Ayat
Terjemahan Per Kata
مُّحَمَّدٞ
Muhammad
رَّسُولُ
rasul
ٱللَّهِۚ
Allah
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
مَعَهُۥٓ
bersama dia
أَشِدَّآءُ
sangat keras
عَلَى
terhadap
ٱلۡكُفَّارِ
orang-orang kafir
رُحَمَآءُ
kasih sayang
بَيۡنَهُمۡۖ
diantara mereka
تَرَىٰهُمۡ
kamu melihat mereka
رُكَّعٗا
ruku'
سُجَّدٗا
sujud
يَبۡتَغُونَ
mereka mencari
فَضۡلٗا
karunia
مِّنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
وَرِضۡوَٰنٗاۖ
dan keridhaan
سِيمَاهُمۡ
tanda-tanda mereka
فِي
dalam
وُجُوهِهِم
muka-muka mereka
مِّنۡ
dari
أَثَرِ
bekas
ٱلسُّجُودِۚ
sujud
ذَٰلِكَ
demikian itu
مَثَلُهُمۡ
perumpamaan mereka
فِي
dalam
ٱلتَّوۡرَىٰةِۚ
Taurat
وَمَثَلُهُمۡ
dan perumpamaan mereka
فِي
dalam
ٱلۡإِنجِيلِ
injil
كَزَرۡعٍ
seperti tanaman
أَخۡرَجَ
ia mengeluarkan
شَطۡـَٔهُۥ
tumbuhnya/tunasnya
فَـَٔازَرَهُۥ
maka ia menguatkan
فَٱسۡتَغۡلَظَ
lalu ia menjadi besar
فَٱسۡتَوَىٰ
maka ia tegak
عَلَىٰ
atas
سُوقِهِۦ
batangnya
يُعۡجِبُ
menakjubkan/menyenangkan
ٱلزُّرَّاعَ
penanam-penanam
لِيَغِيظَ
karena Dia hendak menjengkelkan
بِهِمُ
dengan mereka
ٱلۡكُفَّارَۗ
orang-orang kafir
وَعَدَ
telah menjanjikan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan beramal
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebaikan
مِنۡهُم
dari mereka
مَّغۡفِرَةٗ
ampunan
وَأَجۡرًا
dan pahala
عَظِيمَۢا
besar
مُّحَمَّدٞ
Muhammad
رَّسُولُ
rasul
ٱللَّهِۚ
Allah
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
مَعَهُۥٓ
bersama dia
أَشِدَّآءُ
sangat keras
عَلَى
terhadap
ٱلۡكُفَّارِ
orang-orang kafir
رُحَمَآءُ
kasih sayang
بَيۡنَهُمۡۖ
diantara mereka
تَرَىٰهُمۡ
kamu melihat mereka
رُكَّعٗا
ruku'
سُجَّدٗا
sujud
يَبۡتَغُونَ
mereka mencari
فَضۡلٗا
karunia
مِّنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
وَرِضۡوَٰنٗاۖ
dan keridhaan
سِيمَاهُمۡ
tanda-tanda mereka
فِي
dalam
وُجُوهِهِم
muka-muka mereka
مِّنۡ
dari
أَثَرِ
bekas
ٱلسُّجُودِۚ
sujud
ذَٰلِكَ
demikian itu
مَثَلُهُمۡ
perumpamaan mereka
فِي
dalam
ٱلتَّوۡرَىٰةِۚ
Taurat
وَمَثَلُهُمۡ
dan perumpamaan mereka
فِي
dalam
ٱلۡإِنجِيلِ
injil
كَزَرۡعٍ
seperti tanaman
أَخۡرَجَ
ia mengeluarkan
شَطۡـَٔهُۥ
tumbuhnya/tunasnya
فَـَٔازَرَهُۥ
maka ia menguatkan
فَٱسۡتَغۡلَظَ
lalu ia menjadi besar
فَٱسۡتَوَىٰ
maka ia tegak
عَلَىٰ
atas
سُوقِهِۦ
batangnya
يُعۡجِبُ
menakjubkan/menyenangkan
ٱلزُّرَّاعَ
penanam-penanam
لِيَغِيظَ
karena Dia hendak menjengkelkan
بِهِمُ
dengan mereka
ٱلۡكُفَّارَۗ
orang-orang kafir
وَعَدَ
telah menjanjikan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan beramal
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebaikan
مِنۡهُم
dari mereka
مَّغۡفِرَةٗ
ampunan
وَأَجۡرًا
dan pahala
عَظِيمَۢا
besar
Terjemahan
Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi), tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud (bercahaya). Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat, lalu menjadi besar dan tumbuh di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati orang yang menanamnya. (Keadaan mereka diumpamakan seperti itu) karena Allah hendak membuat marah orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Tafsir
(Muhammad itu) lafal ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada (adalah utusan Allah) menjadi Khabar dari Mubtada (dan orang-orang yang bersama dengan dia) yakni para sahabatnya yang terdiri dari kaum mukminin. Lafal ayat ini menjadi Mubtada sedangkan Khabarnya ialah (adalah keras) yakni mereka adalah orang-orang yang bersikap keras (terhadap orang-orang kafir) mereka tidak mengasihaninya (tetapi berkasih sayang sesama mereka) menjadi Khabar yang kedua; yakni mereka saling kasih-mengasihi di antara sesama mukmin bagaikan kasih orang tua kepada anaknya (kamu lihat mereka) kamu perhatikan mereka (rukuk dan sujud) keduanya merupakan Hal atau kata keterangan keadaan (mencari) lafal ayat ini merupakan jumlah Isti`naf, yakni mereka melakukan demikian dalam rangka mencari (karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka) ciri-ciri mereka, lafal ayat ini menjadi Mubtada (tampak pada muka mereka) menjadi Khabar dari Mubtada. Tanda-tanda tersebut berupa nur dan sinar yang putih bersih yang menjadi ciri khas mereka kelak di akhirat, sebagai pertanda bahwa mereka orang-orang yang gemar bersujud sewaktu di dunia (dari bekas sujud.) Lafal ayat ini berta'alluq kepada lafal yang menjadi Ta'alluq atau gantungan bagi Khabar, yaitu lafal Kaainatan. Kemudian dii'rabkan sebagai Hal karena mengingat Dhamirnya yang dipindahkan kepada Khabar. (Demikianlah) sifat-sifat yang telah disebutkan tadi (sifat-sifat mereka) yakni gambaran tentang mereka, kalimat ayat ini menjadi Mubtada (di dalam kitab Taurat) menjadi Khabarnya (dan sifat-sifat mereka dalam kitab Injil) menjadi Mubtada, sedangkan Khabarnya adalah (yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya) dapat dibaca Syath`ahu atau Syatha`ahu, yakni tunasnya (maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat) dapat dibaca Fa`aazarahuu atau Fa`azarahu, yakni tunas itu membuat tanaman menjadi kuat (lalu menjadi besarlah dia) membesarlah dia (dan tegak lurus) yakni kuat dan tegak lurus (di atas pokoknya) lafal Suuq ini adalah bentuk jamak dari lafal Saaqun (tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya) karena keindahannya. Perumpamaan ini merupakan gambaran tentang keadaan para sahabat karena mereka pada mulanya berjumlah sedikit lagi masih lemah, kemudian jumlah mereka makin bertambah banyak dan bertambah kuat dengan sistem yang sangat rapi (karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan kekuatan orang-orang mukmin) lafal ayat ini berta'alluq kepada lafal yang tidak disebutkan yang disimpulkan dari kalimat sebelumnya, yakni mereka diserupakan demikian karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh dari kalangan mereka) yakni para sahabat; huruf Min di sini menunjukkan makna Bayanul Jinsi atau untuk menjelaskan jenis, bukan untuk menunjukkan makna Tab'idh atau sebagian, demikian itu karena para sahabat semuanya memiliki sifat-sifat tersebut (ampunan dan pahala yang besar) yakni surga; kedua pahala itu berlaku pula bagi orang-orang sesudah mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam berbagai ayat lainnya.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. Allah ﷻ memberitahukan kepada Muhammad ﷺ bahwa dia adalah benar utusan-Nya tanpa diragukan lagi. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Muhammad itu adalah utusan Allah. (Al-Fath: 29) Ini merupakan mubtada, sedang khabar-nya termuat di dalam semua sifat yang terpuji lagi baik. Kemudian Allah ﷻ memuji para sahabatnya yang bersama dia: dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (Al-Fath: 29) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir. (Al-Maidah: 54) Inilah sifat orang-orang mukmin, seseorang dari mereka bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi lemah lembut terhadap sesamanya lagi kasih sayang.
Dia bersikap pemarah dan bermuka masam di hadapan orang-orang kafir, tetapi murah senyum dan murah tertawa di hadapan orang-orang mukmin saudara seimannya. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah ﷻ: Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan darimu, (At-Taubah: 123) Nabi ﷺ telah bersabda: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih sayang dan kecintaan mereka adalah seperti satu tubuh; apabila ada salah satu anggotanya merasa sakit, maka rasa sakitnya itu menjalar ke seluruh tubuh hingga terasa demam dan tidak dapat tidur.
Nabi ﷺ telah bersabda pula: Orang mukmin itu sama halnya dengan bangunan-bangunan, yang satu sama lainnya saling menguatkan Hal ini diutarakan oleh Nabi ﷺ seraya merancangkan jari jemari kedua tangannya. Kedua hadis ini terdapat di dalam kitab sahih. Firman Allah ﷻ: kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. (Al-Fath: 29) Allah ﷻ menyifati mereka sebagai orang-orang yang banyak beramal dan banyak mengerjakan salat yang merupakan amal yang terbaik, dan Allah menggambarkan bahwa mereka lakukan hal itu dengan tulus ikhlas dan memohon pahala yang berlimpah dari sisi-Nya, yaitu surga yang merupakan karunia dari-Nya. Karunia dari Allah itu adalah rezeki yang berlimpah bagi mereka dan rida-Nya kepada mereka, yang hal ini jauh lebih banyak daripada nikmat yang pertama, yakni surga.
Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan keridaan Allah adalah lebih besar. (At-Taubah: 72) Adapun firman Allah ﷻ: tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (Al-Fath: 29) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang dimaksud dengan tanda-tanda ialah tanda yang baik yang ada pada wajah mereka. Mujahid dan yang lain-lainya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah penampilannya khusyuk dan rendah diri. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Husain Al-Ju'fi, dari Zaidah, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (Al-Fath: 29) Bahwa yang dimaksud adalah khusyuk; menurut hemat saya tiada lain yang dimaksud adalah tanda ini yang terdapat di wajah dari bekas sujud.
Tetapi ia menyanggah bahwa bisa saja tanda itu terdapat di antara dua mata (kening) seseorang yang hatinya lebih keras daripada Fir'aun. Lain halnya dengan As-Saddi, ia mengatakan bahwa salat itu dapat memperindah penampilan muka. Sebagian ulama Salaf mengatakan, "Barang siapa yang banyak salatnya di malam hari, maka wajahnya kelihatan indah di siang hari." Hal ini telah disandarkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab sunannya, dari Ismail ibnu Muhammad As-Salihi, dari Sabit, dari Syarik, dari Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang banyak salatnya di malam hari, maka di siang hari wajahnya tampak indah.
Tetapi yang benar hadis ini mauquf. Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya keindahan ini mempunyai cahaya dalam hati dan kecerahan pada roman muka, keluasan dalam rezeki serta kecintaan di hati orang lain. Amirul Muminin Usman ibnu Affan r.a. mengatakan bahwa tidak sekali-kali seseorang menyembunyikan suatu rahasia, melainkan Allah menampakkannya melalui roman mukanya dan keterlanjuran lisannya. Dengan kata lain, sesuatu yang terpendam di dalam jiwa tampak kelihatan pada roman muka yang bersangkutan.
Seorang mukmin apabila hatinya tulus ikhalas kepada Allah ﷻ, maka Allah ﷻ memperbaiki penampilan lahiriahnya di mata orang lain, seperti apa yang diriwayatkan dari Umar ibnul Khattab r.a. yang mengatakan bahwa barang siapa yang memperbaiki hatinya, maka Allah akan memperbaiki penampilan lahiriahnya. Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Muhammad Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Hamid ibnu Adam Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kam. Al-Fall ibnu Musa, dari Muhammad ibnu Ubaidillah Al-Arzam dan Salamah ibnu Kahil, dari Jundub ibnu Sufyan Al-Bajali r.a. yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: Tidaklah seseorang menyembunyikan suatu rahasia, melainkan Allah mengenakan kepadanya pakaian (lahiriah) dan rahasianya itu. Jika baik, maka lahiriahnya baik; dan jika buruk, maka lahiriahnya buruk pula. Al-Arzami adalah orang yang matruk (tidak terpakai hadisnya).
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Hasam, dari Abu Sa'id r.a., dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Seandainya seseorang di antara kalian beramal di dalam sebuah batu besar yang tiada celah pintunya dan tiada pula lubang udaranya, niscaya amalnya itu akan keluar menampakkan diri kepada manusia seperti apa adanya. []: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kam.
Oabus ibnu AbuZabyan, bahwa ayahnya telah menceritakan kepadanya dar. Ibnu Abbas r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya petunjuk yang baik, tanda (ciri) yang baik, dan sikap pertengahan merupakan seperdua puluh lima kenabian. Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini dari Abdullah ibnu Muhammad An-Nufaili, dari Zuhair dengan sanad yang sama. Para sahabat radiyallahu 'anhum niat mereka ikhlas dan amal perbuatan mereka baik, maka setiap orang yang memandang mereka pasti akan terpesona dengan penampilan dan petunjuk yang mereka kemukakan.
Imam Malik mengatakan, telah sampai kepadaku suatu berita yang mengatakan bahwa orang-orang Nasrani, manakala mereka melihat para sahabat yang telah menaklukkan negeri Syam, mereka mengatakan, "Demi Allah, orang-orang ini (yakni para sahabat) benar-benar lebih baik daripada kaum Hawariyyin (pendukung Nabi Isa) menurut sepengetahuan kami." Dan mereka memang benar dalam penilaiannya, karena sesungguhnya umat Nabi ﷺ ini dimuliakan di dalam kitab-kitab samawi sebelumnya, terlebih lagi sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ Allah ﷻ sendiri telah menuturkan pula perihal mereka di dalam kitab-kitab yang diturunkan oleh-Nya dan berita-berita yang telah tersebar di masa dahulu. Karena itulah maka Allah ﷻ menyebutkan dalam ayat ini melalui firman-Nya: Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. (Al-Fath: 29) Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan: dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya. (Al-Fath: 29) Yakni demikian pula halnya sahabat-sahabat Rasulullah.
Mereka membelanya, membantunya serta menolongnya, dan keadaan mereka bersama Rasulullah ﷺ sama dengan tunas beserta tanaman. karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan (kekuatan) orang-orang mukmin. (Al-Fath: 29) Berdasarkan ayat ini Imam Malik rahimahullah menurut riwayat yang bersumber darinya menyebutkan bahwa kafirlah orang-orang Rafidah itu karena mereka membenci para sahabat, dan pendapatnya ini disetujui oleh sebagian ulama. Hadis-hadis yang menyebutkan keutamaan para sahabat dan larangan mencela keburukan mereka cukup banyak, dan sebagai dalil yang menguatkannya cukuplah dengan adanya pujian dari Allah ﷻ kepada mereka melalui ayat ini. Selanjutnya Allah ﷻ berfirman: Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka. (Al-Fath: 29) Huruf min dalam ayat ini adalah kata keterangan jenis, yakni mencakup mereka semua (dan bukan tab'id atau sebagian dari mereka).
ampunan dan pahala yang besar. (Al-Fath: 29) Yakni ampunan bagi dosa-dosa mereka, pahala yang berlimpah, serta rezeki yang mulia. Janji Allah itu pasti dan benar, Dia tidak akan menyalahi janji-Nya dan tidak akan menggantinya. Barang siapa yang mengikuti jejak para sahabat, maka ia termasuk dari mereka hukumnya. Para sahabat memiliki keutamaan dan kepioniran serta kesempurnaan yang tidak dapat disaingi oleh seorang pun dari umat ini.
Semoga Allah melimpahkan ridaNya kepada mereka dan membuat mereka puas, serta menjadikan surga Firdaus sebagai tempat menetap mereka, dan Allah ﷻ telah memenuhinya. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah. dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya seseorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Bukit Uhud, tidaklah hal itu dapat menyamai satu mud seseorang dari mereka dan tidak pula separonya."
Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang membawa rahmat bagi seluruh alam, dan orang-orang yang bersama dengan dia yakni sahabat-sahabat-Nya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang menentang agama-Nya, tetapi berkasih sayang dan saling mencintai sesama mereka yang beriman. Kamu senantiasa melihat mereka rukuk dan sujud dan itu dilakukan semata-mata untuk mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Engkau saksikan pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud berupa cahaya yang menunjukkan ketakwaan dan kesalehannya. Demikianlah sifat-sifat mereka yang sangat agung yang diungkapkan dalam Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa. Dan sifat-sifat me-reka yang diungkapkan dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya. Demikian perumpamaan orang-orang mukmin pengikut Nabi Muhammad. Sesungguhnya mereka itu mula-mula sedikit saja, kemudian ia bertambah semakin banyak, bagaikan tunas yang menumbuhkan tanaman yang subur dan banyak buahnya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya. Sifat-sifat yang luhur dan mulia dinyatakan karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan menunjukkan semakin banyaknya jumlah orang-orang mukmin dan semakin besarnya kekuatan mereka dari masa ke masa. Demikianlah akhir Surah al-Fat' ini ditutup dengan janji Allah bahwa Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan atas dosa dan kesalahan mereka dan pahala yang besar yaitu surga. Semoga kami termasuk orang-orang yang memperoleh anugerah yang agung itu. 1. Pada permulaan Surah al-Hujur't ini Allah mengajarkan akhlak kepada kaum muslim ketika berhubungan dengan Allah dan Rasul-Nya. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, yakni jangan kamu tergesa-gesa dalam memutuskan suatu perkara sebelum mendapat keputusan Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sungguh, Allah Maha Mendengar ucapan kamu, Maha Mengetahui segala gerak-gerik dan perbuatan kamu. Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada kaum muslim agar ja-ngan mendahului Allah dan Rasul-Nya dalam menetapkan hukum keagamaan atau persoalan duniawi yang menyangkut kehidupan me-reka. Hal ini bertujuan agar keputusan mereka tidak menyalahi syariat Islam sehingga menimbulkan kemurkaan Allah.
Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad ﷺ adalah rasul Allah yang diutus kepada seluruh umat. Para sahabat dan pengikut Rasul bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi lemah lembut terhadap sesama mereka. Firman Allah:
Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah. (al-Ma'idah/5: 54)
Rasulullah bersabda:
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih mengasihi dan sayang-menyayangi antara mereka seperti tubuh yang satu; bila salah satu anggota badannya sakit demam, maka badan yang lain merasa demam dan terganggu pula. (Riwayat Muslim dan Ahmad dari an-Nu'man bin Basyir)
Orang-orang yang beriman selalu mengerjakan salat dengan khusyuk, tunduk, dan ikhlas, mencari pahala, karunia, dan keridaan Allah. Tampak di wajah mereka bekas sujud. Maksudnya ialah air muka yang cemerlang, tidak ada gambaran kedengkian dan niat buruk kepada orang lain, penuh ketundukan dan kepatuhan kepada Allah, bersikap dan berbudi pekerti yang halus sebagai gambaran keimanan mereka.
Mengenai cahaya muka orang yang beriman, 'Utsman berkata, "Adapun rahasia yang terpendam dalam hati seseorang; niscaya Allah menyatakannya pada raut mukanya dan lidahnya." Sifat-sifat yang demikian itu dilukiskan dalam Taurat dan Injil.
Para sahabat dan pengikut Nabi semula sedikit dan lemah, kemudian bertambah dan berkembang dalam waktu singkat seperti biji yang tumbuh, mengeluarkan batangnya, lalu batang bercabang dan beranting, kemudian menjadi besar dan berbuah sehingga menakjubkan orang yang menanamnya, karena kuat dan indahnya, sehingga menambah panas hati orang-orang kafir.
Kemudian kepada pengikut Rasulullah ﷺ itu, baik yang dahulu maupun yang sekarang, Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa mereka, memberi mereka pahala yang banyak, dan menyediakan surga sebagai tempat yang abadi bagi mereka. Janji Allah yang demikian pasti ditepati.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
UKHUWAH 1SLAMIYYAH
Ayat 29
“Muhammad adalah utusan Allah!"
Inilah pedoman hidup dan pedoman perjuangan bagi kaum Muslimin dalam menghadapi dunia. Kita mengakui kerasulan beliau ialah dengan konsekuensinya sekali; akan meniru meneladan langkah, mencontoh sepak terjangnya, menjunjung tinggi sunnahnya. Muhammad Rasulullah itu adalah laksana cahaya yang memberikan terang bagi kita buat melanjutkan perjuangan ini. Buat melanjutkan jihad ini! Apabila kalimat ini telah dimulai dengan Laa Ilaha Wallah disusul dengan Mu-hammadur-rasulullah tersimpullah seluruh kehidupan Muslim kepada dua kata itu. Hidup menurut kehendak Allah dan mati pun menurut kehendak-Nya dari Dia datang dan kepada-Nya kembali. Bagaimana agar supaya seluruh kehidupan itu menempuh jalan yang benar, yang diridhai oleh Allah hendaklah menuruti contoh teladan yang ditinggalkan oleh Nabi. Untuk kehidupan seperti ini akan timbullah orang-orang yang sepaham, se-aqidah, sehaluan, dan setujuan. Itulah yang bernama umat. Maka umat ini diberi lagi nama yang tegas, yaitu umat Islam! Arti Islam ialah penyerahan dengan segala sukarela, penyerahan yang wajar karena akal itu sendiri yang telah mendapat jalan itu, tidak ada lagi jalan yang lain. Maka dengan sendirinya umat Islam ini mempunyai persaudaraan yang amat luas, seluas tersebarnya paham itu sendiri. Tepat sabda Rasulullah ﷺ,
“Muslim adalah saudara dari orang yang Muslim. Dia tidak akan menghinakannya dan dia tidak akan mengecewakannya."
Bila datang waktu shalat, mereka pun bersatu tempat menghadap yang bernama kiblat. Walau dia di mana, tinggal di mana dan bangsa apa, kiblatnya satu! Sebelum itu maka Allah, Allah yang mereka sembah itu, yang jadi pokok tujuan hidup mati, lahir batin dari seorang Muslim itu pun satu pula. Tidak berbeda Allah orang Afrika yang berkulit hitam dengan orang Eropa yang berkulit putih dan orang Jepang yang berkulit kuning. Walaupun beratus macam bahasa yang mereka pakai, ucapan salam mereka tetap satu,"Assalaamu'alaikum." Jawabnya pun satu, ‘Wa ‘alaikumussalaam!"
Setelah terjadi persatuan keyakinan, persatuan aqidah dan ibadah dan persatuan dalam pandangan hidup, dengan sendirinya timbullah persaudaraan yangrapat. Lantaran persaudaraan yang rapat maka timbullah persatuan sikap dan perangai yaitu,"Dan orang-orang ada besertanya bersikap keras terhadap orang-orang yang kafir, sayang-menyayangi di antara sesama mereka." Begitulah sikap hidup dari umat yang telah mengaku tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad Rasulullah itu. Dia sesama sendiri, bersatu aqidah, bersatu pandangan hidup adalah cinta-mencintai, seberat seringan, sehina semalu, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing dengan sesama beriman. Di antara ‘awak sama awak' yang sepaham tidak ada soal. Tidak ada kusut yang tidak terselesaikan, tidak ada keruh
yang tidak dijernihkan. Itulah yang dinamai ukhuwah islamiyah. Inilah yang dikuatkan oleh sabda Nabi Muhammad ﷺ,
“Perumpamaan persaudaraan orang-orang yang beriman itu dalam cinta-mencintai dan berkasih sayang adalah laksana tubuh yang satu. Apabila mengeluh satu bagian tubuh, menjalarkan ke segala bagian tubuh rasa demam dan tidak tidur."
Dan sabda beliau ﷺ pula,
“Orang yang beriman dengan sesamanya orang yang beriman adalah laksana satu bangunan jua: satu bagian menguatkan kepada yang lain."
Kedua hadits ini shahih dan terkenal.
Lalu sambungan ayat selanjutnya,"Engkau lihat mereka itu rukuk, sujud mengharapkan karunia daripada Allah dan ridha-Nya."
Tampak tertonjol lagi sifat Mukmin yang ketiga, yaitu mereka selalu memperkukuh iman yang telah tumbuh dalam dada dengan memperkuat ibadah, rukuk dan sujud, shalat dengan khusyu, tidak ada yang mereka harapkan dan yang lain, kecuali semata-mata dari Allah, yaitu karunia Allah dan ridha Allah. Maka bertambah kuat ibadahnya yang demikian, niscaya bertambah kuat pulalah hubungan dan kasih sayang di antara satu sama lain dan bertambah pula keras disiplin mereka menghadapi musuhnya. Mereka bukan fanatik! Karena fanatik bukanlah tanda dari teguhnya iman, melainkan tanda dari gelapnya pikiran. Tetapi dalam sikap Mukmin yang lemah lembut itu, lunak lembutnya tidaklah mudah saja buat disudu, dan kerasnya tidak mudah buat ditukik. Dia bersikap baik kepada orang lain, tetapi aqidahnya jangan dipermainkan, agamanya jangan dihinakan. Orang yang beradab pastilah pandai pula menghormati keyakinan orang lain walaupun dia sendiri tidak sesuai dengan keyakinan itu.
Lalu ditunjukkan lagi tanda yang istimewa pada orang-orang beriman itu, ‘Ada tanda-tanda mereka pada wajah-wajah mereka dari sebab bekas sujud." Wajah mereka bersinar, tidak cemberut, tidak beringis, melainkan memancarkan kejernihan selalu, sehingga tidak ada kusut yang tidak selesai, tidak ada keruh yang tidak jernih apabila telah berhadapan dengan orang shalat. Sebab dengan selalu bersujud itu orangnya tidak menjadi sombong. Dia telah selalu menundukkan kepalanya bersujud kepada Allah. Di waktu sujud itu insaflah dia akan kerendahan dirinya di hadapan ketinggian dan kemuliaan, Allah.
As-Suddi mengatakan,
“Shalat itu membuat wajah orang jadi cerah."
Sesuai dengan pantun Melayu,
Sayang-sayang buah tempayang, Sugi-sugi mengarang beriih.
Alangkah elok orang sembahyang. Hati suci mukanya jernih.
Al-A'masy merawikan dari Abu Sufyan, yang menerima pula dan Jabir bin Abdullah bahwa pernah Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa yang banyak shalat tengah malam, jernihlah wajahnya di siang hari."
Setengah ahli budi mengatakan,
“Sesuatu amal yang baik menimbulkan nur dalam hati dan sinar pada wajah dan keluasan pada rezeki dan rasa cinta di hati sesama manusia
Sayyidina Umar bin al-Khaththab pernah mengatakan,
“Barangsiapa yang jernih dalam batinnya, akan diperbaiki Allah pula pada yang nyata pada wajahnya."
Kemudian dikatakanlah bahwa,"Demikianlah perumpamaan mereka di dalam Taurat." Artinya ialah bahwasanya di dalam kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa telah bertemu tanda-tanda tentang umat pengikut Nabi Muhammad yang akan datang itu bahwa pada wajah mereka bersinarlah wajah yang jernih berseri dari sebab bekas sujud mereka kepada Allah. Kemudian itu selanjutnya berkata pula ayat;"Dan perum-pamaan mereka di dalam Injil: laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka bertumbuhlah dia: kian besar maka tegaklah dia di atas rumpunnya, yang menyebabkan takjub orang yang menanamnya dan me-nyebabkan murka orang-orang yang tidak mau percaya."
Inilah kata yang tepat sekali mengenai perkembangan agama Islam sejak dia didakwahkan oleh Nabi Muhammad ﷺ Dia hanya tumbuh sebagai tunas yang kecil saja. Namun tunas ini tumbuh dengan baik, kian lama kian besar dan teguh tegak di atas rumpunnya, sukar buat mencabut dan membunuhnya. Sampai orang yang menanam sendiri pun tercengang melihat pertumbuhan dan perkembangan yang cepat itu, sebab dia tidak menyangka akan secepat itu. Tetapi orang-orang yang tidak mau percaya, tegasnya orang-orang yang kafir, sangatlah murka melihat perkembangan ini. Sejak dari zaman mula: tumbuhnya Islam sendiri memang telah terjadi sebagaimana tersebut dalam ayat. Mulai tumbuh tunasnya di negeri Mekah. Yang mula beriman hanyalah seorang perempuan, Siti Khadijah istri Nabi ﷺ sendiri. Kemudian menurut Abu Bakar sebagai orang dewasa, Ali bin AbiThalib anak yang masih belum dewasa, Zaid bin Haritsah budak yang telah merdeka, tetapi dalam masa tiga belas tahun telah dicoba hendak membunuh dan menyekatnya oleh kepala-kepala kafir Quraisy sejak Abu Jahal dan pemimpin-pemimpin dan kawan-kawannya yang lain, namun dia kian lama kian berkembang. Selama masa sepuluh tahun Nabi telah hijrah ke Madinah. Dalam masa dua puluh satu tahun kota Mekah yang dahulu mengusirnya telah ditaklukkannya, kemudian ditaklukkannya seluruh Tanah Arab. Kemudian dia berkembang dan berkembang terus. Sampai kepada zaman kita sekarang ini pun dia masih berkembang terus.
Ada disalinkan di dalam kitab Injil Yahya bahwa Nabi Isa al-Masih ada memberi peringatan akan datang nabi-nabi palsu. Lalu beliau menunjukkan setengah daripada tandanya. Yaitu bahwa nabi palsu itu tidaklah akan membawa kesuburan. Bahwasanya pohon berangan tidaklah akan membuahkan anggur. Maka pertanda daripada Nabi Isa itu benarlah adanya. Bahwa bawaan syari'at Nabi Muhammad bukanlah buah berangan yang akan menimbulkan anggur. Bukanlah dua kepalsuan. Dengan segala daya upayanya orang Eropa telah mencoba hendak membunuh Islam, dengan segala macam gerak zending dan misinya, namun Islam berkembang juga, tidak berhenti-henti. Beratus-ratus anak orang Islam di Tanah Jawa, seakan-akan dipaksa masuk Kristen dengan memajukan pendidikan masuk sekolah-sekolah sejak SMP dan SMA
sampai Sekolah Tinggi. Banyak di antara mereka setelah masuk Kristen sekian tahun lamanya, mereka pun datang kepada seorang kiai Islam minta diterima memeluk agama Islam kembali. Itulah yang menyebabkan murka orang-orang yang tidak percaya itu.
Maka sebagai penutup daripada ayat ini Allah berfirman,
“Telah menjanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan beiamal saleh di antara mereka itu, akan ampunan dan pahala yang besar."
Ujung ayat ini adalah mengandung harapan yang besar bagi orangyang selama ini telah kena bujukan, rayuan, tipuan dan malahan paksaan agar menukar agamanya yang hak dengan yang batil, jika mereka insaf dan tobat, bahwa tobat mereka akan diterima.
Karena apabila orang telah benar-benar mengerti akan inti sari ajaran agamanya, tauhid dan aqidah, iman dan takwa dan tidak ada tempat berlindung selain dari Allah, itulah pegangan manusia yang sejati dan kepada pokok pendirian demikian jualah manusia akan kembali.
Selesai tafsir surah al-Fath.