-Nya. Yang rugi hanya si hamba tadi juga. Adapun Allah ﷻ tidaklah akan rugi. Entah berapa banyak malaikat di langit dan di bumi, dan beberapa makhluk lain selalu mengucapkan tasbih dan puji-pujian kepada Allah ﷻ
“Mahaterpuji."
Terpuji oleh orang yang berakal budi.
Ayat 13
“Dan ingatlah tatkala Luqman berkata kepada putranya, di kala dia mengajarinya."
Yaitu bahwasanya inti hikmah yang telah dikaruniakan oleh Allah ﷻ kepada Luqman telah disampaikannya dan diajarkannya kepada anaknya, sebagai pedoman utama dalam kehidupan. “Wahai Anakku! Janganlah engkau persekutukan dengan Allah." Artinya janganlah engkau mempersekutukan Tuhan yang lain dengan Allah ﷻ Karena tidak ada Tuhan selain Allah. Malahan yang selain dari Tuhan itu adalah alam belaka, ciptaan Allah ﷻ belaka. Tidaklah Allah ﷻ itu bersekutu atau berkongsi dengan Tuhan yang lain di dalam menciptakan alam ini.
“Sesungguhnya mempersekutukan itu adalah aniaya yang amat besar."
Yaitu menganiaya diri sendiri, memperbodoh diri sendiri.
Memang aniaya besarlah orang kepada dirinya kalau dia mengakui ada lagi Tuhan selain Allah, padahal selain dari Allah ﷻ itu adalah alam belaka. Dia aniaya atas dirinya sebab Allah ﷻ mengajaknya agar membebaskan jiwanya dari segala sesuatu, selain Allah ﷻ jiwa manusia adalah mulia. Manusia adalah makhluk yang djadikan oleh Allah ﷻ menjadi Khalifah-Nya di muka bumi. Sebab itu maka hubungan tiap manusia dengan Allah ﷻ hendaklah langsung. Jiwa yang dipenuhi oleh tauhid adalah jiwa yang merdeka. Tidak ada sesuatu jua pun yang dapat mengikat jiwa itu, kecuali dengan Allah ﷻ Apabila manusia telah mempertuhan yang lain, sedang yang lain itu adalah benda belaka atau makhluk belaka, manusia itu sendirilah yang membawa jiwanya jadi budak dari yang lain. Jelas bahwa ruh manusia itu adalah Allah ﷻ sendiri yang empunya. Mengapa maka ruh yang begitu mulia, yang berasal dari Allah ﷻ akan ditundukkan kepada yang selain Allah?
Mempersekutukan yang lain dengan Allah ﷻ adalah aniaya paling besar. Sebab tujuan hidup bisa jadi pecah' baderai. Sebab alam itu pecah berderai. Dan manusia itu sendiri pun jadi berpecah-belah karena syirik. Sebab masing-masing menghadap dan menyembah apa yang dipertuhannya itu, padahal tidak sama.
Ayat 14
“Dan Kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua ibu-bapaknya."
Wasiat kalau datang dari Allah ﷻ sifatnya ialah perintah. Tegasnya ialah bahwa Allah ﷻ memerintahkan kepada manusia agar mereka menghormati dan memuliakan kedua ibu-bapaknya. Sebab dengan melalui jalan kedua ibu-bapak itulah manusia dilahirkan ke muka bumi. Sebab itu sudah sewajarnya jika keduanya dihormati. Maka jauhlah berbeda anggapan dan ajaran Islam dengan ajaran lain yang mengatakan bahwa persetubuhan kedua ibu-bapak menyebabkan manusia menderita malang dalam dunia ini. Malahan ada satu ajaran di kalangan Kristen yang memandang, bahwa persetubuhan adalah akibat dari dosa Adam dan Hawa sehingga manusia lahir buat hidup menanggung dosa. Dalam Islam diajarkan bahwa hidup di dunia adalah buat beribadah kepada Allah SWT, buat berterima kasih. Dan buat jadi khalifah. Semuanya tidak dapat dilaksanakan kalau kita tidak lahir ke dunia. Sebab itu hormatilah ibu-bapak yang tersebab dia kita telah dimunculkan oleh Allah ﷻ ke dunia.
“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan payah bertambah payah." Dalam sepatah ayat ini digambarkan bagaimana payah ibu mengandung, payah bertambah payah. Payah sejak dari mengandung bulan pertama, bertambah payah tiap bertambah bulan dan sampai di puncak kepayahan di waktu anak dilahirkan. Lemah sekujur badan ketika menghajan anak keluar. “Dan memeliharanya dalam masa dua tahun." Yaitu sejak melahirkan lalu mengasuh, menyusukan, memomong, menjaga, memelihara sakit senangnya. Sejak dia masih tertelentang tidur, sampai berangsur pandai menangkup, sampai berangsur bersingsut, sampai berangsur merangkak, sampai bergantung berangsur berjalan, beransur, tegak dan jatuh dan tegak, sampai tidak jatuh lagi. Dalam masa dua tahun.
“Bahwa bersyukurlah kamu kepada Allah dan kepada kedua orang tuamu." Syukur pertama ialah kepada Allah ﷻ Karena semuanya itu, sejak mengandung sampai mengasuh dan sampai mendidik dengan tidak ada rasa bosan, dipenuhi rasa cinta dan kasih, adalah berkat rahmat Allah ﷻ belaka. Setelah itu bersyukurlah kepada kedua orang tuamu. Ibu yang mengasuh dan ayah yang membela dan melindungi ibu dan melindungi anak-anaknya.
“Kepada-Kulah tempat kembali."
Dibayangkanlah di ujung ayat ini keharusan yang mesti ditempuh. Yaitu lambat atau cepat ibu-bapak itu akan dipanggil oleh Allah ﷻ dan anak yang ditinggalkan akan bertugas pula mendirikan rumah tangga, mencari teman hidup dan beranak bercucu; untuk semuanya akhirya pulang jua kepada Allah ﷻ
Ayat 15
“Dan jika keduanya mendesak engkau bahwa hendak mempersekutukan Aku dalam hal yang tidak ada ilmu engkau padanya."
Ilmu yang sejati niscaya diyakini oleh manusia. Manusia yang telah berilmu amat payah buat digeserkan oleh sesamanya manusia kepada sesuatu pendirian yang tidak ber-dasar ilmiah. Bahwa Allah ﷻ itu adalah Esa, adalah puncak dari segala ilmu dan hikmah. Satu waktu seorang anak yang setia kepada orang tuanya akan didesak, dikerasi, kadang-kadang dipaksa oleh orang tuanya buat mengubah pendirian yang telah diyakini. Sekarang terjadi ibu-bapak yang wajib dihormati itu sendiri yang mengajak agar menukar ilmu dengan kebodohan, menukar tauhid dengan syirik. Tegas-tegas dalam ayat ini Allah ﷻ memberikan pedoman, “Janganlah engkau ikuti keduanya."
Tentu timbul pertanyaan, “Apakah dengan demikian si anak bukan mendurhaka kepada orang tua?"
Jawabnya sudah diteruskan oleh Allah ﷻ pada lanjutan ayat, “Dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan sepatutnya". Artinya bahwa keduanya selalu dihormati, di-sayangi, dicintai dengan sepatutnya, dengan yang ma'ruf. Jangan mereka dicaci dan dihina, melainkan tunjukkan saja bahwa dalam hal aqidah memang berbeda aqidah engkau dengan aqidah beliau. Kalau mereka sudah tua, asuh jugalah mereka dengan baik. Tunjukkan bahwa seorang Muslim adalah seorang budiman tulen!
“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada Aku." Yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Karena itulah jalan yang selamat, yang tidak berbahaya. “Kemudian itu kepada Akulah kamu sekalian akan pulang." Karena datangnya kita ini adalah dari Allah SWT, perjalanan hidup di dunia dalam jaminan Allah ﷻ dan kelaknya akan pulang kepada-Nya jua.
“Maka akan Aku beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kenjakan."
Allah-lah kelak yang akan menilai buruk baiknya apa yang kamu amalkan selama dalam dunia ini. Sebab itulah maka dari sekarang pula bimbingan Allah ﷻ wajib diterima, dengan menempuh jalan yang ditempuh oleh orang yang beriman. Jangan menempuh jalan sendiri.
Ayat 16
“Wahai anakku! Sesungguhnya jika ada sesuatu."
Yang dimaksud ialah sesuatu amalan, sesuatu amal dan usaha, sesuatu jasa kebajikan “sebesar biji sawi dari dalam batu" biji sawi adalah amat halus. Kalau biji sawi itu terletak di dalam batu sehingga tersembunyi, tidak ada orang lain yang menampak “ataupun di semua langit," terletak jauh di salah satu dari langit yang tujuh tingkat, “ataupun di bumi," tersembunyi entah di mana. Tidak ada orang yang tahu, tidak ada orang yang peduli karena sebesar biji sawi sangatlah halusnya “niscaya Allah akan mendatangkannya." Maka amalan yang kecil sebesar biji sawi itu, yang jauh tersembunyi di dalam batu sehingga tidak akan ada orang yang melihatnya ataupun mengetahuinya. Bahkan entah lebih jauh lagi terletaknya di salah satu langit yang tujuh tingkat, di muka bumi yang mengandung lima benua dan lautan besar. Manusia tidak tahu, namun Allah ﷻ tahu juga. Sebab Dia yang empunya. Dia Yang Maha Mengetahui. Sebab itu jika berbuat baik janganlah semata-mata ingin hendak diketahui oleh manusia. Sebab tidaklah dapat semua manusia mengetahui semua amal usaha kita. ‘Haraplah penghargaan dari Allah ﷻ sendiri yang akan dapat menilai dan menghargainya. Sesungguhnya Allah itu adalah Mahaluas," sehingga tidak ada yang lepas dari perhitungan-Nya dan keadilan-Nya.
“Mahateliti."
Sehingga sejak dari yang serba kasar dan besar sampai kepada yang serba halus dalam pengetahuan-Nya semua.
***
SHALAT DAN MASYARAKAT
Kemudian Luqman meneruskan wasiatnya,
Ayat 17
“Wahai anakku! Dirikanlah shalat, dan menyuruhlah berbuat yang ma'ruf, dan mencegahlah berbuat yang mungkar dan sabarlah atas apa pun yang menimpa engkau."
Inilah empat modal hidup diberikan Luqman kepada anaknya dan dibawakan men-jadi modal pula bagi kita semua, disampaikan oleh Muhammad ﷺ kepada umatnya.
Untuk memperkuat pribadi dan meneguhkan hubungan dengan Allah SWT, untuk memperdalam rasa syukur kepada Allah ﷻ atas nikmat dan perlindungan-Nya yang selalu kita terima, dirikanlah shalat. Dengan shalat kita melatih lidah, hati, dan seluruh anggota badan selalu ingat kepada Allah ﷻ Dalam agama kita Islam telah ditentukan bahwa wajib kita mengerjakan shalat itu sekurang-kurangnya lima kali sehari semalam, jangan kurang! Lebih boleh! Dapatlah kita hitungkan sendiri betapa besar kesannya kepada jiwa kalau nama Allah ﷻ selalu jadi sebutan, “Allahu Akbar, Alhamdulillah, Subhanallah", dengan merundukkan badan ketika ruku', dengan mencecahkan kening ketika sujud, dengan tegak yang lurus tidak melenggong ke kiri-kanan, kita akan mendapat kekuatan pribadi, lahir dan batin, moral dan mental.
Sudah jelaslah, bahwa shalat berjamaah adalah 27 kali pahalanya daripada shalat sendiri. Bahkan di antara ulama, sebagaimana Imam Ahmad bin Hambal, mengatakan bahwa shalat wajib berjamaah, walaupun hanya dua orang. Menurut Imam Abu Hanifah, jiran masjid shalatnya hendaklah di masjid. Hikmahnya ialah agar pribadi jangan lepas dari masyarakat. Islam adalah agama untuk diri dan masyarakat, atau untuk diri dalam masyarakat. Maka apabila pribadi telah kuat karena ibadah, terutama tiang agama, yaitu shalat lakukantah tugas selanjutnya, yaitu berani menyuruhkan berbuat yang ma'ruf. Ma'ruf ialah perbuatan baik yang diterima baik oleh masyarakat. Berusahalah engkau jadi pelopor dari perbuatan yang ma'ruf itu. Orang yang telah teguh kukuh pribadinya karena ibadah, terutama shalat, dia akan berani menyampaikan kebenaran kepada sesama manusia, sekadar ilmu dan kesanggupan yang ada padanya. Sekurang-kurangnya menyuruh anak dan istri mengerjakan shalat. Sesudah itu hendaklah berarti pula menegur mana perbuatan yang mungkar. yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Berani mengatakan yang benar, walaupun pahit. Tinggal lagi kebijaksanaan. Yaitu membungkus obat kinine yang pahit dengan untuk terlepas dari kerongkongan saja.
Apabila sudah berani menegur mana yang salah, mencegah yang mungKar. haruslah diketahui bahwa akan ada orang yang tidak senang ditegur. Jika ditegur mereka marah, untuk ini mesti tabah, mesti sabar. Ingatlah bahwa sekalian Rasul yang dikirim Allah ﷻ memberi bimbingan kepada manusia, semuanya disakiti oleh kaumnya. Modal utama mereka ialah sabar.
“Sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk yang sepenting-pentingnya pekerjaan."
Yakni kalau kita ingin hendak jadi manusia yang berarti dalam pergaulan hidup di dunia ini. Shalat peneguh pribadi, amar ma'ruf nahi munkar daiam hubungan dengan masyarakat, dan sabar untuk mencapai apa yang dicita-cita. Karena apa jua pun lapangan hidup yang kita masuki, kalau kita tidak sabar, kita akan patah di tengah jalan. Nabi sendiri, karena keras reaksi dari kaumnya, pernah terlintas dalam hatinya suatu perasaan hendak melompat saja dari puncak bukit yang tinggi ke dalam lurah yang dalam (baakhi'un nafsaka). Tetapi perasaan itu ditahannya dengan tabah. Namun dakwah diteruskannya juga. Itu sebabnya maka disebutkan bahwa pekerjaan ini sangat penting. Apa saja rencana, sabarlah kuncinya. Yang tidak sabar akan gagal di tengah jalan.
Ayat 18
“Dan janganlah engkau palingkan muka engkau dari manusia “
Ini adalah termasuk budi pekerti, sopan santun dan akhlak yang tertinggi. Yaitu kalau sedang bercakap berhadap-hadapan dengan seseorang, hadapkanlah muka engkau kepadanya. Menghadapkan muka adalah tanda dari menghadapkan hati. Dengarkanlah dia bercakap, simakkan baik-baik. Kalau engkau bercakap dengan seseorang, padahal mukamu engkau hadapkan ke jurusan lain, akan tersinggunglah perasaannya. Dirinya tidak dihargai, perkataannya tidak sempurna didengarkan.
Dalam bersalam mula bertemu, apatah lagi bersalam dengan orang banyak berganti-ganti, ketika berjabat tangan itu, tengoklah matanya dengan gembira. Hatinya akan besar dan silaturahim akan teguh. Apatah lagi kalau namanya tetap diingat dan disebut.
“Sesungguhnya Allah tidaklah menyukai tiap-tiap yang sombong membanggakan diri."
Congkak, sombong, takabur, membanggakan diri, semuanya itu menurut penyelidikan ilmu jiwa, terbitnya ialah dari sebab ada perasaan, bahwa diri itu sebenarnya tidak begitu tinggi harganya. Di angkat-angkat ke atas, ditonjol-tonjolkan karena di dalam lubuk jiwa terasa, bahwa diri itu memang rendah atau tidak kelihatan. Dia hendak meminta perhatian orang. Sebab merasa tidak diperhatikan. Dikaji dari segi iman, nyatalah bahwa iman orang itu masih cacat.
Ayat 19
“Dan sederhanakanlah dalam berjalan."
Jangan cepat mendorong-dorong, takut kalau-kalau lekas payah. Jangan lambat ter-tegun-tegun, sebab itu membawa malas dan membuang waktu di jalan, bersikaplah seder-hana."Dan lunakkanlah suara." Jangan bersuara keras tidak sepadan dengan yang hadir. Apatah lagi jika bergaul dengan orang ramai di tempat umum. Orang yang tidak tahu sopan santun lupa, bahwa di tempat itu bukanlah dia berdua dengan temannya itu saja yang duduk. Lalu dia bersuara keras-keras.
“Sesungguhnya yang seburuk-buruk suara, ialah suara keledai."
Mujahid berkata, “Memang suara keledai itu jelek sekali. Maka orang yang bersuara keras, menghardik-hardik, sampai seperti akan pecah kerongkongannya, suaranya jadi ter-balik, menyerupai suara keledai, tidak enak didengar. Dan dia pun tidak disukai oleh Allah ﷻ"