Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَتۡ
(Maryam) berkata
إِنِّيٓ
sesungguhnya aku
أَعُوذُ
aku berlindung
بِٱلرَّحۡمَٰنِ
dengan/kepada Yang Maha Pengasih
مِنكَ
daripadamu
إِن
jika
كُنتَ
kamu
تَقِيّٗا
orang yang bertakwa
قَالَتۡ
(Maryam) berkata
إِنِّيٓ
sesungguhnya aku
أَعُوذُ
aku berlindung
بِٱلرَّحۡمَٰنِ
dengan/kepada Yang Maha Pengasih
مِنكَ
daripadamu
إِن
jika
كُنتَ
kamu
تَقِيّٗا
orang yang bertakwa
Terjemahan
Dia (Maryam) berkata (kepadanya), “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih darimu (untuk berbuat jahat kepadaku) jika kamu seorang yang bertakwa.”
Tafsir
(Maryam berkata, "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.") kamu pasti dapat menahan diri daripadaku dengan bacaan Ta'awwudzku ini.
Tafsir Surat Maryam: 16-21
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata, "Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa. Ia (Jibril) berkata, "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.
Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata, "Demikianlah; Tuhanmu berfirman, 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan'. Setelah Allah menceritakan kisah Zakaria a.s., bahwa Allah telah menciptakan bagi Zakaria a.s.
di saat ia telah berusia lanjut dan istrinya mandul seorang putra yang suci, bersih lagi diberkati. Lalu dalam firman selanjutnya Allah menceritakan kisah Maryam dan penciptaan putranya (yaitu Isa a.s.) tanpa melalui proses seorang ayah. Kedua kisah tersebut mempunyai kemiripan dan kesamaan. Hal yang sama telah disebutkan pula di dalam surat Ali Imran, juga surat Al-Anbiya secara beriringan, mengingat kedua kisah mempunyai keanehan yang sama.
Hal tersebut dimaksudkan untuk membuktikan kepada hamba-hamba-Nya akan kekuasaan Allah, kebesaran dan keagungan-Nya, dan bahwa Allah Maha Kuasa untuk menciptakan segala yang dikehendaki-Nya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur'an. (Maryam: 16) Maryam adalah putri Imran, keturunan Daud a.s. Maryam berasal dari keluarga yang bersih lagi baik dikalangan Bani Israil. Allah ﷻ telah menceritakan kisah saat ibunya melahirkan dia di dalam surat Ali Imran. Ibunya bernazar bahwa jika kelak anaknya lahir dengan selamat, maka anak itu akan dijadikan sebagai pelayan Baitul Maqdis; di masa itu mereka biasa melakukan amal taqarrub dengan cara demikian.
Di sebutkan oleh firman-Nya Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik. (Ali Imran: 37) Maryam dibesarkan di kalangan Bani Israil dalam lingkungan yang baik, sehingga jadilah Maryam seorang wanita ahli ibadah terkenal yang mencurahkan segenap hidupnya untuk ibadah dan tidak kawin. Maryam berada di dalam jaminan suami saudara perempuannya (yaitu Zakaria), Nabi Bani Israil saat itu dan pemimpin mereka yang menjadi tempat bertanya mereka dalam urusan agamanya.
Zakaria menyaksikan pada diri Maryam hal-hal yang bertentangan dengan hukum alam sebagai karamah (kemuliaan) yang agung untuk Maryam dari Allah, seperti yang dikisahkan oleh firman-Nya: Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria bertanya, "Hai Maryam, dari manakah kamu memperoleh (makanan) ini?Maryam menjawab, "Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Ali Imran: 37) Disebutkan bahwa Zakaria menjumpai di sisi Maryam buah-buahan musim dingin di musim panas, dan buah-buahan musim panas di musim dingin, seperti yang telah dijelaskan di dalam surat Ali Imran.
Ketika Allah berkehendak menciptakan hamba-Nya dari Maryam yang kelak akan menjadi rasul-Nya, yaitu Isa a.s., salah seorang rasul Ulul 'Azmi dari kelima rasul yang besar. ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Maryam: 16) Yakni Maryam memisahkan diri dari mereka, menjauhi mereka, dan pergi ke arah timur Baitul Maqdis. As-Saddi mengatakan bahwa demikian itu karena haid yang dialaminya.
Menurut pendapat lain, bukan karena itu, melainkan karena hal lainnya. Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Qabus ibnu Zabyan, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang-orang Ahli Kitab telah diwajibkan melakukan salat menghadap ke Baitul Maqdis dan menziarahinya. Tiadalah yang memalingkan mereka dari Baitul Maqdis melainkan firman Tuhanmu yang mengatakan: ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. (Maryam: 16) Ibnu Abbas mengatakan bahwa Maryam keluar dari Baitul Maqdis ke suatu tempat di sebelah timur, akhirnya mereka (orang-orang Ahli Kitab) menghadap ke arah terbitnya matahari dalam salat mereka.
Demikianlah menurut yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Syahin, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abdullah, dari Daud, dari Amir, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Sesungguhnya saya benar-benar orang yang paling mengetahui di antara makhluk Allah tentang mengapa orang-orang Nasrani menjadikan arah timur sebagai kiblat mereka," yaitu karena ada firman Allah ﷻ yang mengatakan: ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. (Maryam: 16) Mereka menjadikan tempat kelahiran Isa sebagai kiblat mereka.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: suatu tempat di sebelah timur. (Maryam: 16) Yaitu tempat yang luas lagi jauh (dari Masjidil Aqsa). Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Maryam pergi dengan membawa timbanya untuk mengambil air minumnya. Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa Maryam membuat suatu rumah untuk tempat ibadahnya. Hanya Allah yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah ﷻ: maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka. (Maryam: 17) Yakni Maryam menutupi dirinya dan bersembunyi dari pandangan mereka. Maka Allah mengutus kepadanya Malaikat Jibril a.s.
maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (Maryam: 17) Maksudnya, malaikat Jibril berganti rupa menjadi manusia yang sempurna. Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Ibnu Juraij, Wahb ibnu Munabbih, dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya. (Maryam: 17) Yang dimaksud dengan roh Kami dalam ayat ini adalah Malaikat Jibril a.s. Pendapat yang diutarakan oleh mereka ini berdasarkan makna lahiriah Al-Qur'an, karena sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman dalam ayat lain, yaitu: dan dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara: 193-194) Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa sesungguhnya roh Isa a.s.
termasuk salah satu dari roh-roh yang telah diambil sumpahnya di masa Adam a.s. Roh itulah yang menjelma dalam rupa manusia yang sempurna, yakni roh Isa. Maka Maryam yang diajak bicara olehnya mengandung dan ia masuk ke dalam tubuh Maryam melalui mulutnya. Pendapat ini sangat aneh dan tidak rasional, seakan-akan pendapat ini bersumber dari kisah Israiliyat.
Maryam berkata, "Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa. (Maryam: 18) Setelak Jibril menjelma dalam rupa manusia yang sempurna di hadapan Maryam, saat itu Maryam berada di suatu tempat yang menyendiri; antara dia dan kaumnya terdapat hijab (dinding) penghalang, Maryam merasa takut kepada Jibril, ia menduga bahwa Jibril hendak berbuat tidak senonoh terhadap dirinya. Maka Maryam berkata: Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa. (Maryam: 18) Maryam mengatakan, "Jika kamu seorang yang bertakwa," dengan maksud mengingatkannya akan Allah.
Hal inilah yang dianjurkan oleh syariat dalam membela diri, yaitu dengan memakai sarana yang paling mudah terlebih dahulu, kemudian baru dengan cara lainnya secara bertahap. Langkah pertama yang dilakukan oleh Maryam ialah memperingatkan orang itu akan siksa Allah ﷻ jika ia bermaksud jahat. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Asim yang mengatakan bahwa Abu Wa-il menceritakan kisah Maryam; ia mengatakan bahwa orang yang bertakwa itu adalah orang yang mempunyai "self control" dalam dirinya terhadap perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah.
Ketika Maryam berkata: Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa. Ia (Jibril) berkata, "Sesungguhnya aku ini hanya seorang utusan Tuhanmu. (Maryam: 18-19) Malaikat menjawab untuk melenyapkan rasa curiga dan takut Maryam terhadap dirinya yang menduga bahwa ia mau memperkosanya, "Keadaanku tidaklah seperti yang kamu duga. Sesungguhnya aku ini hanyalah utusan Tuhanmu. Allah-lah yang mengutusku kepadamu." Menurut suatu riwayat, saat Maryam mengingatkan Jibril kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka Malaikat Jibril gemetar karena takut dan ujudnya kembali berubah seperti rupa aslinya, lalu berkata: Sesungguhnya aku ini hanya seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. (Maryam: 19) Menurut Abu Amr ibnul Ala, lafaz li-ahaba dibaca liyahaba, artinya Dia akan memberimu seorang anak laki-laki yang suci.
Abu Amr ibnul Ala adalah seorang ahli qiraat yang terkenal. Sedangkan ulama lainnya membacanya seperti berikut: untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. (Maryam: 19) Yakni dengan bacaan li-ahaba. Masing-masing dari kedua qiraat tersebut mempunyai alasan yang baik dan makna yang benar, juga mempunyai kesimpulan yang sama. Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki. (Maryam: 20) Maryam merasa heran dengan berita tersebut, maka ia mengatakan, "Bagaimana aku bisa punya anak laki-laki," dengan cara apakah akan terjadi kelahiran anak laki-laki seperti itu dariku, padahal aku bukanlah wanita yang bersuami, dan mustahil aku berbuat lacur.
Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan bahwa Maryam berkata: sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina. (Maryam: 20) Al-bagyu artinya zina. Di dalam hadis disebutkan bahwa Nabi ﷺ melarang (memakan) maskawin pelacuran, yakni imbalan yang diberikan kepada pelacur. Jibril berkata, "Demikianlah, Tuhanmu berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku'. (Maryam: 21) Maka Malaikat itu berkata kepadanya dalam menjawab pertanyaannya, bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman, "Sesungguhnya Dia akan menciptakan darimu seorang anak laki-laki, sekalipun kamu tidak punya suami dan kamu tidak pernah melakukan perbuatan lacur." Karena sesungguhnya Dia Maha Kuasa terhadap semua apa yang dikehendakiNya.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: dan agar Kami menjadikannya suatu tanda. (Maryam: 21) Yaitu petunjuk dan tanda bagi manusia tentang kekuasaan Pencipta mereka yang meragamkan proses penciptaan makhluk-Nya. Dia menciptakan bapak mereka (Adam) tanpa melalui ayah dan ibu, dan Dia menciptakan istrinya (Hawa) melalui laki-laki tanpa wanita. Dan Dia menciptakan keturunannya melalui laki-laki dan wanita, kecuali Isa, karena sesungguhnya Dia menciptakan Isa melalui wanita saja, tanpa laki-laki. Dengan demikian, lengkaplah keempat proses penciptaan ini yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruhNya; tidak ada Tuhan dan tidak ada Rabb selain Dia.
Firman Allah ﷻ: dan sebagai rahmat dari Kami. (Maryam: 21) Artinya, Kami jadikan anak itu sebagai rahmat dari Kami seorang nabi yang menyeru manusia untuk menyembah Allah ﷻ dan mengesankanNya. Seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lainnya, yaitu: (Ingatlah), ketika Malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kalahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. (Ali Imran: 45-46) Yakni dia menyeru manusia untuk menyembah Tuhannya sejak dalam usia buaian dan dalam usia dewasanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Marwan, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnul Haris Al-Kufi, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Maryam a.s. berkata, "Apabila aku sendirian, Isa yang masih ada dalam kandunganku berbicara dan bercerita kepadaku. Apabila aku bersama dengan orang lain, maka ia bertasbih dan bertakbir di dalam perutku." Firman Allah ﷻ dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. (Maryam: 21) Kalimat ini dapat ditakwilkan merupakan perkataan Jibril kepada Maryam yang menceritakan kepadanya bahwa penciptaan anak itu merupakan suatu hal yang telah ditakdirkan di dalam ilmu Allah ﷻ dan telah menjadi kehendak-Nya.
Dapat ditakwilkan pula bahwa kalimat ini merupakan cerita dari Allah ﷻ kepada Nabi Muhammad ﷺ Dan makna yang dimaksud adalah ungkapan kiasan yang mengandung makna bahwa Jibril melakukan tiupan ke dalam rahim Maryam. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami. (At-Tahrim: 12) Dan firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam rahimnya roh dari Kami. (Al-Anbiya: 91) Muhammad ibrru Ishaq telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. (Maryam: 21) Yakni sesungguhnya Allah telah menetapkan perkara itu dan bahwa perkara itu harus terjadi.
Pendapat
ini dipilih pula oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya, tiada seorang pun yang meriwayatkannya kecuali hanya dia. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya."
Maryam terkejut dan takut melihat Jibril datang ke tempatnya menyendiri. Dia berkata, 'Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Pemelihara terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa, menjauhlah dan jangan menggangguku. '19. Jibril menyadari ketakutan Maryam. Dia lalu memperkenalkan diri dan berkata, 'Sesungguhnya aku ini hanyalah utusan Tuhanmu yang menjaga dan melindungimu. Aku mendapat tugas untuk menyampaikan berita tentang anugerah yang akan dikaruniakan Allah kepadamu, yaitu seorang anak laki-laki yang suci dari segala dosa dan noda. '.
Tatkala Maryam melihat ada seorang laki-laki di tempatnya yang terasing itu, beliau berlindung kepada Allah Ta`ala dari kejahatan yang mungkin timbul seraya berkata, "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah; jangan sekali-kali kamu mengganggu aku jika kamu bertakwa kepada-Nya, sebab setiap orang yang bertakwa itu selalu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SITI MARYAM
Ayat 16
“Dan ingatlah (yang tensebut) di dalam Kitab."
Yang tersebut di dalam Kitab yang dimaksud ialah Kitab wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ"Dari hal Maryam." Wahyu dari hal Maryam ini telah disampaikan kepada Nabi Muhammad ﷺ dan disuruhlah pula Nabi Muhammad ﷺ menceritakannya dan memperingatkannya kepada kita umatnya. Yaitu
“Ketika dia menjauhkan dini dari keluanganya ke sebuah tempat di sebelah timur."
Maryam, anak perempuan dari Imran, sejak kecilnya dalam asuhan dari Nabi yang telah tua, yaitu Nabi Zakariya yang menjadi imam dan pemelihara Baitul Maqdis. Menurut suatu riwayat, Zakariya itu adalah suami dari kakaknya. Satu riwayat lagi menyatakan bahwa Zakariya suami dari saudara ibunya. Maryam kecil itu ditumpangkan ibunya di dalam Baitul Maqdis dalam asuhan Zakariya, sebab memenuhi nadzar dari ibunya sendiri. Maka oleh karena ibunya seorang perempuan yang saleh dan Zakariya pendidiknya pun seorang nabi yang utama, masuklah ke dalam diri anak perempuan itu didikan keagamaan yang mendalam. Imran ayahnya adalah keturunan pula daripada Nabi Dawud. Sebab itu bolehlah dikatakan bahwasanya keluarga ini seluruhnya adalah rumah tangga beragama. Keluarga Zakariya dengan putranya, Yahya, keluarga Imran dengan istrinya dan putrinya Maryam terkenal sebagai keluarga beragama yang taat. Di dalam surah al-Anbiyaa', dari ayat 89 sampai ayat 91 kelak sama disebutlah pujian yang besar dari Allah atas kedua keluarga ini. Disebutkanlah bahwa orang-orang itu semuanya adalah keluarga-keluarga yang cepat mengambil tindakan jika akan berbuat baik.
Maka tersebutlah dalam ayat ini bahwa dalam rangka ketaatannya kepada Allah, Maryam pergi ke sebelah timur Baitul Maqdis, mencari tempat menyisihkan diri dari keluarga supaya lebih tenang beribadah kepada Allah, sehingga dipasangnya tabir jangan sampai diganggu orang, sedang dia di waktu itu masih dara. Menurut riwayat dari Ibnu Jarir yang diterima dari Ibnu Abbas tempat di sebelah timur itu ialah suatu kampung yang bernama Baitlaham (Bethlehem). Menurut keterangan riwayat Nauf al-Bikali; dia pergi ke sebelah timur itu mengambil tempat buat beribadah.
Ayat 17
“Maka diadakan tabir yang akan melindunginya dari mereka."
Maksudnya supaya dia jangan terganggu di dalam melakukan ibadahnya kepada Allah.
Mungkin itu pulalah salah satu teladan yang menyebabkan timbul dalam kalangan pencinta Nabi Isa di kemudian harinya perempuan-perempuan yang meninggalkan hidup repot dalam dunia ini lalu menyisihkan diri ke dalam biara. Tekunlah Maryam di tempat itu, dipasangnya tabir atau dilindungkannya diri di tempat yang tersembunyi supaya jangan terganggu beribadah."Lalu Kami utuslah kepadanya Ruh Kami." Yang dimaksud dengan Ruh Kami, ialah Jibril. Di dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur'an telah disebutkan panggilan Jibril itu sebagai Ruh; kadangkala disebut Ruh saja, kadangkala disebut Ruhul Qudus, atau Ruhul Amin dan dalam ayat ini Ruuhana Ruh Kami.
“Maka menjelmalah dia menyerupai manusia yang sebenarnya."
Malaikat Jibril itu dengan izin Allah dapatlah merupakan dirinya sebagai manusia biasa. Di satu waktu pernah dia merupakan dirinya sehingga disangka orang dia itu seorang sahabat Nabi ﷺ yang bernama Dihyah al-Kalbi. Datangnya kepada Maryam sekarang ini pun menyerupai seorang laki-laki muda.
Melihat seorang laki-laki muda berdiri di hadapannya, padahal dia telah sengaja men-jauhkan diri dan berkurung di balik tabir, terkejutlah Maryam, lalu
Ayat 18
“Berkata dia, “Sesungguhnya berlindunglah aku kepada Tuhan Yang Mahakasih dari engkau, jika adalah engkau seorang yang bertakwa"
Maryam berkata demikian menunjukkan bahwa tidaklah timbul syak wasangkanya bahwa orang muda itu jahat! Sebab pada wajahnya dan tingkah lakunya ketika masuk tidaklah terbayang tanda-tanda bahwa dia orang jahat. Mungkin dia menyangka bahwa orang muda itu tersesat tidak tahu jalan. Sebab itu dikeluarkannyalah perkataan yang penuh dengan rasa kepercayaan akan perlindungan Allah Yang Mahakasih (ar-Rahman). Dan orang muda itu niscaya akan merasakan bagaimana permohonan perempuan itu kepada Allah, kalau memang dia pun seorang yang bertakwa.
Menurut tafsiran dari al-Bikali, “Tertekur-lah kepala Jibril mendengar seruan Maryam di waktu itu."
“Dia pun menjawab." Yaitu malaikat yang merupakan dirinya sebagai anak muda itu."Saya ini tidak lain adalah utusan dari Tuhan engkau," maka janganlah engkau ragu-ragu ke-padaku, dan tidaklah pada tempatnya engkau takut kepadaku. Utusan Tuhan tidaklah akan berbuat yang tidak senonoh kepada engkau. Aku diutus Allah ialah
Ayat 19
“Karena akan aku anugerahkan kepada engkau seorang anak laki-laki yang sua."
Maksud kedatangannya telah diterangkannya sendiri. Atas suruhan Allah menyampaikan anugerah dari Allah, dia sendiri yang membawanya, yaitu seorang anak laki-laki.
Tercenganglah Maryam mendengarkan perkataan Malaikat itu. Maryam percaya apa yangdia katakan,yaitu bahwa diaadalah utusan Allah. Sebab itu tidaklah dia akan berdusta. Apatah lagi Maryam sendiri sebagai telah kita ketahui riwayat hidupnya sejak dari kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang sangat saleh. Dan jika utusan Allah itu mengatakan pula bahwa dia akan menyampaikan anugerah Allah, yaitu anak laki-laki, Maryam pun percaya. Tetapi dia tidak mengerti bagaimana dia seorang anak perawan akan diberi anak.
Ayat 20
“Dia berkata, “Betapa akan ada bagiku seorang anak laki-laki, padahal tidaklah pernah tersentuh diniku oleh seorang laki-laki pun dan aku pun bukanbah seorang penempuan jahat."
Bagaimana jalannya akan beranak. Bersentuh dengan laki-laki belum pernah diriku sekali jua; artinya aku belum kawin dan aku masih perawan. Dan aku pun bukan seorang perempuan jahat yang melacurkan diri.
Ayat 21
“Menjawab dia, “Memang demikianlah!"
Artinya, memang demikianlah yang telah ditentukan oleh Allah. Yaitu bahwa engkau akan diberi anugerah putra oleh Allah dalam keadaanmu yang begini, belum disentuh laki-laki, masih perawan dan bukan karena engkau perempuan lacur."Allah telah mem-firmankan, “Yang begitu bagi-Ku adalah hal yang mudah."
Sedangkan menjadikan seluruh isi alam ini, baik di langit ataupun di bumi, dari tidak ada lalu diadakan, mudah saja bagi Allah. Sedangkan matahari yang selalu menerangi bumi ini, telah berjuta-juta tahun masih menyala dan belum padam-padam apinya, pada hal besarnya berjuta kali besarnya bumi, sampai sekarang, sampai kelak masih bernyala; semuanya itu mudah saja bagi Allah, apatah kalau hanya akan menciptakan seorang anak laki-laki dilahirkan oleh seorang anak perawan yang masih suci."Dan akan Kami jadikan dianya suatu ayat untuk manusia," yaitu supaya manusia itu sadar akan Kemahakuasaan Allah atas makhluknya, kekuasaan yang mutlak. Memang, kelahiran manusia yang biasa ini ialah melalui peraturan tertentu, yaitu bila telah bertemu mani seorang laki-laki dengan mani seorang perempuan, bercampur menggeliga di dalam rahim perempuan. Namun Allah hendak menunjukkan pula tanda bahwa Dia itu ada! Dia berkuasa menciptakan manusia di dalam rahim seorang anak dara, yaitu Maryam dengan cara yang lain “dan suatu rahmat." Lahirnya seorang anak laki-laki suci dari anak perawan suci Maryam itu kelak, bukanlah semata-mata tanda atau ayat guna menunjukkan Kemahakuasaan Allah, bahkan juga Rahmat. Sebab lahirnya itu kelak ialah membawa tugas, menjadi Rasul Allah.
“Dan dianya adalah suatu perkana yang sudah diputuskan."
Artinya, bahwasanya yang demikian itu sudah pasti terjadi, karena sudah menjadi keputusan Allah, telah tertulis di dalam rencana Allah.