Ayat
Terjemahan Per Kata
لَقَدۡ
sesungguhnya
كَفَرَ
telah kafir
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
قَالُوٓاْ
(mereka) mengatakan
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
هُوَ
Dia
ٱلۡمَسِيحُ
Al Masih
ٱبۡنُ
putera
مَرۡيَمَۖ
Maryam
وَقَالَ
dan berkata
ٱلۡمَسِيحُ
Al Masih
يَٰبَنِيٓ
Wahai keturunan
إِسۡرَٰٓءِيلَ
Israil
ٱعۡبُدُواْ
sembahlah
ٱللَّهَ
Allah
رَبِّي
Tuhanku
وَرَبَّكُمۡۖ
dan Tuhanmu
إِنَّهُۥ
sesungguhnya
مَن
barang siapa
يُشۡرِكۡ
mempersekutukan
بِٱللَّهِ
dengan/kepada Allah
فَقَدۡ
maka sungguh
حَرَّمَ
mengharamkan
ٱللَّهُ
Allah
عَلَيۡهِ
atasnya
ٱلۡجَنَّةَ
surga
وَمَأۡوَىٰهُ
dan tempatnya
ٱلنَّارُۖ
neraka
وَمَا
dan tidaklah
لِلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang dzalim
مِنۡ
dari
أَنصَارٖ
penolong
لَقَدۡ
sesungguhnya
كَفَرَ
telah kafir
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
قَالُوٓاْ
(mereka) mengatakan
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
هُوَ
Dia
ٱلۡمَسِيحُ
Al Masih
ٱبۡنُ
putera
مَرۡيَمَۖ
Maryam
وَقَالَ
dan berkata
ٱلۡمَسِيحُ
Al Masih
يَٰبَنِيٓ
Wahai keturunan
إِسۡرَٰٓءِيلَ
Israil
ٱعۡبُدُواْ
sembahlah
ٱللَّهَ
Allah
رَبِّي
Tuhanku
وَرَبَّكُمۡۖ
dan Tuhanmu
إِنَّهُۥ
sesungguhnya
مَن
barang siapa
يُشۡرِكۡ
mempersekutukan
بِٱللَّهِ
dengan/kepada Allah
فَقَدۡ
maka sungguh
حَرَّمَ
mengharamkan
ٱللَّهُ
Allah
عَلَيۡهِ
atasnya
ٱلۡجَنَّةَ
surga
وَمَأۡوَىٰهُ
dan tempatnya
ٱلنَّارُۖ
neraka
وَمَا
dan tidaklah
لِلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang dzalim
مِنۡ
dari
أَنصَارٖ
penolong
Terjemahan
Sungguh, telah kufur orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.” Almasih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu!” Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya dan tempatnya ialah neraka. Tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.
Tafsir
(Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah ialah Almasih putra Maryam.") di masa sebelumnya telah terjadi hal yang serupa (padahal telah berkata) kepada mereka (Almasih, "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu) sesungguhnya aku ini hanyalah seorang hamba Allah dan bukan Tuhan (sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah) menyembah kepada selain Allah (maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga) Allah melarangnya untuk memasuki surga (dan tempatnya ialah neraka dan tidak ada bagi orang-orang lalim itu seorang) lafal min adalah tambahan (penolong.") yang dapat mencegah siksaan Allah terhadap diri mereka.
Tafsir Surat Al-Ma'idah: 72-75
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam," padahal Al-Masih (sendiri) berkata, "Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya, dan tempatnya adalah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah seorang dari yang tiga; padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.
Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul. Sungguh sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).
Ayat 72
Allah ﷻ berfirman menjatuhkan vonis kafir terhadap beberapa golongan dari kaum Nasrani yaitu golongan Malakiyah, Ya'qubiyah, dan Nusturiyah karena sebagian dari mereka mengatakan bahwa Al-Masih adalah Tuhan. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan dan Maha Suci Allah dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Dalam keterangan sebelumnya telah disebutkan, mereka telah diberi tahu bahwa Al-Masih itu adalah hamba dan utusan Allah. Kalimat yang mula-mula diucapkannya selagi ia masih berada dalam buaian ialah, "Sesungguhnya aku adalah hamba Allah.” Dan ia tidak mengatakan bahwa dirinya adalah Allah, tidak pula sebagai anak Allah, melainkan dia mengatakan: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah; Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” (Maryam: 30) sampai dengan beberapa ayat berikutnya, yaitu firman-Nya: “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia oleh kalian semua. Ini adalah jalan yang lurus.” (Maryam: 36)
Demikian pula di saat masa dewasanya dan telah diangkat menjadi nabi, dia mengatakan kepada mereka seraya memerintahkan agar mereka menyembah Allah, Tuhannya dan Tuhan mereka semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
“Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, ‘Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian.’ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah.” (Al-Maidah: 72)
Yaitu menyembah selain Allah bersama Dia.
“Maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya, dan tempatnya adalah neraka.” (Al Maidah 72)
Yakni Allah memastikannya menjadi penghuni neraka dan mengharamkan surga atasnya.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam firman lainnya, yaitu:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa: 48)
Dan Allah ﷻ telah berfirman: “Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, ‘Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian.’ Mereka (penghuni surga) menjawab, ‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir’.” (Al-A'raf: 50)
Di dalam kitab Shahih disebutkan bahwa Nabi ﷺ pernah memerintahkan seorang juru penyeru untuk menyerukan di kalangan khalayak ramai, bahwa sesungguhnya surga itu tiada yang dapat masuk ke dalamnya kecuali jiwa yang muslim. Menurut lafal yang lain disebutkan jiwa yang mukmin.
Dalam pembahasan sebelumnya, yaitu pada permulaan tafsir surat An-Nisa, tepatnya pada pembahasan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (An-Nisa: 48) disebutkan sebuah hadits melalui Yazid ibnu Babnus, dari Siti Aisyah, bahwa diwan (catatan amal) itu ada tiga macam. Lalu disebutkan salah satunya, yaitu suatu diwan yang Allah tidak mau memberikan ampunan padanya, yaitu dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan selain-Nya). Allah ﷻ berfirman: “Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya.” (Al-Maidah: 72) Hadits ini terdapat di dalam kitab Musnad Imam Ahmad.
Karena itu dalam surat ini disebutkan oleh Allah ﷻ, menceritakan keadaan Al-Masih, bahwa dia telah mengatakan kepada kaum Bani Israil: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.” (Al-Maidah: 72) Yakni di hadapan Allah dia tidak memperoleh seorang penolong pun, tiada yang membantunya dan tiada pula yang dapat menyelamatkan dia dari apa yang dialaminya.
Ayat 73
Firman Allah ﷻ: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga.” (Al-Maidah: 73)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan Al-Hasanjani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Hakam ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr sehubungan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga.” (Al-Maidah; 73) Hal itu seperti perkataan orang-orang Yahudi, bahwa Uzair adalah anak Allah; dan orang-orang Nasrani mengatakan Al-Masih adalah putra Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga (yakni ada tuhan ayah, tuhan ibu, dan tuhan anak).
Tetapi pendapat ini bila dikaitkan dengan tafsir ayat ini berpredikat gharib, mengingat pendapat ini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dua golongan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Nasrani saja secara khusus. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang tidak hanya seorang. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenainya. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah orang-orang yang kafir dari kalangan mereka (kaum Ahli Kitab), yaitu mereka yang mengajarkan ajaran trinitas, yaitu tuhan ayah, tuhan anak, dan tuhan ibu yang melahirkan tuhan anak. Maha Tinggi Allah dari perkataan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengatakan, ketiga sekte itu yakni sekte Malakiyah, sekte Ya'qubiyah, dan sekte Nusturiyah semuanya mengajarkan ajaran trinitas ini, sekalipun mereka berbeda pendapat mengenainya dengan perbedaan yang sangat mencolok; pembahasan mengenainya bukan dalam kitab ini. Setiap golongan dari mereka mengkafirkan golongan yang lain, tetapi pada prinsipnya ketiga golongan itu semuanya kafir.
As-Suddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap mereka yang menjadikan Al-Masih dan ibunya sebagai dua tuhan selain Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga itu. As-Suddi mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah’?” Isa menjawab, "Maha Suci Engkau.” (Al-Maidah: 116) hingga akhir ayat. Pendapat inilah yang terkuat.
Firman Allah ﷻ: “Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.” (Al-Maidah: 73)
Dengan kata lain, Tuhan itu tidak berbilang, melainkan Maha Esa, tiada yang menyekutui-Nya, Tuhan semua yang ada, dan Tuhan semua makhluk.
Kemudian Allah ﷻ berfirman seraya mengancam dan menekan mereka: “Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu.” (Al-Maidah: 73)
Yakni tidak mau berhenti dari kebohongan dan kedustaan itu.
“Pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.” (Al-Maidah: 73)
Yaitu kelak di hari kemudian, berupa belenggu-belenggu dan berbagai macam azab.
Ayat 74
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Maidah 74)
Demikianlah kemurahan, kedermawanan, kelapangan, kelembutan, dan rahmat Allah ﷻ kepada makhluk-Nya. Sekalipun mereka melakukan dosa yang paling besar melalui kebohongan dan kedustaan yang mereka buat-buat terhadap Allah, Allah tetap menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun; karena setiap orang yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya.
Ayat 75
Firman Allah ﷻ: “Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul. Sungguh sebelumnya telah berlalu beberapa rasul.” (Al-Maidah: 75)
Yakni sama halnya seperti semua rasul yang mendahuluinya.
Dengan kata lain, dia adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah dan salah seorang dari rasul-rasul-Nya yang mulia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain:
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (Az-Zukhruf: 59)
Firman Allah ﷻ: “Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran.” (Al-Maidah: 75)
Yaitu beriman kepada Isa dan membenarkannya. Hal ini merupakan kedudukan yang paling tinggi baginya, dan hal ini menunjukkan bahwa Maryam bukanlah seorang nabi perempuan; tidak seperti apa yang diduga oleh Ibnu Hazm dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa ibu Nabi Ishaq (Sarah), ibu Nabi Musa, dan ibu Nabi Isa semuanya adalah nabi wanita.
Ibnu Hazm mengatakan demikian dengan berdalilkan bahwa para malaikat berbicara dengan Sarah dan Maryam, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, ‘Susukanlah dia’.” (Al-Qashash: 7) Pengertian lafal wa auhaina ini menunjukkan derajat kenabian.
Tetapi menurut pendapat jumhur ulama, Allah belum pernah mengutus seorang nabi melainkan dari kalangan kaum laki-laki. Allah ﷻ berfirman: “Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (Yusuf: 109) Syekh Abul Hasan Al-Asy'ari telah meriwayatkan adanya kesepakatan para ulama akan ketetapan ini.
Firman Allah ﷻ: “Kedua-duanya biasa memakan makanan.” (Al-Maidah: 75)
Yakni mereka memerlukan makanan dan mengeluarkan kotorannya, dan merupakan dua orang hamba, sama dengan manusia lainnya, sama sekali bukan tuhan, tidak seperti apa yang didakwakan oleh orang-orang Nasrani yang bodoh; semoga laknat Allah terus-menerus menimpa mereka sampai hari kiamat.
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Al-Maidah: 75)
Yaitu ayat-ayat yang telah Kami jelaskan dan kami tampakkan kepada mereka.
“Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Maidah: 75)
Yakni kemudian perhatikanlah sesudah penjelasan dan keterangan itu, ke manakah mereka akan pergi, pendapat apakah yang mereka pegang, serta aliran sesat manakah yang mereka tempuh?
Bila pada ayat-ayat yang lalu diterangkan tentang penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan orang Yahudi, maka pada ayat-ayat berikut dijelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh umat Nasrani. Paparan tentang penyimpangan ini diawali dengan pernyataan bahwa sesungguhnya telah kafir dan menyimpang dari akidah yang benar orang-orang yang berkata, Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam. Padahal Isa Al-Masih sendiri berkata kepada mereka, Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah yang merupakan Tuhanku dan juga sebagai Tuhanmu. Mereka mestilah mengetahui pula bahwa sesungguhnya barang siapa mempersekutukan Allah dengan sesuatu, maka pasti Allah akan mengharamkan surga baginya yang merupakan balasan bagi yang taat dan tidak menyimpang dari tuntunan-Nya, dan tempat yang disediakan bagi-nya ialah neraka, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu yang akan membantunya, baik ketika di dunia, maupun kelak di akhirat. Selain menganggap Isa al-Masih sebagai Tuhan, mereka juga menuhankan yang lainnya. Karena itu sungguh, telah kafir orang-orang yang dengan sadar mengatakan bahwa Allah itu adalah salah satu dari tuhan yang tiga. Padahal sesungguhnya sekali-kali tidak ada tuhan yang berhak disembah selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tetap pada keyakinan salah itu dan tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orangorang yang kafir yang tetap mempersekutukan Tuhan di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih, sebagai akibat dari penyimpangan itu.
Allah menegaskan dengan sesungguhnya bahwa orang Nasrani adalah orang-orang kafir karena mereka berkeyakinan bahwa Allah adalah Isa Almasih anak Maryam. Pendirian inilah yang menjadikan mereka itu kafir dan sesat, karena mereka berlebih-lebihan memuji Isa a.s, sebagaimana orang Yahudi keterlaluan pula menghina Isa, terutama terhadap Maryam. Pendirian orang-orang Nasrani terhadap nabi Isa a.s. tersebut adalah suatu pendirian yang dianut oleh mayoritas golongan Nasrani dan siapa saja di antara mereka yang menyimpang dari pendirian tersebut dianggap murtad. Orang-orang Nasrani berpendirian bahwa Tuhan itu terdiri dari unsur-unsur yang mereka namakan tiga oknum, yaitu Bapak, Putra dan Rohulkudus. Isa adalah putra, Allah adalah Bapak yang menjelma pada anak yang merupakan Rohulkudus dan mereka adalah tiga kesatuan yang tidak terpisah-pisah. Dengan demikian Allah itu adalah Isa dan Isa itu adalah Allah. Pendirian mereka ini sangat menyimpang dari kebenaran, karena Isa sendiri berkata kepada Bani Israil supaya mereka menyembah Allah yaitu Tuhan bagi Isa dan Tuhan bagi Bani Israil. Jadi ayat ini jelas menunjukkan pengakuan langsung dari Isa bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Allah semata. Tegasnya seruan-seruan Nabi Isa kepada Bani lsrail seperti yang diterangkan oleh ayat ini untuk menegaskan agama Tauhid. Hal itu dapat dilihat di dalam kitab-kitab Injil yang asli. Dalam Perjanjian Baru, Markus xii. 28-30, ketika seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Hukum yang terutama ialah : Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap kekuatanmu." Begitu juga Matius iv.10, Yesus memarahi setan karena mau menyembah yang selain Allah, Lukas xviii. 19 dan Yohanes xx.17.
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Isa dengan tegas berkata bahwa orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu baik dengan malaikat atau dengan bintang atau dengan batu, maka orang itu tidak akan mendapat surga dan tempatnya adalah di dalam neraka, karena orang yang mempersekutukan Allah itu adalah orang yang berbuat zalim kepada diri mereka itu sendiri yang karenanya tidak wajar mendapat pembelaan dari pertolongan Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Tafsir Surat Al-Ma'idah: 72-75
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, `Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam,` padahal Al-Masih (sendiri) berkata, `Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, `Bahwa Allah salah seorang dari yang tiga `padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.
Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). Allah subhanahu wa ta'ala Berfirman menjatuhkan keputusan kafir terhadap beberapa golongan dari kaum Nasrani yaitu golongan Malakiyah, Ya'qubiyah, dan Nusturiyah karena sebagian dari mereka mengatakan bahwa Al-Masih adalah tuhan. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan dan Mahasuci dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Dalam keterangan sebelumnya telah disebutkan, mereka telah diberi tahu bahwa Al-Masih itu adalah hamba dan utusan Allah. Kalimat yang mula-mula diucapkannya selagi ia masih berada dalam buaian ialah, `Sesungguhnya aku adalah hamba Allah!' Dan ia tidak mengatakan bahwa dirinya adalah Allah, tidak pula sebagai anak Allah, melainkan dia mengatakan: Sesungguhnya aku ini hamba Allah; Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) Sampai dengan beberapa ayat berikutnya, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian.
Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36) Demikian pula di saat masa dewasanya dan telah diangkat menjadi nabi, dia mengatakan kepada mereka seraya memerintahkan agar mereka menyembah Allah, Tuhannya dan Tuhan mereka semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya: padahal Al-Masih (sendiri) berkata, `Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah. (Al-Maidah: 72) yaitu menyembah selain Allah bersama Dia. maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka (Al Maidah 72) Yakni Allah memastikannya menjadi penghuni neraka dan mengharamkan surga atasnya.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam firman lainnya, yaitu: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48) Dan Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman: Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, `Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian.` Mereka (penghuni surga) menjawab, `Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.(Al-A'raf: 50) Di dalam kitab Shahih disebutkan bahwa Nabi ﷺpernah memerintahkan seorang juru penyeru untuk menyerukan di kalangan khalayak ramai, bahwa sesungguhnya surga itu tiada yang dapat masuk ke dalamnya kecuali jiwa yang muslim.
Menurut lafal yang lain disebutkan jiwa yang mukmin. Dalam pembahasan sebelumnya, yaitu pada permulaan tafsir surat An-Nisa, tepatnya pada pembahasan firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (An-Nisa: 48) Disebutkan sebuah hadits melalui Yazid ibnu Babnus, dari Siti Aisyah, bahwa diwan (catatan amal) itu ada tiga macam. Lalu disebutkan salah satunya, yaitu suatu diwan yang Allah tidak mau memberikan ampunan padanya, yaitu dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan selain-Nya). Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga. (Al-Maidah: 72) Hadits ini terdapat di dalam kitab Musnad Imam Ahmad.
Karena itu, dalam surat ini disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala,, menceritakan keadaan Al-Masih, bahwa dia telah mengatakan kepada kaum Bani Israil: Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (Al-Maidah: 72) Yakni di hadapan Allah dia tidak memperoleh seorang penolong pun, tiada yang membantunya dan tiada pula yang dapat menyelamatkan dia dari apa yang dialaminya.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahw Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah: 73) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan Al-Hasanjani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Hakam ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah; 73).
Hat itu seperti perkataan orang-orang Yahudi, bahwa Uzair adalah anak Allah; dan orang-orang Nasrani mengatakan Al-Masih adalah putra Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga (yakni ada tuhan ayah, tuhan ibu, dan tuhan anak). Tetapi pendapat ini bila dikaitkan dengan tafsir ayat ini berpredikat gharib, mengingat pendapat ini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dua golongan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Nasrani saja secara khusus. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenainya. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah orang-orang yang kafir dari kalangan mereka (kaum Ahli Kitab), yaitu mereka yang mengatakan ajaran trinitas, yaitu tuhan ayah, tuhan anak, dan tuhan ibu yang melahirkan tuhan anak.
Mahatinggi Allah dari perkataan mereka dengan ketinggian yang Setinggi-tingginya. Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengatakan, ketiga sekte itu yakni sekte Malakiyah, sekte Ya'qubiyah, dan sekte Nusturiyah semuanya mengatakan ajaran trinitas ini, sekalipun mereka berbeda pendapat mengenainya dengan perbedaan yang sangat mencolok; pembahasan mengenainya bukan dalam kitab ini. Setiap golongan dari mereka mengafirkan golongan yang lain, tetapi pada prinsipnya ketiga golongan itu semuanya kafir.
As-Suddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap mereka yang menjadikan Al-Masih dan ibunya sebagai dua tuhan selain Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga itu. As-Suddi mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, `Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah'? Isa menjawab, `Mahasuci Engkau. (Al-Maidah: 116), hingga akhir ayat.
Pendapat inilah yang terkuat. Firman Allah subhanahu wa ta'ala: padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. (Al-Maidah: 73) Dengan kata lain, Tuhan itu tidak berbilang, melainkan Maha Esa, tiada yang menyekutui-Nya, Tuhan semua yang ada, dan Tuhan semua makhluk. Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman seraya mengancam dan menekan mereka: Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu. (Al-Maidah: 73) Yakni tidak mau berhenti dari kebohongan dan kedustaan itu. pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73) Yaitu kelak di hari kemudian, berupa belenggu-belenggu dan berbagai macam siksaan.
Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Maidah 74) Demikianlah kemurahan, kedermawanan, kelapangan, kelembutan, dan rahmat Allah subhanahu wa ta'ala kepada makhluk-Nya. Sekalipun mereka melakukan dosa yang paling besar melalui kebohongan dan kedustaan yang mereka buat-buat terhadap Allah, Allah tetap menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun; karena setiap orang yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya. Firman Allah subhanahu wa ta'ala: Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. (Al-Maidah: 75) Yakni sama halnya seperti semua rasul yang mendahuluinya.
Dengan kata lain, dia adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah dan salah seorang dari rasul-rasul-Nya yang mulia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain: Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az-Zukhruf: 59) Firman Allah subhanahu wa ta'ala: dan ibunya seorang yang sangat benar. (Al-Maidah: 75) Yaitu beriman kepada Isa dan membenarkannya. Hal ini merupakan kedudukan yang paling tinggi baginya, dan hal ini menunjukkan bahwa Maryam bukanlah seorang nabi perempuan; tidak seperti apa yang diduga oleh Ibnu Hazm dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa ibu Nabi Ishaq (Sarah), ibu Nabi Musa, dan ibu Nabi Isa semuanya adalah nabi wanita.
Ibnu Hazm mengatakan demikian dengan berdalilkan bahwa para malaikat berbicara dengan Sarah dan Maryam, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, `Susukanlah dia. (Al-Qashash: 7) Pengertian lafal wa auhaina ini menunjukkan derajat kenabian. Tetapi menurut pendapat jumhur ulama, Allah belum pernah mengutus seorang nabi melainkan dari kalangan kaum laki-laki. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109) Syekh Abul Hasan Al-Asy'ari telah meriwayatkan adanya kesepakatan para ulama akan ketetapan ini.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala: kedua-duanya biasa memakan makanan. (Al-Maidah: 75) Yakni mereka memerlukan makanan dan mengeluarkan kotorannya, dan merupakan dua orang hamba, sama dengan manusia lainnya, sama sekali bukan tuhan, tidak seperti apa yang didakwakan oleh orang-orang Nasrani yang bodoh; semoga laknat Allah terus-menerus menimpa mereka sampai hari kiamat. Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami. Al-Maidah: 75) Yaitu ayat-ayat yang telah Kami jelaskan dan kami tampakkan kepada mereka. Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al-Maidah: 75) Yakni kemudian perhatikanlah sesudah penjelasan dan keterangan itu, ke manakah mereka akan pergi, pendapat apakah yang mereka pegang, serta aliran sesat manakah yang mereka tempuh?