Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلِ
katakanlah
ٱللَّهُمَّ
ya Tuhan
مَٰلِكَ
yang merajai/mempunyai
ٱلۡمُلۡكِ
kerajaan
تُؤۡتِي
Engkau beri
ٱلۡمُلۡكَ
kerajaan
مَن
orang
تَشَآءُ
Engkau kehendaki
وَتَنزِعُ
dan Engkau cabut
ٱلۡمُلۡكَ
kerajaan
مِمَّن
dari orang
تَشَآءُ
Engkau kehendaki
وَتُعِزُّ
dan Engkau muliakan
مَن
orang
تَشَآءُ
Engkau kehendaki
وَتُذِلُّ
dan Engkau hinakan
مَن
orang
تَشَآءُۖ
Engkau kehendaki
بِيَدِكَ
dengan tangan Engkau
ٱلۡخَيۡرُۖ
kebaikan
إِنَّكَ
sesungguhnya Engkau
عَلَىٰ
atas
كُلِّ
segala
شَيۡءٖ
sesuatu
قَدِيرٞ
Maha Kuasa
قُلِ
katakanlah
ٱللَّهُمَّ
ya Tuhan
مَٰلِكَ
yang merajai/mempunyai
ٱلۡمُلۡكِ
kerajaan
تُؤۡتِي
Engkau beri
ٱلۡمُلۡكَ
kerajaan
مَن
orang
تَشَآءُ
Engkau kehendaki
وَتَنزِعُ
dan Engkau cabut
ٱلۡمُلۡكَ
kerajaan
مِمَّن
dari orang
تَشَآءُ
Engkau kehendaki
وَتُعِزُّ
dan Engkau muliakan
مَن
orang
تَشَآءُ
Engkau kehendaki
وَتُذِلُّ
dan Engkau hinakan
مَن
orang
تَشَآءُۖ
Engkau kehendaki
بِيَدِكَ
dengan tangan Engkau
ٱلۡخَيۡرُۖ
kebaikan
إِنَّكَ
sesungguhnya Engkau
عَلَىٰ
atas
كُلِّ
segala
شَيۡءٖ
sesuatu
قَدِيرٞ
Maha Kuasa
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.
Tafsir
(Katakanlah, "Wahai Tuhan) atau ya Allah (yang mempunyai kerajaan! Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki) di antara makhluk-makhluk-Mu (dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki) dengan memberinya kemuliaan itu (dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki) dengan mencabut darinya. (Di tangan-Mulah segala kebaikan) demikian pula segala kejahatan; artinya dalam kekuasaan-Mulah semua itu. (Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.).
Tafsir Surat Ali-'Imran: 26-27
Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan Yang mempunyai kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan."
Ayat 26
Allah ﷻ berfirman: “Katakanlah!” (Ali Imran: 26) wahai Muhammad dengan mengagungkan Tuhanmu, bersyukur kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan bertawakal kepada-Nya.
“Wahai Tuhan Yang mempunyai kekuasaan.” (Ali Imran: 26)
Yakni semua kekuasaan adalah milik-Mu.
“Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki.” (Ali Imran: 26)
Artinya, Engkaulah Yang memberi dan Engkaulah Yang mencegah. Semua apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi, dan semua yang tidak Engkau kehendaki pasti tidak akan terjadi. Di dalam ayat ini terkandung isyarat dan bimbingan yang menganjurkan untuk mensyukuri nikmat Allah ﷻ, ditujukan kepada Rasul-Nya dan umatnya. Karena Allah ﷻ mengalihkan kenabian dari kaum Bani Israil kepada nabi dari kalangan bangsa Arab, yaitu dari keturunan kabilah Quraisy yang ummi dari Mekah sebagai penutup semua nabi, serta sebagai utusan Allah kepada segenap manusia dan jin.
Allah ﷻ telah menghimpun di dalam dirinya semua kebaikan yang ada sebelumnya, dan menganugerahkan kepadanya beberapa kekhususan yang belum pernah Allah berikan kepada seorang pun dari kalangan para nabi dan para rasul sebelumnya. Yang dimaksud adalah dalam hal pengetahuannya tentang Allah dan syariat yang diturunkan kepadanya, pengetahuannya tentang hal-hal yang gaib di masa lampau dan masa mendatang. Allah telah memperlihatkan kepadanya banyak hakikat akhirat, umatnya menyebar ke segenap pelosok dunia dari Timur sampai ke Barat, dan agama serta syariatnya ditampakkan di atas semua agama dan syariat yang lain. Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepadanya untuk selama-lamanya sampai hari pembalasan, selama malam dan siang hari masih silih berganti.
Karena itulah Allah ﷻ mengatakan dalam firman-Nya: "Katakanlah, ‘Wahai Tuhan Yang mempunyai kekuasaan’." (Ali Imran: 26), hingga akhir ayat. Yakni Engkaulah Yang mengatur makhluk-Mu, Yang Maha Melakukan semua apa yang Engkau kehendaki. Sebagaimana Allah menyanggah orang-orang yang mengakui dirinya dapat mengatur urusan Allah, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: "Dan mereka berkata, ‘Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang pembesar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?’"(Az-Zukhruf: 31) Allah berfirman, menyanggah ucapan mereka itu, melalui ayat berikut: "Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?" (Az-Zukhruf: 32), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, Kamilah yang ber-tasarruf (tasarruf adalah setiap perilaku yang melahirkan hak dan kewajiban dengan landasan syara) dalam semua ciptaan Kami menurut apa yang Kami kehendaki, tanpa ada seorang pun yang bisa mencegah atau menolak Kami, dan bagi Kamilah hikmah yang sempurna serta hujah(alasan) yang benar dalam hal tersebut. Demikianlah Allah menganugerahkan kenabian kepada siapa yang dikehendaki-Nya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (Al-An'am: 124)
Allah ﷻ berfirman: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain.” (Al-Isra: 21), hingga akhir ayat.
Al-Hafidzh ibnu Asakir meriwayatkan di dalam riwayat hidup Ishaq ibnu Ahmad bagian dari kitab tarikh tentang Khalifah Al-Mamun, bahwa ia pernah melihat pada salah satu istana di negeri Rumawi suatu tulisan memakai bahasa Himyariyah. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, ternyata artinya seperti berikut: "Dengan nama Allah, tidak sekali-kali malam dan siang silih berganti, dan tidak pula bintang-bintang beredar pada garis edarnya, melainkan karena berpindahnya nikmat (karunia) dari suatu kekuasaan yang telah sirna kekuasaannya ke kekuasaan yang lain. Sedangkan kekuasaan Tuhan yang memiliki Arasy tetap abadi, tidak akan hilang dan tidak ada yang menyekutuinya."
Firman Allah ﷻ: “Engkau memasukkan malam ke dalam siang, dan Engkau memasukkan siang ke dalam malam.” (Ali Imran: 27)
Yakni salah satunya mengambil kelebihan waktu dari yang lainnya. Maka yang lainnya berkurang hingga keduanya sama panjangnya, lalu yang lain mengambil dari kelebihan yang ini, hingga keduanya berbeda panjang masanya, tetapi lama-kelamaan panjang masa keduanya menjadi sama kembali. Demikianlah terjadi dalam musim-musim sepanjang tahunnya, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur,dan musim dingin.
Firman Allah ﷻ: “Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.” (Ali Imran: 27)
Maksudnya, Engkau mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dari bebijian, dan mengeluarkan bebijian dari tumbuh-tumbuhan; buah kurma dari biji kurma, dan biji kurma dari buah kurma. Orang mukmin dari orang kafir, dan orang kafir dari orang mukmin. Ayam dari telur, dan telur dari ayam; dan segala sesuatu mengalami proses seperti ini.
“Dan Engkau beri rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.” (Ali Imran: 27)
Yakni Engkau memberi orang yang Engkau kehendaki harta benda yang tidak terhitung banyaknya dan sulit untuk ditakar, sedangkan kepada orang lainnya tidak Engkau berikan hal itu. Hal ini Engkau lakukan berdasarkan kebijaksanaan, kehendak, dan kemauan-Mu semata.
Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Zakaria Al-'Ala-i, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Hasan ibnu Farqad, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Umar ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas , dari Nabi ﷺ yang bersabda: “Asma Allah yang teragung (Ismul A'zam) bila diucapkan dalam doa, niscaya diperkenankan doanya, berada dalam ayat ini, bagian dari surat Ali Imran, yaitu firman-Nya: ‘Katakanlah, wahai Tuhan Yang mempunyai kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki.Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'.” (Ali Imran: 26)
Setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan tentang ketidakmampuan seseorang untuk menghindar dari keniscayaan hari akhir sebagai hari pembalasan, hari tersingkapnya rahasia, hari terkuaknya segala kebohongan, maka ayat berikut menjelaskan tentang kemahakuasaan Allah yang lain di dunia. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak seorang pun mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin-Nya, dan tidak seorang pun mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya. Ayat berikut ini juga bukti kekuasaan Allah yang lain. Engkau masukkan malam ke dalam siang sehingga siang menjadi lebih panjang daripada malam, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam sehingga malam lebih panjang daripada siang. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati seperti ayam dari telur, tumbuh-tumbuhan dari biji-bijian, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup seperti keluarnya telur dari ayam dan biji-bijian. Inilah siklus kehidupan yang Engkau atur sedemikian rupa sesuai dengan kekuasaan-Mu. Dan dengan kekuasaanMu juga, Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki baik yang taat maupun yang tidak taat, baik yang mukmin maupun yang kafir, tanpa perhitungan. Jika demikian, maka tidak seorang pun yang mampu mempertanyakan karunia yang diberikan kepada siapa pun, baik berupa kekuasaan, kekayaan, kemudahan mencari rezeki, dan lain-lain.
Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi untuk menyatakan bahwa Allah Yang Mahasuci yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan Mahabijaksana dengan tindakan-Nya yang sempurna di dalam menyusun, mengurus, dan merampungkan segala perkara dan yang menegakkan neraca undang-undang di alam ini. Maka Allah yang memberikan urusan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Ada kalanya Allah memberikan kekuasaan itu bersamaan dengan pangkat kenabian seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya hanya memberikan kekuasaan memerintah saja menurut hukum kemasyarakatan yaitu dengan mengatur kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa. Allah juga yang mencabut kekuasaan dari orang-orang yang Dia kehendaki, disebabkan mereka berpaling dari jalan yang lurus, yaitu jalan yang dapat memelihara kekuasaan karena meninggalkan keadilan dan berlaku curang dalam pemerintahan. Demikianlah hal itu telah berlaku pula terhadap Bani Israil dan bangsa lain disebabkan kezaliman dan kerusakan budi mereka.
Allah juga memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia kehendaki. Orang yang diberi kekuasaan ialah orang yang didengar tutur katanya, banyak penolongnya, mempengaruhi jiwa manusia dengan wibawa dan ilmunya, mempunyai keluasan rezeki dan berbuat baik kepada segenap manusia.
Adapun orang yang mendapat kehinaan, ialah orang yang rendah akhlaknya, merasa lemah semangat membela kehormatan, tidak mampu mengusir musuhnya yang menyerbu dan tidak mampu mempersatukan pengikutnya. Padahal tidak ada satu kemuliaan pun dapat dicapai tanpa persatuan untuk menegakkan kebenaran dan menentang kezaliman.
Apabila masyarakat telah bersatu dan berjalan menurut sunatullah, berarti mereka telah menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi segala kemungkinan. Banyak sedikitnya bilangan suatu umat tidaklah menjamin untuk dapat mewujudkan kekuasaan dan menghimpun kekuatan. Orang musyrik Mekah, orang Yahudi dan orang munafik Arab telah tertipu oleh banyaknya pengikut dibanding dengan pengikut Rasulullah saw, padahal yang demikian itu tidak mendatangkan faedah bagi mereka sedikit pun. Sebagaimana firman Allah:
Mereka berkata, "Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (al-Munafiqun/63: 8)
Fakta-fakta sejarah menjadi bukti bahwa jumlah yang banyak saja tidaklah menunjukkan kekuatan. Lihatlah bangsa-bangsa Timur, mereka berjumlah banyak tetapi dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa Barat yang berjumlah lebih sedikit, disebabkan merajalelanya kebodohan dan permusuhan, atau perpecahan yang terjadi di antara sesama mereka.
Dalam ayat ini diterangkan pula bahwa segala kebajikan terletak di tangan-Nya baik kenabian, kekuasaan atau pun kekayaan. Ini menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang memberikannya menurut kemauan-Nya. Tidak ada seorang pun yang memiliki kebajikan selain Allah. Dalam ayat ini hanya disebutkan kebajikan saja. Sebenarnya segala yang buruk dan jahat juga ada di bawah kekuasaan Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan Allah bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Dalam ayat ini disebutkan kebajikan saja karena disesuaikan dengan keadaan. Keadaan yang mendorong orang-orang kafir menentang dan meremehkan dakwah Nabi Muhammad ﷺ ialah kemiskinan beliau, kelemahan pengikut-pengikutnya serta kecilnya bilangan mereka. Oleh sebab itu Allah menyuruh Nabi untuk berlindung kepada yang memiliki segala kerajaan. Yang ditangan-Nya segala kekuasaan dan kemuliaan. Allah mengingatkan Rasulullah bahwa seluruh kebaikan dan kekayaan ada ditangan-Nya. Maka tidak ada yang dapat menghalangi-Nya apabila Allah memberikan kemiskinan dan kekayaan kepada Nabi-Nya atau kepada orang-orang mukmin yang dikehendaki-Nya, sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya:
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (al-Qasas/28: 5).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 26
“Katakanlah, ‘Ya, Tuhan yang memiliki segala kekuasaan."
Seluruh kekuasaan di langit dan di bumi, atau segala makhluk yang hidup atau yang beku, atas laut dan darat, gunung dan lembah, atas alam semesta."Engkau berikan kekuasaan kepada barangsiapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari barangsiapa yang Engkau kehendaki." Walaupun bagaimana besar kekuasaan seorang raja diberi oleh Allah, mudah saja bagi-Nya mencabut. Berapa kita lihat raja-raja, sultan-sultan, yang dahulu nenek moyangnya berkuasa besar, sampai pada anak atau cucu, habis kekuasaan tinggallah gelar, habis tanah tinggallah istana. Berapa pula kita lihat orang yang tadinya bukan asal raja, naik memimpin bangsanya, mencapai puncak kekuasaan tertinggi, padahal mungkin dianya hanya bekas budak saja dari raja yang berkuasa tadi. Sebab, seluruh manusia itu hanyalah dari satu keturunan, sama darahnya dan sama dagingnya, sama asal dari tanah kemudian menjadi mani kemudian terbentuk jadi orang, kemudian kembali jadi tanah lagi. Tidak ada darah bangsawan di dunia ini yang keturunannya bukan dari Adam atau bukan dari asal-usul manusia. Timbulnya kekuasaan hanyalah pinjaman sementara dari Allah."Dan Engkau muliakan barangsiapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan barangsiapa yang Engkau kehendaki" Kemudian bisa dianugerahkan Allah walaupun kepada orang yang tidak berpangkat tinggi dan kehinaan bisa pula dijatuhkan Allah walaupun kepada orang yang disebut berpangkat. Sebab, pangkat dan kemuliaan yang diberikan Allah lain coraknya dari yang diperbuat manusia, izzah berarti kemuliaan dan dzillah berarti kehinaan. Izzah bisa juga diartikan gengsi, prestise, atau wibawa. Sinarnya tidak akan dapat ditutup walaupun oleh kemiskinan! Dzillah bisa juga diartikan jiwa rendah, yang tidak dapat disembunyikan walaupun disalut dengan emas."Di tangan Engkau segala kebaikan" yaitu Engkaulah sumber telaga dari segala yang baik di alam ini, dipancarkan-Nya kepada sekalian makhluk-Nya, sehingga semuanya mendapat menurut kadar bagian masing-masing.
"Sesungguhnya, Engkau atas tiap-tiap sesuatu adalah Mahakuasa."
Maka, di dalam rangka kekuasaan Allah, dicabutlah nikmat kekuasaan itu dari Bani Israil. Mahakuasalah Allah menimbulkan suatu kekuasaan baru yang menimbulkan Dunia Baru, yang membuat air bah revolusi dalam alam pikiran manusia, yaitu kedatangan Nabi Muhammad ﷺ yang mulia timbul dari suatu daerah tandus dan gersang di padang pasir, di lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan.
Ayat 27
“Engkau masukkan malam kepada siang dan Engkau masukkan siang kepada malam."
Artinya, Engkau gilirkan peredaran musim, sehari semalam 24 jam, 12 jam mestinya untuk siang dan 12 jam untuk malam, tetapi bilangan siang ataupun sebaliknya, sehingga termasuklah atau tersarunglah sebagian dan hitungan waktu bilangan malam telah termasuk ke siang hari, atau jam bilangan siang termasuk ke dalam malam hari. Kita renungkan edaran siang dan malam ini, yang di dalam edaran itu terjadilah segala peristiwa, sehingga kita dapat mengambil kesan bahwa turun-naiknya suatu bangsa, naik atau turunnya bintang seseorang manusia tali-temali dengan edaran zaman ini, sehingga dari sebabnya kita dapat menghitung perjalanan sejarah. Sejarah bangsa naik dan bangsa jatuh. Sejarah kekuasaan manusia yang bergilir, dahulu budak jajahan sekarang umat mereka. Dahulu dipertuan, sekarang menjadi yang terusir. Kita saja yang kadang-kadang payah menghitung sebelum tahu, tetapi kemudian kita mengakui kebenarannya setelah melihat kenyataan."Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup!' Dilihat ke segala yang kecil, tampaklah dari telur yang belum bernyawa timbul seekor anak ayam dan hidup, dan dari ayam yang hidup keluar telur yang belum bernyawa. Dari yang kecil dapat kita lihat bangkai anjing di pinggir jalan, beberapa hari tergeletak lalu timbul ulat yang kecil-kecil beribu-ribu banyaknya, kemudian menjadi langau dan lalat.
“Dan Engkau memberi rezeki siapa yang Engkau kehendaki dengan tidak berkira."
(ujung ayat 27)