Ayat
Terjemahan Per Kata
إِذۡ
ketika
دَخَلُواْ
mereka masuk
عَلَيۡهِ
atasnya/ketempatnya
فَقَالُواْ
lalu mereka mengucapkan
سَلَٰمٗا
salam
قَالَ
(Ibrahim) berkata
إِنَّا
sesungguhnya kami
مِنكُمۡ
dari kamu/kepadamu
وَجِلُونَ
khawatir/takut
إِذۡ
ketika
دَخَلُواْ
mereka masuk
عَلَيۡهِ
atasnya/ketempatnya
فَقَالُواْ
lalu mereka mengucapkan
سَلَٰمٗا
salam
قَالَ
(Ibrahim) berkata
إِنَّا
sesungguhnya kami
مِنكُمۡ
dari kamu/kepadamu
وَجِلُونَ
khawatir/takut
Terjemahan
ketika mereka berkunjung ke (kediaman)-nya, lalu mengucapkan, “Salam.” Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu.”
Tafsir
(Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "Salam.") mereka mengucapkan lafal itu. (Berkata Ibrahim) ketika disuguhkan hidangan makanan kepada mereka, akan tetapi mereka tidak memakannya ("Sesungguhnya kami merasa takut kepada kalian.") yakni merasa ngeri.
Tafsir Surat Al-Hijr: 51-56
Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "Salam. Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya kami merasa takut kepada kalian. Mereka berkata, "Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim. Berkata Ibrahim, "Apakah kalian memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut. Maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kalian kabarkan ini? Mereka menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa." Ibrahim berkata, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat." Allah ﷻ berfirman kepada Nabi Muhammad, bahwa ceritakanlah kepada mereka kisah: tamu-tamu Ibrahim. (Al-Hijr: 51) Lafaz dapat dipakai untuk bentuk tunggal dan bentuk jamak sekaligus, perihalnya sama dengan lafaz (dosa) dan (perjalanan), yaitu di saat: masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "Salam.Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya kami merasa takut kepada kalian. (Al-Hijr:52) Yakni Nabi Ibrahim dan istrinya merasa takut kepada tamu-tamunya itu.
Disebutkan bahwa rasa takut timbul dalam hati Nabi Ibrahim kepada tamu-tamunya itu tatkala ia melihat tangan mereka tidak mau menyantap suguhan jamuan yang isediakannya, yaitu anak sapi yang dipanggang. Mereka berkata, "Janganlah kamu merasa takut. (Al-Hijr: 53) Al-wajal artinya al-khauf, yakni janganlah kamu takut kepada kami. Lalu mereka menyampaikan berita gembira kepada Ibrahim a.s. bahwa dia akan mendapat seorang anak yang 'alim (pandai). Anak yang dimaksud adalah Ishaq a.s., seperti yang telah disebutkan di dalam surat Hud.
Kemudian Nabi Ibrahim berkata dengari nada keheranan, mengingat usianya yang telah lanjut; begitu pula usia istrinya, tetapi perasaan tersebut dibarengi dengan rasa ingin agar janji tersebut segera dinyatakan: Apakah kalian memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kalian kabarkan ini? (Al-Hijr: 54) Maka mereka menjawabnya dengan nada yang tegas akan terealisasinya berita gembira yang mereka sampaikan kepadanya: Mereka menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa. (Al-Hijr: 55) Sebagian ulama membacanya .
Maka Ibrahim a.s. menjawab mereka, bahwa sesungguhnya dirinya tidaklah berputus asa, melainkan selalu berharap kepada Allah agar memberinya anak, sekalipun usianya telah lanjut, begitu pula istrinya. Karena sesungguhnya Ibrahim a.s. mengetahui benar akan kekuasaan Allah dan rahmat-Nya yang jauh lebih besar dari hal tersebut."
Kabarkanlah bagaimana ketika mereka masuk ke tempatnya, yaitu
rumah Nabi Ibrahim, lalu mereka mengucapkan, 'Salam kepadanya. Nabi
Ibrahim pun menjawab, Salam. Tidak lama kemudian Nabi Ibrahim
menyuguhkan daging sapi muda yang dipanggang. Tidak satu pun dari para tamu itu menjamah suguhan Nabi Ibrahim. Ini merupakan hal
yang tidak wajar. Melihat keanehan itu, Dia (Ibrahim) berkata, Kami,
yakni aku dan istriku, benar-benar merasa takut kepadamu. (Lihat: Surah
Hud/11: 70)Mendengar ucapan Nabi Ibrahim, mereka, yakni para tamu itu, berkata, Janganlah engkau merasa takut atas kedatangan kami, karena sesungguhnya kami datang untuk memberi kabar gembira kepadamu dengan
kelahiran seorang anak laki-laki yang sehat, yang akan tumbuh dewasa
dan menjadi orang yang pandai dan luas serta dalam pengetahuannya.
Kelak engkau akan memberinya nama Ishak. (Lihat: Surah ash-shaffat/
37: 112).
Ayat ini menerangkan keadaan Nabi Ibrahim ketika kedatangan tamu yang tidak dikenal dan tidak diundang. Para tamu itu masuk dan mengucapkan salam. Karena tidak mengenal para tamunya, Nabi Ibrahim mengatakan bahwa ia takut kepada mereka. Penyebab ketakutan Ibrahim dijelaskan dalam ayat yang lain. Allah ﷻ berfirman:
Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, dia (Ibrahim) mencurigai mereka, dan merasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, "Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Lut." (Hud/11: 70)
Menurut ayat ini, Ibrahim merasa takut kepada tamunya karena mereka tidak mau memakan daging anak lembu yang dipanggang dan disuguhkan kepada mereka. Menurut kebiasaan, tamu yang tidak mau memakan suguhan yang dihidangkan kepadanya adalah tamu yang datang untuk maksud jahat atau bisa juga berarti bahwa tamu itu curiga dengan niat baik tuan rumah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TETAMU IBRAHIM A.S.
Ayat 51
“Dan beritakan jualah kepada mereka dari hal tetamu Ibrahim."
Yaitu beberapa orang malaikat Allah yang diutus beliau dan setelah selesai tugas mereka menemui Nabi Ibrahim, melanjutkan perutusan pula kepada Nabi Luth dan keluarganya. Nabi kita Muhammad saw, disuruh menyampaikan juga berita-berita kisah utusan-utusan ini kepada kita umat Muhammad untuk jadi perbandingan,
Ayat 52
“Tatkala mereka masuk ke dalam rumahnya, talu mereka mengucapkan, Salam. Dia berkata, Sesungguhnya kami takut kepada kamu."
Di dalam surah Huud ayat 70, dan di dalam surah adz-Dzaariyaat ayat 28, sudah di-jelaskan apa yang menyebabkan timbul takut ini. Utusan-utusan itu, yaitu malaikat-malaikat Allah datang kepada Nabi Ibrahim. Dan menurut setengah riwayat, beliau itu suka sekali didatangi tetamu dan merasa berbahagia sekali kalau ada tetamu makan bersama dia. Dan iba hatinya kalau satu hari tidak ada tetamu yang dibawanya makan bersama-sama. Sekarang tiba tetamu meng-ucapkan “Salam". Istrinya, Sarah, sudah disuruhnya menyediakan makanan, yaitu anak sapi kecil umur sekian bulan dipotong, di masak dan dihidangkan, bukan main enak dan lunak dagingnya. Tetapi seketika istrinya menghidangkan makanan, datang firasat lain kepada Ibrahim. Bulu romanya berdiri. Ini bukan manusia! Tangan tetamu-tetamu ini tidak sampai kepada makanan itu, artinya seperti kapas saja. Dia takut. Dikatakannya terus terang, “Kami merasa takut kepada ka-mu, wahai tetamu kami. Katakanlah terus-te-rang siapa kamu itu sebenarnya. Manusiakah kamu, jinkah atau malaikat?"
Ayat 53
“Mereka menjawab, “Janganlah takut! Karena kami hendak menggembirakan engkau dengan seorang anak laki-laki yang pandai."
Dengan jawaban yang demikian, mulailah Nabi Ibrahim mengerti bahwa beliau tidaklah berhadapan dengan tetamu sesama manusia, melainkan malaikat utusan Allah. Mereka menerangkan bahwa kedatangan mereka ialah menyampaikan kabar gembira dari Allah, bahwa dia akan dianugerahi anak laki-laki. Itulah yang kemudian diberi nama Ishaq, Yaitu anak yang kedua. Karena anak pertama ialah Isma'il dari hambanya Hajar.
Ayat 54
“Dia berkata, “Apakah kamu hendak menggembirakan daku, padahal tua telah menyentuhku? Maka dengan apakah kamu hendak menggembirakan?"
Dia mengatakan demikian, sebab usianya ketika itu sudah 100 tahun! Sedang istrinya, Sarah itu, mandul pula. Dengan apa dia hendak mereka gembirakan? Betapa jalannya?
Ayat 55
“Mereka menjawab, “Kami menggembirakan engkau dengan sebenarnya."
Kami tidak bercakap bermain-main. Jangan engkau menyebut bahwa engkau telah disentuh tua dan istrimu pun mandul pula. Jangan engkau bertanya betapa jalannya, karena pertanyaan demikian mengandung putus harapan.
“Laniman itu janganlah engkau termasuk dari orang-orang yang putus harapan."
Mendengar sambutan utusan-utusan Allah itu demikian rupa, sadarlah Nabi Ibrahim bahwa sebagai seorang rasul Allah beliau telah bercakap salah. Bagi Allah segalanya mudah, mengapa dia memikir susah. Ya, benar! Perkataan demikian adalah kata putus harapan.
Ayat 56
“Dia berkata, “Dan bukankah tidak ada orang yang putus harapan dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat."
Padahal saya bukan seorang yang sesat. Saya rasul Allah dan nabi Allah. Utusan yang menyampaikan berita gembira ini pun bukan sembarang utusan. Malaikat-malaikat Aliah sendiri. Saya akan beranak lagi. Saya sangat gembira.
Maka beranaklah istri beliau yang tua, Sarah. Sehingga berimbanglah hati yang duka Sarah, karena hamba sahaya yang dihadiahkannya kepada suaminya Ibrahim, yaitu Hajar telah lebih dahulu melahirkan anak, yaitu Isma'il.
Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Isma'il tua dari Ishaq tiga belas tahun.