Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
(mereka)beriman
وَتَطۡمَئِنُّ
dan menjadi tenteram
قُلُوبُهُم
hati mereka
بِذِكۡرِ
dengan mengingat
ٱللَّهِۗ
Allah
أَلَا
ingatlah
بِذِكۡرِ
dengan mengingat
ٱللَّهِ
Allah
تَطۡمَئِنُّ
menjadi tenteram
ٱلۡقُلُوبُ
hati
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
(mereka)beriman
وَتَطۡمَئِنُّ
dan menjadi tenteram
قُلُوبُهُم
hati mereka
بِذِكۡرِ
dengan mengingat
ٱللَّهِۗ
Allah
أَلَا
ingatlah
بِذِكۡرِ
dengan mengingat
ٱللَّهِ
Allah
تَطۡمَئِنُّ
menjadi tenteram
ٱلۡقُلُوبُ
hati
Terjemahan
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.
Tafsir
(Yaitu orang-orang yang beriman dan yang merasa tenang) tenteram (hati mereka dengan mengingat Allah) mengingat janji-Nya. (Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram) yakni hati orang-orang yang beriman.
Tafsir Surat Ar-Ra'd: 27-29
Orang-orang kafir berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah, "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya."
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.
Ayat 27
Allah ﷻ menceritakan perkataan orang-orang musyrik melalui firman-Nya: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?” (Ar-Ra'd: 27) Ayat tersebut semakna dengan yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat yang lain melalui firman-Nya: “Maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus.” (Al-Anbiya: 5) Pembahasan mengenai hal ini telah disebutkan bukan hanya sekali saja pada kesempatan yang lalu, bahwa Allah mampu memperkenankan apa yang mereka minta itu.
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya ketika kaumnya meminta beliau mengubah Bukit Safa menjadi emas buat mereka, dan mengalirkan buat mereka mata air yang berlimpah sumber airnya, serta menggeserkan bukit-bukit yang ada di sekitar Mekah, lalu menggantikan kedudukannya menjadi kebun-kebun dan lapangan-lapangan rumput yang hijau, "Jika kamu suka, hai Muhammad, Aku akan memberi mereka apa yang mereka minta itu. Tetapi jika mereka tetap kafir (sesudahnya), Aku akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah Aku timpakan kepada seorang pun dari penduduk dunia ini. Dan jika kamu suka, Aku bukakan atas mereka pintu tobat dan rahmat." Maka Rasulullah ﷺ berkata: “Tidak, bukakanlah oleh-Mu pintu tobat dan rahmat buat mereka.”
Karena itulah dalam ayat ini Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya:
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya’.” (Ar-Ra'd: 27)
Artinya, Dialah yang menyesatkan dan yang memberi petunjuk, baik Dia memberikan mukjizat kepada Rasul-Nya sesuai dengan apa yang mereka minta ataupun tidak memperkenankan permintaan mereka; karena sesungguhnya hidayah dan penyesatan tiada kaitannya dengan keberadaan dan ketiadaan mukjizat itu.
Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya: “Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Yunus: 101)
“Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.” (Yunus: 96-97)
“Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tetap tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Al-An'am: 111)
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya: “Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya’.” (Ar-Ra'd: 27) Yakni Allah memberikan petunjuk kepada orang yang bertobat dan kembali kepada-Nya serta memohon pertolongan kepada-Nya dengan berendah diri kepada-Nya.
Ayat 28
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.” (Ar-Ra'd: 28)
Maksudnya, hati mereka senang dan tenang berada di sisi Allah, merasa tenteram dengan mengingat-Nya, dan rela kepada-Nya sebagai Pelindung dan Penolong(nya).
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra'd: 28)
Ayat di atas bermakna bahwa Allah berhak dan perlu untuk diingat.
Ayat 29
Firman Allah ﷻ: “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (Ar-Ra'd: 29)
Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna tuba ialah 'gembira dan sejuk hati'. Menurut Ikrimah, artinya 'alangkah nikmatnya apa yang mereka peroleh'.
Menurut Ad-Dahhak, artinya 'ungkapan rasa keinginan beroleh kenikmatan seperti mereka'. Menurut Ibrahim An-Nakha'i, artinya 'kebaikanlah bagi mereka'. Qatadah mengatakan bahwa kata ini merupakan kata dari bahasa Arab. Bila seseorang mengatakan kepada temannya, "tuba laka" artinya 'engkau telah beroleh kebaikan'. Menurut riwayat lain, ia mengatakan bahwa tuba lahum artinya kebaikanlah bagi mereka.
“Tempat kembali yang baik.” (Ar-Ra'd: 29)
Yakni tempat kembali.
Semua pendapat yang telah disebutkan di atas pada prinsipnya sama, tiada pertentangan di antaranya. Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna tuba lahum, bahwa tuba adalah nama sebuah taman yang ada di negeri Habsyah. Sa'id ibnu Masju' mengatakan bahwa tuba adalah nama sebuah taman yang terletak di India. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Ikrimah, bahwa tuba lahum artinya surga (taman). Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setelah Allah menciptakan surga dan telah merampungkannya, berfirmanlah Dia: “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (Ar-Ra'd: 29) Demikian itu sebagai ungkapan rasa takjub akan keindahannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ja'far, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan bahwa tuba adalah nama sebuah pohon di dalam surga; semua pepohonan surga berasal darinya, ranting-rantingnya berasal dari balik tembok surga.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Mugis ibnu Summi, Abi Ishaq As-Subai'i, dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf yang bukan hanya seorang. Mereka mengatakan bahwa tuba adalah sebuah pohon di dalam surga, pada tiap-tiap rumah (gedung) surga terdapat ranting yang berasal darinya. Sebagian ulama mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Suci lagi Maha Tinggi telah menanamnya sendiri dengan tangan kekuasaan-Nya dari butir mutiara, lalu Allah memerintahkan kepadanya untuk menjalar; maka pohon itu menjalar menurut yang dikehendaki oleh Allah ﷻ. Dari bawah akarnya memancar sumber air sungai-sungai surga yang berasa madu, khamr, dan air susu.
Abdullah ibnu Wahb telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Diraj (yakni Abus Samah) pernah menceritakan kalimat berikut kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri secara marfu': "Tuba adalah sebuah pohon di dalam surga, besarnya sama dengan jarak perjalanan seratus tahun, pakaian-pakaian ahli surga keluar dari kuntum-kuntumnya.".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Lahi'ah mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Diraj (yakni Abus Samah), bahwa Abul Haisam pernah menceritakan kepadanya, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah ﷺ, bahwa ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, tuba (berbahagialah) bagi orang yang melihatmu dan beriman kepadamu." Rasulullah ﷺ bersabda: “Berbahagialah bagi orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Berbahagialah, berbahagialah, dan berbahagialah bagi orang yang beriman kepadaku dan tidak melihatku.”
Lelaki lainnya bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Apakah yang dimaksud dengan tuba (berbahagialah) itu?" Rasulullah ﷺ menjawab: “Sebuah pohon di dalam surga yang besarnya adalah perjalanan seratus tahun, pakaian ahli surga keluar dari kuntum (bunga)nya.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ishaq Ibnu Rahawaih, dari Mugirah Al-Makhzumi, dari Wuhaib, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd r.a., bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat sebuah pohon, seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum melampauinya.” Abu Hazim mengatakan bahwa lalu ia mengetengahkan hadis ini kepada An-Nu'man ibnu Ayyasy Az-Zurqi. Maka ia berkata bahwa telah menceritakan kepadanya Abu Said Al-Khudri, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: "Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara kuda pacuan yang kencang larinya memacu kudanya selama seratus tahun, ia masih belum dapat melampauinya.”
Di dalam kitab Sahih Bukhari, melalui hadis Yazid ibnu Zurai', dari Sa'id, dari Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan naungan yang terbentang luas.” (Al-Waqi'ah: 30) yaitu: “Di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun tanpa bisa melampauinya.”
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Syuraih, telah menceritakan kepada kami Falih, dari Hilal ibnu Ali, dari Abdur Rahman ibnu Abu Amrah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum melampauinya. Bila kalian suka bacalah oleh kalian firman-Nya, "Dan naungan yang terbentang luas.” (Al-Waqi'ah: 30)
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Shahihain. Menurut lafaz lain dari Imam Ahmad disebutkan pula: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far dan Hajjaj; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa ia pernah mendengar Abu Dalihak menceritakan hadis berikut dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama tujuh puluh atau seratus tahun. Ia adalah pohon Khuldi.”
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari Asma binti Abu Bakar r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ menceritakan tentang Sidratul Muntaha, lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Seorang pengendara berjalan di bawah naungan salah satu tangkainya selama seratus tahun atau bernaung di bawah sebuah rantingnya seratus orang pengendara, padanya terdapat kupu-kupu emas, buahnya seakan-akan sebesar gentong.” Hadis diriwayatkan oleh Imam Turmuzi.
Ismail ibnu Ayyasy meriwayatkan dari Said ibnu Yusuf, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salam Al-Aswad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah Al-Bahili mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Tiada seorang pun di antara kalian masuk surga melainkan pasti pergi ke pohon Tuba. Maka dibukakan baginya kuntum-kuntumnya, dan ia mengambil darinya pakaian yang disukainya. Jika ia suka warna putih, ia mengambil warna putih; jika ia suka warna merah, ia mengambil warna merah; jika ia suka warna kuning, ia mengambil warna kuning; dan jika ia suka warna hitam, ia mengambil warna hitam; warna-warninya seperti bunga syaqaiqun nu'man dan lebih lembut lagi lebih indah.”
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Saud, dari Ma'mar, dari Asy'as ibnu Abdullah, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa tuba adalah sebuah pohon di dalam surga.
Allah berfirman kepadanya, "Mekarkanlah kuntum-kuntummu buat hamba-Ku untuk memenuhi apa yang dikehendakinya!" Maka (bunga) pohon itu mekar untuk hamba yang dimaksud dengan mengeluarkan kuda lengkap dengan pelana dan kendalinya, unta berikut semua perlengkapannya, dan segala rupa pakaian yang disukainya.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih dalam bab ini sebuah asar yang garib lagi aneh. Wahb rahimahullah mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang disebut tuba, seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun tanpa bisa melewatinya.
Bunga-bunganya adalah pakaian, dedaunannya adalah selimut, ranting-rantingnya adalah 'anbar, lembah tempatnya adalah yaqut, tanahnya adalah kafur, dan lumpurnya adalah misik (minyak kesturi). Dari akarnya keluar sungai khamr, sungai susu, dan sungai madu. Pohon ini merupakan majelis ahli surga. Ketika mereka sedang berada di majelisnya, tiba-tiba malaikat suruhan Tuhan mereka datang kepada mereka seraya menuntun unta-unta yang diberi kendali rantai emas.
Keindahan kepala unta-unta itu bagaikan pelita, bulunya sangat lembut seperti sutera Mar'uzi. Di atas punggung unta-unta itu terdapat haudaj yang papannya terbuat dari batu yaqut, sandarannya terbuat dari emas, sedangkan kain penutupnya terbuat dari kain sutera tebal dan tipis. Lalu para malaikat itu membuka haudaj (tandu) yang ada di atas punggung unta-unta itu, lalu berkata, "Sesungguhnya Tuhan kalian telah mengutus kami kepada kalian untuk membawa kalian mengunjungi-Nya dan mengucapkan salam penghormatan kepada-Nya." Maka semua ahli surga menaikinya, jalannya lebih cepat daripada burung terbang dan lebih pelan daripada kupu-kupu; unta itu tidak sulit dikendarai.
Seseorang berjalan berdampingan dengan saudaranya seraya berbincang-bincang dengannya, sedangkan pinggir haudaj masing-masing tidak mengenai yang lainnya; dan tiada suatu unta pun yang duduk berlutut di tempat unta lainnya, sehingga pepohonan menjauh dari jalan yang dilalui oleh mereka agar tidak memisahkan antara seseorang dengan saudaranya. Lalu mereka datang menghadap Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dan Allah membukakan hijab diri-Nya kepada mereka sehingga mereka dapat melihat Zat Allah Yang Maha Mulia.
Apabila mereka telah melihat-Nya, maka berkatalah mereka, "Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera, dari Engkaulah bersumbernya kesejahteraan, dan sifat keagungan dan kemuliaan hanyalah layak bagi-Mu." Maka pada saat itu juga Allah berfirman, "Akulah Yang Maha Sejahtera, dari Aku-lah kesejahteraan, dan kalian berhak mendapat rahmat dan kasih-Ku. Selamat datang kepada hamba-hamba-Ku yang takut kepada-Ku walau tidak melihat-Ku dan taat kepada perintah-Ku." Mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, kami masih belum menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenarnya, dan kami masih belum menghargai Engkau dengan penghargaan yang sebenarnya. Maka izinkanlah kami untuk bersujud di bawah telapak kaki kekuasaan-Mu."
Allah berfirman, "Sesungguhnya sekarang ini bukanlah tempat kelelahan, bukan pula tempat untuk ibadah, tetapi sekarang adalah tempat kesenangan dan kenikmatan. Sesungguhnya Aku telah melenyapkan dari kalian kepayahan beribadah, maka mintalah kepada-Ku semua yang kalian kehendaki, karena sesungguhnya masing-masing orang dari kalian mempunyai keinginannya sendiri."
Lalu mereka meminta kepada Allah ﷻ sehingga orang yang paling pendek keinginannya mengatakan, "Wahai Tuhanku, ahli dunia telah bersaing dalam dunia mereka sehingga mereka saling berebutan untuk mendapatkannya. Wahai Tuhanku, maka berikanlah kepadaku seperti segala sesuatu yang mereka miliki sejak Engkau menciptakan dunia hingga dunia berakhir." Allah ﷻ berfirman, "Sesungguhnya keinginanmu amatlah pendek, dan sesungguhnya engkau telah meminta sesuatu yang berada di bawah tingkatanmu. Sekarang inilah dari-Ku untukmu, karena sesungguhnya tiada kepayahan dalam pemberian-Ku, tiada pula yang terlarang."
Kemudian Allah ﷻ berfirman, "Tawarkanlah kepada hamba-hamba-Ku segala sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh angan-angan mereka dan tidak pula terbetik dalam kalbu mereka." Maka ditampakkanlah hal itu kepada mereka sehingga angan-angan mereka tidak dapat menjangkaunya. Di antara yang ditawarkan kepada mereka ialah kuda-kuda yang bertanduk, di atas empat ekor darinya terdapat dipan dari yaqut, dan pada tiap dipan terdapat kubah emas yang terbuka. Pada tiap-tiap kubah terdapat kupu-kupu emas yang beterbangan. Di dalam tiap kubah itu juga terdapat dua pelayan bidadari yang bermata jelita. Masing-masing bidadari memakai pakaian dua lapis, yaitu pakaian surga; tiada suatu warna pun yang ada di dalam surga melainkan ada pada warna pakaian itu, dan tiada suatu wewangian pun melainkan tercium dari kedua pakaian itu.
Cahaya wajah kedua bidadari itu dapat menembus ketebalan kubah sehingga orang yang melihatnya menduga bahwa keduanya berada di bagian luar kubah. Tulang sumsumnya dapat terlihat dari bagian luar betisnya, seperti kabel putih yang ada di dalam batu yaqut merah. Kedua bidadari memandang keutamaan yang dimiliki oleh majikannya sama dengan keutamaan matahari atas batu, atau bahkan lebih utama lagi.
Majikan pun memandang hal yang sama kepada keutamaan yang dimiliki oleh kedua bidadari tersebut. Kemudian ia masuk menemui keduanya. Maka keduanya memberikan penghormatan kepadanya, lalu merangkulnya serta menempel kepadanya seraya berkata, "Demi Allah, kami tidak menduga bahwa Allah menciptakan makhluk seperti engkau." Kemudian Allah memerintahkan para malaikat untuk membawa mereka. Maka para malaikat berjalan bersama mereka membentuk saf ke dalam surga, sehingga masing-masing orang dari ahli surga sampai ke tempat tinggal yang telah disediakan untuknya.
Atsar ini telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim berikut sanadnya, dari Wahb ibnu Munabbih. Di dalam riwayatnya ditambahkan, "Lihatlah karunia Tuhan kalian yang diberikan kepada kalian!" Tiba-tiba terlihatlah kubah-kubah di Rafiqul Ala dan gedung-gedung yang dibangun dari permata dan marjan, pintu-pintunya dari emas, dipan-dipannya dari yaqut, hamparan-hamparannya dari kain sutera tebal dan tipis, mimbar-mimbarnya dari nur yang cahayanya memancar dari pintu-pintunya, dan halamannya dari nur seperti cahaya matahari, sedangkan mimbar yang ada padanya seperti bintang gemerlapan yang ada di siang hari.
Tiba-tiba tampaklah gedung yang tinggi-tinggi berada di surga yang tertinggi terbuat dari yaqut yang cahayanya sangat cemerlang. Seandainya tidak ditundukkan (untuk dapat dilihat), niscaya pandangan mata tidak akan dapat melihatnya (karena silaunya). Bagian gedung-gedung itu yang terbuat dari yaqut putih dihampari dengan sutera putih, bagian yang terbuat dari yaqut merah dihampari dengan kain sutera merah, bagian yang terbuat dari yaqut hijau dihampari dengan kain sutera hijau, dan bagian yang terbuat dari yaqut kuning dihampari dengan kain sutera kuning.
Gedung-gedung itu semua pintunya terbuat dari zamrud hijau, emas merah, dan perak putih. Tiang-tiang dan sudut-sudutnya dari permata, jendela-jendelanya berbentuk kubah yang terbuat dari mutiara, dan menara-menaranya bertingkat-tingkat terbuat dari marjan. Setelah mereka berangkat menuju tempat yang diberikan oleh Tuhan mereka, maka disodorkan kepada mereka kuda-kuda yang tubuhnya dari yaqut putih tetapi ditiupkan roh ke dalam tubuhnya (sehingga hidup) didampingi oleh pelayan yang terdiri atas anak-anak muda yang tetap muda.
Tangan masing-masing anak muda memegang pemacu kuda-kuda itu, tali kendali serta cocok hidungnya terbuat dari perak putih yang dihiasi dengan mutiara dan yaqut, sedangkan pelananya bagaikan dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata serta dilapisi dengan kain sutera yang tebal dan yang tipis. Kemudian kuda-kuda itu berangkat membawa mereka berpesiar di tengah-tengah taman surga. Setelah mereka sampai di tempatnya masing-masing, mereka menjumpai para malaikat sedang duduk di atas mimbar-mimbar nur menunggu mereka dengan maksud mengunjungi mereka, menyalami mereka, dan mengucapkan selamat kepada mereka sebagai penghormatan buat mereka dari Tuhan mereka.
Setelah mereka memasuki gedung-gedung mereka, di dalamnya mereka menjumpai semua yang mereka inginkan, semua yang mereka minta, dan semua yang mereka angan-angankan. Tiba-tiba pada pintu tiap gedung tersebut terdapat empat taman, dua di antaranya mempunyai pohon-pohon dan buah-buahan, sedangkan dua lainnya kelihatan berwarna hijau tua; di dalam kedua taman itu terdapat dua buah mata air yang mengalir, segala macam buah-buahan yang berpasangan, serta bidadari-bidadari yang dipingit di dalam kemahnya masing-masing.
Setelah mereka menempati tempatnya masing-masing, maka Allah ﷻ berfirman kepada mereka, "Apakah kalian benar-benar telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Ya benar, wahai Tuhan kami." Allah berfirman, "Apakah kalian puas dengan pahala Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, kami telah puas, maka ridailah kami." Allah ﷻ berfirman, "Berkat rida-Ku kepada kalian, Aku tempatkan kalian di rumah-Ku dan kalian dapat melihat Zat-Ku, serta para malaikat-Ku menyalami kalian. Maka selamat, selamatlah bagi kalian, sebagai karunia yang tiada putus-putusnya." (Hud: 108) Yakni tiada terhenti dan tiada yang terlarang.
Maka pada saat itu juga mereka mengatakan, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami dan memasukkan kami ke tempat tinggal yang kekal berkat karunia-Nya. Di dalamnya kami tidak lagi mengalami kepayahan, tidak pula mengalami lesu. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." Konteks atsar ini garib (asing) lagi ajaib, tetapi sebagian darinya mempunyai syahid (bukti) yang menguatkannya.
Di dalam kitab Shahihain disebutkan bahwa Allah ﷻ berfirman kepada lelaki yang paling akhir masuk surga, "Mintalah!" Lalu lelaki itu meminta; dan setelah permintaannya habis, Allah ﷻ berfirman, "Mintalah anu dan mintalah anu," sambil mengingatkannya. Kemudian Allah berfirman, "Hal seperti itu dan sepuluh kali lipatnya adalah untukmu."
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis melalui Abu Zar, dari Rasulullah ﷺ, dari Allah ﷻ: “Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang yang pertama dari kalian dan orang yang terakhir dari kalian dari kalangan manusia dan jin berdiri di suatu tanah lapang, lalu mereka meminta kepadaKu dan Aku berikan kepada setiap orang apa yang dimintanya, hal tersebut tiada mengurangi milik-Ku barang sedikit pun, melainkan sebagaimana berkurangnya lautan apabila dimasukkan sebuah jarum ke dalamnya,” hingga akhir hadis.
Khalid ibnu Ma'dan mengatakan, "Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang dikenal dengan nama Tuba. Pohon itu mempunyai susu, semua anak-anak ahli surga menyusu darinya. Dan sesungguhnya kandungan yang gugur dari seorang wanita kelak berada di salah satu dari sungai surga, ia hidup di dalamnya hingga hari kiamat nanti; maka ia dibangkitkan dalam rupa seorang anak yang berumur empat puluh tahun." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Mereka yang mendapat petunjuk adalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan rasul-Nya, dan hati mereka menjadi tenang dan tenteram dengan banyak mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan banyak
mengingat Allah hati menjadi tenteram. Mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya dan mengerjakan kebajikan serta amal saleh. Mereka pasti mendapat
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik di akhirat kelak, berupa surga
dan keridaan Allah.
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan orang-orang yang mendapat tuntunan-Nya, yaitu orang-orang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka melakukan hal-hal yang baik, dan merasa bahagia dengan kebajikan yang dilakukannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 27
“Dan berkata orang-orang yang tidak berkepercayaan: Alangkah baiknya kalau diturunkan kepadanya satu tanda dari Tuhannya."
Ayat ini kembali lagi kepada “orang yang buta" tadi. Mereka masih saja meminta, alangkah baiknya kalau Allah menurunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ agak satu tanda saja. Permintaan ini disuruh bantah lagi oleh Allah:
“Katakanlah: “Sesungguhnya Allah akan menyesatkan barangsiapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada-Nya barangsiapa yang bertobat."
Nabi Muhammad ﷺ tidak boleh merasa bosan memberi keterangan kepada mereka bahwa satu tanda atau mukjizat yang mereka minta itu tidaklah penting. Yang sangat penting ialah jika mereka sendiri membuka mata dan hati untuk mfelihat bahwa tanda-tanda Allah itu sebenarnya sudah ada dalam alam ini, bukan satu tanda (ayatun) tetapi beribu-ribu tanda (aayaatun), yaitu sebagai berkali-kali diwahyukan guna memerhatikannya: matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, hujan turun, siang dan malam, tumbuh-tumbuhan dan binatang, sungai-sungai dan hutan, semuanya itu ayat adanya. Terutama diri manusia sendiri, yang dari tanah jadi nuthfah, jadi ‘alaqah dan jadi mudhghah, kemudian jadi orang, semuanya itu tanda. Tetapi yang dapat melihatnya ialah orang yang berakal. Sebab itu pergunakanlah akal."Sesungguhnya Ailah akan menyesatkan barangsiapa yang Dia kehendaki." Artinya, walaupun didatangkan mukjizat, yang sesat akan sesat juga. Dan walaupun tidak diadakan mukjizat, dan manusia hanya mempergunakan pikiran dan renungan melihat berapa banyaknya mukjizat yang telah tersedia di dalam alam ini, namun Allah pun akan memberikan petunjuk-Nya juga kepada orang-orang yang bertaubat. Orang yang bertaubat ialah orang yang dengan sadar (Yaqazhah) lalu kembali ke jalan Allah, maka Allah sendiri yang akan membimbingnya melalui jalan itu.
Ayat 28
Itulah “orang-orang yang beriman. Dan tenteram hati mereka lantaran ingat akan Allah. Ketahuilah dengan ingat kepada Allah-lah akan tenteram sekalian hati."
Dengan ayat ini kepada kita dijelaskan bahwa iman adalah menyebabkan senantiasa ingat kepada Allah, atau dzikir. Iman menyebabkan hati kita mempunyai pusat ingatan atau tujuan ingatan. Dan ingatan kepada Allah itu menimbulkan tenteram, dan dengan sendirinya hilanglah segala macam kegelisahan, pikiran kusut, putus asa, ketakutan, kecemasan, keragu-raguan dan duka cita. Ketenteraman hati adalah pokok kesehatan ruhari dan jasmani. Ragu dan gelisah adalah pangkal segala penyakit. Orang lain kurang sekali dapat menolong orang yang meracun hatinya sendiri dengan kegelisahan. Kalau hati telah ditumbuhi penyakit, dan tidak segera diobat dengan iman, yaitu iman yang menimbulkan dzikir dan dzikir yang menimbulkan thuma'ninah, maka celakalah yang akan menimpa. Hati yang telah sakit akan bertambah sakit. Dan puncak segala penyakit hati ialah kufur akan nikmat Allah.
Al-Qur'an telah membagi-bagi tingkat pengalaman nafsu kepada tiga, yaitu an-Nafsul Ammarah Bissu'. (surah Yuusuf ayat 53), yaitu nafsu yang selalu menyuruh dan mendorong supaya berbuat yang jahat, karena nafsu yang demikian yang dapat ditunggangi oleh setan, tetapi apabila telah terlanjut timbullah an-Nafsul Lawwamah. (surah al-Qiyaamah ayat 2), yaitu tekanan batin dan penyesalan karena telah terlanjur. Kelak, karena pengalaman-pengalaman diri, karena memperturutkan an-Nafsul Ammarah Bissu', yang menimbulkan sesal an-Nafsul Lawwamah, bagi orang yang mengambil pengalaman dari beberapa kegagalan, dapatlah dia mencapai an-Nafsul Muthmainnah (surah al-Fajr ayat 27), yaitu nafsu yang telah mencapai ketenteramannya, setelah menempuh berbagai pengalaman. Di sinilah perlunya iman dan dzikir, sehingga berpadulah kehendak hati sanubari yang bersih dengan dorongan nafsu, guna mencapai ridha Allah ﷻ dengan ketenteraman itu.
Ayat 29
“Orang-orang yang … dan beramal yang saleh-saleh. Bahagialah untuk mereka, dan sebaik-baik tempat kembali."
Hati yang telah tenteram menimbulkan sikap hidup yang tenang, dan ketenangan memelihara nur di dalam jiwa yang telah dibangkitkan oleh iman. Tampak-tampak saja perbuatan baik yang akan diamalkan, ilham Allah selalu tertumpah dan hidup pun menjadi bahagia lantaran kekayaan terletak dalam hati. Kebahagiaan di dunia itu pun menentukan tempat bahagia pula kelak di akhirat, yaitu surga yang telah disediakan Allah sebagai tempat kembali yang terakhir.
Segala ayat-ayat yang telah terdahulu ini adalah pokok-pokok yang jadi pegangan Rasu-lullah ﷺ di dalam membimbing umatnya. Dan nabi-nabi yang dahulu-dahulu pun diberi pokok-pokok pegangan yang demikian pula.
Ayat 30
“Demikianlah, telah Kami utus engkau pada satu umat, yang telah terdahulu sebelumnya beberapa umat."
Umat Muhammad ﷺ ini hanyalah semata-mata sambungan dari umat-umat yang telah lalu, karena pada hakikatnya semuanya manusia itu adalah umat yang satu, (al-Baqarah ayat 213, al-Maa'idah ayat 51, an-Nahl ayat 93, Yuunus ayat 19, al~Anbiyaa' ayat 92, al-Mu'minuun ayat 52, dan lain-lain).
“Supaya engkau bacakan kepada mereka apa yang Kami wahyukan kepada engkau, sedangkan mereka tidak mau percaya kepada Tuhan Ar-Rahman." (Allah Yang Maha Pemurah). Tidaklah boleh engkau, wahai Utusan-Ku berhenti dari pekerjaan yang mulia ini, walaupun mereka tidak mau percaya. Engkau mesti bersikap tegas di dalam menjelaskan maksud seruanmu.
"Katakanlah: Dialah Tuhanku, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Kepada-Nyalah aku menyerah diri, dan kepada-Nya aku akan kembali."
Mereka mau mendengarkan ataupun mereka memekakkan telinga. Mereka mau percaya atau mau menolak, namun kewajibanmu, wahai Utusan-Ku, engkau jalankan terus! Dialah Tuhanku Allah! Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Apa pun sikap yang hendak kamu lakukan kepadaku, terserahlah kepadamu, namun aku tidak takut, sebab aku berserah diri kepada Allah. Hasil ataupun tidak hasil usahaku ini, aku pun tidak merasa bimbang. Sebab kelak aku pasti kembali kepada Tuhanku dan dapat aku berkata kepada Tuhanku, “Kewajibanku telah aku sampaikan!"