Ayat
Terjemahan Per Kata
فَإِذَا
maka tatkala
جَآءَ
datang
وَعۡدُ
janji (waktu)
أُولَىٰهُمَا
yang pertama dari keduanya
بَعَثۡنَا
Kami utus
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
عِبَادٗا
hamba-hamba
لَّنَآ
bagi Kami
أُوْلِي
mempunyai
بَأۡسٖ
kekuatan
شَدِيدٖ
sangat/besar
فَجَاسُواْ
lalu mereka merajalela
خِلَٰلَ
di celah-celah
ٱلدِّيَارِۚ
rumah-rumah (kampung)
وَكَانَ
dan adalah itu
وَعۡدٗا
janji/ketetapan
مَّفۡعُولٗا
terlaksana
فَإِذَا
maka tatkala
جَآءَ
datang
وَعۡدُ
janji (waktu)
أُولَىٰهُمَا
yang pertama dari keduanya
بَعَثۡنَا
Kami utus
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
عِبَادٗا
hamba-hamba
لَّنَآ
bagi Kami
أُوْلِي
mempunyai
بَأۡسٖ
kekuatan
شَدِيدٖ
sangat/besar
فَجَاسُواْ
lalu mereka merajalela
خِلَٰلَ
di celah-celah
ٱلدِّيَارِۚ
rumah-rumah (kampung)
وَكَانَ
dan adalah itu
وَعۡدٗا
janji/ketetapan
مَّفۡعُولٗا
terlaksana
Terjemahan
Apabila datang saat (kerusakan) yang pertama dari keduanya, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Itulah janji yang pasti terlaksana.
Tafsir
(Maka apabila datang saat hukuman bagi yang pertama dari keduanya) kejahatan yang pertama dari kedua kejahatan itu (Kami datangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar) orang-orang yang kuat dalam berperang dan memiliki kekuatan yang luar biasa (lalu mereka merajalela) mereka mengejar-ngejar kalian (di kampung-kampung) di perkampungan kalian untuk membunuh kalian dan menawan kalian (dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana) dan memang mereka benar membunuh Nabi Zakaria. Maka Allah mengirimkan Jalut dan tentara-tentaranya untuk menghukum mereka; akhirnya Jalut dapat membunuh mereka dan menawan anak-anak mereka serta memporak-porandakan Baitulmakdis.
Tafsir Surat Al-Isra: 4-8
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu, "Sesungguhnya kalian akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kalian pasti akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepada kalian giliran untuk mengalahkan mereka kembali, dan Kami membantu kalian dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan Kami jadikan kalian kelompok yang besar.
Jika kalian berbuat baik, (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri; dan jika kalian berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi diri kalian sendiri; dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kalian dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada yang pertamakah dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhan kalian akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian; dan sekiranya kalian kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazab kalian) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.
Allah ﷻ memberitakan bahwa sesungguhnya di dalam kitab itu Dia telah menetapkan terhadap kaum Bani Israil. Dengan kata lain, Allah telah memberitahukan terlebih dahulu kepada mereka di dalam kitab yang diturunkan-Nya kepada mereka, bahwa mereka kelak akan membuat kerusakan di muka bumi sebanyak dua kali, dan mereka berlaku menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Jelasnya, mereka akan berbuat sewenang-wenang, melampaui batas, dan durhaka terhadap orang lain. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Lut) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh. (Al-Hijr: 66) Yakni telah Kami beritahukan terlebih dahulu kepada Lut akan kesudahan yang menimpa kaumnya nanti.
Firman Allah ﷻ: Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu. (Al-Isra: 5) Maksudnya, bila telah tiba saat pembalasan bagi kejahatan yang pertama di antara kedua kejahatan tersebut. Kami datangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang memiliki kekuatan yang besar. (Al-Isra: 5) Yaitu Kami kuasakan diri kalian di tangan bala tentara dari kalangan makhluk Kami yang memiliki kekuatan yang besar, yakni tentara yang mempunyai kekuatan, perlengkapan, dan kekuasaan yang besar. lalu mereka merajalela di kampung-kampug. (Al-Isra: 5) Mereka menguasai negeri kalian dan menempuh jalan di antara rumah-rumah kalian, datang dan perginya tanpa merasa takut kepada seorang pun.
dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (Al-Isra: 5) Ulama tafsir dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan orang-orang yang menguasai mereka, siapakah mereka sebenarnya? Riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas dan Qatadah mengatakan bahwa yang berkuasa atas mereka adalah Jalut (Goliat) dan bala tentaranya, sesudah itu berkuasalah Adilu. Kemudian Nabi Daud dapat membunuh Jalut. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Kemudian Kami berikan kepada kalian giliran untuk mengalahkan mereka. (Al-Isra: 6), hingga akhir ayat.
Telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair bahwa orang yang dimaksud adalah Raja Sanjarib dan bala tentaranya. Diriwayatkan pula dari Sa'id ibnu Jubair, dan dari selainnya, bahwa orang yang dimaksud adalah Bukhtanasar, Raja negeri Babilonia. Sehubungan dengan hal ini Ibnu Abu Hatim telah menuturkan kisah yang aneh dari Sa'id ibnu Jubair tentang fase-fase peningkatan yang dialami oleh Bukhtanasar dari suatu tingkatan ke tingkatan lain yang lebih tinggi, hingga berhasil menempati kedudukan raja.
Asalnya Bukhtanasar adalah seorang yang miskin, pengangguran lagi lemah ekonominya, kerjanya hanya meminta-minta kepada orang lain untuk mendapatkan sesuap nasi. Kemudian setapak demi setapak keadaannya meningkat, hingga sampailah ia pada kedudukan yang tinggi dan berhasil menjadi raja. Setelah menjadi raja, ia berjalan bersama pasukannya menyerang negeri-negeri yang ada di sekitar Baitul Maqdis dan membunuh banyak manusia dari kalangan Bani Israil yang mendiaminya.
Ibnu Jarir dalam bab ini telah meriwayatkan sebuah kisah yang ia sandarkan kepada Huzaifah secara marfu'. Kisahnya cukup panjang, tetapi kisah ini dikategorikan sebagai hadis maudu' yang tidak diragukan lagi ke-maudu '-annya. Tidaklah pantas bila hadis seperti ini diketengahkan oleh seorang yang berpengetahuan minim, sekalipun dalam riwayat hadis. Terlebih lagi bila hadis ini diriwayatkan oleh seorang yang berkedudukan tinggi dan berpredikat sebagai imam seperti Ibnu Jarir.
Guru kami Al-Hafiz Al-Allamah Abul Hajjaj Al-Mazi telah mengatakan bahwa hadis tersebut berpredikat maudu' (dibuat-buat) dan mak'zub (dusta). Predikat ini dicatatkan olehnya dalam catatan kaki dari kitabnya. Sehubungan dengan hal ini banyak kisah israiliyat yang menceritakannya. Menurut kami tidak ada gunanya diketengahkan dalam kitab tafsir ini, mengingat sebagian di antaranya ada yang maudu' buatan orang-orang kafir zindiq dari kalangan Bani Israil, dan sebagian lainnya ada kemungkinan berpredikat sahih.
Akan tetapi, kita tidak memerlukannya lagi. Apa yang telah dikisahkan kepada kita oleh Allah di dalam kitab Al-Qur'an sudah cukup tanpa memerlukan informasi dari kitab-kitab lain yang sebelumnya. Allah dan Rasul-Nya telah membuat kita tidak memerlukan berita dari mereka. Allah ﷻ telah menceritakan tentang keadaan mereka, bahwa ketika mereka berlaku melampaui batas dan sewenang-wenang, Allah menguasakan diri mereka kepada musuh-musuh mereka yang menghalalkan kehormatannya dan merajalela di kampung-kampung serta rumah-rumah mereka, juga menindas dan menghinakan mereka.
Hal itu dilakukan oleh Allah atas mereka sebagai pembalasan yang setimpal dari perbuatan mereka sendiri Allah sekali-kali tidak pernah berbuat aniaya terhadap hamba-hamba-Nya karena sesungguhnya sebelum itu mereka telah berbuat sewenang-wenang dan membunuh banyak orang dari kalangan nabi-nabi dan para ulama. Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Bilal, dari Yahya ibnu Sa'id yang mengatakan, ia pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab bercerita bahwa Bukhtanasar menguasai negeri Syam dan merusak Baitul Maqdis serta membunuh para penghuninya.
Kemudian Bukhtanasar datang ke Damaskus. Di Damaskus itu ia menjumpai darah yang mendidih di atas buih air. Kemudian raja Bukhtanasar menanyakan kepada penduduk kota itu tentang darah tersebut, "Darah apakah ini?" Mereka menjawab, "Kami telah menjumpainya dalam keadaan seperti ini sejak bapak-bapak kami dahulu." Setiap kali Bukhtanasar memasuki kota itu, ia melihat darah itu mendidih.
Maka Bukhtanasar melakukan pembantaian atas darah itu yang memakan korban sebanyak tujuh puluh ribu orang dari kalangan orang-orang muslim dan lain-lainnya. Setelah itu barulah darah tersebut tenang, tidak mendidih lagi. Kisah ini sahih sampai kepada Sa'id ibnul Musayyab dan kisah inilah yang terkenal, yaitu yang menyebutkan bahwa Bukhtanasar telah membunuh orang-orang terpandang dan para ulamanya sehingga tiada seorang pun yang dibiarkan hidup dari kalangan mereka yang menghafal kitab Taurat.
Selain dari itu Bukhtanasar menahan anak-anak para nabi dan lain-lainnya, kemudian terjadilah banyak peristiwa dan kejadian yang sangat panjang bila disebutkan. Seandainya kami menjumpai hal yang sahih atau yang mendekati kesahihan, tentulah diperbolehkan mencatat dan meriwayatkannya. Kemudian Allah ﷻ berfirman: Jika kalian berbuat baik, (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri; dan jika kalian berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi diri kalian sendiri. (Al-Isra: 7) Artinya, jika kalian berbuat kejahatan, maka akibatnya akan menimpa diri kalian sendiri. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fushshilat: 46) Adapun firman Allah ﷻ: Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua. (Al-Isra: 7) Maksudnya, apabila kalian melakukan kerusakan untuk kedua kalinya, maka akan datanglah musuh-musuh kalian.
untuk menyuramkan muka-muka kalian. (Al-Isra: 7) Mereka datang untuk menghina dan menindas kalian. dan mereka masuk ke dalam masjid. (Al-Isra: 7) Yaitu Masjid Baitul Maqdis. sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada yang pertama kali. (Al-Isra: 7) Yakni mereka akan merajalela di kampung-kampung kalian. dan untuk membinasakan. (Al-Isra: 7) Maksudnya, melakukan penghancuran dan pengrusakan terhadap: apa saja yang mereka kuasai sehabis-habisnya. (Al-Isra: 7) Yakni segala sesuatu yang mereka kuasai dihancurkan dan dirusak oleh mereka. Mudah-mudahan Tuhan kalian akan melimpahkan rahmat-(Nya) kepada kalian. (Al-Isra: 8) Artinya, berkat rahmat dari-Nya itu musuh-musuh kalian akan berpaling pergi dari kalian, dan kalian selamat dari ulah mereka.
dan sekiranya kalian kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazab kalian). (Al-Isra: 8) Maksudnya, manakala kalian kembali melakukan pengrusakan. tentulah Kami kembali (mengazab kalian). (Al-Isra: 8) Yakni Kami kembali mengazab kalian di dunia di samping azab dan pembalasan yang Kami simpan buat kalian di akhirat nanti. Karena itulah dalam firman selanjutnya Allah ﷻ menyebutkan: dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al-Isra: 8) Yaitu tempat menetap, penjara, dan sekapan bagi mereka yang tiada jalan menyelamatkan diri bagi mereka darinya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa hasiran artinya penjara. Mujahid mengatakan bahwa mereka dipenjarakan di dalamnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh yang lainnya.
Al-Hasan mengatakan, yang dimaksud dengan hasiran ialah hamparan dan lantai. Qatadah mengatakan bahwa memang setelah itu Bani Israil kembali melakukan pengrusakan. Maka Allah menguasakan mereka kepada golongan ini yakni Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya yang memungut jizyah dari mereka, sedangkan mereka dalam keadaan terhina."
Maka apabila datang saat hukuman bagi kejahatan pertama yang kamu
perbuat dari kedua kejahatan itu, yang telah ditetapkan kepadamu, Kami
datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang
besar untuk menguasai negerimu dan menaklukanmu, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, memasuki rumahmu untuk mengejar,
menyiksa, dan membunuhmu, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Inilah ketetapan Allah atas kaum Bani Israil disebabkan mereka meninggalkan hukum Taurat dan membunuh para nabi. Maka datanglah
hukuman Allah. Ketetapan Allah menakdirkan bahwa mereka dapat mengalahkan
musuh-musuhnya dan membangun kembali kerajaannya yang besar.
Allah menyatakan, Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali, setelah negerimu dikuasai dan ditaklukkan
oleh mereka, dan Kami membantumu untuk membangun kembali negerimu dan mengokohkan kekuasaanmu dengan harta kekayaan serta
anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar dari kelompok kamu sebelumnya.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah mewahyukan kepada Musa a.s., sebagaimana termaktub dalam Kitab Taurat, bahwa Bani Israil akan membuat keonaran dua kali di bumi Palestina, sehingga Allah meng-gerakkan musuh-musuh mereka untuk membunuh, merampas, dan meng-hancurkan negeri mereka.
Sesudah bertobat, mereka dilepaskan Allah dari kesengsaraan ini, kerajaan mereka dikembalikan, dan dianugerahi kekayaan dan kekuatan, baik dalam bidang harta benda, maupun kekuatan dalam bidang keturunan dan pertahanan negara.
Akan tetapi, mereka kembali membuat keonaran, maka Allah ﷻ mengerahkan kembali musuh-musuh mereka untuk menghancurkannya. Ini sebagai azab di dunia, dan di akhirat kelak mereka akan mendapat azab neraka Jahanam.
Di antara pembangkangan mereka ialah:
Pertama, tidak mengindahkan perintah Allah dan mengubah isi kitab Taurat.
Kedua, Kekejian mereka membunuh Zakaria dan Yahya serta usaha mereka untuk membunuh Nabi Isa a.s.
Mereka melakukan pembangkangan itu dengan menyombongkan diri dan menampakkan keangkuhan. Ini menunjukkan bahwa kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan itu telah melampaui batas peri kemanusiaan.
Allah lalu menjelaskan akibat yang akan menimpa mereka, karena pembangkangan yang pertama, yaitu mereka akan mengalami kehancuran pada saat hukuman yang telah dijanjikan Allah tiba sebagai balasan yang setimpal atas kejahatan-kejahatan mereka.
Baik juga diterangkan di sini, bahwa Bani Israil mulai tahun 975 SM telah terbagi menjadi dua kerajaan. Pertama, kerajaan Yahudza di bagian selatan, yang terdiri atas dua suku Bani Israil, yaitu suku Yahudza dan Benyamin. Rajanya yang pertama ialah Rehoboam, putera Nabi Sulaiman. Kedua, kerajaan Israil di bagian utara yang terdiri atas 10 suku lainnya. Rajanya yang pertama bernama Jeroboam bin Nebat.
Pada tahun 70 SM kerajaan Israil diserang oleh raja 'Asyur yang bernama Sanharib. Raja ini dapat memasuki kota Samurra ibu kota kerajaan Israil, menawan Bani Israil, dan membawa mereka ke 'Asyur. Dengan demikian, runtuhlah kerajaan Bani Israil sesudah hidup selama 250 tahun.
Disebabkan oleh keonaran Bani Israil yang tidak juga berhenti, maka Allah mengerahkan tentara Babilonia di bawah pimpinan rajanya Bukhtanashshar yang dikenal juga dengan nama Nebukadnezar. Tentara ini memperluas negerinya dengan jalan membunuh, merampas, dan merampok penduduk-penduduk negeri yang ditaklukkan. Mereka menyerang Bani Israil, membunuh para ulama dan pembesar dari kalangan mereka, merusak dan membakar kitab Taurat, dan bahkan menghancurkan kota suci mereka, Baitul Makdis (Yerusalem).
Itulah nasib yang diderita Bani Israil karena telah menyimpang dari bimbingan wahyu Allah, dan cenderung menuruti kehendak hawa nafsu. Bahkan mereka mengalami nasib yang lebih jelek lagi, yaitu di antara Bani Israil ada yang dibawa ke Babilonia. Tiga kali mereka ditawan oleh Nebukadnezar. Penawanan yang ketiga dan terakhir terjadi pada tahun 558 SM. Akibat dari serangan Nebukadnezar ini runtuhlah kerajaan Yahudza.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEJATUHAN BANI ISRAIL
Bani Israil mendapat nikmat yang berganda-ganda dari Allah. Mereka telah pindah ke Mesir ketika Nabi Yusuf berkuasa di sana. Nabi Ya'qub sendiri, yang gelarnya Israil, dengan anak-anaknya dan cucu-cucunya, atas anjuran anaknya,yaitu Nabi Yusuf, telah datang dan berdiam di Mesir turun-temurun. Jumlah mereka sekeluarga yang pindah ke Mesir itu menurut satu riwayat dari Ibnu Mas'ud 93 orang, laki-laki, perempuan, dan keluar dari sana dipimpin Musa 400 tahun kemudian mencapai 670.000 orang. Karena takut mereka akan kuat di sana, Fir'aun-Fir'aun yang memerintah Mesir selalu menghinakan mereka seperti budak. Maka diutus Allah-lah Nabi Musa dan Nabi Harun buat memimpin mereka, sampai mereka dibawa keluar dari Mesir menuju tanah yang dijanjikan Allah untuk mereka. Tanah yang subur, yang kaya dengan air susu dan madu, yaitu Palestina. Demikianlah mulanya dengan pimpinan Musa dan Harun kemudian dengan pimpinan Nabi Yusya', dapatlah pula akhirnya mereka menjadi bangsa yang kukuh dan kuat di Jerusalem, Palestina itu. Puncak kemegahan mereka ialah di zaman Nabi Dawud dan Sulaiman; dua Nabi Bani Israil yang merangkap jadi raja.
Tetapi, setelah kedua Nabi Raja itu mangkat, mulailah kucar-kacir Bani Israil. Mereka mulai melanggar hukum-hukum Taurat. Mulai negeri itu pecah dua, negeri Yahudi dan Afraim. Banyak maksiat terjadi, perzinaan, menjual orang merdeka, penganiayaan. Kemegahan Bani Israil pun hancurlah. Maka datanglah adzab Allah. Didatangkanlah musuh-musuh mereka. Pertama, orang Mesir di bawah Raja Fir'aun Nikho. Setelah itu Raja Nebukadnezar (Bukhti-nashar) dari Babil. Negeri Bani Israil dimusnahkan dan Baitui Maqdis yang didirikan Nabi Sulaiman itu diratakan dengan bumi. Lebih 10.000 orang yang ditawan dan dibawa ke Babil jadi budak.
Setelah seratus tahun negeri itu hancur, datanglah Korusy, Raja Persia yang disebut juga Cyrus. Dia memerangi Babil hingga kalah. Maka keturunan-keturunan Bani Israil yang tertawan di Babil itu seluruhnya pulang ke Jerusalem buat membangun kembali negeri mereka dan Baitui Maqdis itu. Di bawah pimpinan Nabi Uzair. (lzra) lima abad sebelum Masehi mereka teguh kembali. Tetapi tidak semegah dahulu. Mereka hanya selalu di bawah lindungan kerajaan asing.
Mulanya lindungan kerajaan Persia. Kemudian takluk kepada Iskandar Macedonia (tiga abad sebelum Masehi). Dan setelah itu takluk ke bawah hukum bangsa Romawi. Di zaman inilah Nabi Isa al-Masih diutus Allah kepada mereka. Tetapi, Nabi Isa itu mereka tentang keras, nyaris mereka bunuh.
Mereka telah diajar oleh nabi-nabi tentang tauhid. Mereka mengakui menyembah Allah Yang Esa. Tuhan nenek moyang mereka, Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub. Tetapi, satu waktu mereka teperdaya menyembah patung anak lembu dari emas yang dibikin oleh Samiri sehingga amat murkalah Nabi Musa kepada mereka. Nabi Dawud pun pernah mengutuk mereka karena telah banyak maksiat. Bahkan, Nabi Ilyas memberi peringatan kepada mereka karena telah ada pula yang menyembah berhala Ba'al. Agama telah menjadi kaku, berpegang kepada yang tertulis, tetapi akhlak telah runtuh. Kedatangan Nabi Isa al-Masih pun mengajak mereka kembali kepada hukum Taurat yang sebenarnya. Tetapi tidak mereka acuhkan. Di kala Nabi Isa al-Masih datang ke Baitui Maqdis, beliau sudah amat murka karena rumah suci itu telah mereka kotori menjadi pasar tempat berjual-beli.
Lantaran yang demikian, tidaklah dapat lagi Bani Israil dibebani tugas. Mereka mem-bunuhi pula nabi-nabi. Inilah ditegaskan Allah tentang akibat dari keingkaran-keingkaran Bani Israil itu.
Ayat 4
“Dan tetak Kami tentukan kepada Bani Israil di dalam kitab itu, sesungguh-nya kamu akan merusak di bumi dua kali, dan kamu akan sombong dengan kesombongan yang besar"
Telah dinyatakan Allah di dalam kitab yang diturunkan kepada mereka itu bahwa Bani Israil akan membuat kerusakan di muka bumi dua kali. Lepasnya mereka dari perbudakan Fir'aun di Mesir karena pemberian Allah tidak menyebabkan mereka bertambah tekun menaati Allah, tapi malah menyombong. Mereka membusungkan dada di hadapan segala bangsa di dunia ini dan mengatakan bahwa mereka adalah “kaum yang telah dipilih Allah". Kaum yang istimewa. Segala bangsa mereka pandang rendah, dan mereka menyombong. Lantaran itu tentu saja perbuatan-perbuatan mereka yang hanya mementingkan diri sendiri akhirnya membawa kerusakan. Di antara banyak kerusakan itu, dua kali yang amat besar! Menurut keterangan setengah ahli tafsir, kerusakan-kerusakan pertama mereka timbulkan setelah mangkat raja-raja mereka yang besar, Dawud dan Sulaiman. Kerusakan kedua adalah lancang tangan mereka membunuh nabi-nabi. Di antaranya hampir pula terbunuh Nabi Isa al-Masih. Bahkah, mereka berani menuduh Nabi Isa al-Masih, Ruh Allah itu, anak di luar nikah.
Ayat 5
“Maka apabila datang janji pentama dari yang dua itu, Kami bangkitkan ke atas kamu hamba-hamba dari Kami, yang mempunyai kekuatan yang sangat, lalu mereka merajalela di celah-celah negeri. Dan adalah itu janji yang telah dilakukan."
Kesalahan dan kerusakan paling besar ialah karena telah ada yang menyembah berhala. Yusyia, Raja Yahuda, telah berusaha menyatukan kembali persembahan kepada Allah Yang Esa dan telah memecahkan berhala-berhala itu. Tetapi sayang, itu sudah terlambat. Kekuasaan Mesir di bawah pimpinan Fir'aun Nikho memaklumkan Jerusalem tidak dapat ditangkis lagi. Suatu waktu telah dicoba melawan Fir'aun itu seketika akan menyerang Suriah. Tetapi, di dalam peperangan itulah Yusyia, Raja Yahuda, tewas dan kalah.
Beberapa tahun kemudian, Nebukadnezar dapat memerangi Fir'aun Nikho dan menga-lahkannya, lalu mengambil Jerusalem dari Mesir. Pengganti-pengganti Yusyia mencoba membuat hubungan rahasia dengan Mesir untuk melawan Nebukadnezar, tetapi ketahuan! Jerusalem diserang kembali. RajaYahuda penggan ti,yaitu Yoakhi m, ditawan. 10.000orang tawanan ‘bersama rajanya dibawa ke Babil.
Karena Nebukadnezar cemburu kepada Sidkia, pengganti Yoakhim, datanglah dia yang ketiga kali ke Jerusalem, lalu dihancurkanlah negeri itu; “dia merajalela dalam negeri". Haikal rumah suci Nabi Sulaiman diruntuhkan dan diratakan dengan tanah. Mata Raja Sidkia dikorek setelah terlebih dahulu dibunuhi anak-anaknya di hadapan matanya. Beribu-ribu tawanan dihalau ke Babil. Dirampas juga barang-barang pusaka keagamaan dari emas dan perak, lalu dibawa ke Istana Babil. Sejak itu hancurlah Jerusalem (597-586 sebelum Masehi).
Seratus tahun kemudian, Babil diserang pula oleh Persia di bawah pimpinan Raja Korusy (Cyrus). Sesudah Nebukadnezar mati karena gila, Babil turun pamornya dan Persia naik. Keturunan-keturunan orang tawanan Yahudi di Babil itu beliau izinkan pulang kembali ke Palestina membangun kembali negeri mereka yang telah hancur. Waktu itulah, di bawah perlindungan Persia, Bani Israil dapat membangun kembali negerinya. Rumah suci didirikan kembali (520 sebelum Masehi). Sampai datang Nabi Uzair (?zra) memimpin mereka (444 SM). Sebab itulah Nabi Uzair (lzra) ini dianggap sebagai pembangun Bani Israil kembali. Dia sangat dipuji. Di tahun 334 sebelum Masehi, masuklah Iskandar Macedonia (Dzulqarnain) ke Jerusalem.
Demikianlah, berganti-ganti “hamba-hamba Tuhan" yang gagah perkasa merajalela di negeri itu, sejak dari Fir'aun Nikho dari Mesir, Nebukadnezar dari Babil, Cyrus dari Persia, dan Iskandar dari Macedonia. Kemudian, Kerajaan Iskandar pun hilang, naiklah bangsa Romawi. Bangsa ini pulalah yang menguasai negeri itu. Seketika Nabi Isa al-Masih diutus Allah, Palestina di bawah kuasa Romawi. Orang Yahudi di bawah pimpinan Kahin Agung Kayafas memimpin masyarakat mereka di bawah jajahan Romawi.
Beginilah akibat kerusakan pertama yang telah mereka lakukan di atas bumi.
Ayat 6
“Kemudian Kami kembalikan kepada kamu" hai Bani Israil “kekuasaan atas mereka, dan Kami bantu kamu dengan harta benda dan keturunan. Dan Kami jadikan kamu lebih banyak pada bilangan."
Demikianlah Allah mengembalikan mereka ke negerinya lepas dari zaman kekuasaan bangsa Persia. Pimpinan seorang nabi, yaitu Uzair, telah membangkitkan mereka kembali. Di zamannyalah Taurat dikumpulkan dijadikan kitab, ditambah dengan sejarah nenek moyang mereka. Dan pada waktu itulah Allah memberi peringatan kepada mereka supaya pengalaman pahit yang telah lalu mereka jadikan pengajaran. Peringatan Allah itu dilukiskan dan tersebut di dalam ayat ini.