Ayat
Terjemahan Per Kata
وَضَرَبَ
dan membuat
ٱللَّهُ
Allah
مَثَلٗا
perumpamaan
لِّلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
ٱمۡرَأَتَ
isteri
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
إِذۡ
ketika
قَالَتۡ
ia berkata
رَبِّ
ya Tuhanku
ٱبۡنِ
bangunlah
لِي
untukku
عِندَكَ
di sisi-Mu
بَيۡتٗا
sebuah rumah
فِي
dalam
ٱلۡجَنَّةِ
surga
وَنَجِّنِي
dan selamatkanlah aku
مِن
dari
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
وَعَمَلِهِۦ
dan perbuatannya
وَنَجِّنِي
dan selamatkanlah aku
مِنَ
dari
ٱلۡقَوۡمِ
kaum
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
وَضَرَبَ
dan membuat
ٱللَّهُ
Allah
مَثَلٗا
perumpamaan
لِّلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
ٱمۡرَأَتَ
isteri
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
إِذۡ
ketika
قَالَتۡ
ia berkata
رَبِّ
ya Tuhanku
ٱبۡنِ
bangunlah
لِي
untukku
عِندَكَ
di sisi-Mu
بَيۡتٗا
sebuah rumah
فِي
dalam
ٱلۡجَنَّةِ
surga
وَنَجِّنِي
dan selamatkanlah aku
مِن
dari
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
وَعَمَلِهِۦ
dan perbuatannya
وَنَجِّنِي
dan selamatkanlah aku
مِنَ
dari
ٱلۡقَوۡمِ
kaum
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
Terjemahan
Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, yaitu istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”
Tafsir
(Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman) istri Firaun itu beriman kepada Nabi Musa, ia bernama Asiah. Lalu Firaun menyiksanya dengan cara mengikat kedua tangan dan kedua kakinya, lalu di dadanya diletakkan kincir yang besar, kemudian dihadapkan kepada sinar matahari yang terik. Bilamana orang yang diperintahkan oleh Firaun untuk menjaganya pergi maka, malaikat menaunginya dari sengatan sinar matahari (ketika ia berkata) sewaktu dalam keadaan disiksa ("Ya Rabbku! Bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga) maka Allah menampakkan rumahnya yang di surga itu, hingga ia dapat melihatnya, maka siksaan yang dialaminya itu terasa ringan baginya setelah melihat pahalanya (dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya) dari siksaannya terhadap diriku (dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.") yakni pemeluk agama Firaun. Setelah itu lalu Allah mencabut rohnya. Menurut Ibnu Kaisan, bahwa Siti Asiah diangkat ke surga dalam keadaan hidup, dan ia makan dan minum di dalam surga.
Tafsir Surat At-Tahrim: 11-12
Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir'aun, ketika ia berkata, "Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim, dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.
Ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk kaum mukmin bahwa tiada membahayakan mereka pergaulan mereka dengan orang-orang kafir, jika mereka mempunyai keperluan dengan orang-orang kafir, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya: Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. (Ali Imran: 28) Qatadah mengatakan bahwa Fir'aun adalah orangyang paling melampaui batas dari kalangan penduduk bumi dan paling kafir di antara mereka.
Tetapi demi Allah, kekafiran suaminya itu tidak membahayakan istrinya karena ia selalu taat kepada Tuhannya, agar mereka mengetahui bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah Hakim Yang Mahaadil, dia tidak menghukum seseorang melainkan karena dosanya sendiri. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Hafs Al-Aili, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Salman yang menceritakan bahwa istri Fir'aun disiksa di bawah terik matahari; apabila Fir'aun beranjak meninggalkannya, maka para malaikat menaunginya dengan sayap mereka, dan tersebutlah bahwa dalam siksaan yang dialaminya itu ia dapat melihat rumahnya di dalam surga.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ubaid ibnu Muhammad Al-Muharibi, dari Asbat ibnu Muhammad, dari Sulaiman At-Taimi dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Hisyam Ad-Dustuwa-i, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim ibnu Abu Buzah yang mengatakan bahwa istri Fir'aun bertanya, "Siapakah yang menang (dalam pertandingan itu)?" Maka dikatakan kepadanya, "Yang menang adalah Musa dan Harun." Lalu ia berkata, "Aku beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun." Maka Fir'aun memerintahkan agar istrinya itu ditangkap seraya berpesan kepada para prajuritnya, "Carilah batu besar oleh kalian yang kalian jumpai.
Jika dia tetap pada pendapatnya, lemparkanlah batu besar itu kepadanya. Dan jika dia mencabut kembali ucapannya, maka dia tetap menjadi istriku." Ketika mereka mendatanginya, ia mengarahkan pandangannya ke langit dan dapat melihat calon tempat tinggalnya di surga, maka ia tetap teguh memegang pendapatnya. Kemudian roh di cabut dari jasadnya dan meninggal dengan tenang, lalu batu besar itu ditimpakan di atas tubuhnya yang sudah tidak bernyawa lagi.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala yang menyitir ucapan istri Fir'aun: Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga. (At-Tahrim: 11) Menurut para ulama, istri Fir'aun memilih tetangga sebelum memilih rumah. Hal yang semakna telah disebutkan dalam suatu hadits yang berpredikat marfu'. dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya. (At-Tahrim: 11) Yakni bebaskanlah aku darinya, karena sesungguhnya aku berlepas diri kepada Engkau dari semua perbuatannya. dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim. (At-Tahrim: 11) Wanita ini bernama Asiah binti Muzahim Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah yang mengatakan bahwa imannya istri Fir'aun melalui iman istri bendahara Fir'aun.
Kisahnya bermula ketika istri bendahara duduk menyisiri rambut anak perempuan Fir'aun, lalu sisir yang digunakannya itu terjatuh, dan ia berkata, "Celakalah orang yang kafir kepada Allah." Maka anak perempuan Fir'aun bertanya kepadanya, "Apakah engkau punya Tuhan selain ayahku?" Istri bendahara menjawab, "Tuhanku, Tuhan ayahmu dan Tuhan segala sesuatu adalah Allah." Maka anak perempuan Fir'aun menamparnya dan memukulnya, lalu ia melaporkan hal itu kepada ayahnya.
Fir'aun memerintahkan agar istri bendahara ditangkap, lalu ia menanyainya, "Apakah engkau menyembah Tuhan lain selain aku?" Istri bendahara menjawab, "Ya. Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan segala sesuatu adalah Allah, dan hanya kepada-Nya aku menyembah." Lalu Fir'aun menyiksanya dengan mengikat kedua tangan dan kedua" kakinya pada pasak-pasak dan melepaskan ular-ular berbisa untuk mengerumuninya. Istri bendahara dalam keadaan demikian hingga pada suatu hari Fir'aun datang dan berkata, "Apakah kamu mau menghentikan keyakinanmu itu?" Tetapi istri bendahara itu justru menjawab, "Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan segala sesuatu adalah Allah." Fir'aun berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku akan menyembelih anak laki-lakimu yang terbesar di hadapanmu jika kamu tidak mau melakukan apa yang kuperintahkan." Ia menjawab, "Laksanakanlah apa yang ingin engkau putuskan." Akhirnya Fir'aun menyembelih anak laki-lakinya di hadapannya; dan sesungguhnya roh anak laki-lakinya menyampaikan berita gembira kepadanya dan mengatakan, "Wahai Ibu, bergembiralah, sesungguhnya bagimu di sisi Allah ada pahala anu dan anu." Akhirnya ia tetap bersabar dan teguh dalam menghadapi siksaan itu.
Di hari yang lain Fir'aun datang, lalu mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya, maka ia menjawabnya dengan kata-kata yang sama. Kemudian Fir'aun menyembelih lagi putranya yang lain di hadapannya. Dan roh putranya itu menyampaikan berita gembira pula kepada ibunya seraya berkata, "Wahai Ibu, bersabarlah, karena sesungguhnya bagimu di sisi Allah ada pahala yang besar sekali." Ternyata istri Fir'aun mendengar pembicaraan roh kedua putra istri bendahara itu, akhirnya ia beriman.
Lalu Allah mencabut nyawa istri bendahara Fir'aun itu dan menampakkan pahala dan kedudukannya serta kemuliaannya di sisi Allah di mata istrinya Fir'aun, sehingga keimanan istri Fir'aun bertambah kuat dan begitu pula keyakinannya. Lalu Allah menampakkan keimanan istri Fir'aun kepada suaminya, maka Fir'aun berkata kepada para pemimpin kaumnya, "Bagaimanakah pengetahuan kalian tentang Asiah binti Muzahim?" Ternyata mereka memujinya.
Maka Fir'aun berkata kepada mereka, "Sesungguhnya dia sekarang menyembah selainku." Mereka berkata kepada Fir'aun, "Kalau begitu, bunuh saja dia." Maka dibuatkanlah untuknya empat buah pasak, kemudian kedua tangan dan kaki Asiah diikatkan pada masing-masing pasak, lalu Asiah berdoa kepada Allah yang disitir oleh firman-Nya: Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga. (At-Tahrim: 11) Fir'aun datang menyaksikan ucapannya itu, lalu Asiah tertawa ketika menyaksikan rumahnya di surga.
Maka Fir'aun berkata, "Tidakkah kalian heran dengan kegilaannya ini. Sesungguhnya kita menyiksanya, sedangkan dia tertawa." Maka Allah mencabut nyawa Asiah dan menempatkannya di dalam surga, semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepadanya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya. (At-Tahrim: 12) Yakni memelihara dan menjaga kehormatannya. Al-ihsan artinya memelihara kesucian dirinya dan kehormatannya. maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami. (At-Tahrim: 12) Yaitu melalui Malaikat Jibril, karena sesungguhnya Allah mengutus Jibril kepadanya dalam rupa seorang manusia yang sempurna, dan memerintahkan kepada Jibril agar meniupkan ke dalam baju kurungnya sekali tiup dengan mulutnya.
Maka tiupan itu turun ke bawah dan memasuki farjinya, lalu terjadilah kehamilan karenanya, yaitu mengandung Isa a.s. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya. (At-Tahrim: 12) yakni beriman kepada takdir dan syariat-Nya. dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. (At-Tahrim: 12) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abul Furat, dari Alba, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ membuat suatu garis di tanah sebanyak empat garis, lalu bertanya, "Tahukah kalian apakah ini?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah ﷺ bersabda: (ini menggambarkan) wanita-wanita ahli surga yang paling utama. (yaitu) Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiah binti Muzahim bekas istri Firaun.
Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui hadits Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah, dari Murrah Al-Hamdani, dari Abu Musa Al-Asy'ari, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Banyak dari kaum lelaki yang mencapai kesempurnaan, tetapi tiada yang mencapai kesempurnaan dari kaum wanita selain Asiah binti Muzahim bekas istri Firaun, Maryam binti Imran, dan Khadijah binti Khuwalid. Dan sesungguhnya keutamaan Aisyah di atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid di atas makanan lainnya.
Kami telah menyebutkan jalur-jalur hadits-hadits ini berikut lafal-lafaznya, dan telah kami bahas pula mengenainya dalam kisah Isa putra Maryam a.s. dalam kitab kami yang berjudul Al-Bidayah wan Niyahah; segala puji dan anugerah adalah milik Allah. Telah kami sebutkan pula berita yang disebutkan di dalam hadits yang menyatakan bahwa Maryam dan Asiah binti Muzahim kelak akan menjadi istri-istri Nabi ﷺ di dalam surga, yaitu pada tafsir firman-Nya: yang janda dan yang perawan. (At-Tahrim: 5) Demikianlah akhir tafsir surat At-Tahrim, segala puji bagi Allah. [Inilah akhir juz ke-28]"
Begitu juga sebab kaya, istri yang beriman tidak bisa juga menyelamatkan suamiya yang kaifr dari azab Allah. Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman bahwa perempuan beriman, meskipun menjadi istri seorang kafir yang pada waktu dibolehkan, akan memperoleh keselamatan di akhirat seperti istri Firaun, ketika dia berkata dalam doanya kepada Allah waktu menghadapi siksaan suaminya yang memaksanya untuk murtad, 'Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, karena tidak nyaman berada di istana Firaun; dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya yang terus menyiksa; dan doanya kepada Allah, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim, balatentara Firaun yang terus menyiksanya hingga wafat sehingga ia tidak merasakan siksaan mereka. ' 12. Ayat ini menjelaskan kesalehan seorang perempuan yang tak pernah bersuami, tetapi memiliki seorang putra. Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, lalu Allah memberikan penghargaan, penghomatan, dan kemuliaan kepadanya, maka Kami meniupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh ciptaan Kami sehingga ia hamil dan melahirkan bayi tanpa bapak; dan dia, Maryam putri Imran, membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya yang menjelaskan kekuasaan Allah yang tak terbatas dan kitab-kitab-Nya, yaitu Kitab Taurat dan Zabur; dan dia termasuk orang-orang yang taat kepada Allah dengan rukuk dan sujud dan menjaga kehormatan dirinya.
Pada ayat ini, Allah membuat perumpamaan sebaliknya yaitu keadaan orang-orang yang beriman. Perumpamaan itu ialah Asiyah binti Muzahim, istri Fir'aun. Dalam perumpamaan itu, Allah menjelaskan bahwa hubungan orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir tidak akan membahayakan kalau diri itu murni dan suci dari kotoran. Sekalipun Asiyah binti Muzahim berada di bawah pengawasan suaminya, musuh Allah yang sangat berbahaya, tetapi ia tetap beriman. Ia selalu memohon dan berdoa, "Ya Tuhanku! Bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Di dalam surah at-Tahriim tersimpul suatu isi, yaitu membina dan membangun keluarga Muslim. Terutama sekali terlebih dahulu diatur kedamaian rumah tangga, menerima rezeki yang halal yang dianugerahkan Allah, kedamaian dalam pergaulan, menerima rahmat dan nikmat Allah, dan tidak mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. Suri teladan ialah pada kehidupan Rasulullah ﷺ sendiri.
Kemudian itu diperingatkanlah kepada tiap-tiap orang yang beriman bagaimana besar tanggung jawabnya memimpin istri dan anak menegakkan hidup yang berbakti kepada Allah, hendaklah seorang Mukmin sebagai kepala rumah tangga memimpin dan mendidik ahli rumahnya, istri dan anak-anaknya, dan segala isi rumah yang terletak di bawah tanggung jawabnya agar mereka itu semuanya terlepas dari adzab api neraka. Diperingatkan betapa besar adzab siksaan yang akan diderita kelak jika rumah tangga tidak dipimpin oleh penanggung jawab rumah tangga. Dan agar pimpinan berwibawa hendaklah terlebih dahulu si penanggung jawab mengesankan pimpinan pada dirinya sendiri. Karena kalau adzab itu ditemui kelak, orang kafir tidak dapat lagi membela dirinya dan mencari dalih untuk berlepas diri.
Selanjutnya diberi peringatanlah bahwa dalam perjalanan hidup yang panjang ini sepanjang umur, mesti saja terdapat khilaf dan alpa, entah dosa yang kecil maupun dosa yang besar. Namun dalam hal yang demikian, asal iman dalam dada masih ada, harapan masih tetap ada. Sebab itu hendaklah segera melakukan tobat nashuha; tobat yang disertai janji teguh di hadapan Allah tidak akan mengulangi lagi berbuat dosa, dengan segera menghentikan yang sekarang dan senantiasa menyesali yang telah terjadi.
Itulah kesimpulan isi surah at-Tahriim.
Pada penutup surah dikemukakan tiga dalil sebagai arahan terhadap perempuan dalam menegakkan rumah tangga yang dianjurkan Allah agar si penanggung jawab memeliharakan istri dan anak-anak dari nyala api neraka.
Tiga dalil itu merupakan tiga perumpamaan.
Perumpamaan pertama, ialah istri-istri dari Nabi Nuh dan Nabi Luth. Suami saleh, istri durhaka kepada Allah.
Perumpamaan kedua, ialah istri Fir'aun. Suaminya seorang penentang Allah paling besar dalam sejarah dunia, sedang dia sendiri seorang istri yang salihah.
Perumpamaan ketiga, ialah Maryam anak perempuan Imran; lahir dalam kesucian, hidup dalam kesucian, namun diberi Allah beban berat.
Ayat 10
“Allah telah memperbuat suatu perumpamaan, tentang orang-orang yang kafir."
Inilah perumpamaan yang pertama. Maksudnya ialah bahwa meskipun seseorang perempuan bersuamikan nabi atau rasul, namun kalau si istri itu tidak mau menuruti haluan suaminya itu, tidaklah ada faedahnya kenabian dan kerasulan suaminya itu, untuk menolong membebaskan istrinya itu daripada adzab di hari Kiamat, “Yaitu istri Nuh dan istri Luth, adalah keduanya itu di bawah pernaungan dari dua hamba dari hamba-hamba Kami yang keduanya itu saleh." Dijelaskan dalam ayat ini, bahwa kedua perempuan yang diambil perempuan itu ialah istri Nuh dan istri Luth. Nabi Nuh dan Nabi Luth adalah dua Nabi Allah yang banyak tersebut kisah perjuangan keduanya di dalam kitab suci Al-Qur'an.
Tujuh kali kita dapati di dalam Al-Qur'an tentang istri Nabi Luth: Dalam surah al-A'raaf ayat 83; dalam surah al-Hijr ayat 60; dalam surah asy-Syu'araa'a' ayat 171; dalam surah an-Naml ayat 57; dalam surah al-‘Ankabuut ayat 32; dalam surah al-‘Ankabuut ayat 33; dalam surah ash-Shaffaat ayat 135. Semua surah ini diturunkan di Mekah dan di semua ayat tersebut dinyatakan bahwa ketika Nabi Luth dan yang beriman kepadanya diselamatkan Allah sebelum waktu Shubuh, istrinya menentang. Akhirnya istrinya itu termasuk ke dalam orang yang dibinasakan oleh Allah, dan keadaan suaminya menjadi rasul ataupun nabi tidaklah dapat menolong melepaskannya dalam adzab siksaan.
Di dalam surah-surah yang lain, tidaklah kita mendapat penjelasan yang begitu jelas tentang istri Nabi Nuh, tetapi kita mendapat penjelasan tentang putra beliau. Dijelaskan bahwa ketika beliau akan naik ke dalam bahtera yang akan melepaskan mereka dari siksaan dan taufan yang terkenal itu, beliau ajak anak itu agar naik bersama-sama, namun anak itu tidak-mau naik. Dia mengatakan bahwa kalau air bertambah tinggi juga, dia akan naik berlindung ke atas puncak gunung. (Lihat surah Huud ayat 43, dalam Juz 12). Ajakan ayahnya tidak diturutinya, maka anak itu pun tenggelam.
Di dalam surah at-Tahriim inilah baru kita diberitahu oleh Allah sendiri bahwa istri Nabi Nuh itu sama juga dengan istri Nabi Luth yang jauh masa di belakangnya. Dijelaskan dalam ayat ini bahwa kedua suami perempuan itu, Nabi Nuh dan Nabi Luth, adalah dua orang hamba yang saleh, yaitu orang baik-baik, orang jujur, orang kepercayaan dan dipilih Allah; “Maka berkhianatlah keduanya kepada kedua suaminya," Sepakat ahli-ahli tafsir mengatakan bahwa pengkhianatan kedua mereka itu ialah karena mereka tidak mau mengacuhkan, atau sekurangnya tidak mau membantu dan menyokong perjuangan suami mereka. Khianat mereka itu bukanlah karena mereka pernah berbuat zina. Ibnu Abbas mengatakan, “Tidaklah pernah berbuat serong seorang istri Nabi jua pun." Al-Qusyairi mengatakan bahwa ahli tafsir ijma, artinya sama pendapatnya bahwa tafsir khianat bukanlah dalam hal zina.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa istri Nuh kadang-kadang turut mencemooh suaminya, sampai mengatakan bahwa beliau gila! Istri Luth bersikap tidak peduli saja, tidak turut dia mencela memburukkan perangai kaumnya yang menyukai laki-laki. “Maka tidaklah kedua suami itu dapat membela mereka itu daripada Allah" artinya daripada adzab siksaan yang akan ditimpakan Allah kepada diri mereka, “Sedikit pun jua."
Inilah perumpamaan yang wajib dipahamkan. Jangan sampai ada orang Quraisy atau siapa saja yang menyangka bahwa karena hubungan kekeluargaannya yang karib dengan Rasul ﷺ dia akan dapat ditolong oleh Rasulullah ﷺ agar terlepas daripada adzab di hari Kiamat. Bahkan di dalam surah al-Ahzaab diulangkan lagi kepada istri-istri Rasulullah, bahwa kalau mereka mendurhaka kepada Allah berganda pula beban dosa yang akan mereka tanggung (lihat surah al-Ahzaab ayat 33).
“Maka katakanlah kepada keduanya,‘Masuklah kalian keduanya ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang masuk'"
Dihalau orang bersama-sama orang yang bersalah masuk neraka, tidak peduli apakah mereka keduanya istri dua orang hamba Allah yang saleh. Supaya dicamkan pula hal ini oleh setiap orang, bahwa yang akan menyelamatkan manusia bukanlah pertalian darah dan bukanlah pertalian keluarga, tetapi amal yang saleh jua adanya.
Perumpamaan kedua,
Ayat 11
“Dan Allah telah pula memperbuat suatu perumpamaan tentang orang-orang yang beriman."
Yaitu kebalikan dari orang yang pertama tadi, istri yang beriman di bawah bimbingan suami yang kafir, “Yaitu istri Fir'aun."
Diceritakan kepada kita tentang istri Fir'aun ini dalam surah al-Qashash ayat 9, bahwa Musa dihanyutkan ibu kandungnya dalam sungai Nil karena takut anaknya akan dibunuh Fir'aun di hadapan matanya sendiri; tetapi anak itu telah dipungut oleh istri Fir'aun dan dibawa ke istana dan diasuh baik-baik; dimohonkannya kepada Fir'aun agar anak itu jangan dibunuh, biarkan hidup, mungkin akan ada juga gunanya di belakang hari; atau dipungut saja menjadi anak. Perempuan inilah yang telah menjadi perempuan beriman di tengah-tengah pergaulan raja yang kafir. Kekafiran suaminya tidak memengaruhi keimanan yang tumbuh dalam jiwanya. Apa pun kejahatan yang diperbuat suaminya, namun dia tidak mau campur. “Tatkala ia berkata, ‘Ya Tuhanku, bangunkanlah kiranya untukku sebuah rumah di dalam surga.'"
Ini adalah suatu permohonan yang amat hebat dari seorang perempuan. Gambarkanlah dalam pikiran kita masing-masing apa artinya permohonan ini, dan seorang perempuan kelas tinggi, istri atau permaisuri seorang raja besar, yang hidup di dalam istana mewah, dikelilingi oleh seluruh kemewahan dan kebanggaan, kekayaan dan kemuliaan, gelombang dari rakyat yang berdatang sembah, menjunjung duli, menerima hadiah berbagai ragam; rakyat yang miskin mengumpulkan uang berdikit-dikit guna membeli tanda mata akan dihadiahkan, atau disembahkan ke bawah duli Tuanku, Sang Ratu. Semuanya itu tidak ada yang menarik hatinya. Dia merasakan itu semuanya hanyalah kemegahan yang rapuh, kemewahan yang ditegakkan di atas bahu rakyat yang miskin-miskin. Sebagai seorang yang beriman, beliau bosan melihat semuanya itu, lalu dia memohonkan kepada Allah agar dibikinkan oleh Allah sendiri langsung, sebuah rumah pun jadilah asal di dalam surga yang diridhai Allah. Di samping itu dia pun berdoa pula, “Dan bebaskanlah daku daripada Fir'aun dan perbuatannya." Dalam doa ini pun terlihat bahwa jiwa yang beriman ini muak, bosan, dan jijik dan tidak dapat menerima segala kemegahan palsu yang ditegakkan di atas aniaya itu.
Istri Fir'aun mohon dibebaskan daripada Fir'aun, yaitu dari pengaruhnya dan dari paksaan aqidahnya, dibebaskan dari propagandanya mengangkat dirinya jadi Allah dan segala amalan atau perbuatan yang terkenal dari seluruh istana dalam dunia ini, di Barat dan di Timur. Berbagai macam siasat halus dan kasar, keji atau kejam, bujuk atau rayu, meracun jiwa orang baik dengan racun yang sebenar racun, atau dengan harta dan jabatan, sehingga hilang kemerdekaan diri. Siasat dari orang-orang yang dekat kepada raja, perebutan pengaruh, perebutan mengambil muka, desak-mendesak, menyingkirkan, memfitnah, dan berbagai macamnya lagi. Tekanan-tekanan, paksaan halus atau kasar, semuanya berlaku dalam istana raja-raja. Istri Fir'aun mohonkan kepada Allah agar jiwanya dibebas-kan dari segala tipu daya demikian, karena dia ingin jiwanya bersih dan suci, untuk menghadap langsung kepada Allah. Ujung doanya lebih tegas lagi,
“Dan bebaskanlah akan daku daripada kaum yang zalim."
Yang di dalam menjaga kedudukan, orang tidak merasa berat sedikit jua pun mengerjakan apa saja, walaupun dengan menganiaya dan merugikan orang lain.
Dari kedua perumpamaan ini, dua istri yang kafir di bawah suami yang saleh, dan seorang istri yang saleh di bawah suami yang memimpin kekafiran, umat diberi bimbingan bahwa dalam memimpin seisi rumah tangga, kaum dan keluarga, istri-istri dan anak-anak, agar terlepas dari adzab siksaan neraka, hendaklah selalu bertawakal kepada Allah, Karena pertolongan Allah jualah yang diharapkan untuk menolong kita mencapai cita-cita yang mulia itu.
Karena tidak jarang suami saleh dan jujur, istri memilih jalan hidup lain. Suami tidak berdaya. Hal ini banyak terdapat di zaman modern sekarang ini.
Sebaliknya adalah keteguhan pendirian seorang perempuan menghadapi suami yang telah kehilangan pegangan hidup. Meneruskan pendidikan anak-anak di samping suami yang lupa daratan. Dia menghadapkan kesibukan mencari hubungan dengan Allah, karena hubungan kasih sayang sejati telah lama putus dengan suami. Namun dia dengan teguh hati menghadapi semuanya itu, karena yang diharapnya hanyalah ridha Allah. Maka kedua perumpamaan yang dikemukakan Allah, dari dua istri Nabi dan seorang istri dari raja kafir, cukup jadi perbandingan bagi orang yang beriman.
Perumpamaan ketiga,
Ayat 12
“Dan Manyarn putri Imran yang membentengi kehormatannya."
Maryam, putri Imran, inilah yang ditulis dengan lebih jelas dengan surah khas tersendiri, surah 19 yang memakai nama Maryam, dan dijelaskan pula dalam surah Aali ‘Imraan, atau Keluarga Imran. Bertumbuhnya pribadi anak perempuan ini adalah lain dari yang lain. Ibunya ketika mengandungnya bernadzar, bahwa jika anaknya lahir akan dikirimnya ke Rumah Suci (Baitul Muqaddas) agar menjadi penjaga rumah tempat beribadah kepada Allah. Tetapi setelah anak lahir, ternyata anak ini perempuan, bukan laki-laki. Namun nadzarnya diteruskannya juga; anak itu diserahkannya ke rumah suci. Untunglah kepala penjaga rumah suci itu, yaitu Nabi Zakariya, suami dari kakaknya ibu Maryam. Nabi Zakariya itulah yang mengasuh dan mendidiknya di rumah suci sejak dia lahir sampai dewasa. Terpeliharalah kesuciannya dan sangguplah dia membentengi dirinya daripada gangguan manusia yang bermaksud jahat. “Maka Kami tiupkanlah kepadanya ruh ciptaan dari Kami." Yaitu bahwa disuruhkan Allah seorang Malaikat membawakan satu di antara ruh ciptaan-Nya untuk ditiupkan ke dalam diri anak perempuan yang masih perawan itu. Setelah itu mengandunglah ia dengan kehendak langsung dari Allah, dengan tidak bercampur terlebih dahulu dengan seorang laki-laki. Sedang manusia yang lain ditiupkannya juga kepada mereka satu di antara ruh ciptaan Allah, tetapi lebih dahulu dipertemukan di antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki. “Nenek pertama terjadi dari tanah, keturunan terjadi dari air yang lemah, sesudah itu lalu dibentuk, lalu ditiupkan kepadanya ruh ciptaan Allah" sebagaimana tersebut dalam surah as-Sajdah ayat 7, 8, dan 9. “Dan dia pun membenarkan kalimat-kalimat dari Tuhannya." Yaitu dia menerima dengan penuh iman ketentuan Allah itu, bahwa dia mesti mengandung dengan tidak bersuami, melainkan langsung dengan kehendak Allah. “Dan kitab-kitab-Nya." Yaitu perintah-perintah dan ketentuan-ketentuan Allah seperti tersebut dalam kitab-kitab terdahulu, di antaranya Taurat dan Zabur.
“Dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat."
Maka samalah tarafnya di antara istri Fir'aun yang saleh dengan Maryam yang terdidik suci sejak lahir, yaitu sama-sama taat kepada Allah, dan akan menjadi orang-orang perempuan yang utama di dalam surga kelak.
Maka ambillah perbandingan dan perumpamaan kedua istri Nabi, Nabi Nuh dan Nabi Luth untuk dijauhi, dan ambillah perbandingan istri Fir'aun dan Perawan Suci Maryam untuk jadi teladan bagi kehidupan yang suci, adanya.
Selesai Tafsir Surah at-Tahriim. Alhamdulillah.