Ayat
Terjemahan Per Kata
وَيَسۡـَٔلُونَكَ
dan mereka akan bertanya kepadamu
عَن
dari/tentang
ذِي
Zulqarnain
ٱلۡقَرۡنَيۡنِۖ
Zulqarnain
قُلۡ
katakanlah
سَأَتۡلُواْ
akan aku bacakan
عَلَيۡكُم
atas kalian
مِّنۡهُ
daripadanya
ذِكۡرًا
peringatan/cerita
وَيَسۡـَٔلُونَكَ
dan mereka akan bertanya kepadamu
عَن
dari/tentang
ذِي
Zulqarnain
ٱلۡقَرۡنَيۡنِۖ
Zulqarnain
قُلۡ
katakanlah
سَأَتۡلُواْ
akan aku bacakan
عَلَيۡكُم
atas kalian
مِّنۡهُ
daripadanya
ذِكۡرًا
peringatan/cerita
Terjemahan
Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Zulqarnain. Katakanlah, “Akan aku bacakan kepadamu sebagian kisahnya.”
Tafsir
(Dan mereka akan bertanya kepadamu) yakni orang-orang yahudi (tentang Zulkarnain) yang namanya adalah Iskandar; dia bukan seorang Nabi (Katakanlah, "Aku akan bacakan) aku akan kisahkan (kepada kalian mengenainya) tentang perihalnya (sebagai kisah)".
Tafsir Surat Al-Kahfi: 83-84
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulqarnain. Katakanlah, "Aku akan bacakan kepada kalian cerita tentangnya." Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.
Allah ﷻ berfirman kepada Nabi-Nya: "Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulqarnain." (Al-Kahfi: 83) Yakni tentang kisah Zulqarnain. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan bahwa orang-orang kafir Mekah mengirimkan utusan kepada kaum Ahli Kitab (di Madinah) untuk meminta dari mereka soal-soal buat menguji Nabi Muhammad ﷺ. Kaum Ahli Kitab mengatakan kepada orang-orang kafir Mekah, "Tanyakanlah kepadanya tentang seorang lelaki yang menjelajah minangkori (bepergian jauh ke pelbagai negeri untuk mengenal kehidupan dan perilaku penduduk disana serta membantu dan mendidik mereka bila diperlukan) di seluruh permukaan bumi, juga tentang para pemuda penghuni gua, apakah yang mereka lakukan, serta tanyakanlah pula tentang roh." Maka turunlah surat Al-Kahfi ini.
Ibnu Jarir telah mengemukakan dalam tafsir ayat ini - demikian pula Al-Umawi di dalam kitab Al-Magazi nya - sebuah hadits musnad, tetapi daif, melalui Uqbah ibnu Amir. Disebutkan bahwa segolongan orang-orang Yahudi datang kepada Nabi ﷺ, lalu menanyakan kepadanya tentang kisah Zulqarnain, kemudian Nabi ﷺ menceritakan kisahnya kepada mereka sebagai jawaban terhadap pertanyaan mereka. Di antaranya dikisahkan bahwa Zulqarnain adalah seorang pemuda Romawi, dan dialah yang membangun kota Al-Iskandariyah. Disebutkan pula bahwa malaikat membawanya ke langit dan mempertemukannya dengan sejumlah kaum yang wajah mereka seperti anjing.
Di dalam riwayat ini terkandung kesalahan, ceritanya cukup panjang, tetapi predikat marfu-nya tidak sah. Sebagian besar dari riwayat mengenainya bersumber dari berita-berita Bani Israil. Akan tetapi, hal yang mengherankan adalah bahwa Abu Zar'ah Ar-Razi yang terkenal sebagai seorang ulama terhormat mengetengahkan kisah ini secara lengkap di dalam kitabnya yang berjudul Dala'ilun Nubuwwah. Hal ini merupakan salah satu dari riwayat garibnya, di dalam kisahnya ini terkandung banyak kesalahan.
Disebutkan bahwa Zulqarnain berasal dari Romawi, padahal sesungguhnya yang berasal dari Romawi ialah Alexander II putra Philips Al-Maqdoni yang membuat penanggalan bagi bangsa Romawi. Adapun yang dimaksud dengan Zulqarnain telah disebutkan oleh Al-Azraqi dan lain-lainnya, bahwa ia tawaf bersama Ibrahim Al-Khalil a.s. saat Nabi Ibrahim pertama kalinya membangun Ka'bah; ia beriman kepada Nabi Ibrahim dan menjadi pengikutnya. Patihnya adalah Al-Khidir a.s. Adapun Iskandar anak Philips Al-Maqdoni Al-Yunani, patihnya adalah Aristoteles, seorang ahli filsafat yang terkenal. Dialah yang mula-mula mencanangkan penanggalan Romawi, dia memerintah Romawi pada tahun kurang lebih tiga abad sebelum Al-Masih dilahirkan. Sedangkan Iskandar Zulqarnain yang disebutkan di dalam Al-Qur'an, ia hidup di masa Nabi Ibrahim a.s. Al-Azraqi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa dia tawaf di Baitullah bersama Al-Khalil Nabi Ibrahim a.s.
Setelah Ibrahim membangunnya, dia menyuguhkan hewan kurbannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengikuti jejak Nabi Ibrahim. Kami telah mengetengahkan sebagian dari kisah perjalanan hidupnya yang baik di dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah dengan keterangan yang cukup memuaskan. Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Zulqarnain adalah seorang raja; sesungguhnya ia dinamakan Zulqarnain (orang yang bertanduk dua) karena kedua sisi batok kepalanya berupa tembaga dan membentuk seperti sepasang tanduk. Wahb ibnu Munabbih menyebutkan, sebagian Ahli Kitab mengatakan bahwa dia dijuluki Zulqarnain karena menguasai Romawi dan Persia.
Sebagian lain dari Ahli Kitab mengatakan bahwa di atas kepalanya ada sesuatu yang mirip dengan sepasang tanduk. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Habib ibnu Abu Sabit, dari AbutTufail yang mengatakan bahwa Ali r.a. pernah ditanya mengenai Zulqarnain. Ia mengatakan bahwa Zulqarnain adalah seorang hamba yang ikhlas kepada Allah, maka Allah membalasnya dengan pahala yang berlimpah. Dia menyeru kaumnya untuk menyembah Allah, tetapi mereka memukul tanduknya, hingga matilah dia. Kemudian Allah menghidupkannya kembali, dan menyeru kaumnya lagi untuk menyembah Allah, tetapi mereka memukuli tanduknya, hingga matilah dia. Karena itu ia dijuluki dengan Zulqarnain.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Syu'bah, dari Al-Qasim ibnu Abu Bazzah, dari AbuTufail bahwa Ali r.a. pernah mengatakan demikian. Menurut pendapat lain, dia dinamakan Zulqarnain karena telah melanglang buana ke belahan timur dan barat bumi hingga sampai di tempat terbit dan tenggelamnya tanduk matahari. Firman Allah ﷻ: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kekuasaan kepadanya di (muka) bumi." (Al-Kahfi: 84) Yakni Kami berikan kepadanya kerajaan yang besar lagi kokoh dengan menguasai semua yang dimiliki oleh semua raja berupa kekuasaan, balatentara, peralatan perang dan perlengkapannya. Karena itulah dia berhasil menguasai belahan timur dan barat bumi ini. Semua negeri tunduk kepadanya dan semua raja di bumi takluk di bawah kekuasaannya. Semua bangsa, baik yang Arab maupun yang non-Arab, berkhidmat kepadanya. Karena itulah ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa sesungguhnya ia dijuluki dengan Zulqarnain karena kekuasaannya mencapai dua tanduk matahari, yaitu bagian timur dan bagian baratnya.
Firman Allah ﷻ: "Dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu." (Al-Kahfi: 84) Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, As-Saddi, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan jalan untuk mencapai segala sesuatu adalah ilmu. Qatadah telah mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya: "Dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu." (Al-Kahfi: 84) bahwa yang dimaksud adalah semua tempat di bumi dan tanda-tandanya. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: "Dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu." (Al-Kahfi: 84) Yakni menguasai semua bahasa manusia; disebutkan bahwa tidak sekali-kali dia berbicara kepada suatu kaum, melainkan dengan bahasa mereka dalam misi perangnya.
Ibnu Luhai'ah telah meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Salim ibnu Gailan, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, bahwa Mu'awiyah pernah menanyakan kepada Ka'bul Ahbar tentang perkataannya yang mengatakan, "Zulqarnain menambatkan kuda tunggangannya di bintang Surayya (yakni di langit)." Ka'b menjawab bahwa ia mengatakan demikian karena sesungguhnya Allah ﷻ berfirman: "Dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu." (Al-Kahfi: 84) Sanggahan Mu'awiyah kepada Ka'b ini adalah pendapat yang benar, dan Mu'awiyah memang berhak mengingkari apa yang dikatakan oleh Ka'b itu. Mu'awiyah pernah mengatakan tentang Ka'b, "Sesungguhnya kami menguji tentang kebenarannya, dan kami mendapatinya berdusta." Yakni dusta apa yang dinukilnya itu, dia bahkan memodifikasi apa yang telah dinukil dari lembaran-lembaran yang ada padanya.
Yang jelas apa yang tercatat di dalam lembaran-lembarannya adalah kisah-kisah Israiliyat. Sebagian besar darinya sudah dirubah dan diselewengkan serta dibuat-buat, kita sama sekali tidak memerlukannya; kita telah mempunyai pegangan, yaitu berita dari Allah dan Rasul-Nya. Karena sesungguhnya kisah-kisah Israiliyat itu banyak memasukkan keburukan dan kerusakan yang luas dampaknya di kalangan orang banyak. Takwil yang dikemukakan oleh Ka'b sehubungan dengan makna firman-Nya: "Dan Kami memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu." (Al-Kahfi: 84) dengan bersandarkan kepada apa yang tercatat di dalam lembaran-lembaran miliknya, yang antara lain mengatakan bahwa Zulqarnain menambatkan kuda tunggangannya di bintang Surayya, merupakan takwil yang tidak benar, tidak rasional karena tidak ada jalan bagi manusia untuk dapat mencapainya, tidak pula menaiki tangga-tangga langit (yakni terbang).
Allah ﷻ berfirman menceritakan Ratu Balqis: "Dan dia dianugerahi segala sesuatu." (An-Naml: 23) Yakni dianugerahi segala sesuatu yang dimiliki oleh para raja. Demikian pula Zulqarnain, Allah telah memudahkan kepadanya semua jalan, yaitu jalan dan sarana untuk membuka semua kawasan dan negeri yang ada di muka bumi, menghancurkan semua musuh, serta menundukkan semua raja di bumi, dan mengalahkan semua orang musyrik. Sesungguhnya dia telah dianugerahi semua jalan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkannya. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.
Di dalam kitab Al-Mukhtarah karya tulis Ad-Diyaul Maqdisi telah disebutkan sebuah atsar yang diriwayatkan melalui Qutaibah, dari Abu Awwanah, dari Sammak ibnu Harb, dari Habib ibnu Hammad yang telah menceritakan bahwa ketika ia berada di tempat (majlis) Ali r.a. ada seorang lelaki menanyakan kepadanya tentang Zulqarnain, mengapa dia dapat sampai ke belahan timur dan belahan barat bumi. Ali r.a. menjawab, "Maha suci Allah, Allah telah menundukkan awan baginya, telah menganugerahkan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu, serta menganugerahkan kepadanya kekuasaan yang luas."
Usai menjelaskan kisah perjalanan Nabi Musa dalam rangka mencari ilmu kepada seorang hamba yang saleh, pada ayat-ayat berikut Allah menceritakan kisah perjalanan jihad Zulkarnain. Cerita itu dikisahkan untuk menjawab pertanyaan kaum kafir Mekah kepada Nabi Muhammad. Wahai Nabi Muhammad, mereka bertanya kepadamu tentang jati diri Zulkarnain. Katakanlah kepada mereka, 'Dengan izin Allah, akan kubacakan kepadamu kisahnya agar kamu dapat memperoleh pelajaran darinya. '83. Usai menjelaskan kisah perjalanan Nabi Musa dalam rangka mencari ilmu kepada seorang hamba yang saleh, pada ayat-ayat berikut Allah menceritakan kisah perjalanan jihad Zulkarnain. 1 Cerita itu dikisahkan untuk menjawab pertanyaan kaum kafir Mekah kepada Nabi Muhammad. Wahai Nabi Muhammad, mereka bertanya kepadamu tentang jati diri Zulkarnain. Katakanlah kepada mereka, 'Dengan izin Allah, akan kubacakan kepadamu kisahnya agar kamu dapat memperoleh pelajaran darinya. '
83. Usai menjelaskan kisah perjalanan Nabi Musa dalam rangka mencari ilmu kepada seorang hamba yang saleh, pada ayat-ayat berikut Allah menceritakan kisah perjalanan jihad Zulkarnain. 1 Cerita itu dikisahkan untuk menjawab pertanyaan kaum kafir Mekah kepada Nabi Muhammad. Wahai Nabi Muhammad, mereka bertanya kepadamu tentang jati diri Zulkarnain. Katakanlah kepada mereka, 'Dengan izin Allah, akan kubacakan kepadamu kisahnya agar kamu dapat memperoleh pelajaran darinya. '84. Sungguh, Kami telah memberi kedudukan yang tinggi dan kekuasaan yang besar kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan pula jalan kepadanya untuk meraih segala sesuatu yang dia perlukan guna mewujudkan harapannya.
Orang-orang Quraisy bertanya kepada Muhammad setelah mereka mengadakan pembicaraan lebih dahulu dengan orang-orang Yahudi tentang apa yang harus mereka tanyakan kepada Muhammad untuk menguji kebenaran kenabiannya. Mereka bertanya kepada Muhammad tentang Zulkarnain, maka Allah menyuruh Muhammad menyatakan kepada mereka itu, "Akan kubacakan padamu cerita-cerita yang lengkap tentang apa yang kamu tanyakan itu karena aku telah diberi keterangan oleh Tuhanku." Kemudian beliau memberikan perinciannya sebagaimana dijelaskan ayat berikut:.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
DZULQARNAIN (YANG EMPUNYA DUA TANDUK)
Setelah mereka tanyakan tempo hari tentang orang-orang yang berdiam di dalam gua atau ngalau, atau kahfi, ada lagi yang akan mereka tanyakan.
Ayat 83
“Dan meieka akan bertanya kepada engkau dari hal Dzydgawain."
Dzulqarnain yang berarti yang empunya dua tanduk. Mereka akan bertanya apakah artinya itu? Dan siapakah orangnya? Di mana kejadiannya dan bilakah?
“Katakanlah, “Aku akan bacakan kepada kamu darihal itu, suatu ingatan “
Artinya, bahwa pertanyaan kamu itu akan aku jawab dan aku akan membacakan atau mengulangkan kepada kamu suatu ingatan, atau satu kenangan atau suatu cerita yang tak dapat dilupakan.
Ayat 84
“Sesungguhnya telah Kami teguhkan dia di bumi."
Artinya ialah bahwa Kami, yaitu Allah, telah memberikan kepada orang yang bergelar Dzulqarnain itu kekuasaan yang teguh di muka bumi, yang tidak dapat digoyangkan lagi oleh musuh-musuhnya, yang boleh juga diartikan secara modern telah mempunyai pemerintahan yang stabil.
“Dan telah Kami berikan kepadanya dari tiap-tiap sesuatu akan jalannya."
Artinya, bahwa Allah telah membukakan selalu baginya pintu-pintu kekayaan, terbuka saja jalan-jalannya. Ke mana saja dia melangkah kaki atau mengatur siasat penaklukan, semuanya terbuka jalan.
Ini menandakan bahwa dia pun adalah seorang raja atau penguasa yang cerdik dan mempunyai sifat-sifat kepahlawanan yang lain.
Ayat 85
“Maka diambilnyalah suatu jalan."
Artinya, bahwa di dalam banyak jalan menuju kemenangan dan kejadian yang terbuka itu diambilnyalah satu jalan. Disusunnya satu siasat, dibuatnya satu rencana, lalu dia keluar dari dalam kota pemerintahannya dengan tentaranya yang besar.
“Sehingga bilamana telah sampai ke tempat terbenam matahari."
Ayat 86
Tegasnya ... sebelah baiat.
“Didapatinya dia terbenam di mata air yang hitam.''
Di dalam ayat ini jelas bahwa dia sampai di ujung perjalanan di sebelah barat, dia melihat ke ufuk, tampaklah matahari itu terbenam ke dalam mata air yang hitam, atau ke dalam laut yang tidak tentu lagi di mana ujungnya, sebab tidak ada lagi tanah daratan. Yang tampak hanya lautan dan bertambah terbenam matahari itu bertambah hitamlah warna laut bercampur merah darah cahaya matahari. Besar kemungkinan bahwa laut ini ialah Lautan Atlantik, yang biasa juga disebut Bahruzh Zhulumat, Lautan Gelap."Dan didapatinya di sisinya ada suatu kaum." Di tempat perhentian sebelah barat yang tak dapat perjalanan diteruskan lagi itu, karena hanya menghadapi lautan yang hitam ada rupanya suatu kaum, atau suatu penduduk. Jadi adalah rupanya tempat itu didiami manusia. Menurut Ibnu Juraij dalam tafsirnya, penduduk negeri itu adalah kira-kira 12.000 rumah tangga."‘Kami berfirman,
“Hai Dzgufawaini Baik pun engkau siksa atau engkau adakan pada mereka kebaikan."
Artinya ialah bahwa setelah Dzulqarnain masukke dalam negeri sebelah barat itu dengan balatentaranya yang besar dan penduduknya tidak mengadakan perlawanan, jatuhlah mereka ke dalam wilayah kekuasaannya. Dan kekuasaan itu telah diridhakan oleh Allah, sehingga Allah menyerahkan kepada pertimbangannya sendiri hukum apakah yang akan dilakukannya dalam negeri yang telah dikuasainya itu.
Sebagai seorang penguasa yang telah menang dan dapat menguasai, sikap apakah yang akan diambilnya terhadap kepada bangsa yang telah ditaklukkannya.
Terserah kepadanya, baik bangsa yang kalah itu akan disiksanya atau dia akan berlaku baik kepada mereka. Kalau dia seorang penakluk yang bijaksana, niscaya dia akan menaburkan kasih sayang kepada bangsa taklukkan itu. Tetapi kalau dia seorang penguasa yang mabuk oleh kemenangan sehingga lupa akan pertolongan Allah kepadanya, tentu akan diperlihatkannya kerakusan yang akan menimbulkan benci orang yang telah ditaklukkan itu.
“Dia berkata." Artinya Dzulqarnain menjawab apa yang dipersilakan Allah kepadanya itu.
Ayat 87
“Adapun siapa yang aniaya, maka akan kami siksalah dia."
Dengan penjawaban yang begini ternyata Dzulqarnain penakluk yang akan berlaku adil kepada rakyat yang dia taklukkan. Lebih dahulu akan diadakan pemeriksaan. Maka yang bersalah akan dihukum, akan disiksa dengan siksaan yang pantas menurut hukum dunia,
“Kemudian dikembalikan dia kepada Tuhannya, lalu diadzab-nya dia dengan adzab yang sengsara."
Dail jawaban yang ini pun ternyata bahwa Dzulqarnain ini ternyata seorang yang ber-agama. Tentu saja agamanya itu agama kesatuan turun-temurun yang telah dibawa oleh para rasul dan nabi, yaitu percaya bahwa di samping hukum dunia yang fana ini ada lagi hukum yang akan.diterima dan sisi Allah sendiri di akhirat. Dan penaksiran ini pun dikuatkan oleh jawabannya selanjutnya,
Ayat 88
“Dan adapun barangsiapa yang beriman dan benamat saleh, maka untuknya adalah ganjalan yang baik."
Dengan ini Dzulqarnain menjanjikan bahwa akan menghargai kejujuran dan jasa-jasa yang baik pada rakyatnya itu dan dia tidak akan berlaku aniaya,
“Dan akan Kami kolakan kepadanya, dan apa yang akan Kami penintahkan dengan kata-kata yang mudah."
Ini pun menunjukkan satu siasat yang tinggi. Bahwa kalau rakyatnya itu jujur, tunduk kepada perintah, penguasa pun mesti berlaku adil dan kasih kepada mereka. Yang berjasa hendaklah dihargai. Orang-orang yang beriman, hendaklah digalakkan dalam imannya, dan hendaklah penguasa menunjukkan sukacitanya jika rakyatnya berbuat amal yang saleh, atau karya yang berfaedah, baik untuk dirinya ataupun untuk masyarakatnya. Di samping itu jika menjatuhkan suatu perintah hendaklah dengan perkataan yang mudah dipahamkan oleh rakyat, jangan perintah yang membingungkan, apatah lagi perintah yang tidak akan dapat dipikul terlalu memberati.
Ayat 89
“Kemudian diambilnya (pula) satu jalan (lain)."
Artinya, setelah selesai Dzulqarnain menaklukkan negeri yang sebelah barat, tempat matahari terbenam ke dalam lautan yang kelam itu, baginda pun kembali ke pusat ke-rajaannya, lalu mengatur rencana baru pula, atau menempuh jalan yang baru pula. Berangkat lagi diiringkan oleh tentaranya yang gagah perkasa, menuju ke jurusan lain.
Ayat 90
“Sehingga apabila telah sampai ke tempat terbil matahari"
Di pangkal ayat ini jelaslah bahwa perjalanan yang baginda tuju sekarang ialah ke sebelah timur, sesudah dahulu ke sebelah barat."Didapatinya dia terbit pada suatu kaum." Melihat apa yang diuraikan dalam ayat ini terang sekali bahwa ujung perjalanan ke timur itu tertunduk ke satu negeri. Nyatalah bahwa negeri itu bukan lagi terletak di pinggir lautan, sebagai yang baginda dapati di barat dahulu. Mungkin negeri sebelah timur itu berlatar belakang padang pasir yang amat luas dan kering yang sudah sukar buat ditempuh manusia. Baginda terhenti hingga di situ; lalu ditaklukkannya pula negeri itu. Disebutkan di ujung ayat iklim negeri itu.
“Yang tidak Kami adakan untuk mereka satu perlindungan pun dari dia."
Tidak ada satu perlindungan pun dari matahari. Sebab itu jelaslah bahwa hawa udara negeri itu amat panas dan latar belakang negeri itu padang pasir. Sebab ketika matahari naik tak ada suatu yang melindungi mereka. Seumpama gunung, mungkin tempat ini di sebelah timur Afrika. Mungkin juga penduduk di sana belum mengenal pakaian sehingga tidak terlindung badan mereka dari cahaya matahari.
Negeri itu pun ditaklukkan pula, dijalankan hukum yang adil, yang bersalah melanggar perintah raja atau mengacaukan keamanan masyarakat, atau tidak tunduk kepada yang berkuasa akan dihukum dengan berat. Yang berjasa dan beriman, beramal saleh berbuat baik mendapat pula penghargaan yang setimpal, sebagaimana yang baginda jalankan peraturannya di negeri sebelah barat tempat matahari terbenam ke laut yang kelam itu.
Maka berfirmanlah Allah tentang kebijaksanaan pemerintahan Dzulqarnain itu pada ayat selanjutnya, “Demikianlah!" Yaitu demikianlah yang telah dilakukan oleh Dzulqarnain di dalam ia menaklukkan negeri, baik ke jurusan barat atau ke jurusan timur.
Ayat 91
“Demikianlah, sesungguhnya pengetahuan Kami telah meliputi segala yang ada padanya itu"
Ayat 91 ini memberikan isyarat bahwa kebijaksanaan Dzulqarnain dalam menaklukkan suatu negeri itu adalah dalam pengetahuan Allah, atau mendapat restu dari Allah.