Ayat
Terjemahan Per Kata
وَفِي
dan di
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
قِطَعٞ
bagian-bagian
مُّتَجَٰوِرَٰتٞ
berdampingan
وَجَنَّـٰتٞ
dan kebun-kebun
مِّنۡ
dari
أَعۡنَٰبٖ
anggur
وَزَرۡعٞ
dan tanaman-tanaman
وَنَخِيلٞ
dan pohon Kurma
صِنۡوَانٞ
bercabang
وَغَيۡرُ
dan tidak
صِنۡوَانٖ
bercabang
يُسۡقَىٰ
disirami
بِمَآءٖ
dengan air
وَٰحِدٖ
satu(sama)
وَنُفَضِّلُ
dan Kami melebihkan
بَعۡضَهَا
sebagian
عَلَىٰ
atas
بَعۡضٖ
sebagian yang lain
فِي
dalam/tentang
ٱلۡأُكُلِۚ
rasa
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
pada
ذَٰلِكَ
yang demikian
لَأٓيَٰتٖ
sungguh tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يَعۡقِلُونَ
mereka berfikir
وَفِي
dan di
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
قِطَعٞ
bagian-bagian
مُّتَجَٰوِرَٰتٞ
berdampingan
وَجَنَّـٰتٞ
dan kebun-kebun
مِّنۡ
dari
أَعۡنَٰبٖ
anggur
وَزَرۡعٞ
dan tanaman-tanaman
وَنَخِيلٞ
dan pohon Kurma
صِنۡوَانٞ
bercabang
وَغَيۡرُ
dan tidak
صِنۡوَانٖ
bercabang
يُسۡقَىٰ
disirami
بِمَآءٖ
dengan air
وَٰحِدٖ
satu(sama)
وَنُفَضِّلُ
dan Kami melebihkan
بَعۡضَهَا
sebagian
عَلَىٰ
atas
بَعۡضٖ
sebagian yang lain
فِي
dalam/tentang
ٱلۡأُكُلِۚ
rasa
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
pada
ذَٰلِكَ
yang demikian
لَأٓيَٰتٖ
sungguh tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يَعۡقِلُونَ
mereka berfikir
Terjemahan
Di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.
Tafsir
(Dan di bumi terdapat bagian-bagian) berbagai macam daerah (yang berdampingan) yang saling berdekatan; di antaranya ada yang subur dan ada yang tandus; dan di antaranya lagi ada yang kekurangan air dan yang banyak airnya; hal ini merupakan bukti-bukti yang menunjukkan kepada kekuasaan-Nya (dan kebun-kebun) ladang-ladang (anggur, tanam-tanaman) dibaca rafa', yaitu zar'un karena diathafkan kepada lafal jannatun. Kalau dibaca jar, yaitu zar'in diathafkan kepada lafal a'naabin, demikian pula firman-Nya: (dan pohon kurma yang bercabang) lafal shinwaanun adalah bentuk jamak dari kata tunggal shinwun, artinya pohon kurma yang banyak cabangnya (dan yang tidak bercabang) pohon kurma yang tidak banyak cabangnya (disirami) kalau dibaca tusqaa, artinya kebun-kebun dan pohon-pohon yang ada padanya disirami. Dan kalau dibaca yusqa, artinya hal tersebut disirami (dengan air yang sama. Kami melebihkan) dapat dibaca nufadhdhilu dan yufadhdhilu (sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya) dapat dibaca al-ukuli dan al-ukli, artinya dalam hal rasa; yaitu ada yang manis dan ada yang masam. Hal ini merupakan tanda yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah ﷻ (Sesungguhnya pada yang demikian itu) dalam hal tersebut (terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir) yaitu bagi orang-orang yang mau memikirkannya.
Tafsir Surat Ar-Ra'd: 3-4
Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama.
Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. Setelah menyebutkan tentang alam langit, maka Allah menyebutkan kekuasaan, kebijaksanaan, dan hukum-hukumnya di alam bagian bawah. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi. (Ar-Ra'd: 3) Yaitu menjadikannya luas membentang secara memanjang dan melebar, lalu Allah memancangkan gunung-gunung yang kokoh dan tinggi-tinggi untuk memantapkannya, serta mengalirkan padanya sungai-sungai, mata air-mata air, dan sungai-sungai kecil untuk mengairi segala sesuatu yang Dia ciptakan padanya, yaitu buah-buahan yang beraneka ragam warna, bentuk, rasa, dan baunya.
berpasang-pasangan. (Ar-Ra'd: 3) Artinya, dari tiap jenis ada dua macam yang berpasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. (Ar-Ra'd: 3) Dia menjadikan masing-masing dari keduanya menyusul yang lainnya dengan cepat. Dengan kata lain, apabila yang satunya pergi, maka yang lainnya datang; dan apabila yang lainnya pergi, maka yang satunya datang. Allah pulalah yang mengatur waktu, sebagaimana Dia mengatur tempat dan penduduknya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Ar-Ra'd: 3) Yakni memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah, kebijaksanaan, dan bukti-bukti yang menunjukkan keesaan-Nya.
Firman Allah ﷻ: Dan di bumi itu terdapat bagian-bagian yang berdampingan. (Ar-Ra'd: 4) Yaitu kawasan-kawasan yang satu sama lainnya berdampingan, tetapi yang satunya berpembawaan subur, dapat menumbuhkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia; sedangkan yang lainnya tandus, tidak dapat menumbuhkan sesuatu pun. Demikianlah menurut riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Dan termasuk ke dalam pengertian ayat ini perbedaan warna tanah masing-masing kawasan, ada yang berwarna merah, ada yang putih, ada yang kuning, ada yang hitam, ada yang berbatu, ada yang mudah ditanami, ada yang berpasir, ada yang keras, dan ada yang gembur; masing-masing berdampingan dengan yang lainnya, tetapi masing-masing memiliki sifat dan spesifikasi yang berbeda-beda.
Semuanya itu menunjukkan keberadaan Tuhan yang menciptakannya menurut apa yang dikehendaki-Nya.-Tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia. Firman Allah ﷻ: dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman, dan pohon kurma. (Ar-Ra'd: 4) Lafaz zar'un dan nakhilun dapat dibaca rafa' dengan ketentuan bahwa keduanya di-'ataf-kan kepada lafaz fannatun. dan bila dibaca zar'in dan nakhilin, berarti di-'ataf-kan kepada lafaz a'nabin. Karena itulah ada dua golongan para imam yang masing-masing membacanya dengan bacaan tersebut.
Firman Allah ﷻ: yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Ar-Ra'd: 4) As-sinwan artinya pohon yang bercabang, seperti delima, pohon tin, dan sebagian pohon kurma serta lain-lainnya. Sedangkan gairu sinwan artinya yang tidak bercabang, melainkan hanya satu pokok saja. Termasuk ke dalam pengertian ini dikatakan bahwa paman seseorang sama kedudukannya dengan ayahnya; seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada Umar: Tidakkah engkau ketahui bahwa paman seseorang itu setara dengan ayahnya.
Sufyan As-Sauri dan Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Al-Barra r.a. yang mengatakan bahwa As-sinwan artinya beberapa pohon kurma yang tumbuh dari satu batang pohon. Dan gairu sinwan artinya yang terpisah-pisah (yakni berbeda batangnya). Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya. Firman Allah ﷻ: disirami dengan air yang sama, Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4) Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4) Lalu Nabi ﷺ bersabda bahwa ada yang pahit, ada yang hambar, ada yang manis, dan ada yang asam.
Hadis riwayat Imam Turmuzi, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib. Dengan kata lain, perbedaan pada buah-buahan dan tanam-tanaman ini adalah dalam hal bentuk, warna, rasa, bau, daun-daun, dan bunga-bunganya. Sebagian di antaranya ada yang berasa manis sekali, yang lainnya ada yang sangat kecut, ada yang sangat pahit, ada yang berasa hambar, dan yang lainnya lagi ada yang berasa segar.
Ada pula yang pada mulanya berasa kecut, kemudian berubah berasa lain (manis) dengan seizin Allah. Warna masing-masing ada yang kuning, ada yang merah, ada yang putih, ada yang hitam dan ada yang biru. Demikian pula halnya dengan bunga-bunganya, padahal semuanya menyandarkan kehidupannya dari satu sumber, yaitu air; tetapi kejadiannya berbeda-beda dengan perbedaan yang cukup banyak tak terhitung. Dalam kesemuanya itu terkandung tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang menggunakan pikirannya.
Keadaan ini termasuk bukti yang paling besar yang menunjukkan akan Penciptanya, yang dengan kekuasaan-Nya dijadikan berbeda segala sesuatunya, Dia menciptakannya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (Ar-Ra'd: 4).
Dan di bumi yang terhampar dengan gunung-gunung yang tegak
berdiri dan sungai-sungai yang berkelok-kelok dan bermuara ke laut,
terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan dengan jarak yang berbeda serta kualitas kesuburan yang berbeda pula. Ada bagian tanah
yang baik menjadi kebun-kebun anggur, ada yang cocok ditanami tanaman-tanaman tertentu, dan ada pula yang cocok ditanami pohon kurma
yang bercabang dan yang tidak bercabang. Bagian-bagian tanah yang ditanami itu disirami dengan air yang sama. Tanaman-tanaman itu tumbuh, berkembang, lalu mengeluarkan bunga dan buah yang jenisnya
beragam. Meski demikian, Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang
lainnya, baik dalam hal rasa, warna, ukuran, maupun bobot-nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi
orang-orang yang mau mengerti. Semua itu dengan sangat jelas membuktikan keesaan Allah. Dan
sebab itu, jika ada sesuatu yang engkau patut merasa heran, maka yang
mengherankan adalah ucapan mereka, Apa-kah benar, bila kami telah
meninggal, dikubur, dan kemudian menjadi tanah, apakah kami kelak
akan dikembalikan atau dibangkitkan menjadi makhluk yang baru lagi'
Mereka yang berkata seperti itulah orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya. Mereka mengingkari keesaan Allah dan kepastian datangnya
hari Kiamat, dan mereka itulah orang-orang yang akan dilekatkan belenggu di lehernya. Mereka adalah para penghuni neraka, dan mereka kekal di
dalamnya untuk waktu yang sangat lama.
Ungkapan ayat ini merupakan kelanjutan dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di bumi, yaitu bahwa di bumi terdapat bagian-bagian tanah yang berdekatan dan berdampingan tetapi berlainan kesuburannya. Ada tanah yang sangat subur untuk ditanami tanaman apa saja, ada pula tanah yang hanya dapat ditanami pohon-pohon besar saja, tetapi tidak baik untuk ditanami tanaman palawija atau sebaliknya, ada pula tanah yang lunak dan ada pula yang keras yang sulit untuk digemburkan. Di bumi terdapat kebun-kebun anggur, tanaman palawija, dan pohon yang bercabang dan tidak bercabang. Semuanya itu disiram dengan air yang sama tetapi menghasilkan buah yang beraneka ragam rasanya, seperti pohon tebu yang rasanya manis, buah jeruk yang rasanya manis dan masam, serta buah paria yang rasanya pahit, dan lain sebagainya. Allah melebihkan sebahagian tanaman-tanaman atas sebagian yang lain baik dari bentuknya, rasanya dan baunya. Semua tanda-tanda itu menunjukkan kekuasaan Allah dan menjadi dalil yang bisa menimbulkan keyakinan bagi orang-orang yang mau berpikir.
Menurut kajian saintis, perbedaan rasa dari buah-buahan atau tanaman, disebabkan perbedaan kandungan kimiawi yang ada di dalamnya. Zat atau molekul kimiawi ini, dalam bahasa ilmu biokimia dikenal dengan sebutan metabolit. Perbedaan jenis maupun kuantitas metabolit inilah yang memberikan rasa yang berbeda-beda dari tanaman atau buah yang berbeda. Biji dari semua tanaman, hampir semuanya berbentuk sama atau dikenal sebagai mempunyai morfologi yang sama, atau hampir sama, yaitu morfologi-nya bulat atau sedikit lonjong. Semua biji ini, di dalamnya terkandung embrio tanaman (Encyclopedia Britannica, 1965,Vol.20, Seed, 273-275). Dalam embrio tanaman itu terkandung materi-materi genetik (atau yang sering disebut dengan DNA, Desoxyribo Nucleic Acid, atau Asam Desoksiribo Nukleat).
Dalam biji tanaman yang berbeda, kandungan embrioniknya berbeda, demikian pula kandungan materi DNA-nya juga berbeda. DNA suatu materi yang akan sangat menentukan proses pembentukan metabolit dalam semua makhluk hidup termasuk tanaman. Maka Mahabesar Allah, apabila biji-biji yang berbeda itu ditanam dan disiram dengan air yang sama, biji-biji itu akan tumbuh menjadi berbagai tanaman yang berbeda rasanya, tergantung materi genetik yang dikandungnya; karena materi genetik inilah yang akan menentukan (membuat) metabolit-metabolit di dalam tanaman itu yang menentukan rasa buah atau tanaman itu..
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AR-RA'D
(PETIR)
SURAH KE-13, 43 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -43)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
“Alif Laam Miim Roa." Telah banyak kita jelaskan tentang arti huruf di pangkal surah, dan telah kita simpulkan pendirian kita bahwa arti atau hikmah meletakkan huruf-huruf demikian di pangkal surah, Allah sajalah yang lebih mengetahui. Dan jika kita memberi arti tersendiri, asal jangan melanggar isi maksud Al-Qur'an, tidak mengapa. Tetapi jangan dipertahankan bahwa pendapat itu sajalah yang benar dan yang lain tidak. Riwayat-riwayat Ibnu Abbas-lah yang banyak memberi arti huruf-huruf itu, tetapi tidak pula dikuatkan oleh riwayat yang lain, terutama hadits-hadits yang shahih daripada Nabi Muhammad ﷺ."Ayat-ayat Kitab ini." yaitu ayat-ayat dari kitab Al-Qur'an,
Ayat 1
“Dan yang diturunkan kepada engkau dan Tuhan engkau adalah benar."
Dalam ayat ini tersebutlah bahwa Rasulullah ﷺ itu menerima dua dari Allah, pertama wahyu yang tersebut di dalam AI-Qur'an, kedua soal-soal lain yang berkenaan dengan syari'at. Tetapi cara perincian dijelaskan oleh perbuatan Nabi. Misalnya di dalam Al-Qur'an dijelaskan kewajiban shalat, tetapi bagaimana cara, kaifiat mengerjakan shalat itu adalah mencontoh dari perbuatan Rasulullah ﷺ sendiri yang diturunkan langsung kepada beliau, misalnya dengan contoh perbuatan yang dipertontonkan oleh Jibril di hadapan beliau. Maka keduanya, yaitu ayat-ayat dalam Ai-Qur'an dan contoh perbuatan Rasulullah, kedua-duanya itu sama benarnya, dan tidaklah dapat kita mengerjakan agama yang diwahyukan di dalam Al-Qur'an dengan sempurna. Kalau contoh teladan yang dari Nabi Muhammad ﷺ itu tidak kita turuti.
"Akan tetapi kebanyakan manusia tidaklah percaya."
Isi Al-Qur'an ditolaknya, apatah lagi perbuatan Rasulullah ﷺ tidak dijadikannya contoh teladan, dia. Hanya berbuat semau-maunya, itulah orang yang boleh disebut kafir. Sebab dia tidak mempunyai alasan di dalam penolakannya itu selain daripada pengaruh hawa nafsunya belaka.
Mengapa sampai manusia banyak yang tidak mau percaya?
Sebab dia tidak mau memerhatikan alam yang berada di sekitarnya dan tidak mau mengenal di mana kedudukannya, sebagai manusia, dalam gabungan dengan alam itu. Sebab itu maka ayat selanjutnya memperingatkan manusia tentang betapa kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya di alam ini.
Ayat 2
“Allah-lah yang telah meninggikan semua langit dengan tidak bertiang yang kamu lihat akan dia."
Tinggilah sangat langit itu dan banyaklah lapis-lapisnya, sehingga tidak ada batas tempat tertumbuknya penglihatan kita, yang oleh karena sangat jauhnya, yang dapat kita lihat hanyalah warna biru belaka. Disebut Samawat, yang berarti banyak langit, dan penafsir artikan Semua Langit. Yang kadang-kadang disebut di dalam Al-Qur'an Tujuh Langit, yang menurut bahasa Arab pemakaian bilangan tujuh bukanlah tetap tujuh, tetapi tanda bahwa dia banyak. Berapakah banyak sebenarnya? Tidaklah ada manusia yang tahu. Apakah langit itu tingkat-tingkat udara di cakrawala? Tidak ada yang tahu! Apakah itu agaknya galaksi (kumpulan kekeluargaan berjuta bintang) dengan mata-hari-mataharinya sendiri-sendiri? Pun tidak ada yang tahu! Manusia belum lama tinggal di dunia ini, jika dibandingkan dengan umur dunia dan umurnya bumi dan langit, dan penyelidikan tentang alam pun masih baru, belum cukup 100.000 tahun. Malahan abad-abad terakhir ini, terutama abad kedua puluh ini, barulah permulaan mencoba menyelidiki langit yang belum lagi sempurna. Diingatkan kepada manusia bahwa langit itu terbentang demikian rupa di atas kepala kita, dan bintang-bintang menghiasinya di waktu malam dengan indahnya, namun dia melindungi kita laksana atap bagi kita, namun kita tidak melihat di mana tiangnya.
Manusia ditarik buat memerhatikan itu. Demikian kukuhnya bintang-bintang masih bercahaya, matahari masih beredar dan bulan pun demikian pula, namun dia tidak pernah runtuh sudah berjuta-juta tahun. Dan bintang-bintang itu juga yang dilihat oleh nenek-moyang kita beribu tahun yang lalu, dan bintang-bintang itu juga yang akan dilihat oleh anak cucu kita beribu-ribu tahun lagi, sesudah kita tak ada. Demikian kukuhnya, pastilah hendaknya dia bertiang, namun kita tidak pernah melihat tiang itu. Sebab kalau kita tidak melihatnya, bukanlah artinya bahwa tiang itu tidak ada.
Apakah tiang itu? Apakah barangkali kekuatan daya tarik-menarik dan perimbangan berat dan jarak di antara satu bintang dengan bintang yang lain? Mungkin itulah dia tiang itu. Misalnya ukuran jarak di antara matahari dengan bumi dan ukuran jarak antara bumi dengan bulan; mungkin itu tiangnya, dan mungkin juga yang lain, yang terkandung dalam ilmu Allah ﷻ",Kemudian Dia pun bersemayam di atas Arsy." Bagaimana semayam-Nya itu pun tidaklah kita ketahui, dan tidak perlu kita mencari berbagai tafsir, misalnya dilaksanakan dengan seorang raja yang duduk bersemayam memegang tongkat lambang kekuasaan dan bola lambang kebe-saran pada kedua belah tangannya; karena apa yang kita gambarkan itu pasti tidak sama dengan keadaan sebenarnya yang ada dalam ilmu Allah."Dan teiah Dia mudahkan matahari dan bulan."
Untuk merasakan betapa benar artinya Allah memudahkan matahari dan bulan, baiklah kita kenangkan kembali bahwasanya bumi tempatkita hidup ini hanya salah satu saja dari 11 bintang yang menjadi satelit matahari. Kalau misalnya kita diizinkan Allah berpindah sejenak kepada salah sebuah bintang di ruang angkasa luas itu dan dari sana kita melihat ke bumi, dia akan kelihatan sebagai salah satu daripada beratus bintang yang kita lihat pada malam hari itu saja. Sedang matahari adalah berjuta kali lebih besar daripada bumi. Dan bulan adalah pengiring dari bumi, jauh sangat lebih kecil daripada bumi, tetapi dia pun dipenuhi oleh gunung-gunung mencakar langit karena tingginya. Maka bumi yang kita diami ini sangatlah besarnya jika dibandingkan kepada keadaan kita. Dibandingkan dengan bumi, bolehlah kita katakan bahwa kita ini tidak ada. Jangankan mengangkat bulan, bumi atau matahari, sedangkan mengangkat sebuah batu besar yang jatuh dari tebing gunung menghambat hubungan lalu lintas jalan, kita telah mempergunakan alat-alat besar traktor atau derek, memakai berpuluh-puluh orang kuli untuk menyingkirkannya dengan susah payah. Di Bukit Asam (Tanjung Enim) dan Sawah Lunto (Sumatera Barat), sudah berpuluh-puluh tahun orang membongkar batu-batu dengan alat-alat mesin besar dan memakai tenaga beribu-ribu manusia, namun bila dilihat dari kapal-udara, belum ada artinya yang dikerjakan manusia itu. Dengan merenungkan hal ini dapatlah kita rasakan apa artinya jika Allah memudahkan matahari dan bulan, yang niscaya termasuk juga bumi. Kita lihat sendiri betapa mudahnya matahari itu dikelilingi bumi, dan betapa mudahnya bumi itu dikelilingi bulan. Matahari yang sebesar itu hanya laksana bola kecil saja dipermainkan oleh Allah demi kekuasaan-Nya."Setiap-tiapnya berjalan menurut batas yang telah ditentukan." Tidak pernah berubah walaupun seperseribu detik. Dapat dihitung dan dapat dijamin kebenaran dan ketetapan jalannya, menurut falaknya yang tertentu. Sehingga kita insan yang diam di bumi boleh menghitung tahun, membilang bulan, siang-malam, hari ke minggu dan sampai kepada bilangan jam, bilangan menit dan detik. “Dia atur perintah." Dan semua teratur jadinya menurut perintah-Nya itu, teratur dengan disiplin yang sangat keras."Dia terangkan ayat-ayat." Termasuk dalam ayat-ayat itu adanya gerhana matahari, gerhana bulan, naiknya pasang dan surutnya, menunjukkan pertalian perjalanan bulan dengan bumi, dan adanya musim panas dan hujan di daerah khatulistiwa, atau adanya musim dingin, musim berkembang, musim panas dan musim rontok. Semuanya itu adalah ayat-ayat belaka dari firman-Nya: “Dia atur perintah." Disuruhlah manusia memperhatikan ini semuanya.
“Supaya kamu terhadap pertemuan Tuhan kamu menjadi yakin."
Apa sebab karena melihat semuanya itu dan mempelajarinya, kita bisa yakin bahwa kita akan bertemu dengan Allah? Tentu saja! Cakrawala begitu luas; langit semuanya, matahari, bumi dan bulan, berjalan mudah karena perintah yang teratur dari Allah. Maka peraturan Allah itu meliputilah bagi semua makhluk. Kita manusia pun tidak lepas dan peraturan, yaitu peraturan yang berhubung dengan diri manusia sendiri dalam rangka pertalian dengan peraturan alam raya. Manusia lahir ke dunia, hidup dan kemudian mati, dan kelak berbangkit. Kita akan berkata bahwa mustahil untuk kita tidak ada peraturan; yang mengatakan mustahil itu adalah sesuatu yang ada dalam diri kita sendiri, yaitu akal kita. Dan penciptaan manusia dengan diberi akal ini pun satu peraturan yang sangat menakjubkan.
Setelah kita manusia dibawa menengadah ke atas, melihat langit, sekarang dibawa pula menekur ke bumi tempat kita hidup.
Ayat 3
“Dan Dialah yang menghamparkan …, dan Dia jadikan padanya gunung-gunung dan sungai-sungai."
Mula-mula Allah menyatakan bahwa bumi itu dihamparkan buat kita, sehingga kita dapat tidur, membuat rumah tempat diam, membuat jalan-jalan raya dan jalan kereta api di atasnya, dan lautan sebagai bagian dari bumi dapat pula dilayari. Meskipun bumi itu bulat, namun oleh karena besarnya dan kecilnya kita manusia, hanya bumi sebagai hamparanlah yang kita rasai. Tetapi supaya syarat buat kita hidup menjadi lengkap, diciptakan Allah pula di bumi itu gunung-gunung dan sungai-sungai. Gunung-gunung dan sungai-sungai, tidaklah dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Gunung menahan angin, sebagai pulau penghambat ombak. Dan ke puncak gunung itu berkumpullah awan dan dari sebab sangat dinginnya, membekulah salju di puncaknya itu. Lantaran itu air hujan dan salju di negeri-negeri yang bersalju, turun dari puncak gunung-gunung itu dan salju mencair dengan teratur, membentuk sungai. Di daerah yang dialiri air sungai itulah manusia hidup, membuat tempat tinggal, membuat sawah dan ladang, mendirikan kebudayaan. Ingatlah gunung-gunung dan sungai-sungai dalam sejarah manusia sejak zaman purbakala sampai kepada zaman sekarang. Kata ahli-ahli sejarah, kebudayaan-kebudayaan umat manusia bertumbuh dengan suburnya di tepi sungai-sungai."Dan dari tiap-tiap buah-buahan, Dia jadikan padanya sepasang-sepasang." Yaitu pada bumi itu. Tumbuhnya buah-buahan dengan sepasang-sepasang, berjantan, berbetina, ialah karena mengalirnya air sungai tadi. Kadang-kadang kembang betina dan kembang jantan, dikawinkan oleh kumbang atau lebah atau rama-rama. Kadang-kadang dikawinkan oleh angin sepoi. Maka berusahalah manusia di atas bumi itu menyesuaikan dirinya dengan iklim sekelilingnya."Dia tutup malam dengan siang." Di malam hari manusia istirahat, tetapi tumbuh-tumbuhan itu tetap tumbuh, dan setelah hari siang dia bekerja, dan setelah malam dia istirahat lagi. Begitu terus-menerus. Ini semuanya disuruh manusia memerhatikan dan merenungkan, karena.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau berpikir."
Semuanya itu menjadi tanda-tanda bahwa alam ini ada yang mengemudikannya. Teratur karena ada yang mengatur. Tidak ada yang terjadi dengan kebetulan. Hanya manusia yang tidak berpikirlah yang tidak dapat merasakannya. Kita dituntun berpikir dengan teratur. Jika pada ayat cakrawala yang disuruh memperhatikan, dan di ayat 3 direndahkan sedikit, yaitu memperhatikan bumi, gunung dan sungai, sekarang di ayat 4 disuruh memperhatikan daerah yang lebih kecil lagi.
Ayat 4
“Dan pada bumi adalah beberapa (tumpak) tanah yang … dan kebun-kebun dari anggur dan tanam-tanaman lain, dan … yang berumpun dan tidak berumpun, disiram dengan air yang satu, dan Kami lebihkan yang sebagiannya atas yang sebagian pada rasanya."
Orang-orang yang bersawah berpiring-piring dan bertumpak-tumpak, mengerti benar kehendak ayat ini. Tumpak sawah di sana dan di sini, kadang-kadang sama ukurannya dan sama piring sawahnya, tetapi tidak sama hasil padinya, tetapi air yang mengairinya yang satu itu jua, baik air hujan atau air sungai. Padahal letaknya berhampiran bertetangga. Kebun-kebun yang ‘lain tempat orang menanam anggur dan tanam-tanaman yang lain pun demikian. Kurma dibagi orang mutu (kualitas) nya kepada tujuh macam, padahal pohonnya sama dan rupanya sama. Di Mekah di musim haji selalu penjual kurma menyanyikan kurma Madinah."Kurma Madinah ya Syekh!" Tandanya ada macam-macam kurma."Kami lebihkan yang sebagian dari yang sebagian pada rasa." Di Medan terkenal durian kampung besar. Di Jawa terkenal duku palembang. Di Bukittinggi terkenal beras ampatangkat. Kurma itu pun ada yang berumpun dan ada yang tidak berumpun, seperti juga perbedaan besar rumpun padi yang ditanam di sawah dengan padi yang ditanam di ladang. Perbedaan itu pun amat menakjubkan. Ada yang manis; dan yang manis itu pun berbagai ragam pula manisnya. Manis tebu lain, manis rambutan lain, manis mangga lain, berpuluh macam buah-buahan, berpuluh pula macam ragam manisnya. Demikian juga perbedaan rasa asam di waktu masih muda, atau kelatatau hambar, atau pedas sebagai lada dan sangar sebagai bawang dan ada pula yang pahit. Sama sekali itu menakjubkan.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau menggunakan akal."