Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلۡمُسۡلِمِينَ
laki-laki muslim
وَٱلۡمُسۡلِمَٰتِ
dan perempuan muslim
وَٱلۡمُؤۡمِنِينَ
dan laki-laki mukmin
وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ
dan perempuan mukmin
وَٱلۡقَٰنِتِينَ
dan laki-laki yang taat
وَٱلۡقَٰنِتَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang taat
وَٱلصَّـٰدِقِينَ
orang laki-laki yang benar
وَٱلصَّـٰدِقَٰتِ
dan perempuan yang benar
وَٱلصَّـٰبِرِينَ
dan laki-laki yang sabar
وَٱلصَّـٰبِرَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang sabar
وَٱلۡخَٰشِعِينَ
dan laki-laki yang khusyu'
وَٱلۡخَٰشِعَٰتِ
dan perempuan yang khusyu'
وَٱلۡمُتَصَدِّقِينَ
dan laki-laki yang sedekah
وَٱلۡمُتَصَدِّقَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang sedekah
وَٱلصَّٰٓئِمِينَ
dan laki-laki yang berpuasa
وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang berpuasa
وَٱلۡحَٰفِظِينَ
dan laki-laki yang memelihara
فُرُوجَهُمۡ
kehormatan mereka
وَٱلۡحَٰفِظَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang memelihara
وَٱلذَّـٰكِرِينَ
dan laki-laki yang mengingat
ٱللَّهَ
Allah
كَثِيرٗا
banyak
وَٱلذَّـٰكِرَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang mengingat
أَعَدَّ
telah menyediakan
ٱللَّهُ
Allah
لَهُم
bagi mereka
مَّغۡفِرَةٗ
ampunan
وَأَجۡرًا
dan pahala
عَظِيمٗا
yang besar
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلۡمُسۡلِمِينَ
laki-laki muslim
وَٱلۡمُسۡلِمَٰتِ
dan perempuan muslim
وَٱلۡمُؤۡمِنِينَ
dan laki-laki mukmin
وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ
dan perempuan mukmin
وَٱلۡقَٰنِتِينَ
dan laki-laki yang taat
وَٱلۡقَٰنِتَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang taat
وَٱلصَّـٰدِقِينَ
orang laki-laki yang benar
وَٱلصَّـٰدِقَٰتِ
dan perempuan yang benar
وَٱلصَّـٰبِرِينَ
dan laki-laki yang sabar
وَٱلصَّـٰبِرَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang sabar
وَٱلۡخَٰشِعِينَ
dan laki-laki yang khusyu'
وَٱلۡخَٰشِعَٰتِ
dan perempuan yang khusyu'
وَٱلۡمُتَصَدِّقِينَ
dan laki-laki yang sedekah
وَٱلۡمُتَصَدِّقَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang sedekah
وَٱلصَّٰٓئِمِينَ
dan laki-laki yang berpuasa
وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang berpuasa
وَٱلۡحَٰفِظِينَ
dan laki-laki yang memelihara
فُرُوجَهُمۡ
kehormatan mereka
وَٱلۡحَٰفِظَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang memelihara
وَٱلذَّـٰكِرِينَ
dan laki-laki yang mengingat
ٱللَّهَ
Allah
كَثِيرٗا
banyak
وَٱلذَّـٰكِرَٰتِ
dan perempuan-perempuan yang mengingat
أَعَدَّ
telah menyediakan
ٱللَّهُ
Allah
لَهُم
bagi mereka
مَّغۡفِرَةٗ
ampunan
وَأَجۡرًا
dan pahala
عَظِيمٗا
yang besar
Terjemahan
Sesungguhnya muslim dan muslimat, mukmin dan mukminat, laki-laki dan perempuan yang taat, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan penyabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kemaluannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, untuk mereka Allah telah menyiapkan ampunan dan pahala yang besar.
Tafsir
(Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya) (laki-laki dan perempuan yang benar) dalam keimanannya (laki-laki dan perempuan yang sabar) di dalam menjalankan ketaatan (laki-laki yang khusyuk) yang merendahkan diri (dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya) dari hal-hal yang diharamkan (laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan) dari perbuatan-perbuatan maksiat yang pernah mereka lakukan (dan pahala yang besar) bagi amal ketaatan mereka.
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Hakim, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Syaibah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ummu Salamah r.a. (istri Nabi ﷺ) menceritakan hadis berikut. Ummu Salamah mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi ﷺ, "Mengapa kami kaum wanita tidak pernah disebut-sebut di dalam Al-Qur'an sebagaimana kaum pria disebut-sebut di dalamnya?" Ummu Salamah mengatakan bahwa ia tidak mendapat jawaban apa pun dari beliau ﷺ terkecuali melalui seruannya di atas mimbar.
Pada suatu hari saat aku sedang menyisir rambut, lalu aku gelungkan rambutku dan keluar dari kamar pribadiku, kemudian kutempelkan telingaku ke bilik. Tiba-tiba kudengar Rasulullah ﷺ membacakan ayat berikut di atas mimbarnya, seraya bersabda: Hai manusia, sesungguhnya Allah telah menurunkan firman-Nya yang mengatakan, "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, hingga akhir ayat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai dan Ibnu Jarir melalui hadis Abdul Wahid ibnu Ziyad dengan sanad dan lafaz yang semisal.
Jalur lain. Imam Nasai telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Suwaid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Syarik, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Ummu Salamah r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah berkata kepada Nabi ﷺ, "Ya Nabi Allah, mengapa saya selalu mendengar hanya laki-laki saja yang disebutkan di dalam Al-Qur'an, sedangkan kaum wanita tidak pernah disebut-sebut?" Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin. (Al-Ahzab: 35), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui Abu Kuraib, dari Abu Mu'awaiyah, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, bahwa Yahya ibnu Abdur Rahman ibnu Hatib pernah menceritakan sebuah hadis kepadanya dari Ummu Salamah r.a. yang telah mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, mengapa kaum pria selalu disebut-sebut dalam segala sesuatu, sedangkan kami kaum wanita tidak?" Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim. (Al-Ahzab: 35), hingga akhir ayat.
Jalur lain. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Ummu Salamah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, mengapa kaum pria selalu disebut-sebut, sedangkan kaum wanita tidak?" Maka Allah menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim. (Al-Ahzab: 35), hingga akhir ayat. Hadis lain. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Sinan ibnu Muzahir Al-Umari, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah Yahya ibnul Muhallab, dari Qabus ibnu Abu Zabyan, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa kaum wanita pernah bertanya kepada Nabi ﷺ, "Mengapa lelaki mukmin selalu disebut-sebut, sedangkan wanita mukmin tidak pernah disebut-sebut?" Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim. (Al-Ahzab: 35), hingga akhir ayat.
Telah menceritakan pula kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah yang menceritakan bahwa kaum wanita masuk menemui istri-istri Nabi ﷺ Maka mereka berkata, "Sesungguhnya Allah telah menyebutkan kalian istri-istri Nabi ﷺ di dalam Al-Qur'an, sedangkan kami tidak pernah disebut-sebut, apakah memang pada kami tidak ada sesuatu yang patut untuk disebut-sebut?" Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim. (Al-Ahzab: 35), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin. (Al-Ahzab: 35) Ayat ini menunjukkan pengertian bahwa iman itu lain dengan Islam, sebab iman pengertiannya lebih khusus daripada Islam, karena ada firman Allah ﷻ yang menyebutkan: Orang-orang Arab Badui itu berkata, "Kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka), "Kalian belum beriman, tetapi katakanlah, 'Kami telah Islam (tunduk),' karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian. (Al-Hujurat: 14) Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan melalui salah satu hadisnya yang mengatakan: Tidaklah seseorang berbuat zina, saat melakukannya dia sedang dalam keadaan beriman.
Seorang pezina saat sedang mengerjakan zina, iman dicabut dari dalam hatinya; tetapi hal ini tidak memastikannya sebagai seorang yang kafir, menurut kesepakatan ulama. Dan ini menunjukkan bahwa pengertian iman lebih khusus daripada Islam, seperti yang telah kami tetapkan pada permulaan syarah kitab Imam Bukhari. Firman ﷻ ﷻ: Laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya. (Al-Ahzab: 35) Al-qunut artinya ketaatan yang mapan, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya: (Apakah kamu, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? (Az-Zumar: 9) Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi.
Semuanya tunduk hanya kepada-Nya. (Ar-Rum: 26) Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. (Ali Imran: 43) Dan firman Allah ﷻ: Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk (penuh ketaatan). (Al- Baqarah: 238) Kesimpulannya ialah sesudah Islam terdapat tingkatan yang lebih tinggi daripadanya, yaitu iman, kemudian baru qunut yang timbul dari manifestasi keduanya. laki-laki dan perempuan yang benar. (Al-Ahzab: 35) Ini menyangkut pembicaraan (perkataan), karena sesungguhnya benar atau jujur merupakan pekerti yang terpuji. Sebab itulah sebagian para sahabat di masa lalu, baik di masa Islam maupun di masa Jahiliah, belum pernah sekalipun melakukan perkataan dusta.
Benar dalam berkata merupakan pertanda iman pelakunya, sebagaimana dusta merupakan pertanda kemunafikan pelakunya. Barang siapa yang berkata benar, niscaya selamat. Berpegang teguhlah kalian kepada kebenaran, karena sesungguhnya kebenaran itu menuntun pelakunya kepada .perbuatan kebajikan, dan perbuatan kebajikan itu menuntun pelakunya kepada surga. Hati-hatilah kalian terhadap kedustaan, karena sesungguhnya dusta itu menuntun pelakunya kepada kedurhakaan, dan sesungguhnya kedurhakaan itu menuntun pelakunya kepada neraka.
Seseorang yang terus-menerus berkata benar dan selalu memihak kepada kebenaran, pada akhirnya ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang benar (siddiq). Dan seseorang yang terus-menerus berdusta dan selalu memihak kepada kedustaan, pada akhirnya ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. Demikianlah kata hadis, dan hadis-hadis lainnya yang menunjukkan makna yang sama cukup banyak. laki-laki dan perempuan yang sabar. (Al-Ahzab: 35) Ini merupakan watak bagi orang-orang yang berhati teguh dan kuat, yaitu sifat sabar dalam menghadapi segala macam musibah dengan penuh kesadaran bahwa apa yang telah ditakdirkan pasti terjadi, lalu ia menanggungnya dengan penuh kesabaran dan keteguhan hati.
Kesabaran yang sesungguhnya itu hanyalah terletak pada pertama kali tertimpa musibah, kemudian sesudah itu lebih mudah menghadapinya. Sabar dalam menghadapi tekanan musibah di permulaannya menunjukkan kesabaran dan keteguhan hati watak orang yang bersangkutan. laki-laki dan perempuan yang khusyuk. (Al-Ahzab: 35) Khusyuk artinya mencakup pengertian tenang, tumaninah, hati-hati, anggun, rendah diri, tahan uji, takut kepada Allah ﷻ, serta merasa selalu berada di dalam pengawasan Allah ﷻ Sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan: Sembahlah Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya.
Dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Firman Allah ﷻ: laki-laki dan perempuan yang bersedekah. (Al-Ahzab: 35) Sedekah artinya memberikan santunan kepada orang lain yang memerlukan bantuan karena mereka adalah orang-orang yang lemah, tidak mempunyai mata pencaharian, dan tidak pula ada orang yang menjamin mereka. Mereka diberi dari lebihan harta sebagai amal ketaatan kepada Allah ﷻ dan berbuat kebajikan kepada semua makhluk-Nya. Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan: Ada tujuh macam orang yang mendapat naungan dari Allah pada hari tiada naungan kecuali hanya naungan-Nya, antara lain ialah seseorang yang mengeluarkan suatu sedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfakkan oleh tangan kanannya.
Di dalam hadis lain disebutkan: Sedekah itu dapat menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api. Hadis-hadis lain yang menganjurkan bersedekah cukup banyak dan memerlukan suatu pembahasan yang tersendiri. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah disebutkan: Puasa itu adalah zakat badan. Dengan kata lain, puasa itu membersihkan, menyucikan, dan mensterilkan tubuh dari berbagai macam campuran yang buruk menurut biologis dan hukum syara'.
Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan bahwa barang siapa yang puasa bulan Ramadhan dan tiga hari setiap bulannya, maka ia termasuk apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam firman-Nya: laki-laki dan perempuan yang berpuasa. (Al-Ahzab: 35) Puasa juga merupakan sarana yang ampuh untuk meredam nafsu birahi, sebagaimana yang disebutkan oleh sabda Rasulullah ﷺ yang mengatakan: Hai golongan para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menanggung biaya, hendaklah ia kawin, karena sesungguhnya dengan kawin pandangan mata lebih terkendali dan kemaluan lebih terpelihara. Dan barang siapa yang tidak mampu mengadakan biayanya, hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu merupakan peredam baginya.
Karena itulah pada firman selanjutnya disebutkan hal yang berkaitan dengannya, yaitu: laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya. (Al-Ahzab: 35) Yakni memeliharanya dari hal-hal yang diharamkan dan dosa-dosa, terkecuali terhadap hal-hal yang diperbolehkan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al-Mu-minun: 5-7) Adapun firman Allah ﷻ: laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah. (Al-Ahzab: 35) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Jabir, dari Ali ibnul Aqmar, dari Al-Agar Abu Muslim, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Apabila seorang lelaki membangunkan istrinya di malam hari, lalu keduanya melakukan salat dua rakaat, maka keduanya di malam itu termasuk laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah. Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Al-A'masy, dari Al-Agar Abu Muslim, dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ dengan lafaz yang semisal.
". Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang lebih utama derajatnya di sisi Allah kelak pada hari kiamat?" Rasulullah ﷺ menjawab: Laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir kepada Allah. Abu Sa'id Al-Khudri r.a. bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah juga lebih utama daripada orang yang berjihad di jalan Allah?" Rasulullah ﷺ menjawab: Seandainya seorang mujahid memukulkan pedangnya kepada orang-orang kafir dan orang-orang musyrik hingga pedangnya patah dan berlumuran darah, tentulah orang-orang yang banyak menyebut nama Allah lebih utama darinya. ". ". ".
". "". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Ibrahim, dari Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ dalam perjalanannya menuju ke Mekah sampai di Jamdan. Ketika sampai di Jamdan beliau bersabda, "Ini adalah Jamdan, teruskanlah perjalanan kalian, sesungguhnya orang-orang yang mengesakan Allah telah mendahului." Para sahabat bertanya, "Siapakah yang di maksud dengan orang-orang yang mengesakan Allah?" Rasulullah ﷺ menjawab: Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah. Kemudian Nabi ﷺ berdoa: Ya Allah, berikanlah ampunan bagi orang-orang yang mencukur rambutnya. Para sahabat berkata, "Doakanlah pula bagi orang-orang yang memotong rambutnya." Rasulullah ﷺ berdoa lagi: Ya Allah, berikanlah ampunan bagi orang-orang yang mencukur rambutnya. Mereka berkata pula, "Doakanlah juga bagi orang-orang yang memotong rambutnya." Rasulullah ﷺ berdoa lagi: dan juga bagi orang-orang yang memotong rambutnya. Ditinjau dari segi jalurnya hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Ahmad.
Imam Muslim telah meriwayatkannya pula, tetapi tanpa lafaz yang terakhir. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hujain ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abu Salamah, dari Ziyad ibnu Abu Ziyad maula Abdullah ibnu Ayyasy ibnu Abu Rabi'ah yang menceritakan, sesungguhnya ia pernah mendapat sebuah hadis yang bersumber dari Mu'az ibnu Jabal r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tidak ada amal apa pun yang dilakukan oleh anak Adam yang lebih menjaminnya selamat dari azab Allah ﷻ selain dari zikrullah. Sahabat Mu'az ibnu Jabal r.a. telah menceritakan pula bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Maukah aku ceritakan kepada kalian amal perbuatan kalian yang paling baik dan paling bersih di sisi Tuhan kalian, dan paling meninggikan derajat kalian serta lebih baik bagi kalian daripada diberi emas dan perak dan lebih baik daripada kalian menjumpai musuh kalian di suatu hari, lalu kalian penggal kepala mereka dan mereka memenggal kepala kalian?" Para sahabat menjawab, "Tentu saja kami mau, wahai Rasulullah.
Maka Rasulullah ﷺ menjawab, "Yaitu banyak menyebut (nama) Allah." ". ". ". "" Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Zaban ibnu Fayid, dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas Al-Ju'ani, dari ayahnya yang telah menceritakan hadis berikut, bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, mujahid yang manakah yang lebih besar pahalanya?" Rasulullah ﷺ menjawab: Orang yang paling banyak menyebut (nama) Allah di antara mereka. Lelaki itu bertanya lagi, "Orang-orang yang berpuasa manakah yang paling banyak pahalanya?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Orang yang paling banyak menyebut nama Allah di antara mereka." Kemudian lelaki itu menanyakan pula tentang salat dan zakat, haji serta sedekah, yang semuanya dijawab oleh Rasulullah ﷺ melalui sabdanya: Orang yang paling banyak menyebut (nama) Allah di antara mereka.
Maka Abu Bakar r.a. berkata kepada Umar r.a., "Orang-orang yang banyak menyebut nama Allah telah memborong semua kebaikan." Rasulullah ﷺ bersabda menegaskan, "Memang benar" Mengenai hadis-hadis lainnya yang menyangkut masalah ini akan kami kemukakan nanti dalam tafsir firman Allah ﷻ yang masih termasuk bagian dari surat ini, yaitu firman-Nya Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Al-Ahzab: 41-42) Adapun firman Allah ﷻ: Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka. (Al-Ahzab: 35) Ceritakanlah kepada mereka yang telah disebutkan di atas bahwa sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi mereka ampunan dari-Nya atas semua dosa mereka dan juga pahala yang besar, yaitu surga."
Allah menjanjikan ampunan dan balasan kebaikan kepada para istri Nabi selama mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Janji demikian juga diberikan kepada siapa pun, laki-laki maupun perempuan, yang beriman dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim yang taat dan patuh kepada Allah, laki-laki dan perempuan mukmin dengan iman yang sungguh-sungguh, laki-laki dan perempuan yang tetap mantap dan ikhlas dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar dalam ucapan dan perbuatannya, laki-laki dan perempuan yang sabar dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah serta sabar dalam menghadapi segala cobaan, laki-laki dan perempuan yang khusyuk dalam salat, laki-laki dan perempuan yang sering bersedekah untuk memperoleh rida Allah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa wajib maupun sunah, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya dari hal-hal yang Allah haramkan (Lihat juga: al-Mu'min'n/23: 5'7), laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah; Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan atas dosa mereka, dan pahala yang besar berupa surga. Mereka kekal di dalamnya. Ayat ini menjelaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan di hadapan Allah dalam hal mendapat balasan amal perbuatan sesuai apa yang masing-masing individu kerjakan. 36. Ketaatan orang-orang yang beriman kepada Allah tidak cukup dibuktikan dengan memiliki sepuluh sifat yang disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya. Ia harus pula tunduk kepada hukum-hukum yang Allah tetapkan. Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan hukum, maka tidak akan ada pilihan hukum yang lain bagi mereka tentang urusan mereka. Mereka harus menaati hukum yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dengan menolak hukum-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.
Pada ayat ini Allah menjelaskan sifat-sifat hamba-Nya yang akan diampuni segala dosa dan kesalahannya serta dimasukkan ke dalam surga. Sifat-sifat mereka ada sepuluh macam:
1. Taat dan tunduk kepada hukum Islam, baik ucapan maupun perbuatan.
2. Membenarkan dan memercayai ajaran Allah dan rasul-Nya.
3. Selalu melaksanakan perintah-perintah agama dengan penuh kekhusyukan dan ketenangan.
4. Selalu benar dalam ucapan dan perbuatan, sebagai tanda keimanan yang sempurna. Dalam sebuah hadis yang sahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Peganglah kebenaran, bahwa kebenaran itu membawa pada kebajikan, dan kebajikan akan membawa masuk surga, dan jauhilah dusta, sebab dusta itu membawa pada kedurhakaan dan kedurhakaan itu membawa ke neraka."
5. Sabar menghadapi kesulitan dan penderitaan dalam melaksanakan perintah Allah serta menahan syahwat dan hawa nafsu.
6. Khusyuk dan tawaduk kepada Allah, baik jasmani maupun rohani, dalam melaksanakan semua tugas dan kewajiban dan keikhlasan semata-mata untuk mencari keridaan Allah.
7. Bersedekah dengan harta dan memberi bantuan kepada mereka yang serba kekurangan dan tidak mempunyai penghasilan.
8. Berpuasa yang dapat membantu menundukkan syahwat dan hawa nafsu, sebagaimana tercantum di dalam sabda Rasulullah ﷺ "Wahai sekalian pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk kawin silakan kawin, karena perkawinan itu lebih dapat menahan pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan, dan barang siapa yang belum mampu, supaya berpuasa, karena berpuasa itu dapat membendung syahwatnya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud)
9. Menjaga kemaluan dan kehormatan dari segala perbuatan yang haram dan keji, sesuai dengan firman Allah:
Dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (al-Mu'minun/23: 5-7)
10. Selalu ingat kepada Allah dengan lidah dan hati, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari Mujahid yang menyatakan bahwa seseorang itu belum disebut banyak mengingat Allah kecuali bila sudah dapat mengingat-Nya sambil berdiri, duduk, dan berbaring. Abu Sa'id al-Khudri telah meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah bersabda:
"Apabila seorang suami membangunkan seorang istrinya di malam hari lalu mereka salat Tahajud dua rakaat , maka mereka berdua pada malam tersebut termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah." (Riwayat Abu Dawud, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah)
Dalam hadis yang lain dari Sahal bin Mu'az al-Juhani dari ayahnya diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw:
"Pejuang-pejuang manakah yang paling besar pahalanya wahai Rasulullah?" Nabi ﷺ menjawab, "Yang paling banyak ingatnya kepada Allah. Lalu ia bertanya lagi," Cara orang yang berpuasa manakah yang paling besar pahalanya?" Nabi ﷺ menjawab, "Yang paling banyak ingat kepada Allah." Kemudian dia menyebutkan pula orang yang salat, berzakat, naik haji dan bersedekah, dan pada kesemuanya itu Nabi ﷺ mengatakan, "Mereka yang paling banyak ingatnya kepada Allah." Abu Bakar lalu berkata kepada Umar, "Orang yang banyak ingatnya kepada Allah telah membawa semua kebajikan." Dan Nabi ﷺ menambahkan, "Memang demikianlah." (Riwayat Ahmad).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TUNTUNAN KEPADA ISTRI-ISTRI NABI ﷺ
Ayat 30
“Wahai istri-istri Nabi! Barangsiapa di antara kamu yang berbuat kekejian yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan baginya adzab dua kali lipat."
Akibat dari kedudukan yang tinggi ialah tanggung jawab yang berat. Seorang budak perempuan boleh hanya berbaju hingga tertutup di antara pusat dengan lutut, tetapi seorang perempuan merdeka, yang boleh terbuka hanya muka dan kedua telapak tangan. Hukuman seorang budak hamba sahaya jika dia dihukum dera, hanya separuh dari hukum yang harus diterima oleh orang yang merdeka.
Istri-istri Nabi adalah orang-orang yang lebih dihormati, mereka dianggap sebagai ibu dari orang-orang beriman. Al-Qur'an diturunkan di rumah mereka. Sebab itu mereka wajib menjaga gengsi. Meskipun agama Islam tidak melarang memakai perhiasan, namun mereka tidaklah boleh menyerupai tingkah laku orang kebanyakan. Jika mereka berbuat suatu perbuatan yang tidak patut, yang menyalah di pandangan mata orang banyak, maka dosanya akan menjadi dua kali lipat dari dosa perempuan kebanyakan. Sebab dari mereka perempuan-perempuan Islam hendaklah mengambil teladan yang baik.
“Dan yang demikian itu bagi Allah adalah mudah."
Artinya, bahwa Allah tidaklah akan segan-segan mengambil tindakan mentang-mentang mereka istri Nabi, jika mereka berbuat salah. Tidaklah sukar bagi Allah akan menjatuhkan hukum.
Maka sangat salahlah ajaran yang disebarkan oleh setengah mereka itu yang mengatakan bahwa cucu-cucu keturunan Rasulullah ﷺ, kalau berbuat dosa tidaklah akan mendapat siksa Allah ﷻ Ibnu Arabi sendiri di dalam al-Futuhatul Makkiyah mengatakan, bahwa keturunan-keturunan Rasulullah ﷺ itu bebas dari dosa, dan apa pun yang mereka lakukan terhadap diri kita hendaklah sabar saja menerimanya. Dengan sebab demikian, timbullah dalam Islam suatu feodal yang sangat buruk karena didasarkan kepada agama, dan terpengaruhlah orang-orang jahil merundukkan dirinya kepada orang-orang yang kadang-kadang modalnya hanya semata-mata karena dia keturunan Ali dan Fatimah itu saja, padahal hidupnya sudah jauh dari agama neneknya.
Ayat 31
“Dan barangsiapa di antara kamu yang tunduk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan beramal yang saleh, niscaya akan Kami berikan kepadanya pahala dua kali lipat."
Ini adalah timbalan dari ancaman yang di atas tadi. Berbuat yang keji dapat siksa dua kali lipat, dan jika taat kepada Allah dan Rasul, disertai amal yang saleh, mendapat pahala dua kali lipat pula, lebih dari pahala yang akan diterima oleh perempuan-perempuan biasa. Karena mereka telah sanggup menjaga kehormatan diri dan kedudukan sebagai istri Rasul, akan jadi teladan bagi perempuan yang banyak, bahkan sampai hari Kiamat,
“Dan Kami sediakan untuknya neieki yang mulia."
Rezeki yang mulia itu menurut tafsir yang umum ialah surga. Tetapi dalam perjalanan hidup istri-istri Nabi setelah Nabi wafat, kelihatan sekali bahwa hidup mereka tidak ada yang terlantar. Mereka tetap dipanggilkan “Ummul Mu'minin", ibu dari orang-orang yang beriman. Khalifah-khalifah yang datang sesudah Rasulullah ﷺ, sejak dari Abu Bakar, Umar, Utsman sampai ke Ali menghormati tinggi beliau-beliau dan mendapat perbelanjaan yang patut tiap-tiap bulan atau dibagikan pada waktu-waktu tertentu, sehingga tidak ada yang terlantar. Padahal umumnya mereka meninggal lama sesudah Rasulullah wafat.
Sudah meninggal tahun 54 sesudah hijrah, yaitu 44 tahun sesudah Rasulullah wafat dalam keadaan sudah tua, padahal usianya lebih tua dari Nabi.
Aisyah wafat tahun 58, artinya 48 tahun sesudah Nabi wafat.
Hafshah wafat tahun 60, yaitu di zaman Khalifah Muawiyah.
Ummi Salamah meninggal tahun 59, dan kata setengah riwayat tahun 60 dalam usia 84 tahun.
Ummi Habibah, yaitu Ramlah binti Abu Sufyan meninggal tahun 44 Hijriyah.
Zainab binti Jahasy meninggal tahun 20 dalam usia 35 tahun. Zainab binti Khuzaimah sajalah yang meninggal lebih dahulu dari Nabi, yaitu 39 bulan sesudah Nabi hijrah ke Madinah sesudah dikawini Nabi 31 bulan sesudah hijrah. Dia bergaul dengan Nabi hanya 8 bulan.
Juwairiah binti al-Harits dari Bani Mushthaliq meninggal tahun 56 dalam usia 65 tahun.
Shafiah binti Huyai, satu-satunya dari keturunan Bani Israil, Bani Quraizhah, me-ninggal tahun 50. Ada juga yang mengatakan tahun 52.
Yang mengharukan ialah meninggalnya Maimunah pada tahun 61 (kata setengah ahli sejarah tahun 63). Dia meninggal, menurut keterangan al-Qurthubi dalam tafsirnya ialah di Saraf, (di antara Mekah dan Wadi Fatimah), yang di tempat itu pula dia mulai menyerahkan diri kepada beliau setelah beliau nikahi di Mekah sesudah Umratul Qadha tahun ketujuh Hijriyah.
Ayat 32
“Wahai istri-istri Nabi! Tidaklah kamu seperti seorang pun dari perempuan-perempuan itu, jika kamu bertakwa."
Di ayat yang sebelumnya tadi sudah dinyatakan keistimewaan istri-istri Rasulullah itu. Jika mereka berbuat dosa dan kekejian, adzab yang akan mereka terima dua kali lipat. Dan jika mereka taat dan tunduk kepada Allah dan Rasul, mereka pun mendapat lipat dua pahala. Niscaya jika mereka bertakwa kepada Allah SWT, pahala dan kedudukan yang akan mereka terima tidak juga akan disamakan dengan perempuan-perempuan biasa, bahkan dilebihkan. Sebab itu hendaklah mereka lebih hati-hati menjaga diri, karena mereka akan tetap jadi suri teladan dari orang banyak, “Maka janganlah kamu berlemah gemulai dengan perkataan." Artinya, bahwa jika seorang istri Rasulullah bercakap-cakap, hendaklah percakapan itu yang tegas dan sopan, jangan genit! Jangan membuat perangai yang kurang pantas sebagai istri Rasulullah. Karena dalam cara mengucapkan kata-kata memang ada juga perempuan yang berperangai lemah gemulai, dengan kerdip mata, dengan laguan kata, dengan lenggang-lenggok. Maka istri Nabi tidaklah boleh berlaku demikian, “Niscaya akan birahilah orang yang dalam hatinya ada penyakit."
Orang yang dalam hatinya ada penyakit itu ialah orang yang syahwat dan nafsu birahinya lekas tersinggung karena melihat tingkah laku perempuan, yang kadang-kadang dalam cara mengucapkan kata-kata, seakan-akan minta agar dirinya dipegang. Orang Inggris menyebutnya sex appeal, yaitu menimbulkan syahwat.
“Tetapi ucapkanlah kata-kata yang pantas."
Di sini tampak, bahwa kata-kata yang diucapkan dengan pantas bisa terjadi kalau pe-rempuannya mau. Dan kata-kata yang maksud dan maknanya sama, tetapi menimbulkan syahwat orang yang mendengar pun ada pula. Ada orang perempuan, bila dia bercakap tim-bullah rasa hormat dari orang laki-laki yang diajaknya bercakap. Dan ada pula perempuan mengucapkan kata-kata yang disertai sikapnya, menimbulkan tanggapan dari laki-laki yang mendengar, bahwa perempuan itu genit, gampang diajak, asal kena rayunya.
Tiap-tiap laki-laki mempunyai rasa birahi kepada perempuan. Tetapi ada orang sopan yang dapat menahan hatinya karena dikontrol oleh imannya dan ada pula yang lemah kontrol batinnya; itulah orang yang berpenyakit. Penyakit tekanan nafsu seks. Maka orang-orang berpenyakit ini janganlah sampai terganggu penyakitnya oleh sikap berkata-kata atau berucap ddri perempuan terhormat. Di sini terutama istri-istri Nabi yang berkedudukan sebagai ibu-ibu dari orang-orang yang beriman.
Ayat 33
“Dan menetaplah kamu di dalam rumah kamu."
Artinya, hendaklah istri-istri Nabi memandang bahwa rumahnya, yaitu rumah suaminya, itulah tempat tinggalnya yang tenteram dan aman. Di sanalah terdapat mawaddatan dan rahmatan, yaitu cinta dan kasih sayang. Menjadi ibu rumah tangga yang terhormat. “Dan janganlah kamu berhias secara berhias orang jahiliyyah masa dahulu."
Karena orang perempuan jahiliyyah masa dahulu kalau mereka berhias, ialah supaya tampak lebih cantik, lebih tertonjol, berhias agar lebih menarik mata orang. Berhias supaya kelihatan lebih montok. Berhias supaya mata laki-laki silau melihat. Berhias laksana me-manggil-manggil minta dipegang. Maka kalau ajaran Nabi telah diterima, iman telah ber-sarang dalam dada berhiaslah tetapi berhias secara Islam, berhias yang sopan, berhias yang tidak menyolok mata.
Inilah pedoman pokok yang diberikan Allah dan Rasul terhadap istri Nabi seluruhnya dan setiap perempuan yang beriman. Meskipun pangkal ayat dikhususkan kepada istri Nabi, bukanlah berarti bahwa perintah dan peringatan ini hanya khusus kepada istri Nabi saja. Bukanlah berarti, bahwa seorang perempuan Islam yang bukan istri Nabi boleh berhias secara jahiliyyah, agar mata orang terpesona melihat, perempuan berpakaian namun dia sama dengan bertelanjang. Sebab maksudnya berhias bukan untuk suaminya, melainkan buat menarik mata laki-laki lain, biar tergila-gila.
Tidaklah diterangkan dalam ayat ini apa mode pakaian. Atau bentuk pakaian perempuan bangsa apa yang harus dipakai, bangsa Arabkah atau Persia? Ini adalah pedoman untuk dipakai di tiap-tiap masa dan di tiap-tiap tempat yang terdapat masyarakat Islam. Tidak dibicarakan apakah pakaian perempuan mesti menurut model Arab di zaman Nabi, atau rok model Eropa atau baju kurung secara Minang, kebaya secara Melayu, atau kebaya secara Jawa. Yang jadi pokok ialah “jangan berhias secara jahiliyyah", melainkan berhiaslah menurut garis kesopanan Islam. Maka tidaklah heran jika pada sambungan ayat disebut, “Dan dirikanlah olehmu shalat dan berikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya." Sebab shalat, zakat, dan ketaatan melaksanakan setiap perintah Allah dan Rasul dan menghentikan yang dilarang, akan sangat besar pengaruhnya kepada pakaian dan cara berhias.
Lalu sambungan ayat menjelaskan apa sebab maka sampai soal pakaian ini pun diper-ingatkan oleh Allah ﷻ Yaitu,
“Tiada lain yang dikehendaki Allah hanyalah hendak menghilangkan kekotoran dari kamu, hai Ahlul Bait, dan hendak membersihkan kamu sebenar-benar bersih."
Sebab ibadah kepada Allah ﷻ sejak dari shalat sampai kepada zakat dan puasanya yang timbul karena kesadaran taat kepada Allah dan Rasul, pasti berbekas kepada sikap hidup sehari-hari, termasuk kepada cara berpakaian. Maka ditujukanlah oleh Allah ﷻ kepada seluruh istri dan keluarga Rasulullah ﷺ, disebut mereka dalam ayat ini dan di-panggilkan dengan sebutan Ahlul Bait, atau ahli rumah. Rumah yang dimaksud dalam ayat ini ialah rumah Nabi, keluarga Nabi, orang-orang yang siang malam berdekat dengan Nabi. Hendaknya pada diri merekalah lebih dahulu orang melihat teladan yang baik dalam kebersihan hidup. Jangan kotor tidak ber-ketentuan, campur aduk halal dan haram. “Bersih sebenar-benar bersih" ialah terutama berpangkal dari bersih hati sanubari dari mempersekutukan sesuatu dengan Allah ﷻ Bersih dari rasa sombong terhadap sesama manusia. Bersih dari loba dan tamak karena diperbudak oleh harta benda dunia, sehingga timbul hasad dan dengki kepada orang lain kalau merasa mendapat sedikit. Bersih dari memperkatakan cacat dan kekurangan orang lain, sehingga pernah Rasulullah ﷺ me-ngatakan seketika seorang di antara istri beliau mencela sambil bermain-main terhadap saudara mereka, Shafiah binti Huyai, mengatakan bahwa dia pendek, bahwa kata-kata demi-kian jika dilemparkan ke laut, air laut akan busuk dibuatnya.
Ayat 34
“Dan ingatlah apa yang dibacakan di dalam rumah-rumah kamu dari ayat-ayat Allah."
Artinya, bahwa selain dari ayat-ayat itu banyak juga turun kepada Nabi sedang beliau di dalam rumah istri-istrinya itu, beliau pun selalu membacanya di rumah atau bilik petak rumah mereka bila beliau giliran dengan masing-masing mereka. Karena tidaklah pernah Rasulullah ﷺ sunyi dari membaca Al-Qur'an, baik di dalam shalat atau di luarnya, baik sedang istirahat dalam kota, ataupun dalam perjalanan pergi berperang. Maka disuruhlah istri-istri Nabi mengingat bahwa Al-Qur'an itu selalu dibaca di rumah mereka."Dan hikmah, “ yaitu ucapan hikmah dari Rasulullah ﷺ sendiri, fatwa beliau, nasihat beliau, tamsil ibarat dan perumpamaan beliau, janganlah semuanya dibiarkan hilang.
“Sesungguhnya Allah adalah Lembut lagi Mengetahui."
Artinya, dengan memperingatkan bahwa di dalam rumah mereka Al-Qur'an selalu dibaca, dan di dalam rumah tutur hikmah Nabi selalu didengar dari mulut beliau sendiri dan semuanya itu tidak didapat pada rumah orang lain, maka dengan lemah lembut Allah ﷻ telah memberikan peringatan kepada perempuan-perempuan yang muliawan itu, ibu-ibu dari orang-orang yang beriman bagaimana penting kedudukan mereka. Dan Alhamdulillah, mereka genggam teguh peringatan lemah lembut dari Allah ﷻ itu selama hayat mereka sampai nyawa mereka bercerai dengan badan. Apatah lagi Nabi pun menjanjikan, bahwa mereka itu akan tetap menjadi istri beliau di akhirat kelak. Sehingga Siti Saudah, istri yang paling tertua sesudah Khadijah meninggal, dengan segala rela hati memberikan hari gilirannya kepada Aisyah, asal tetap jadi istri Rasulullah dan jangan dia diceraikan. Karena dia ingin bertemu juga sebagai suami istri dengan Rasulullah ﷺ di akhirat kelak.
Maka segala pesan Allah ﷻ untuk disampaikan oleh Rasulullah ﷺ kepada istri-istrinya ini menjadilah tuntunan bagi tiap-tiap perempuan yang beriman yang bukan istri Rasul; berpakaianlah yang sopan, jangan berhias secara jahiliyyah, janganlah shalat dilalaikan dan benzakatlah kalau ada yang akan dizakatkan dan selalulah taat kepada Allah dan Rasul. Karena tidak lain maksud Allah ﷻ ialah agar terbentuk rumah tangga Islam, rumah tangga yang aman damai, dipatrikan oleh ketaatan, bersih dari perangai yang tercela atau penyakit-penyakit buruk dalam hati. Dan penuhlah hendaknya suatu rumah tangga Islam dengan suasana Al-Qur'an.
Kita pun insaf betapa hebatnya perjuangan di zaman jahiliyyah modern ini hendak menegakkan kebenaran Ilahi. Namun yang keji tetaplah keji walaupun banyak orang yang hanyut dibawa arusnya.
***
Ayat 35
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim."
Muslim adalah isim fail dari Aslama, Yuslimu, Islaaman; yang dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan menyerahkan diri, atau mengakui dengan sesungguh hati akan adanya Allah ﷻ Yang dapat ditegaskan lagi, bahwa kalau tidak Islam, tidaklah agama. Kalau tidak menyerahkan diri dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT, belumlah berarti agama. Dan Allah itu hanya satu, tidak bersekutu dengan lain, walau manusia atau malaikat ataupun benda apa saja dengan Allah Yang Satu itu. Dalam hal ini samalah kedudukan laki-laki dengan perempuan, tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih.
“Dan laki-laki dan perempuan yang Mukmin." Mukmin adalah isim fail pula dari aamana, yu'minu, iimaanan yang berarti percaya. Iman adalah kelanjutan dan Islam. Setelah mengakui sungguh-sungguh bahwa, Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa. Perbedaan di antara Islam dengan iman, bahwa Islam barulah semata-mata pengakuan, sedang iman sudah termasuk pelaksanaan.
“Dan laki-laki dan perempuan yang tunduk." Tunduk kita jadikan arti dari kalimat Qaanit-, yaitu orang yang tunduk sikapnya kepada Allah dan Rasul,tidak membantah dan tidak mencari dalih hendak melepaskan diri dari perintah. Bahkan dilaksanakannya dengan baik.
“Dan laki-laki dan perempuan yang jujur." jujur kita jadikan arti dari Shadiqiin dan Shadiqaat, yang kadang-kadang diartikan juga benar. Tidak berbohong dan bersikap apa adanya. Mengakui bersalah kalau salah. Mempertahankan suatu pendirian yang dianggap benar, walaupun berbagai ragam hal yang akan diderita.
“Dan laki-laki dan perempuan yang sabar." Sabar adalah syarat mutlak bagi kesuburan iman. Karena kenaikan iman tidak akan tercapai kalau tidak tahan melalui cobaan.
“Dan laki-laki dan perempuan yang khusyu." Khusyu artinya ialah tekun, tuma'ninah, tenang dan rendah hati, merendahkan diri semata-mata kepada Allah ﷻ Yang menyebabkan seseorang jadi khusyu ialah karena insafnya bahwa kekuasaan Allah tidak akan dapat ditantangnya. Seketika Malaikat jibril menanyakan kepada Nabi Muhammad ﷺ apakah yang dikatakan al-Ihsan (berbuat baik?). Nabi telah memberikan jawaban,
“Dan laki-laki dan perempuan yang bersedekah." Hendaklah kita insaf bahwa kata-kata shidiq yang berarti jujur atau benar, adalah satu rumpunnya dengan sedekah, yang berarti memberikan harta benda sendiri untuk membantu orang lain, baik sedekah wajib yang dinamai zakat harta dan zakat fitrah atau sedekah tathawwu', yaitu memberikan bantuan kepada orang lain yang berupa benda. Kata ini pun satu rumpun dengan shidaaq, yaitu mas kawin atau mahar yang dibayarkan oleh seorang laki-laki kepada perempuan yang dirikahinya. Maksud ketiganya ini sama, yaitu kejujuran. Maka seorang yang bakhil tidak mau bersedekah adalah seorang yang tidak jujur, atau seorang pembohong yang berpura-pura tidak mempunyai harta yang akan disedekahkan, padahal ada. Cuma dia enggan menge-luarkan. Demikian juga shidaaq, sebagai mahar seorang laki-laki kepada perempuan yang dirikahinya. Di Sumatera Timur uang mahar atau mas kawin itu dinamai juga uang jujur. Maka seorang laki-laki dan seorang perempuan yang suka bersedekah, adalah orang yang jujur, yang jiwanya tidak terikat oleh hartanya yang menyebabkan dia bakhil.
“Dan laki-laki dan perempuan yang berpuasa." Dengan puasa pun kita membangkitkan tenaga keinsafan kita sebagai manusia, yang sanggup menahan syahwat dan hawa nafsu dan membatasi diri. Yang demikian itu menanamkan semangat berdisiplin dalam jiwa kita.
“Dan laki-laki dan perempuan yang memelihara farajnya." Yang dimaksud dengan faraj ialah alat kelamin, kepunyaan laki-laki dan kepunyaan perempuan. Alat kelamin di-adakan oleh Allah ﷻ ialah untuk memelihara jenis manusia di muka bumi ini. Dari perhubungan manusia laki-laki dan perem puan, manusia dapat berkembang di muka bumi. Tetapi ditakdirkan pula oleh Allah, bahwa syahwat faraj itu didorong oleh nafsu setubuh yang amat merangsang dan sangat enak, sampai ada orang menyebutnya “buah dunia sejati." Tidak ada kepuasan hidup yang melebihi dari keenakan bersetubuh. Sehingga karena enaknya kerap kali orang lupa apa maksudnya dan apa hikmahnya, lalu diadakannya saja hubungan persetubuhan laki-laki dan perempuan di luar aturan, sehingga ber-kacaulah keturunan.
“Dan laki-laki yang ingat kepada Allah sebanyak-banyaknya dan perempuan." Karena ingat kepada Allah ﷻ itulah alat yang paling kukuh untuk mengendalikan diri kita jangan sampai berbuat perbuatan yang salah, tidak melaksanakan perintah dan tidak menghentikan larangan.
Maka buat semua laki-laki dan perempuan dengan sifat-sifat dan amalan yang tersebut itu,
“Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besan."