Ayat
Terjemahan Per Kata
وَأَقِيمُواْ
dan dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
وَءَاتُواْ
dan tunaikan
ٱلزَّكَوٰةَۚ
zakat
وَمَا
dan apa
تُقَدِّمُواْ
kamu kerjakan
لِأَنفُسِكُم
untuk dirimu
مِّنۡ
dari
خَيۡرٖ
kebaikan
تَجِدُوهُ
kamu mendapatinya
عِندَ
di sisi
ٱللَّهِۗ
Allah
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
بِمَا
dengan apa
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
بَصِيرٞ
Maha Melihat
وَأَقِيمُواْ
dan dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
وَءَاتُواْ
dan tunaikan
ٱلزَّكَوٰةَۚ
zakat
وَمَا
dan apa
تُقَدِّمُواْ
kamu kerjakan
لِأَنفُسِكُم
untuk dirimu
مِّنۡ
dari
خَيۡرٖ
kebaikan
تَجِدُوهُ
kamu mendapatinya
عِندَ
di sisi
ٱللَّهِۗ
Allah
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
بِمَا
dengan apa
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
بَصِيرٞ
Maha Melihat
Terjemahan
Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu akan kamu dapatkan (pahalanya) di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Tafsir
(Dan dirikanlah salat serta bayarkanlah zakat dan apa-apa yang kamu persembahkan buat dirimu berupa kebaikan) artinya ketaatan seperti sedekah dan menghubungkan silaturahmi, (tentulah kamu akan mendapatinya) maksudnya pahalanya (di sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Melihat akan apa-apa yang kamu kerjakan) sehingga kamu akan menerima balasan daripadanya.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 109-110
Kebanyakan Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman, karena dengki (yang timbul) dalam diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkahlah mereka sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan apa-apa saja yang kalian usahakan dari kebaikan bagi diri kalian, tentu kalian akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kalian kerjakan.
Ayat 109
Allah ﷻ memperingatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin agar waspada terhadap tingkah laku orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab. Dia memberitahukan kepada mereka akan permusuhan orang-orang Ahli Kitab itu terhadap diri mereka, baik secara lahir maupun batin. Juga diberitahukan oleh Allah bahwa di dalam hati mereka (Ahli Kitab) memendam bara kedengkian terhadap kaum mukmin, padahal mereka mengetahui keutamaan kaum mukmin atas diri mereka dan keutamaan Nabi kaum mukmin atas nabi-nabi mereka.
Allah ﷻ memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar bersikap lapang dada dan pemaaf atau bersabar, hingga datang perintah Allah yang membawa pertolongan dan kemenangan. Allah memerintahkan mereka agar mendirikan shalat, menunaikan zakat, serta menganjurkan dan mendorong mereka untuk mengerjakannya.
Seperti yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ishaq, bahwa telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id ibnu Jubair atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Huyay ibnu Akhtab dan Abu Yasir ibnu Akhtab merupakan dua orang Yahudi yang paling dengki kepada orang-orang Arab, karena mereka telah diberi keistimewaan dengan Rasulullah ﷺ yang berasal dari kalangan mereka. Keduanya selalu berupaya keras membalikkan orang-orang dari Islam dengan semua kemampuan yang dimiliki keduanya. Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: “Kebanyakan Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian.” (Al-Baqarah: 109), hingga akhir ayat.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Az-Zuhri sehubungan dengan takwil firman-Nya, "Wadda katsirum min ahlil kitabi." Yang dimaksud ialah Ka'b ibnul Asyraf.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubay, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya, bahwa Ka'b ibnul Asyraf adalah seorang penyair Yahudi; dia sering menghina Nabi ﷺ (melalui syair-syairnya). Maka sehubungan dengan dialah diturunkan firman-Nya: “Kebanyakan Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian kepada kekafiran” sampai dengan firman-Nya “Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka.” (Al-Baqarah: 109)
Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa seorang rasul yang ummi mengabarkan kepada mereka (ahli kitab) kitab-kitab, rasul-rasul, dan mukjizat-mukjizat yang telah dilakukan oleh rasul-rasul mereka. Kemudian rasul yang ummi itu membenarkan hal tersebut seperti mereka membenarkannya, tetapi mereka ingkar kepada rasul itu karena kufur, dengki, dan kesombongan mereka.
Seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya: “Karena dengki (yang timbul) dalam diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (Al-Baqarah: 109) Yakni sesudah kebenaran telah jelas dan terang bagi mereka hingga tiada sesuatu pun dari kebenaran itu yang tidak diketahuinya. Akan tetapi, kedengkian yang terpendam di dalam hati mereka mendorong mereka ingkar. Karena itu, Allah mencela dan mengecam serta menghina mereka dengan hinaan yang keras. Kemudian Allah ﷻ mensyariatkan kepada Nabi-Nya juga kepada kaum mukmin semua hal yang diamalkan oleh mereka, yaitu membenarkan dan beriman serta mengakui kitab yang diturunkan kepada mereka (Al-Qur'an) dan kitab-kitab yang diturunkan sebelum mereka.
Semuanya itu berkat kemurahan dari Allah, pahala-Nya yang berlimpah, serta pertolongan-Nya kepada mereka. Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa min 'indi anfusihim artinya dari diri mereka sendiri.
Abul Aliyah mengatakan bahwa makna firman-Nya, "Sesudah nyata bagi mereka kebenaran," yakni sesudah nyata bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang mereka jumpai namanya di dalam kitab mereka, Taurat dan Injil. Lalu mereka ingkar kepadanya karena dengki dan iri hati karena Rasul tersebut bukan dari kalangan mereka. Hal yang sama dikatakan pula oleh Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
Firman Allah ﷻ: “Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.” (Al-Baqarah: 109) Ayat ini sama pengertiannya dengan firman-Nya: “Dan kalian sungguh-sungguh akan mendengar banyak gangguan yang menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (Ali Imran: 186), hingga akhir ayat.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.” (Al-Baqarah: 109) bahwa ayat ini telah di-mansukh oleh firman-Nya: “Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kalian jumpai.” (At-Taubah: 5) Dan firman-Nya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian” sampai dengan firman-Nya “sedangkan mereka dalam keadaan tunduk.” (At-Taubah: 29) Ayat terakhir inilah yang menasakh pemberian maaf kepada orang-orang musyrik.
Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, dan As-Suddi; sesungguhnya ayat ini (Al-Baqarah: 109) dimansukh oleh ayat Saif (ayat yang memerintahkan perang). Hal ini diisyaratkan pula oleh firman-Nya: “Sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.” (Al-Baqarah: 109)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Urwah ibnuz Zubair, bahwa Usamah ibnu Zaid menceritakan hadits berikut:
Pada mulanya Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya memaafkan orang-orang musyrik dan Ahli Kitab seperti apa yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka dan mereka bersabar dalam menahan gangguan yang menyakitkan (dari kalangan orang-orang musyrik dan Ahli Kitab).
Allah ﷻ berfirman, "Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Al-Baqarah: 109). Dan Rasulullah ﷺ menakwilkan makna memaafkan sesuai dengan instruksi yang diperintahkan Allah kepadanya, hingga Allah mengizinkan beliau untuk memerangi mereka. Maka terbunuhlah orang-orang yang terbunuh dari kalangan para pemimpin Quraisy setelah ada izin dari Allah (untuk memerangi mereka).
Sanad hadits ini shahih, hanya penulis belum pernah melihatnya pada suatu kitab pun dari kitab-kitab Sittah. Tetapi hadits ini mempunyai sumber di dalam kitab Shahihain, dari Usamah ibnu Zaid.
Ayat 110
Firman Allah ﷻ: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan apa-apa saja yang kalian usahakan dari kebaikan bagi diri kalian, tentu kalian akan mendapat pahalanya pada sisi Allah.” (Al-Baqarah: 110)
Allah ﷻ menganjurkan mereka menyibukkan diri mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi diri mereka dan membawa akibat yang baik untuk diri mereka di hari kiamat nanti seperti mendirikan shalat dan menunaikan zakat hingga Allah menetapkan bagi mereka pertolongan dalam kehidupan di dunia dan di hari semua saksi berdiri tegak (hari kiamat), yaitu hari yang disebutkan oleh firman-Nya: “(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi mereka ternpat tinggal yang buruk.” (Al-Mumin: 52)
Karena itulah dalam akhir ayat disebutkan: “Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kalian kerjakan.” (Al-Baqarah: 110) Artinya, Allah sama sekali tidak melupakan amal perbuatan orang yang beramal; dan amal tersebut tidak akan hilang di sisi-Nya, baik amal yang baik ataupun amal yang jahat. Karena sesungguhnya Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya: “Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kalian kerjakan.” (Al-Baqarah: 110) Berita dari Allah ini ditujukan kepada orang-orang mukmin yang diperintahkan oleh Allah ﷻ melalui ayat-ayat ini, bahwa bagaimanapun mereka mengerjakan amal kebaikan atau amal kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan maka Dia Maha Melihat. Tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya; untuk itu Dia akan membalas kebaikan dengan kebaikan, dan amal keburukan dengan pembalasan yang setimpal dengan keburukannya.
Sekalipun kalimat ayat ini menurut pengertian lahiriahnya merupakan kalimat berita, tetapi di dalamnya terkandung janji dan ancaman serta perintah dan larangan. Dikatakan demikian karena Allah ﷻ mempermaklumatkan kepada kaum mukmin bahwa Dia Maha Melihat semua amal perbuatan mereka, dengan tujuan agar mereka bersungguh-sungguh dalam taat kepada-Nya, mengingat pahalanya pasti tersimpan di sisi-Nya bagi mereka yang beramal, hingga Allah menunaikan pahala-Nya buat mereka di hari kemudian, seperti yang disebutkan oleh firman lainnya, yaitu: “Dan apa-apa saja yang kalian usahakan dari kebaikan bagi diri kalian, tentu kalian akan mendapat pahalanya di sisi Allah.” (Al-Baqarah: 110) Agar mereka menghindarkan diri mereka dari perbuatan durhaka kepada-Nya.
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan pula mengenai lafal basirun, sesungguhnya makna yang dimaksud ialah mubsirun (melihat), diubah bentuknya menjadi basirun; sebagaimana diubahnya lafal mubdi'un (pencipta) menjadi badi'un (Maha Pencipta), dan mu-limun (menyakitkan) menjadi alimun (sangat menyakitkan).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Dzar'ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Bukair, telah menceritakan kepadaku Ibnu Luhai'ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Abul Khair, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan, "Aku acapkali mendengar Rasulullah ﷺ sedang membacakan ayat berikut: Sami'un basir, yakni Melihat segala sesuatu."
Dan laksanakanlah salat sebagai ibadah badaniah dengan benar sesuai tuntunan, dan tunai kanlah zakat sebagai ibadah maliah, karena keduanya merupakan fondasi Islam. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu berupa salat, zakat, sedekah, atau amal-amal saleh lainnya, baik yang wajib maupun sunah, kamu akan mendapatkannya berupa pahala di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat dan memberi balasan pahala di akhirat atas apa yang kamu kerja kan.
Dan mereka, kaum Yahudi dan Nasrani, berkata, Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani. Itu hanya angan-angan dan mimpi-mimpi mereka. Katakanlah kepada mereka, wahai Muhammad, Tunjukkan bukti kebenaranmu dengan alasan-alasan yang meyakinkan, jika kamu orang yang benar dalam anggapanmu itu. Ketahuilah, kamu tidak akan pernah dapat menunjukkan bukti itu!
Allah menyuruh kaum Muslimin agar terus-menerus menempuh jalan yang sebaik-baiknya, melakukan salat dan mengeluarkan zakat. Perintah ini dikaitkan dengan janji Allah berupa pertolongan mendapat kemenangan. Karena dalam salat terdapat hikmah yang banyak, seperti memperkuat jalinan iman, mempertinggi cita-cita serta mempertinggi daya tahan mental. Karena di dalam salat itu terdapat doa kepada Allah yang diucapkan seorang hamba sebagai pernyataan kehendak yang serius, serta memperkuat jalinan hati di antara orang-orang mukmin, dengan jalan melakukan salat berjamaah dan pergaulan mereka di dalam masjid. Dengan jalan inilah iman itu dapat berkembang dan kukuh, dapat juga memelihara kebersihan jiwa, dapat mencegah diri untuk melakukan perbuatan yang keji, serta dapat mempertinggi daya juang untuk melaksanakan kebenaran. Apabila kaum Muslimin menempuh cara-cara yang demikian, niscaya mereka akan mendapat pertolongan dari Allah.
Hikmah yang terdapat dalam mengeluarkan zakat ialah mempererat hubungan antara Muslimin yang kaya dengan yang miskin, sehingga dengan kuatnya hubungan itu akan tercipta kesatuan dan persatuan umat yang kukuh dan bulat.
Sesudah itu Allah menegaskan bahwa salat dan zakat itu sebagai jalan yang harus ditempuh untuk memperoleh kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan Allah bahwa kebaikan apa pun yang dilakukan oleh kaum Muslimin, niscaya akan mendapat balasan dari sisi Allah pada hari pembalasan dengan seadil-adilnya. Allah menyuruh orang-orang Islam agar berbuat baik karena Allah benar-benar Maha Mengetahui segala amalan, baik amal yang banyak maupun amal yang sedikit. Tak ada amal yang disia-siakan baik amal yang saleh maupun amal yang jelek, semua akan mendapat balasan yang setimpal.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah Allah memberi ajaran sopan santun kepada umat yang beriman supaya mereka memilih kata-kata yang baik, yang tidak bisa disalahartikan, dilanjutkan lagi sekarang supaya mereka jangan meniru perangAl-perangai Bani israil yang suka banyak tanya, banyak soal, yang bukan semata-mata untuk menghilangkan keraguan;
Ayat 108
“Atau apakah kamu hendak bertanya kepada rasul kamu sebagai telah ditanyai Musa di waktu dulu?"
Nabi ﷺ akan bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan dan mana yang musykil akan ditunggunya wahyu Ilahi memberikan penjelasan. Tetapi dapAllah dipahami bahwa ada pula orang yang datang bertanya hendak menyoal guru, hendak mengukur dalam-dangkal ilmunya. Ada pula yang bertanya karena hendak mencari helah dan memutar-mutar. Ada pula yang bertanya di hadapan orang banyak supaya kelihatan bahwa dia orang istimewa. Semuanya ini telah dilakukan oleh Bani Israil kepada Musa. Sekarang, timbul pertanyaan kepada orang yang beriman, apakah kamu akan bertanya seperti itu pula kepada Nabi kamu Muhammad ﷺ Apakah perangai demikian akan kamu contoh pula? Maka dengan adanya pertanyaan secara demikian, jelas sajalah maksudnya bahwa orang yang beriman jangan menanya secara Bani Israil kepada Musa itu terhadap Muhammad ﷺ sebab perbuatan yang demikian nyatalah bukan timbul dari iman, melainkan dari perangai kufur jua adanya. Jika datang perintah laksanakanlah dengan baik. Kalau tersangkut, pecahkan sendiri sangkutan itu, seakal budimu. Kalau ada hal yang tidak dibicarakan, bukanlah itu karena lupa, melainkan disengaja untuk meringankan kamu. Maka barangsiapa yang mau juga menanya-nanya seperti pertanyaan Yahudi itu, berartilah dia menukar iman dengan kafir,
“Dan barangsiapa yang menukarkan dengan kekafiran akan iman itu, maka sungguh telah sesAllah dia dari jalan yang lurus."
Sesat dari jalan yang lurus lalu memilih jalan yang berbelit-belit dengan banyak mengemukakan pertanyaan, guna melepaskan diri, akhirnya tersesat kepada kufur, terlepas dari kebenaran, tenggelam dalam keingkaran. Dan memang kalau kita dalam masyarakat kerap kali orang yang banyak pertanyaan itu adalah dengan maksud mencari jalan untuk melepaskan diri.
Ayat 109
“Sukalah kebanyakan Ahlul Kitab itu kalau (dapat) mereka mengembalikan kamu sesudah iman menjadi kafir, karena dengki dari dalam diri mereka, sesudah nyata kepada mereka kebenaran."
Maka, kalau baru tidak suka jika kaum beriman beroleh kebaikan, belumlah begitu berbahaya. Tetapi kalau mereka telah mulai berusaha agar kamu kembali menjadi kafir, ini sudah lebih berbahaya. Kalau semata-mata tidak suka kaum beriman mendapat kebaikan, itu namanya masih pasif. Tetapi kalau sudah berusaha menarikmu kembali ke dalam suasana kekafiran, itu namanya sudah mulai aktif. Artinya, sudah mulai dijadikan usaha. Perasaan hati mereka tidak mereka benamkan lagi, tetapi telah dijadikan rencana. Yang menjadi sebab yang pokok ialah karena dengki. Hal itu wajib, sewajib-wajibnya oleh kaum yang beriman, supaya tetap awas dan waspada. Dan hendaklah senantiasa kamu perdalam imanmu, perkuat agamamu. Kalau imanmu bertambah kuat, usaha mereka itu tidaklah akan berhasil. Hanya orang yang bodoh yang akan suka mengganti kembali Allah Yang Maha Esa dengan berhala atau dengankemegahan dunia yang fana."Maka beri maaflah mereka dan biarkanlah, sehingga Allah menunjukan kuasa-Nya
“Sesungguhnya, Allah atas tiap-tiap sesuatu adalah Mahakuasa."
Tuhan Allah yang menguasai langit dan bumi yang begitu besar dan luas pada pandangan kita manusia. Maka bagi Tuhan Allah Yang Mahakuasa itu, soal kekufuran orang yang kafir itu hanyalah sekelumit soal kecil saja. Mudah sajalah bagi-Nya memutarkan keadaan. Kadang-kadang daripada yang tidak disangka-sangka. Dan, itu selalu terjadi dan telah beberapa kali dialami oleh Rasul ﷺ dan setiap orang yang beriman. Ingatlah bagaimana orang Quraisy berusaha hendak mengepung Rasul dan hendak membunuhnya. Ingatlah kisah kejadian-kejadian kecil yang terjadi seketika beliau bersembunyi di dalam gua. Kekuasaan siapa yang menghambat mata mereka sehingga mereka tidak merungkukkan kepala di pintu gua sehingga mereka tidak melihat Rasul dan sahabatnya Abu Bakar yang tengah sembunyi, sedangkan Rasul dan Abu Bakar melihat kaki-kaki mereka hingga lutut? Oleh sebab itu, yang amat penting ialah memperteguh hati sebab benteng keislaman dan keimanan itu wajib diperteguh. Maka untuk memperteguhkannya ialah,
Ayat 110
“Dan dirikanlah olehmu shalat."
Selama ibadah shalatmu masih tegak, selama suara adzan masih berdengung memenuhi udara, shalat jamaah masih berdiri, jumat masih ramai dikunjungi dengan shafnya yang teratur, tidaklah ada satu usaha Ahlul Kitab itu yang berhasil sebab shaf umat beriman itu rapat dan teguh."Dan keluarkanlah akan zakat" Artinya, janganlah bakhil Mukmin yang kaya, mengeluarkan harta membantu orang yang miskin, sebab miskin itu adalah pintu kepada kufur. Asal perut berisi kadang-kadang orang tidak keberatan menjual agamanya. Bukan saja zakat yang wajib, malahan segala sedekah, hadiah, dan hibah tandanya hati murah, demikian juga memberikan harta benda untuk pembangunan segala usaha menegakkan agama, jangan ditahan-tahan, “Dan apa pun yang kamu dahulukan untuk dirimu dari kebaikan, niscaya akan kamu dapatiiah dia di sisi Allah."
Artinya, jika diberi Allah rezeki di zaman sekarang ini, keluarkan terlebih dahulu sekarang juga. Ini namanya telah dikirimkan terlebih dahulu untuk persiapan diri sendiri di hadapan hadhrat Allah; semuanya tidak akan hilang sia-sia. Semuanya kelak akan engkau dapati kembali di sisi Allah.
“Sesungguhnya, Allah adalah melihat apa yang kamu kerjakan."
Dengan berusaha terus dan bergiat terus menunjukkan dan mengamalkan iman, merapatkan hubungan dengan Allah dengan mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat bagi merapatkan hubungan sesama sendiri, maka usaha mereka hendak mengafirkan kamu kembali niscaya akan gagal. Allah selalu melihat bagaimana kegiatan kamu.