Ayat
Terjemahan Per Kata
لَّا
tidak
يَمۡلِكُونَ
mereka memiliki/memberi
ٱلشَّفَٰعَةَ
syafa'at
إِلَّا
kecuali
مَنِ
orang
ٱتَّخَذَ
dia mengambil
عِندَ
disisi
ٱلرَّحۡمَٰنِ
Yang Maha Pengasih
عَهۡدٗا
perjanjian
لَّا
tidak
يَمۡلِكُونَ
mereka memiliki/memberi
ٱلشَّفَٰعَةَ
syafa'at
إِلَّا
kecuali
مَنِ
orang
ٱتَّخَذَ
dia mengambil
عِندَ
disisi
ٱلرَّحۡمَٰنِ
Yang Maha Pengasih
عَهۡدٗا
perjanjian
Terjemahan
Mereka tidak punya (hak mendapat atau memberi) syafaat (pertolongan), kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pengasih.
Tafsir
(Mereka tidak dapat memberi) manusia semuanya (syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah) yakni kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan berkat pertolongan Allah.
Tafsir Surat Maryam: 85-87
(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. Mereka tidak dapat memberi syafaat, kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. Allah ﷻ menceritakan tentang kekasih-kekasih-Nya, yaitu orang-orang yang bertakwa yang takut kepada-Nya ketika di dunia dan mengikuti rasul-rasul-Nya serta membenarkan berita yang disampaikan oleh mereka, juga taat kepada apa yang diperintahkan oleh para rasul kepada mereka serta menjauhi apa yang dilarang oleh mereka.
Allah menyebutkan bahwa mereka pada hari kiamat akan dikumpulkan sebagai perutusan yang terhormat menghadap kepada-Nya. Mereka menghadap kepada Allah sebagai perutusan dengan mengendarai kendaraan yang terbuat dari nur kendaraan akhirat; mereka datang ke hadirat Tuhan Yang Mahamulia, sedangkan Tuhan Yang Maha Pemurah rida kepada mereka. Adapun orang-orang yang berdosa (yaitu mereka yang mendustakan para rasul dan menentangnya), maka sesungguhnya mereka digiring secara paksa menuju ke neraka.
Disebutkan oleh firman-Nya bahwa mereka digiring ke neraka dalam keadaan dahaga. Demikianlah menurut pendapat Ata, Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan yang lainnya. Dan pada saat itu juga dikatakan: Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik dan lebih indah tempat pertemuan(nya). (Maryam: 73) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Khalid, dari Amr ibnu Qais Al-Mala-i, dari Ibnu Marzuq sehubungan dengan firman Allah ﷻ: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Bahwa orang mukmin saat bangkit dari kuburnya disambut oleh utusan yang sangat indah rupanya dan sangat harum baunya.
Maka ia bertanya, "Siapakah kamu?" Utusan menjawab, "Tidakkah kamu mengenalku?" Ia berkata, "Tidak, mengapa Allah menjadikan baumu sangat harum dan rupamu sangat indah?" Utusan menjawab, "Aku adalah amal perbuatanmu yang saleh. Selama kamu di dunia, kamu telah melakukan amal yang indah dan harum; dan inilah hasilnya. Selama di dunia aku manaikimu. Sekarang tibalah saatnya bagimu untuk menaikiku, naikilah aku." Maka orang mukmin itu menaikinya.
Yang demikian itu adalah maksud dari firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Bahwa yang dimaksud dengan wafdan ialah berkendaraan. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi, dari Sa'id, dari Ismail, dari seorang lelaki, dari Abu Hurairah, tentang firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Bahwa mereka datang menghadap dengan berkendaraan unta.
Ibnu Juraij mengatakan, mereka datang menghadap dengan mengendarai unta-unta yang baik. As-Sauri mengatakan, mengendarai unta muda. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Yakni mereka digiring memasuki surga. Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnad ayahnya, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mishar, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami An-Nu'man ibnu Sa'id yang mengatakan bahwa ketika kami sedang berada di majelis Ali ibnu Abu Talib r.a. dan ia membaca firman Allah ﷻ: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Maka Ali r.a. berkata, "Tidak, demi Allah, mereka digiring bukan dengan jalan kaki.
Utusan tidak akan digiring dengan jalan kaki, melainkan dengan mengendarai unta yang sangat indah; di punggung unta-unta itu terdapat pelana yang terbuat dari emas, lalu mereka menaiki unta-unta itu hingga sampai di depan pintu-pintu surga." Hal yang sama telah diriwayatkan o'eh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir melalui hadis Abdur Rahman ibnu Ishaq Al-Madani dengan sanad yang sama.
Hanya di dalam riwayat ini ditambahkan bahwa pada punggung unta-unta itu terdapat pelana yang terbuat dari emas, dan tali kendalinya dari zabarjad. Sedangkan teks asar lainnya sama dengan yang di atas. Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan makna ayat ini telah meriwayatkan sebuah hadis yang garib sekali secara marfu' dari Ali. Ia mengatakan: -: -: .
-: [: 14] [: 72] telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Malik ibnu Ismail An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Maslamah ibnu Ja'far Al-Bajali; ia pernah mendengar Abu Mu'az Al-Basri mengatakan bahwa pada suatu hari Ali berada di rumah Rasulullah ﷺ, maka Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Maka Ali bertanya, "Wahai Rasulullah, menurut hematku utusan itu tiada lain datang dengan berkendaraan." Rasulullah ﷺ menjawab melalui sabdanya, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya mereka apabila dibangkitkan dari kuburnya masing-masing langsung disambut oleh unta putih yang bersayap.
Di punggung untanya terdapat pelana emas, sedangkan teracaknya adalah nur yang berkilauan cahayanya. Sekali langkah dapat mencapai jarak sejauh mata memandang. Maka sampailah perjalanan mereka di sebuah pohon yang dari akarnya menyumber dua buah mata air, lalu mereka minum dari salah satu mata air itu, dan air itu mencuci semua kotoran yang ada di dalam perut mereka.
Kemudian dari mata air lainnya mereka mandi, karena itu kulit dan rambut mereka tidak akan mengalami kekusutan lagi selama-lamanya, dan penampilan mereka menggambarkan kesenangan hidupnya. Setelah itu mereka sampai atau mendatangi pintu surga. Ternyata mereka menjumpai pegangan pintunya berupa yaqut merah, sedangkan daun pintunya emas. Lalu mereka mengetuk pintu itu dengan pegangannya yang bulat, maka terdengarlah suara ketukan yang membunyikan kalimat 'Wahai Tuhan Yang Mahatinggi'.
Suara ketukan itu terdengar oleh semua bidadari yang ada di dalam surga, dan para bidadari itu mengetahui bahwa suami-suami mereka telah tiba. Maka bidadari itu menyuruh pelayannya untuk membukakan pintu; saat pintu surga dibuka dan orang mukmin itu melihatnya, maka orang mukmin langsung menyungkur bersujud kepadanya. Maka si pelayan itu berkata, 'Angkatlah mukamu, sesungguhnya saya ini hanyalah pelayanmu, saya disuruh untuk menyambut kedatanganmu.' Kemudian orang mukmin itu mengikutinya, sedangkan bidadari sudah tidak sabar lagi; maka keluarlah ia dari kemah mutiara dan yaqutnya dan langsung menyambut suaminya serta memeluknya seraya berkata, 'Engkau kekasihku dan aku kekasihmu.
Aku wanita yang kekal, tidak mati, selalu senang, tidak sengsara; aku wanita yang selalu rela, tidak pernah marah; dan aku wanita yang selalu berada di tempat, tidak pernah bepergian. Maka orang mukmin itu masuk ke dalam sebuah gedung yang tingginya dari bawah sampai atapnya adalah seratus ribu hasta. Bangunannya terbuat dari mutiara yang beraneka ragam; ada yang berwarna merah, kuning, dan hijau, masing-masing darinya mempunyai modelnya sendiri yang berbeda dengan lainnya.
Di dalam gedung itu terdapat tujuh puluh pelaminan, di dalam tiap pelaminan terdapat tujuh puluh kasur, setiap kasur diisi oleh tujuh puluh orang istri, setiap orang istri memakai tujuh puluh pakaian; sumsum betisnya kelihatan dari balik pakaiannya. Untuk menyetubuhinya diperlukan waktu yang lamanya sama dengan satu malam dari malam kalian ini. Sungai-sungai mengalir di bawah gedung mereka dengan berbagai macam rasa; ada yang airnya tawar lagi jernih, tidak ada kotoran padanya; ada yang airnya berupa air susu yang tidak berubah rasanya, tetapi bukan dikeluarkan dari tetek ternak; ada yang airnya berupa khamr yang sangat lezat bagi peminumnya, bukan khamr yang diperah oleh injakan kaki manusia; dan ada yang airnya berupa madu yang disaring, bukan madu yang dikeluarkan dari perut lebah.
Buah-buahan semuanya masak dan ranum; jika ia menghendaki memakannya dengan berdiri, ia dapat melakukannya, atau sambil duduk atau sambil bersandar, menurut cara yang disukainya." Kemudian Nabi ﷺ membaca firman-Nya: Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Bila ia ingin makan, maka datanglah burung putih kepadanya atau burung hijau, kemudian burung itu mengangkat kedua sayapnya; maka ia dapat makan darinya berbagai jenis makanan yang disukainya. Setelah itu si burung terbang kembali, lalu masuklah malaikat menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya, "Assalamu 'alaikum.
Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan. (Al-Zukhruf: 72) Seandainya sebilah rambut bidadari jatuh ke bumi, niscaya matahari dapat menyinari bagian yang tidak terjangkau olehnya berkat rambut bidadari itu. Demikianlah menurut riwayat ini secara marfu', kami dalam pendahuluan kitab telah meriwayatkannya melalui perkataan sahabat Ali r.a. dengan lafaz yang semisal yang lebih mendekati predikat sahih. Hanya Allah-lah. yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah ﷻ: dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. (Maryam: 86) Yang dimaksud dengan wirdan ialah itasyan, yakni kehausan.
Mereka tidak berhak mendapat syafaat. (Maryam: 87) Yakni tidak ada seorang pun yang memberikan syafaat kepada mereka, sebagaimana sebagian dari orang-orang mukmin memberikan syafaatnya kepada sebagian yang lain. Ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun dan tidak pula mempunyai teman yang akrab. (Asy-Syu'ara: 100-101) Adapun firman Allah ﷻ: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Istisna dalam ayat ini munqati', yakni hanya orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah sajalah yang beroleh syafaat dan pertolongan.
Perjanjian tersebut berupa kesaksiannya yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, lalu ia mengamalkan hak dari kalimah tersebut. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Bahwa yang dimaksud dengan perjanjian ini ialah kesaksiannya yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan berlepas diri kepada Allah dari upaya dan kekuatan, serta tidak berharap kecuali hanya kepada Allah ﷻ Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Khalid Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan Al-Wasiti, dari Al-Mas'udi, dari Aun ibnu Abdullah, dari Abu Fakhitah, dari Al-Aswad ibnu Yazid yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud membaca ayat ini: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa mereka yang telah mengambil janji di sisi Tuhannya, maka kelak di hari kiamat Allah ﷻ akan memanggil mereka, "Barang siapa yang telah mengambil janji di sisi Allah, hendaklah ia berdiri." Mereka (para tabi'in) berkata, "Wahai Abu Abdur Rahman (julukan panggilan Ibnu Mas'ud), kalau begitu ajarkanlah doanya kepada kami." Ibnu Mas'ud menjawab, "Kalau demikian, ucapkanlah oleh kalian doa berikut: "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui semua yang gaib dan yang lahir, sesungguhnya saya berjanji kepada Engkau dalam kehidupan dunia ini, bahwa sesungguhnya bila Engkau menyerahkan diriku kepada amal perbuatanku yang mendekatkan diriku kepada keburukan dan menjauhkan diriku dari kebaikan, sedangkan aku tidak percaya kepada siapa pun kecuali hanya kepada rahmat-Mu, maka jadikanlah bagiku di sisi Engkau suatu perjanjian yang Engkau akan tunaikan kepadaku kelak di hari kiamat.
Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji'." Al-Mas'udi mengatakan bahwa Zakaria telah menceritakan ini kepadanya dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, bahwa telah menceritakan kepadanya Ibnu Mas'ud. Tersebutlah pula bahwa sahabat Ibnu Mas'ud selalu mengiringi doanya dengan doa ini dengan penuh rasa takut, memohon perlindungan dan memohon ampunan dengan penuh harap dan cemas kepada Allah ﷻ Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula asar yang semisal melalui jalur lain, dari Al-Mas'udi."
Di akhirat mereka tidak berhak mendapat syafaat atau pertolongan dari siapa pun untuk selamat dari azab Allah, kecuali orang yang dengan sungguh-sungguh telah mengadakan perjanjian di sisi Allah Yang Maha Pengasih dengan cara bertobat dan menaati ajaran-Nya. 88. Selain menampik kepercayaan kaum musyrik bahwa berhala dapat memberi syafaat, Allah juga menegasikan keyakinan mereka bahwa Allah memiliki anak. Dan mereka, kaum Yahudi, Nasrani, dan sebagian masyarakat Arab, berkata, 'Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak,' yaitu 'Uzair dalam kepercayaan Yahudi, Isa dalam anggapan umat Nasrani, dan malaikat dalam keyakinan sebagian masyarakat Arab.
Orang kafir tidak akan memperoleh syafaat dari siapa pun untuk menolong mereka atau meringankan penderitaan yang mereka alami. Karena yang berhak menerima syafaat pada hari itu hanyalah orang-orang yang telah dijanjikan Allah akan mendapat syafaat yaitu orang-orang mukmin yang di masa hidupnya di dunia telah mempersiapkan diri untuk mendapat syafaat dengan amal ibadahnya dan perjuangannya menegakkan kalimah Allah. Syafaat pada hari itu hanya dimiliki oleh para nabi, ulama dan para syuhada sesuai dengan amal dan bakti mereka masing-masing. Di antara amal ibadat yang menjadikan seseorang berhak memperoleh syafaat itu ialah memelihara salat lima waktu dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang datang pada hari kiamat membawa salatnya yang lima waktu dengan sempurna yaitu disempurnakan wudunya dipeliharanya waktunya, ruku` dan sujudnya, tidak pernah ditinggalkannya barang sekalipun maka Allah berjanji tidak akan menyiksanya. Tetapi orang yang pernah meninggalkan salatnya, tidak akan memperoleh janji Allah itu. Terserahlah kepada Tuhan apakah Dia akan memberinya rahmat atau menimpakan azab kepadanya."(Diriwayatkan oleh ath-thabrani dalam kitab "al-Ausath" dari Abu Hurairah).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SUATU KESALAHAN BERPIKIR
Ayat 81
“Dan mereka ambil laun dari Allah beberapa Tuhan."
Dalam ayat dikatakan mereka ambil, artinya datang dari kehendak mereka sendiri, karena berpikir yang kacau. Betapa tidak? Bukankah mereka sendiri pun mengakui sejak semula bahwa yang sebenar Tuhan itu hanya Allah saja, tiada yang lain. Mengapa mereka ambil lagi beberapa tuhan? Apakah mereka merasa tidak cukup kekuasaan itu mutlak pada Allah saja? “Supaya mereka semuanya yaitu tuhan-tuhan yang banyak itu.
“Menjadi pelindung mereka."
Tempat mereka minta tolong, tempat mereka minta bantu. Padahal diri mereka sendiri, yang mengambil atau “membuat" tuhan-tuhan yang lain itu jauh lebih kuat dari tuhan-tuhan yang mereka ambil itu.
Apakah alam-alam lain, benda-benda lain, atau manusia-manusia lain yang mereka pertuhan itu suka akan yang demikian? Ayat selanjutnya menegaskan,
Ayat 82
“Kattaa! Sekati-kati tidak!"
Artinya sekali-kali tidaklah betul perbuatan mereka itu."Bahkan tuhan-tuhan itu akan menolak peribadahan mereka."
Artinya tidaklah mereka suka diri mereka di pertuhan.
“Dan mereka semuanya akan menantang perbuatan mereka."
Orang-orang atau barang-barang yang mereka pertuhan itu akan menolak dan akan menantang. Karena mereka insaf semuanya bahwa mereka adalah makhluk yang dijadikan Tuhan belaka, sama keadaannya dengan orang-orang yang mempertuhan mereka itu. Niscaya takutlah mereka akan diberikan pertanggunganjawab tentang perbuatan orang-orang yang mempersekutukan mereka dengan Allah itu.
Ayat 83
“Tidakkah engkau lihat, sesungguhnya Kami telah mengirim setan-setan kepada orang-orang yang kafir itu, untuk mengganggu mereka dengan berbagai gangguan."
Di dalam ayat ini Nabi kita ﷺ disuruh Allah memerhatikan dengan seksama, cobalah lihat, akan nyata kelak bahwa setan-setan telah memengaruhi orang-orang yang mem-persekutukan yang lain dengan Allah itu. Memang sejak semula manusia datang ke dunia ini, setan telah didatangkan bersama-sama. Setan akan memperdayakan manusia mana yang lemah imannya yang tidak teguh pendiriannya. Pengaruh setan-setan itu akan kelihatan nyata sekali dalam cara mereka memperhambakan diri kepada setan, atau menyembah kepada yang lain. Macam-macam saja peraturan yang mereka perbuat, yang satu berbeda dengan yang lain. Serupa juga dengan apa yang kita lihat sekarang dengan adanya berbagai gerakan yang menyeleweng dari Islam, lalu mendakwakan diri mereka percaya kepada Allah dan membuat peribadahan sendiri-sendiri.
Sebagai gerakan kaum kebatinan di Indonesia; satu dukun satu pula peribadah-annya. Satu kiyahi, satu pula pemujaannya, sehingga Kantor Penyelidik Kepercayaan-kepercayaan yang berbagai macam itu mencatat tidak kurang dari dua ratus macam kepercayaan, baru di Tanah Jawa saja. Ada yang bermenung pagi-pagi buta menantang cahaya matahari yang baru terbit. Ada yang duduk bersila mengiringkan matahari terbenam. Ada yang bangun tengah malam lalu bersemadi, atau seorang murid dimandikan oleh gurunya. Sebentar-bentar sang dukun atau sang guru mengatakan bahwa dia telah mendengar suara atau telah mendapat mimpi, atau telah, mendapat wahyu cakraningrat, dan sebagai-nya."Tidakkah engkau lihat!" Demikian bunyi pangkal ayat. Karena memang, di belakang kebenaran yang hanya satu adalah jalan dhalal (sesat) yang bersimpang-siur.
Ayat 84
“Maka janganlah engkau hendak tergesa menghadapi mereka."
Peringatan Allah kepada Nabi kita ﷺ. Jangan engkau gelisah! Jangan engkau me-rasakan dalam hatimu, mengapa tidak dihancurkan Allah saja kemungkaran ini sekarang juga. Az-Zamakhsyari memberinya tafsir dalam al-Kasysyaf nya demikian, “Janganlah engkau mau bergegas atau tergesa-gesa segera juga hendaknya engkau dan orang-orang Islam yang mengikut engkau terlepas dan kejahatan mereka dan bersih bumi ini, terkikis habis sisa-sisa mereka. Karena tidak ada di antara engkau dan di antara yang engkau inginkan itu kecuali hanya menunggu hari, atau beberapa napas yang dapat dihitung.
“Sesungguhnya lain tidak, Kami telah memperhitungkan untuk mereka dengan sebenar-benar perhitungan."
Artinya, bahwasanya perhitungan itu sudah ada di tangan Allah. Kalau dua sudah dua kali, pastilah jumlahnya empat. Itu adalah pasti. Tidak akan ada jalan lain lagi. Segala yang mereka lakukan itu tidak lepas daripada perhitungan. Mereka tidak menghitung, namun Allah menghitung. Kalau Nabi dan orang yang beriman merasa seakan-akan ke-putusan itu lama baru datang, dan mereka hendak bergegas terburu-buru saja, karena mereka tidak memerhatikan perhitungan itu.
Meskipun ayat ini mengenai orang yang kafir, namun orang yang beriman bila membaca ayat-ayat yang berisi melarang tergesa-gesa ini, mereka tafakkur juga. Ibnu Abbas sendiri setelah sampai kepada ayat 84 ini, yang mengatakan bahwa langkah manusia tidak lepas daripada perhitungan Allah, menangislah beliau dengan tidak disadari. Orang bertanya mengapa beliau menangis. Beliau menjawab, “Akhir perhitungan ialah keluarnya napasmu yang terakhir dari tubuhmu. Akhir perhitungan ialah berpisahnya engkau dengan keluargamu. Akhir perhitungan ialah engkau dimasukkan ke dalam liang lahat kuburmu."
Ketika ahli pengajar raja-raja yang terkenal, Ibnus Sammak membacakan ayat ini di hadapan Khalifah al-Ma'mun, termenung baginda. Di akhir menungnya baginda berkata: “Kalau napas yang turun naik itu selalu dihitung, sedang tambahan atau bantuan yang baru tidak ada, akhirnya tentu habis."
LEGA DADA ORANG YANG TAKWA
Ayat 85
“(Yaitu) pada hari akan Kami kumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Allah Pengasih, sebagai sekumpulan penutusan."
Ujung ayat ialah “Wafdan" yang kita artikan perutusan. Dalam bahasa kaum diplomat disebut delegasi.
Apabila terjadi perayaan-perayaan besar hari pelantikan raja-raja, atau Tuanku naik naubat, maka datanglah utusan-utusan yang diundang dengan berbagai kebesaran untuk menghadiri hari yang bersejarah itu. Kerajaan sahabat mengirimkan delegasi atau wafd, atau perutusan dengan segala kebesarannya, memakai kendaraan-kendaraan yang layak bagi utusan suatu negara, melengkapi dan menghiasi dada mereka dengan bintang-bintang kehormatan.
Di zaman hidup Nabi kita ﷺ sendiri, setelah bangsa-bangsa Arab di sekeliling jazirah Arabia itu mengakui Kedaulatan Islam di bawah pimpinan Nabi ﷺ, maka berdatanganlah utusan-utusan (Wufud) dari seluruh Jazirah itu. Bahkan datang juga Perutusan dari Najran, Pusat kegiatan agama Nasrani di sebelah selatan Tanah Arab. Pendeta-pendeta dan orang besar-besar yang datang itu lengkap dengan pakaian-pakaian kebesarannya, sehingga pendeta-pendeta pun memakai pakaian kependetaan. Demikian lapang dada Nabi ﷺ, setelah beliau lihat mereka itu terlalu kaku dengan pakaian resmi itu hendak berunding dengan beliau, beliau suruh tanggalkan saja pakaian-pakaian yang berat itu, agar lebih leluasa.
Inilah keterangan yang terlebih dahulu harus dijelaskan tentang arti wafdan atau perutusan atau delegasi. Sudah menjadi tradisi sejak zaman purbakala bahwa wafdan itu adalah utusan mulia, utusan istimewa.
Maka tersebutlah di dalam ayat 85 ini bahwasanya orang-orang yang bertakwa akan datang kepada Allah Yang Maha Pengasih, sebagai sekumpulan perutusan.
Ibnu Katsir menafsirkan bahwasanya wali-wali-Nya, orang-orang yang terdekat kepada-Nya, yaitu orang-orang yang muttaqin, yang takut bercampur harap dia akan Tuhannya di dunia ini, yang mengikut segala ajaran yang dibawakan oleh rasul-rasul, diterimanya lagi diakuinya, ditaatinya apa yang mereka perintahkan, dihentikannya apa yang mereka larang; mereka itu akan berkumpul menghadap Allah dalam keadaan sebagai perutusan. Ibnu Katsir menjelaskan lagi dalam tafsirnya, Bahwa utusan-utusan itu akan datang dengan memakai kendaraan. Mereka mengendarai kendaraan-kendaraan yang terdiri dari cahaya. Kedatangan mereka adalah dalam keadaan sebaik-baik perutusan di negeri yang penuh karamah (kemuliaan) dan ridha dari Allah.
SEBALIKNYA BAGI YANG DURHAKA
Ayat 86
“Dan akan Kami halaukan orang-orang yang durhaka ke dalam nenaka jahannam dalam keadaan dahaga."
Dengan ayat ini diterangkan kebalikan dari apa yang dilakukan atas hamba Allah yang bertakwa. Yaitu terhadap hamba Allah yang durhaka. Mereka bukan disambutsebagaimana menyambut kedatangan utusan yang mulia, melainkan dihalaukan laksana menghalau binatang ternak, ke dalam neraka Jahannam, yaitu tempat yang mereka pilih sendiri tatkala mereka masih hidup di dunia ini. Tak ada yang menolong, tak ada yang memberikan perlindungan dan syafaat.
Ayat 87
“Mereka tidak mempunyai (hak) syafa'at., kecuali orang-orang yang telah mengadakan di sisi Allah Pengasih, suatu penjanjian."
Susunan ayat yang tiga berturut-turut ini sudah jelas. Yaitu hamba Allah yang muttaqin akan datang menghadap Allah laksana kedatangan utusan raja-raja layaknya, dengan serba kebesaran, berkendaraan angkatan. Sedang orang yang hidupnya dalam durhaka dan durjana akan dihalau ke neraka Jahannam dengan serba kehinaan. Tidak ada yang akan menolong, tidak akan ada yang memberikan syafaat, kecuali kalau di kala hidupnya telah dibuatnya janji dengan Allah.
Ayat ini memberikan ketegasan jalan yang lapang bagi tiap orang akan bertobat dari kesalahan. Berikanlah didikan kepada anak sejak dia masih kecil, agar dia ingat janjinya dengan Allah. Umur 7 tahun ajarlah dan didiklah dia shalat. Ajar mengaji, lancarkan lidahnya membaca ayat-ayat Allah. Malahan seketika dia mulai lahir ke dunia, ucapkanlah kalimat adzan (bang) pada telinganya. Karena memang ada sebuah hadits, baik yang dirawikan oleh Abu Dawud atau yang dirawi-kan oleh an-Nasa'i, anjuran Nabi menyambut kelahiran putra dengan adzan pada telinganya. Karena di dalam ucapan adzan itu telah terdapat janji itu.
Ibnu Abbas berkata, “janji itu ialah Laa llaha Illallah" tidak ada Tuhan melainkan Allah.
Dan menurut riwayat daripada Muqatil dan lbnu Abbas pula: “Tidaklah akan diberi syafaat kecuali orang yang mengucapkan Asyhadu Alia llaha Illallah! Dan berlepas diri dari segala daya upaya dan kekuatan, kecuali dengan Allah dan tidak mengharap dari siapa-siapa, kecuali dari Allah."
Menurut sebuah riwayat pula daripada lbnu Mas'ud, ketika beliau menafsirkan ayat, dia berkata: “Pernah aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
“Apakah tidak sanggup seseorang kamu mengambil janji tiap pagi dan tiap petang hari dengan Allah?" Lalu ada yang bertanya: “Ya Rasul Aliah, janji apakah agaknya itu?" Beliau jawab: “Hendaklah baca tiap pagi dan petang: “Ya Allah Penapta sekalian langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui akan yang gaib dan yang mata. Sesungguhmu aku berjanji kepada Engkau pada waktu hidup di dunia ini, bahwasanya aku naik saksi bahwa tidak ada Tuhan, melainkan Engkau, Engkau sendiri saja, tidak ada sekutu bagi Engkau, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Engkau dan Utusan Engkau; maka janganlah dipercayakan aku ini kepada diriku sendiri. Karena jika Engkau biarkan saja diriku terserah kepada diriku sendiri, akan bertambah jauhlah aku dari kebaikan dan bertambah dekatlah aku dari kejahatan. Sedang aku tidaklah berpegang teguh melainkan kepada Rahmat'Mu saja. Maka jadikanlah untukku sesuatu janji di sisi Engkau yang akan Engkau penuhi untukku di han Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidaklah pernah menyalahi janji." Kata Nabi selanjutnya: “Apabila ini dibacanya, akan dicapkan Allahdah untuknya janji itu dan diletakkannya di bawah. Arsy. Dan apabila Kiamat nanti datang, akan menyerulah Penyeru: “siapa dia yang telah ada janjinya di sisi Allah?" Orang itu pun berdiri lalu masuklah dia ke dalam surga." (HR Tirmidzi dan lain-lain)
Maka karena janji itu telah diikat sejak semula dan kedua ibu bapak pun mendidik anak-anaknya, bahkan sejak dia lahir ke dunia agar mengikatkan diri dengan janji itu, meskipun dalam pergolakan hidup kadang-kadang terseleweng juga kepada yang buruk, namun syafa'at akan tetap didapat juga di akhirat, karena diri telah dibentuk dengan itu sejak lagi kecil.
Maka kita dapatilah dalam ayat-ayat ini tiga macam penyelenggaraan yang akan diterima kelak di akhirat itu.
Ada orang yang kedatangannya akan diterima sebagai layaknya kedatangan Utusan dari negara yang jauh, karena hidupnya bertakwa. Dan ada lagi yang akan diterima dengan serba kehinaan, akan dihalaukan ke dalam neraka Jahannam, karena hidupnya yang durjana. Dan ada lagi macam yang ketiga, yaitu meskipun tidak diterima sebagai kedatangan utusan, namun baginya ada juga keringanan sebab belum pernah selama hidupnya di dunia dia melupakan hubungannya janjinya dengan Allah, meskipun terlanjur berdosa.
Amer bin Qais al-Mulia'i berkata, “Seorang yang beriman apabila keluar dari dalam kuburnya akan diterima oleh amalannya sendiri dalam rupa yang paling bagus dan suara yang paling merdu. Lalu amalnya itu bertanya kepadanya, “Apakah engkau kenal siapa aku?" Dia men-jawab, “Tidak kenal! Cuma hatiku senang melihat indah wajahmu dan merdu suaramu." Lalu si amal itu menjawab, “Begitulah aku ini selama di dunia dahulu. Aku ini adalah amalanmu yang saleh seketika engkau berada di dunia. Oleh karena selama di dunia dahulu seakan-akan engkau aku perkuda ke mana pergi, sekarang engkau perkuda pulalah aku, tungganglah aku! Karena pada hari inilah akan dikumpulkan orang-orang yang bertakwa menghadap Allah Maha Pengasih sebagai perutusan." Dan adapun orang yang kafir akan diterimalah dia oleh amalannya dalam rupa yang sangat jelek dan bau yang sangat busuk. Lalu dia pun bertanya, “Kenalkah engkau siapa aku?" Dia menjawab, “Aku tak kenal! Cuma aku lihat wajahmu sangat jelek, baumu sangat busuk." Si amal menjawab, “Demikian pulalah aku di dunia dahulu. Aku ini adalah amalanmu yang jahat. Ketika di dunia dahulu engkau perkuda aku ke mana pergi. Sekarang engkau akan aku tunggangi pula."
Banyaklah riwayat hadits-hadits yang di-rawikan tentang sambutan terhadap orang-orang yang bertakwa itu pada hari Kiamat. Ada hadits yang shahih atau hasan dan ada juga yang kurang kuat, namun sambutan sebagai menyambut utusan itu banyaklah bertemu di dalam kitab-kitab tafsir. Sebagai suatu riwayat dari lbnu Abbas juga, bahwa mereka akan disambut dengan kendaraan apa yang mereka sukai seketika hidup di dunia. Suka berkuda diterima dengan kuda, suka berunta diterima dengan unta. Suka berkapal akan diterima dengan kapal. Tetapi pelananya kuda atau unta itu bersalutkan emas, bertatahkan permata ratna mutu manikam.
Yang durhaka dihalau dan digiring kendaraan dalam keadaan haus dan dahaga.
Kita berdoa kepada Allah, moga-moga kita diberi selamat dunia dan akhirat Amin.