Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَا
dan tidak
نُكَلِّفُ
Kami membebani
نَفۡسًا
seseorang
إِلَّا
melainkan
وُسۡعَهَاۚ
keluasannya/kesanggupannya
وَلَدَيۡنَا
dan di sisi Kami
كِتَٰبٞ
sebuah kitab
يَنطِقُ
ia mengucap/bicara
بِٱلۡحَقِّ
dengan benar
وَهُمۡ
dan mereka
لَا
tidak
يُظۡلَمُونَ
mereka dianiaya
وَلَا
dan tidak
نُكَلِّفُ
Kami membebani
نَفۡسًا
seseorang
إِلَّا
melainkan
وُسۡعَهَاۚ
keluasannya/kesanggupannya
وَلَدَيۡنَا
dan di sisi Kami
كِتَٰبٞ
sebuah kitab
يَنطِقُ
ia mengucap/bicara
بِٱلۡحَقِّ
dengan benar
وَهُمۡ
dan mereka
لَا
tidak
يُظۡلَمُونَ
mereka dianiaya
Terjemahan
Kami tidak membebani seorang pun, kecuali menurut kesanggupannya. Pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya dan mereka tidak dizalimi.
Tafsir
(Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya) yang sesuai dengan kemampuannya, oleh karenanya barang siapa tidak mampu melakukan salat sambil berdiri, maka ia boleh melakukannya sambil duduk, dan barang siapa tidak mampu melakukan puasa maka ia boleh berbuka (dan pada sisi Kami) di sisi Kami (ada suatu kitab yang membicarakan dengan benar) apa yang telah dilakukan oleh seseorang, yaitu Lohmahfuz; padanya ditulis semua amal-amal perbuatan (dan mereka) kita semua orang yang beramal (tidak dianiaya) barang sedikit pun dari amal-amalnya, oleh karenanya sedikit pun tidak dikurangi pahala amal kebaikannya, dan tidak pula ditambah dosa-dosanya.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 62-67
Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tiada dianiaya. Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu mereka tetap mengerjakannya. Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini.
Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling ke belakang dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari. Allah ﷻ menceritakan tentang keadilan dalam syariat-Nya terhadap hamba-hamba-Nya di dunia, bahwa Dia sama sekali tidak pernah membebankan kepada seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Yakni melainkan menurut apa yang kuat disanggah dan dikerjakannya. Dan bahwa kelak di hari kiamat Dia akan menghisab amal perbuatan mereka yang telah tercatat di dalam kitab catatan amal perbuatan mereka; tiada sesuatu pun dari amal perbuatan mereka yang tidak tercatat atau hilang.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran. (Al Muminun: 62) Yaitu kitab catatan amal perbuatan. dan mereka tidak dianiaya. (Al Muminun: 62) Maksudnya, tidak dirugikan barang sedikit pun dari kebaikannya. Adapun amal buruknya, maka Allah banyak memaaf dan mengampuninya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Kemudian Allah berfirman mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy: Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan. (Al Muminun: 63) Yakni tenggelam di dalam kesesatannya.
Dari (memahami kenyataan) ini. (Al Muminun: 63) Maksudnya, dari memahami Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ Firman Allah ﷻ: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Muminun: 63) Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan selain dari itu. (Al Muminun: 63) Yakni perbuatan-perbuatan yang buruk selain dari kemusyrikannya itu. mereka tetap mengerjakannya. (Al Muminun: 63) Artinya, mereka harus mengerjakannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Al-Hasan serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Sedangkan ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Muminun: 63) Yaitu telah tercatat atas mereka perbuatan-perbuatan buruk yang harus mereka kerjakan sebelum mereka mati, sebagai suatu kepastian, agar mereka berhak mendapat azab Allah.
Hal yang semisal telah diriwayatkan melalui Muqatil ibnu Hayyan, As-Saddi, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Pendapat inilah yang menang, kuat, lagi baik. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis Ibnu Mas'ud yang mengatakan: ". Maka demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seorang laki-laki benar-benar mengamalkan perbuatan ahli surga, sehingga tiada jarak antara dia dan surga selain satu hasta, tetapi- ketetapan takdir telah mendahuluinya, akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan ia dimasukkan ke dalam neraka.
Firman Allah ﷻ: Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Muminun: 64) Yakni hingga manakala orang-orang yang hidup mewah di antara mereka kedatangan azab Allah dan pembalasan-Nya yang menimpa mereka. dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Muminun: 64) Yaitu menjerit dan meminta tolong, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beritangguhlah mereka barang sebentar Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang besar dan neraka yang menyala-nyala. (Al-Muzzammil: 11-12) Dan firman Allah ﷻ: Berapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat lari untuk melepaskan diri. (Shad: 3) Adapun firman Allah ﷻ: Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini.
Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. (Al Muminun: 65) Artinya, tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari keburukan yang menimpa kalian, baik kalian menjerit meminta tolong maupun kalian diam, tiada jalan selamat dan tiada penolong, perintah telah ditetapkan dan azab wajib dilaksanakan. Kemudian Allah menyebutkan dosa mereka yang paling besar melalui firman-Nya: Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling kebelakang. (Al Muminun: 66) Yakni apabila kalian diseru, maka kalian menolak; dan apabila diperintah, maka kalian membangkang.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Mumin: 12) Adapun firman Allah ﷻ: dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari. (Al Muminun: 67) Mengenai tafsir ayat ini ada dua pendapat.
Salah satunya mengatakan, bahwa mustakbirin berkedudukan menjadi kata keterangan keadaan saat mereka berpaling ke belakang dari perkara yang hak, dan mereka menolaknya karena kesombongan mereka terhadap perkara yang hak itu; mereka menganggap rendah perkara yang hak dan orang-orang yang mengikutinya. Berdasarkan pendapat ini damir bihi yang ada padanya mengandung tiga pengertian: Pertama, damir merujuk kepada tanah suci, yakni Mekah.
Mereka dicela karena mereka begadang di malam hari di tanah suci tanpa berbicara sepatah kata pun (menunjukkan kesombongan mereka). Kedua, damir merujuk kepada Al-Qur'an. Mereka melakukan begadang, memperbincangkan tentang Al-Qur'an dengan sebutan yang keji. Mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah sihir, sesungguhnya Al-Qur'an itu syair, dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah ramalan dan perkataan-perkataan keji lainnya. Ketiga, damir kembali kepada Nabi Muhammad ﷺ Mereka menjadikannya bahan pergunjingan mereka di malam hari dengan sebutan-sebutan yang keji, dan mereka membuat perumpamaan-perumpamaan yang batil terhadapnya, bahwa dia adalah seorang penyair, atau tukang ramal atau pendusta atau gila atau penyihir.
Semuanya itu batil belaka, bahkan sesungguhnya dia adalah hamba dan rasul Allah yang Allah akan memenangkannya atas mereka, dan dia bakal mengusir mereka dari tanah suci dalam keadaan hina dan rendah. Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya: dengan menyombongkan diri terhadapnya. (Al Muminun: 67) Yakni menyombongkan dirinya di Baitullah dengan keyakinan bahwa diri merekalah para pengurusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Seperti yang dikatakan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir bagian dari kitab sunannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, dari Israil, dari Abdul A'la; ia pernah mendengar Sa'id ibnu Jubair menceritakan hadis berikut dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa sesungguhnya begadang itu dimakruhkan sejak ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah ﷻ: dengan menyombongkan diri terhadapnya dan mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (Al Muminun: 67) Yakni mereka membanggakan dirinya dengan Baitullah seraya mengatakan bahwa diri merekalah yang tiada hentinya sepanjang siang dan malam mengurusnya.
Ibnu Abbas menceritakan bahwa mereka membangga-banggakan dirinya dan begadang di dalamnya, tidak memakmurkannya, dan mereka mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di dalamnya. Imam Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah membahasnya dalam pembahasan yang cukup panjang, yang ringkasnya adalah seperti yang telah disebutkan di atas."
Para pendurhaka yang disebut pada ayat sebelumnya boleh jadi menganggap bahwa ajaran agama sangat memberatkan. Menyanggah anggapan ini Allah berfirman, 'Dan Kami tidak membebani seseorang dengan amalan-amalan ibadah melainkan menurut kesanggupannya, maka tidak sewajarnya bila seseorang merasa tidak mampu; dan pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya apa saja yang dilakukan oleh manusia, dan mereka tidak dizalimi atau dirugikan dengan bertambahnya dosa atau berkurangnya pahala. Allah tidak akan pernah berbuat zalim kepada manusia, tetapi manusialah yang menzalimi diri sendiri (Lihat juga: Surah Y'nus/10: 44). 63. Tetapi meski ajaran Allah demikian jelas dan mudah, orang-orang kafir itu tetap durhaka sehingga hati mereka itu dalam kesesatan terkait hakikat yang Kami sampaikan ini, dan mereka mempunyai kebiasaan melakukan perbuatan-perbuatan lain yang buruk yang terus mereka ker-jakan. Mereka melampaui batas dalam melakukannya sehingga mereka pantas menerima siksa.
Dengan ayat ini Allah menjelaskan bahwa sudah menjadi sunnah dan ketetapan-Nya, Dia tidak akan membebani seseorang dengan suatu kewajiban atau perintah kecuali perintah itu sanggup dilaksanakannya dan dalam batas-batas kemampuannya. Tidak ada syariat yang diwajibkan-Nya yang berat dilaksanakan oleh hamba-Nya dan di luar batas kemampuannya, hanya manusialah yang memandangnya berat karena keengganannya atau ia disibukkan oleh urusan dunianya atau tugas tersebut menghalanginya dari melaksanakan keinginannya.
Padahal perintah itu, seperti salat umpamanya amat ringan dan mudah bagi orang yang telah biasa mengerjakannya, bahkan salat itu pun dapat meringankan beban dan tekanan hidup yang dideritanya bila ia benar-benar mengerjakannya dengan tekun dan khusyuk. Muqatil berkata, "Barang siapa tidak sanggup mengerjakan salat dengan berdiri ia boleh mengerjakannya dalam keadaan duduk, dan kalaupun tidak sanggup duduk maka dengan isyarat saja pun sudah cukup." Karena itu tidak ada alasan sama sekali bagi orang mukmin untuk membebaskan diri dari kewajiban salat, demikian pula kewajiban-kewajiban lainnya, karena semua kewajiban itu adalah dalam batas-batas kemampuannya. Hanya nafsu dan keinginan manusialah yang menjadikan kewajiban-kewajiban itu berat baginya. Maka orang yang seperti ini telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri dan akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan atas keingkaran dan keengganannya. Setiap pelanggaran terhadap perintah Allah akan dicatat dalam buku catatan amalnya, demikian pula amal perbuatan yang baik, kecil maupun besar semuanya tercatat dalam buku itu sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
(Allah berfirman), "Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan." (al-Jatsiyah/45: 29)
Dan firman-Nya:
Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya," dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. (al-Kahf/18: 49)
Mereka akan diberi balasan sesuai dengan perbuatannya yang tertera dalam buku catatan itu dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Agama Tidaklah Berat
Pada ayat 57 sampai ayat 61 sekali lagi diterangkan Tuhan sifat-sifat orang yang beriman, diterangkan bahwa orang yang beriman itu senantiasa berlomba
bahwa dia itu (Rasul) adalah
oerouai oam, miena cemas aan rusuman ngnu-iunii. —u uauni^ Mian mmuni kepada Tuhan dengan catatan yang tidak baik. Orang yang berfikir dan merenungkan diri dan meniisi hidup, mudahlah memperbaiki tujuan hidupnya. Mudahlah mereka memikul tanggungjawab yang dipikulkan Tuhan kepadanya. Maka pada ayat 62 ini dijelaskan lagi oleh Tuhan bahwasanya menjadi seorang yang beriman, pengikut Nabi, penegak kebenaran tidaklah perkara sukar. Asal mau mengerjakan agama tidaklah ada pekerjaan agama.itu yang berat tiada terpikul. Tuhan tiddklah mendatangkan suatu amar (perintah) kalau tidak sesuai dengan diri.atau jiwa manusia.
Ingat sajalah kalimat perlambang seketika Rasulullah s.a.w. MiTaj ke langit menghadap Harihrat Rububiyah, sedianya akan dijatuhkan perintah kepada umat Muhammad mengerjakan sembahyang 50 waktu. Tetap j setelah diberi pertimbangan oleh Nabi Musa bahwa 50 waktu itu berat bagi umatnya mengerjakan dan dimohonkan kepada Tuhan agar dikurangi permohonan itu telah dikabulkan. Demikian sembahyang malam (QIsamullail) yang dikerjakan Nabi setiap malam sampai ketal dan semutan kakinya, diikuti beramai-ramai oleh umat, telah datang Wahyu menyatakan bahwa tidak usah ikut berpayah-payah bangun malam sebagai Nabi itu pula. Cukuplah sekedanya saja. Maka segala perintah yang diriatangkan Tuhan dan segala larangan yang diberikan-Nya, semuanya itu adalah yang dapat dipikul dan tidak dilebihi Tuhan daripada batas (maksimum) kekuatan manusia.
Bekerjalah dan beramallah sekedar kekuatan tenagamu, jangan dikurangi dari tenaga dan jangan dilebihi. Karena mengurangi adalah kesia-sIsan dan melebihi adalah membawa diri kepada kepayahan, apatah lagi kalau menambah-nambah, itu dapat membawa kepada menambah-nambah agama sendiri, sehingga jadi bid'ah. Semua amalan itu tiadalah lepas dari catatan Tuhan di dalam Kitab yang telah maklum. Sehingga apabila datang hari perhitungan kelak akan kedapatan bahwa semuanya telah tertulis dengan jelasnya, dan tak usah khuatir, karena tidak ada yang akan dikurangi, semuanya tertulis dan tidak ada yang akan teraniaya.
Amatlah mendalamnya pengaruh ayat ini, berisi rayuan, bujukan yang lemah-lembut supaya orang sudi berbuat baik. Karena berbuat baik itu bukanlah buat orang lain melainkan buat kepentingan diri sendiri. Betapa tidak? Sedang di dalam Hadist ada disebutkan, kalau seseorang berbuat baik dia akan mendapat sepuluh pahala, sedang kalau dia terlanjur berbuat jahat, dosanya hanya satu. Kalau hati telah cenderung kepada Tuhan, tidak ada lagi niat hendak mencari jalan lain, memperturutkan hawanafsu, maka jalan kebaikan itu lebih mudah daripada jalan kejahatan.