Ayat
Terjemahan Per Kata
وَكَانَ
dan adalah dia
يَأۡمُرُ
dia menyuruh
أَهۡلَهُۥ
keluarganya
بِٱلصَّلَوٰةِ
dengan/untuk sholat
وَٱلزَّكَوٰةِ
dan zakat
وَكَانَ
dan adalah dia
عِندَ
disisi
رَبِّهِۦ
Tuhannya
مَرۡضِيّٗا
seorang yang diridhai
وَكَانَ
dan adalah dia
يَأۡمُرُ
dia menyuruh
أَهۡلَهُۥ
keluarganya
بِٱلصَّلَوٰةِ
dengan/untuk sholat
وَٱلزَّكَوٰةِ
dan zakat
وَكَانَ
dan adalah dia
عِندَ
disisi
رَبِّهِۦ
Tuhannya
مَرۡضِيّٗا
seorang yang diridhai
Terjemahan
Dia selalu menyuruh keluarganya untuk (menegakkan) salat dan (menunaikan) zakat. Dia adalah orang yang diridai oleh Tuhannya.
Tafsir
(Dan ia menyuruh ahlinya) yakni kaumnya (untuk salat dan menunaikan zakat dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Rabbnya) lafal Mardhiyyan asalnya Mardhuwwun, kedua huruf Wawunya diganti menjadi Ya. Selanjutnya harakat Dhammah Dhadhnya diganti menjadi Kasrah, akhirnya jadi Mardhiyyun, oleh karena kedudukannya menjadi Khabar Kaana maka bacaannya menjadi Mardhiyyan.
Tafsir Surat Maryam: 54-55
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk mengerjakan salat dan menunaikan zakat; dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. Melalui ayat ini Allah memuji Ismail ibnu Ibrahim a.s. Ismail adalah bapak moyang orang-orang Arab Hijaz, bahwa dia adalah seorang yang benar janjinya.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa tidak sekali-kali Ismail berjanji kepada Tuhannya sesuatu hal, melainkan dia melaksanakannya. Dengan kata lain, tidak sekali-kali dia menetapkan suatu nazar akan mengerjakan suatu ibadah kepada Tuhannya, melainkan ia pasti menunaikannya dan mengerjakannya dengan sempurna. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnul Haris.
bahwa Sahl ibnu Aqil pernah bercerita kepadanya bahwa Ismail a.s. pernah menjanjikan kepada seseorang akan bertemu dengannya di suatu tempat. Maka Ismail a.s. datang ke tempat itu, sedangkan lelaki yang berjanji dengannya tadi lupa kepada janji Ismail. Maka Ismail tetap berada di tempat itu dan menginap hingga keesokan harinya. Maka pada keesokan harinya lelaki itu datang dan berkata kepadanya, "Tidakkah engkau tinggalkan tempat ini?" Ismail menjawab,"Tidak." Lelaki itu berkata 'Sesungguhnya saya lupa kepada janjimu." Ismail berkata,"Saya tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum kamu datang kepadaku." Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: ia adalah seorang yang benar janjinya. (Maryam: 54) Sufyan As-Sauri mengatakan, telah sampai suatu berita kepadaku bahwa Ismail menunggu di tempat itu selama satu tahun penuh, hingga lelaki tersebut datang kepadanya.
Ibnu Syauzab mengatakan, telah sampai suatu berita kepadaku bahwa Ismail a.s. membuat rumah di tempat tersebut (selama menunggu lelaki yang berjanji dengannya). Abu Daud di dalam kitab sunannya dan Abu Bakar Muhammad ibnu Ja'far Al-Kharaiti di dalam kitabnya Makarimul Akhlak telah meriwayatkan melalui jalur Ibrahim Ibnu Tahman, dari Abdullah ibnu Maisarah, dari Abdul Karim ibnu Abdullah ibnu Syaqiq, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Abul Hamsa yang mengatakan bahwa ia pernah melakukan suatu transaksi jual beli dengan Rasulullah ﷺ; sebelum beliau diangkat menjadi utusan.
Kemudian masih tersisa lagi sebagian dari piutangnya padaku, maka aku berjanji akan datang kepadanya guna melunasi utangku di tempat tersebut. Akan tetapi, aku lupa akan janjiku hari itu dan keesokan harinya lagi. Pada hari yang ketiga aku teringat dan datang ke tempat tersebut, ternyata beliau masih ada di tempat itu dan bersabda kepadaku: Hai orang muda, sesungguhnya engkau telah memberatkan diriku, saya tetap menunggumu di tempat ini sejak tiga hari yang lalu.
Lafaz hadis ini menurut Al-Khara'iti, lalu ia mengetengahkan beberapa asar yang baik mengenai masalah ini. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Mandah Abu Abdullah di dalam kitab Ma'rifatus Sahabah dengan sanadnya dari Ibrahim Ibnu Tahman, dari Badil ijbnu Maisarah, dari Abdul Karim dengan sanad yang sama. Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya: orang yang benar janjinya. (Maryam: 54) Karena Nabi Ismail pernah berkata kepada ayahnya, yaitu Nabi Ibrahim: insya Allah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar. (Ash-Shaffat: 102) Ismail a.s.
membenarkan apa yang diucapkan itu. Memenuhi janji merupakan sifat yang terpuji, sebagaimana mengingkari janji merupakan sifat yang tercela. Allah ﷻ telah berfirman dalam ayat lain: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaff: 2-3) Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Pertanda orang munafik ada tiga, (yaitu): Apabila bicara, dusta; apabila berjanji, ingkar; dan apabila dipercaya, khianat. Mengingat apa yang disebutkan di dalam hadis merupakan sifat-sifat orang munafik, maka orang yang menyandang kebalikan dari sifat-sifat tersebut adalah orang yang beriman.
Karena itulah maka Allah ﷻ memuji hamba dan rasul-Nya (yaitu Nabi Ismail), bahwa dia adalah orang yang benar janjinya. Demikian pula halnya Rasulullah ﷺ, beliau adalah orang yang benar janjinya; tidak sekali-kali beliau menjanjikan sesuatu kepada seseorang, melainkan beliau menunaikannya kepada orang itu. Nabi ﷺ memuji sikap Abul Ash ibnur Rabi' (suami putrinya) melalui sabdanya: Dia berbicara kepadaku dan membenarkanku, dan dia berjanji kepadaku dan dia memenuhinya terhadapku. Setelah Nabi ﷺ wafat, Khalifah Abu Bakar As-Siddiq berkata, bahwa barang siapa yang mempunyai suatu janji dari Rasulullah ﷺ atau suatu piutang baginya, hendaklah ia datang kepadaku, maka aku akan menunaikannya. Maka datanglah Jabir ibnu Abdullah dan mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah berkata kepadanya, "Seandainya telah datang harta dari Bahrain, maka aku akan memberimu sebanyak anu dan anu," yakni sepenuh kedua telapak tangannya dalam bentuk uang logam. Ketika harta dari Bahrain tiba, maka Khalifah Abu Bakar memerintahkan kepada Jabir untuk mengambilnya.
Lalu Jabir meraupkan kedua telapak tangannya, mengambil dari tumpukan harta tersebut. Kemudian Jabir menghitungnya, ternyata berjumlah lima ratus Dirham. Selanjurnya Khalifah Abu Bakar memberinya lagi dua kali lipatnya. Firman Allah ﷻ: dan dia adalah seorang rasul dan nabi. (Maryam: 54) Makna ayat ini menunjukkan kemuliaan yang dimiliki oleh Ismail melebihi saudaranya Ishaq, karena Ishaq hanya diberi sifat (predikat) sebagai seorang nabi saja, sedangkan Ismail berpredikat sebagai nabi dan rasul.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: ... Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari anak Ibrahim (Sebagai orang pilihan-Nya) Hadis ini menunjukkan kebenaran dari pendapat yang kami kemukakan. Firman Allah ﷻ: Dan ia menyuruh ahlinya untuk salat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (Maryam: 55) Makna ayat ini pun mengandung pujian yang baik dan menggambarkan sifat yang terpuji, serta pekerti yang benar, mengingat Nabi Ismail adalah orang yang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Tuhannya dan juga memerintahkan kepada keluarganya untuk mengerjakan ketaatan kepada Tuhannya.
Perihalnya sama dengan apa yang difirmankan oleh Allah ﷻ kepada Rasulullah ﷺ: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132), hingga akhir ayat. Dan firman Allah ﷻ yang mengatakan: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6) Dengan kata lain, perintahkanlah keluarga kalian untuk mengerjakan kebajikan dan cegahlah mereka dari kemungkaran, dan janganlah kalian biarkan mereka tersia-sia yang akibatnya mereka akan dimakan oleh api neraka kelak pada hari kiamat.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di malam hari, lalu salat, dan membangunkan istrinya (untuk salat bersamanya); jika istrinya menolak, maka ia mencipratkan air ke muka istrinya (agar bangun). Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun di tengah malam, lalu salat, dan membangunkan suaminya (untuk salat); jika suaminya menolak, maka ia mencipratkan air ke mukanya (agar bangun). Hadis diketengahkan oleh Imam Abu Daud dan Ibnu Majah. Diriwayatkan dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Apabila seorang lelaki bangun di tengah malam, lalu ia membangunkan istrinya, kemudian keduanya salat dua rakaat, maka dicatatkan bagi keduanya (di dalam buku catatan amalnya) termasuk laki-laki dan wanita yang banyak berzikir kepada Allah. Hadis yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai, dan Ibnu Majah, sedangkan lafaznya berdasarkan apa yang ada pada Ibnu Majah."
Dengan kerasulan itu Nabi Ismail mengajak kaumnya mematuhi Allah dan dia selalu menyuruh keluarganya untuk melaksanakan salat sebagai ibadah dan ungkapan syukur kepada-Nya dan menunaikan zakat kepada mereka yang berhak mendapatkannya. Dengan ketulusan dan keteguhannya memegang janji, dia menjadi salah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. 56. Kisah Nabi Ismail disusul dengan kisah Nabi Idris. Wahai Nabi Muhammad, dan ceritakanlah kepada umatmu kisah Idris seperti yang diwahyukan kepadamu di dalam kitab Al-Qur'an. Jelaskanlah bahwa sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai dan melaksanakan kebenaran dalam kehidupannya. Kami memberinya anugerah dan menetapkannya sebagai seorang nabi yang memiliki kedudukan tinggi,.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Ismail selalu menyuruh keluarganya tetap mengerjakan salat dan menunaikan zakat, karena salat dan zakat itu telah disyariatkan semenjak Nabi Ibrahim. Risalah yang disampaikan oleh Nabi Ismail adalah risalah yang dibawa oleh bapaknya Ibrahim. Meskipun yang diterangkan di sini hanya mengenai keluarganya tetapi perintah itu mencakup seluruh kaumnya karena rasul itu diutus bukan untuk keluarga semata tetapi diutus untuk semua umatnya. Nabi Muhammad sendiri pada mulanya hanya disuruh menyampaikan ajaran Islam kepada keluarganya dan kemudian baru diperintahkan mengajak seluruh manusia mengikuti ajaran yang dibawanya. Hal ini terdapat dalam firman Allah:
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat,(asy- Syu`ara`/26: 214)
Dan firman-Nya:
Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. (thaha/20: 132)
Kemudian Allah menerangkan bahwa Ismail itu adalah orang yang diridai Allah karena dia tidak pernah lalai menaati perintah Tuhannya, dan selalu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
NABI ISMA'IL A.S.
Ayat 54
“Dan ingatlah di dalam Kitab dari hal Isma'il."
Nabi Isma'il adalah putra yang tertua dari Nabi Ibrahim. Ibunya Hajar, hamba sahaya yang dihadiahkan oleh Sarah, istri tertua, kepada suaminya, dengan harapan karena dengan dia Ibrahim tidak juga beroleh putra, moga-moga dengan gadis muda ini, dapatlah beliau berputra. Ibu Isma'il inilah yang dipindahkan Ibrahim ke “lembah yang tidak bertumbuh-tumbuhan" itu, yang kemudian bernama Mekah, karena sejak ia mengandung berubah hati sembayan (madu)nya Sarah yang telah tua itu kepadanya, sehingga tiap hari berkelahi saja. Pada Pasal 21; ayat 21 dari Kitab Kejadian disebutlah lembah itu dengan nama Paran, atau Faran. itulah yang kemudian bernama Mekah. Dari Isma'il itulah turun bangsa Arab yang bernama Musta'ribah. Merekalah yang mendiami lembah itu turun-temurun dan setelah Ibrahim meninggal dunia, Isma'il itulah yang ditugaskan Allah memimpin anak cucu dan kaumnya yang telah berkampung sekeliling sumur zamzam di Mekah itu.
Dipujikanlah di dalam ayat ini kelebihan Isma'il itu di antara nabi-nabi."Sesungguhnya dia adalah benar dalam berjanji," inilah perangai utama pada satu pribadi yang besar. Ibnu Juraij menafsirkan, “Tidak pernah Isma'il berjanji yang tidak diteguhinya dan dipenuhinya; baik janji dengan Allah yang berupa nadzar atau janji dengan sesama manusia" Ibnu Jarir pun menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Isma'il pernah berjanji dengan seseorang akan bertemu di suatu tempat, lalu dipenuhinya janji itu. Tetapi orang itu lupa. Sehingga ditunggunya orang itu, tidak dia beranjak dari sana, sampai orang itu datang esoknya, karena waktu itu baru orang itu ingat akan janjinya. Didapatinya Isma'il berdiri di sana. Lalu orang itu bertanya, “Sejak kemarin engkau menunggu aku di sini?" Beliau jawab, “Ya!" Orang itu menjawab, “Maafkan saya, saya lupa!" Isma'il menjawab, “Saya bertekad tidak meninggalkan tempat ini sampai engkau datang." Lalu Allah berfirman lagi,
“Dan adalah dia rasul, lagi nabi."
Orang yang tidak pernah melalaikan janji itulah yang diangkat Allah menjadi rasul-Nya dan menjadi nabi-Nya; suatu pengangkatan yang tepat. Selanjutnya Allah memberikan lagi pujian terhadap Isma'il karena keahliannya memimpin ahlinya atau pengikutnya.
Ayat 55
“Dan adalah dia menyunuh ahlinya dengan shalat dan berzakat."
Dapatlah dipahamkan dari susunan ayat bahwasanya Isma'il itu disegani dalam kalangan ahli atau pengikutnya. Karena senantiasa teguh memenuhi janji orang mesti segan kepadanya. Kalau sudah disegani, timbullah wibawa; kalau wibawa telah tumbuh niscaya perintah atau ajakannya akan dipatuhi. Maka disuruhnyalah ahlinya itu berzakat. Yaitu mengeluarkan sebagian dari harta benda, untuk zakat, yang berarti pembersihan. Membersihkan diri dari penyakit batil, membersihkan jiwa dari kekotoran rasa benci kepada sesama manusia, terutama karena orang yang berkekurangan, dan membersihkan harta itu sendiri daripada sumber-sumber yang tidak halal.
Oleh karena jasanya yang demikian besar, teguhnya memegang disiplin atas dirinya dan pandainya memimpin ahlinya sehingga patuh menuruti perintah, mendapatlah dia pujian tertinggi dari Allah.
“Dan adalah dia itu, di sisi Tuhannya, sangat diridhai."
Artinya, bahwasanya segala amal dan usahanya, teguhnya pada janji, pandainya memimpin ahli dan pengikut, menyebabkan dia mendapat keridhaan dari Allah, Rabbul ‘Alamin.
Ada lagi setengah tafsir yang indah tentang teguhnya Isma'il memenuhi janji. Dan itu telah tumbuh sejak dia masih budak-budak. Ketika ayahnya menyampaikan kepadanya bahwa beliau bermimpi menyembelih lehernya, Isma'il telah berjanji, “Ayah akan dapati aku termasuk orang yang sabar," Dan janji dengan ayahnya itu dipenuhinya, dikalangkannya lehernya, bersedia disembelih ketika ayahnya telah meletakkan lehernya, ke atas batu. (Lihat surah ash-Shaaffaatayat 102, tafsir juz 23).
Dari ayat ini pun dapat kita mengambil kesan tentang yang dimaksud dengan ahlinya. Boleh dipersempit artinya, yaitu keluarga terdekat, istri dan anak-anak. Isma'il telah dapat memerintahkan anak istrinya shalat dan berzakat. Para pemimpin dan ulama yang akan mewarisi nabi-nabi (Wartsatul Anbiya') diberi peringatan halus dengan ayat ini, yaitu sebelum memberi peringatan dan dakwah kepada orang lain, lebih utamakanlah dahulu memberi dakwah dan perintah kepada anak istri, menyuruh shalat. Karena banyak mubaligh dan pemegang-pemegang dakwah memberikan peringatan kepada orang luar, sedang dalam rumah tangganya sendiri tidak kelihatan pengaruh agama yang hendak ditegakkannya.
Dalam ayat ini pun terdapat kelebihan yang nyata Isma'il, nenek moyang bangsa Arab, terutama nenek moyang Nabi Muhammad daripada Ishaq dan Ya'qub putranya. Pada ayat 49 di atas tadi diterangkan bahwa Ishaq dan Ya'qub itu diangkat Allah menjadi nabi. Tetapi di ayat 55 ini dijelaskan bahwa Isma'il adalah rasul dan nabi.
Sebuah hadits yang shahih riwayat Muslim, sabda Nabi ﷺ berbunyi,
“Sesungguhnya Allah telah memilih dari anak-anak Ibrahim itu akan anaknya yang bernama Isma'il." (HR Muslim)
Keterangan hadits ini pun dapat kita pahamkan. Bukankah Isma'il, anak yang tertua itu yang dipilih oleh Allah buat membantu ayahnya Ibrahim mendirikan Baitullah itu? (surah al-Baqarah ayat 12, tafsir juz 1), dan dari salurannya pula Allah memilih untuk menurunkan Rasul-Nya yang terakhir Muhammad ﷺ?