Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَتۡ
dia (Maryam) berkata
رَبِّ
Tuhanku
أَنَّىٰ
bagaimana
يَكُونُ
adalah
لِي
bagi aku
وَلَدٞ
seorang anak
وَلَمۡ
dan belum pernah
يَمۡسَسۡنِي
aku disentuh
بَشَرٞۖ
seorang manusia
قَالَ
Dia berfirman
كَذَٰلِكِ
demikianlah
ٱللَّهُ
Allah
يَخۡلُقُ
Dia menciptakan
مَا
apa
يَشَآءُۚ
Dia kehendaki
إِذَا
apabila
قَضَىٰٓ
Dia menetapkan
أَمۡرٗا
sesuatu
فَإِنَّمَا
maka sesungguhnya
يَقُولُ
Dia berkata
لَهُۥ
kepadanya
كُن
dikatakan jadi
فَيَكُونُ
maka jadilah
قَالَتۡ
dia (Maryam) berkata
رَبِّ
Tuhanku
أَنَّىٰ
bagaimana
يَكُونُ
adalah
لِي
bagi aku
وَلَدٞ
seorang anak
وَلَمۡ
dan belum pernah
يَمۡسَسۡنِي
aku disentuh
بَشَرٞۖ
seorang manusia
قَالَ
Dia berfirman
كَذَٰلِكِ
demikianlah
ٱللَّهُ
Allah
يَخۡلُقُ
Dia menciptakan
مَا
apa
يَشَآءُۚ
Dia kehendaki
إِذَا
apabila
قَضَىٰٓ
Dia menetapkan
أَمۡرٗا
sesuatu
فَإِنَّمَا
maka sesungguhnya
يَقُولُ
Dia berkata
لَهُۥ
kepadanya
كُن
dikatakan jadi
فَيَكُونُ
maka jadilah
Terjemahan
Dia (Maryam) berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.” Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata padanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu.
Tafsir
(Kata Maryam, "Wahai Tuhanku! Betapa mungkin aku mempunyai anak padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki?") misalnya dengan perkawinan dan sebagainya. (Firman-Nya, "Soalnya seperti itulah) yaitu menciptakan anakmu tanpa bapak (Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya." Apabila Dia menghendaki menetapkan sesuatu) seperti hendak menciptakannya (maka cukuplah bagi-Nya mengatakan padanya, "Jadilah," maka jadilah dia.) artinya terciptalah ia.
Tafsir Surat Ali-'Imran: 45-47
(Ingatlah) ketika malaikat berkata, "Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu (tentang kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
Dan dia berbicara dengan manusia ketika masih dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang saleh."
Maryam berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.'' Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril), "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya." Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, "Jadilah," maka jadilah ia.
Ayat 45
Hal ini merupakan berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada Maryam, bahwa kelak dia akan mempunyai seorang anak yang agung dan mempunyai peran yang besar.
Allah ﷻ berfirman: “(Ingatlah) ketika malaikat berkata, ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu (tentang kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya’." (Ali Imran: 45)
Yakni seorang anak yang proses kejadiannya hanya melalui kalimat (perintah) dari Allah ﷻ, yaitu dengan ucapan, "Kun (jadilah)," maka jadilah dia. Menurut pendapat jumhur ulama, hal inilah yang dimaksud dengan tafsir firman-Nya: “Yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah.” (Ali Imran: 39) sebagaimana yang telah disebutkan penjelasannya.
“Namanya Al-Masih Isa putra Maryam.” (Ali Imran: 45)
Yakni nama itulah yang terkenal baginya di dunia, semua orang mukmin mengetahuinya.
Menurut sebagian ulama Salaf, ia dinamakan Al-Masih karena banyak melakukan pengembaraan. Menurut pendapat yang lain, ia dinamakan demikian karena kedua telapak kakinya rata, tidak ada lekukan dan tonjolannya. Menurut pendapat yang lain lagi, ia dinamakan Al-Masih karena apabila ia mengusap seseorang yang mempunyai penyakit, maka dengan seizin Allah orang tersebut sembuh dari penyakitnya.
Firman Allah ﷻ: “Isa putra Maryam.” (Ali Imran: 45) menunjukkan pengertian bahwa namanya dinisbatkan kepada ibunya, karena ia tidak berayah.
“Seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (Ali Imran: 45)
Artinya, dia adalah orang yang terkemuka dan mempunyai kedudukan di sisi Allah ketika di dunia, karena wahyu diturunkan oleh Allah kepadanya berupa syariat agama, dan Allah menurunkan Al-Kitab kepadanya serta hal-hal lainnya yang dianugerahkan Allah kepadanya. Sedangkan di akhirat nanti dia dapat memberi syafaat di sisi Allah terhadap orang-orang yang diizinkan-Nya untuk diberi syafaat. Lalu Allah menerima syafaatnya karena mengikuti jejak saudara-saudaranya dari kalangan ulul azmi. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam-Nya kepada mereka semua.
Ayat 46
Firman Allah ﷻ: “Dan dia berbicara dengan manusia ketika masih dalam buaian dan ketika sudah dewasa.” (Ali Imran: 46) yang isi pembicaraannya adalah menyeru manusia untuk menyembah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal itu dilakukan selagi ia masih bayi, sebagai mukjizat dan tanda kekuasaan Allah ﷻ. Juga ia berbicara setelah dewasa, yaitu ketika Allah telah menurunkan wahyu kepadanya.
“Dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang saleh.” (Ali Imran: 46)
Yaitu dalam semua ucapan dan amal perbuatannya, berdasarkan ilmu yang benar dan amal yang saleh.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Muhammad ibnu Syurahbil, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada seorang pun semasa bayinya dapat berbicara kecuali Isa dan teman Juraij.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Saqr Yahya ibnu Muhammad ibnu Quza'ah, telah menceritakan kepada kami Al-Husain (yakni Al-Marwazi), telah menceritakan kepada kami Jarir (yakni Ibnu Abu Hazim), dari Muhammad, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang bersabda: “Tidak ada bayi yang dapat berbicara ketika masih di dalam buaian kecuali tiga orang, yaitu Isa, bayi yang ada di masa Juraij, dan bayi lainnya.” (anak Masyitah, pent.).
Ayat 47
Setelah Maryam mendengar berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepadanya dari Allah ﷻ, maka ia berkata dalam munajatnya: “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun?” (Ali Imran: 47)
Maryam bertanya, "Bagaimana aku dapat mempunyai anak, sedangkan aku tidak bersuami, dan tidak pula aku berniat untuk bersuami, serta aku bukan wanita yang nakal?"
Maka malaikat berkata kepadanya, menjawab pertanyaannya tersebut: “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.” (Ali Imran: 47). Yakni demikianlah Allah itu Maha Hebat, tiada sesuatu pun yang sanggup melemahkan-Nya, membuat-Nya tidak dapat melakukan sesuatu, dan hal ini dijelaskan melalui firman-Nya: “Menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.” (Ali Imran: 47) Tidak dikatakan dengan kalimat, "Demikianlah Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya," seperti yang terdapat di dalam kisah Zakaria. Tetapi dikatakan di sini dengan jelas dan tegas bahwa Allah ﷻ menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, tujuannya adalah agar tidak ada jalan bagi orang yang ingkar untuk meragukannya. Lalu hal tersebut diperkuat lagi oleh firman selanjutnya, yaitu:
“Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, ‘Jadilah,’ maka jadilah dia.” (Ali Imran: 47)
Yaitu sesuatu itu jadi setelah diperintahkan oleh Allah, tanpa ada keterlambatan barang sedikit pun.
Begitu Allah mengatakan, "Kun" maka jadilah ia seketika itu juga. Keadaannya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya: “Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.” (Al-Qamar. 50) Yakni sesungguhnya Kami hanya mengatakan sekali perintah tanpa mengulanginya lagi, maka terjadilah apa yang Kami kehendaki itu dengan cepat seperti kejapan mata.
Mendengar kabar yang luar biasa itu, hati Maryam bercampur antara gembira, sedih, takut, dan takjub, lalu dia berkata, Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak yang terlahir dari rahimku, padahal aku belum menikah dan tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku yakni menggauliku' Dia berfirman, Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu. Inilah kemahakuasaan Allah, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Apa pun yang dikehendaki-Nya wujud pasti akan wujud tanpa seorang pun yang mampu menghalanginyaUntuk menguatkan posisi Isa sebagai rasul, Dia senantiasa mengajarkan kepadanya, Isa, al-Kitab, yaitu berupa pelajaran baca-tulis atau kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelumnya, selain Taurat dan Injil, juga hikmah, yaitu kemampuan untuk memperoleh ilmu-ilmu yang bermanfaat dan melaksanakan ilmunya secara benar, Taurat, kitab Nabi Musa, dan kitab Injil yang diwahyukan secara lang-sung kepada Isa.
.
Maryam mengarahkan kata-katanya kepada Allah yang telah mengutus Jibril, yaitu, "bagaimana aku akan memperoleh seorang putra, padahal aku tidak bersuami. Apakah kejadian yang demikian itu dengan perkawinan dahulu, ataukah dengan kodrat Allah semata-mata". Mungkin maksud kata-kata Maryam itu untuk menyatakan kekagumannya pada kekuasaan Allah dan memandang hal itu sebagai suatu mukjizat yang besar. Allah menjelaskan bahwa kelahiran demikian akan terjadi bilamana Allah menghendaki-Nya, Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Jika Allah berkehendak menetapkan sesuatu maka hanya cukup berkata kepadanya "jadilah engkau", lalu jadilah dia.
Allah menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya, termasuk menciptakan hal-hal yang ajaib, yang menyimpang dari kebiasaan seperti menciptakan anak tanpa ayah. Bahkan Nabi Adam telah diciptakan-Nya tanpa ayah dan ibu.
Ayat di atas memberikan inspirasi kepada manusia untuk belajar, menuntut ilmu dan meneliti, akan tetapi hasil atau keluaran dari penelitian tidak selalu dapat diterapkan atau dipakai. Hal ini tergantung pada pengkajian yang melandaskan pada asas manfaat bagi manusia dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan hukum dalam agama Islam. Sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka hasil penelitian dapat dipakai atau diterapkan dalam masyarakat. Ilmu genetika, misalnya, sebagaimana cabang ilmu lainnya didorong oleh Islam untuk didalami. Namun apabila di dalam penelitiannya ada bagian yang mengarah pada pelanggaran hukum Islam, penerapannya harus dipertimbangkan kembali.
Demikian halnya dengan ilmu genetika. Apabila arah suatu penelitian sudah masuk ke daerah yang "rawan" tersebut, ada baiknya dilakukan evaluasi untuk mengambil keputusan untuk meneruskan atau menghentikannya, atau membelokkan arah penelitian ke arah yang lebih mendorong terwujudnya kesejahteraan bagi manusia.
Persepsi tentang cloning terdapat bermacam-macam pendapat. Cloning bukanlah penciptaan. Apabila dilihat secara cermat, apa yang dilakukan dalam kegiatan cloning hanyalah menghancurkan inti sel dari indung telur dan menggantikannya dengan inti sel dari individu donor. Inti sel dapat diambil sel somatic (somatic cells), dan tidak harus dari sel reproduksi (reproductive cells). Proses ini akan menghasilkan anakan yang identik dengan individu donor. Semuanya dilakukan pada jenis yang sama.
Apabila cloning dipandang sebagai gambaran dari kepercayaan Islam mengenai "dilahirkan kembali", maka hal itu tidak benar, karena dalam ayat di bawah ini jelas, bahwa "kelahiran kembali" manusia dikendalikan oleh Allah ﷻ Allah berfirman:
"Dan Dialah yang memulai penciptaan kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (ar-Rum/30: 27).
Pandangan Islam tentang ilmu genetika, dapat dicontohkan dalam ayat di bawah:
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (Fussilat/41: 53)
Ayat tersebut menjadi inspirasi manusia untuk berusaha "membaca" gennya sendiri. Ini dalam rangka usahanya untuk mengenali dirinya sendiri dan bersyukur kepada Allah ﷻ Dengan membaca pemetaan genetika, kita akan mengetahui mengenai antara lain, ada atau tidaknya penyakit turunan. Dengan demikian, ilmu ini akan memberikan kontribusi kepada kesehatan manusia dalam usahanya mencegah timbulnya penyakit tertentu dan cara penanggulangannya.
Akan tetapi, apabila dalam perjalanan pengungkapan ilmu pengetahuan, kemudian bercabang kepada sesuatu yang cenderung merugikan manusia, maka Islam akan menolaknya. Cloning manusia misalnya, Islam dengan tegas menolaknya. Beberapa hal yang dapat dikemukakan mengenai alasan penolakan Islam terhadap cloning manusia, antara lain:
1. Manusia diciptakan Allah dalam bentuknya yang paling sempurna, dan lebih tinggi dari mahluk lainnya. Ayat di bawah ini mengatakan demikian:
"Dan sungguh, telah Kami muliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas banyak dari mahluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (al-Isra'/17: 70)
Dengan melakukan cloning pada dirinya sendiri, maka manusia sudah merendahkan dirinya sendiri di depan mahluk ciptaan Allah lainnya. Semuanya kembali terserah kepada diri kita sendiri.
2. Cloning bertentangan dengan keanekaragaman ciptaan. Allah menciptakan alam semesta dengan dasar keanekaragaman. Sedangkan cloning manusia didasarkan pada keseragaman dengan cara menduplikasi semua karakter dari manusia yang menjadi donor. Keseragaman, misalnya dalam rupa dan fisik, akan sangat mengganggu kegiatan hidup sehari-hari. Misal, dalam satu kelas, semua muridnya adalah hasil cloning dari individu yang sama. Apabila salah satu murid melakukan kesalahan, sangat sulit bagi si guru untuk menciri mana anak yang salah, karena rupa dan fisik semua murid persis sama.
3. Apabila cloning manusia diijinkan, bagaimana kita harus mengatur hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antara individu hasil cloning dengan individu donor. Apakah keduanya dapat disebutkan sebagai adik-kakak, atau anak-ayah, atau mereka berdua adalah dirinya sendiri? Situasi ini akan sangat membingungkan semua orang. Bahkan mungkin saja situasi ini akan menghancurkan tatanan sosial yang sudah ada saat ini.
4. Cloning bertentangan dengan pola hukum alam yang menyatakan bahwa setiap ciptaan terdiri atas pasangan-pasangan sebagaimana diuraikan pada Surah adz-dzariyat/51 ayat 49 ("Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengerti."). Cloning mengingkari ayat ini, karena bayi tidak dihasilkan dari pertemuan sperma dan indung telur. Yang diperlukan dalam cloning hanyalah satu orang (apakah laki-laki atau perempuan saja) sebagai donor.
5. Hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak akan terjadi. Sedangkan hubungan ini sangat penting dalam membentuk karakter si anak.
Dari sedikit daftar di atas, dapat dilihat bahwa terlalu banyak hukum alam yang akan dilanggar apabila cloning manusia diijinkan. Masih banyak ilmu pengetahuan lain yang perlu diungkapkan guna mendukung kesejahteraan perikehidupan manusia.
Demikianlah penggambaran kodrat Allah serta kepastian kehendak-Nya. Gambaran tentang kecepatan terwujudnya apa yang dikehendaki oleh Allah tanpa batas waktu dan tanpa ada faktor penyebab, diterangkan Allah dalam firman-Nya:
Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata.
(al-Qamar/54: 50)
Apa yang diperintahkan pasti segera terjadi. Perintah seperti itu dinamai perintah takwin. Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, tidak membenarkan Isa dilahirkan dengan tidak berayah, karena pikiran mereka hanya terbatas kepada kejadian-kejadian yang biasa saja. Mereka tidak menyadari bagaimana terjadinya alam semesta ini, sedang mereka pun tidak mempunyai suatu dalil 'aqli yang memustahilkan kejadian seorang anak tanpa ayah. Setiap hari kita menyaksikan kejadian-kejadian yang luar biasa yang disangka tidak mungkin terjadi. Ada di antaranya yang mempunyai sebab yang sudah diketahui, lalu dinamai penemuan baru. Ada pula yang tidak diketahui sebab-sebabnya lalu dinamai penyimpangan alam dari hukumnya.
Orang mukmin berkeyakinan bahwa sesuatu yang terjadi tidak menurut sebab yang biasa, membuktikan kekuasaan Allah dan bahwa sebab-sebab bagi terjadinya sesuatu tidak selamanya harus sesuai dengan pertimbangan akal. Generasi sekarang telah melihat dan menyaksikan adanya kejadian-kejadian yang aneh dan luar biasa. Hal seperti itu jika dilihat oleh orang-orang dahulu, tentulah mereka akan menganggapnya sebagai suatu perbuatan sihir, atau perbuatan jin. Mereka itu tidak berusaha mencari alasan dalam mengingkari sesuatu kejadian yang ia sendiri belum mengetahui sebab-sebabnya.
Para filosof dan ilmuwan zaman sekarang menetapkan bahwa mungkin terjadi suatu binatang lahir dari sesuatu yang bukan binatang. Maka kalau demikian halnya, jika ada seekor binatang lahir dari seekor binatang lain yang berbeda macamnya, adalah sangat mungkin dan masuk akal.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MARYAM MELAHIRKAN AL-MASIH
Ayat 45
“(Ingatlah) tatkala berkata Malaikat, Wahai, Maryam! Sesungguhnya, Allah memberitakan kepada engkau bahwa engkau akan dapat satu kalimah dari-Nya, namanya al-Masih Isa anak Maryam.'“
Di sini terdapat satu kata, yaitu kalimah. Arti kalimah ialah ‘kata', ujungnya memakai ta-marbuthah, yaitu kalau dibaca terus dengan rangkaian kata lain menjadi hidup seumpama kalimatut-tauhid. Dan, kalau berhenti di ujung kata menjadi kalimah. Sebagaimana ummat yang boleh dibaca ummah, berkat yang boleh dibaca berkah, hikmat dibaca juga hikmah. Dalam hukum ilmu nahwu Arab, kata-kata itu semuanya menjadi mu-annats, diperempuankan (vrouwelijk). Maka, kalimat Allah artinya ialah perkataan Allah. Banyaklah terdapat perkataan kalimah atau kalimat itu di dalam Al-Qur'an yang simpulan artinya selain dari ‘perkataan Allah', juga berarti ‘kehendak Allah' Tentang pokok kepercayaan yang baik kepada Tuhan disebut kalimatin thayyibatin (surah Ibraahiim ayat 34) dan kepercayaan yang buruk disebut kalimatin khabitsatin (surah Ibraahiim ayat 26), dan takwa berbakti kepada Allah disebut kalimatut-taqwa. Apabila Ahlu) Kitab diajak oleh orang Islam kembali kepada pokok kepercayaan yang sama kepada Tuhan, disebut kalimatin sawa-in bainana (surah Aali ‘Imraan ayat 64). Kalau Allah memutuskan adzab atas orang yang berdosa disebut kalimatul-'adzab. Kehendak Yang Mahatinggi dari Allah disebut kalimatul-'ulyaa (surah at-Taubah ayat 41), dan banyak lagi yang lain. Akan tetapi, yang paling terkemuka di dalam pemakaian kalimat atau kalimah itu ialah kalimat-takwin, yaitu kata Allah dalam menjadikan alam, yang tersimpul dalam kun artinya ‘jadilah' fa yakun ‘maka dia pun terjadi'!
Seluruh alam ini diciptakan oleh Allah, baik langit maupun bumi, atau apa saja pun dengan kalimat kun itulah. Diperintahnya jadi, dia pun terjadi.
Maka, Malaikat Jibril pun datanglah kepada Maryam menyampaikan bahwa kalimat Allah itu pun akan berlaku atas diri Maryam. Allah akan mengatakan “kun" pula sehingga akan mengandunglah dia seorang anak, tidak dengan perantaraan disetubuhi laki-laki."Namanya al-Masih Isa anak Maryam!' Di sini, Malaikat menyampaikan siapa nama anak yang akan dikandung itu. Di dalam asli bunyi ayat disebut ismuhu ‘namanya' Wuyangberarti"nya" itu adalah buat laki-laki, bukan ha yang berarti buat perempuan, sedangkan kata kalimat tadi diperempuankan menurut hukum bahasanya. Maka, tegaslah arti kata ayat ini, wahyu yang disampaikan Malaikat kepada Maryam, bahwa kalimat Allah akan berlaku atas dirinya yaitu kehendak dan ketentuan-Nya, menjadikan sesuatu menurut qudrat iradat-Nya, dia akan mengandung seorang anak laki-laki bernama al-Masih Isa anak Maryam.
“Yang termukia di dunia dan di akhirat, dan seorang dari meneka yang dihampirkan."
yaitu akan sama kedudukan beliau dengan nabi-nabi dan rasul yang lain, sama-sama mulia kedudukannya di sisi Allah, baik di dunia maupun di akhirat, dan termasuk orang-orang muqarrabin, yaitu mereka-mereka yang dianggap dekat kepada Tuhan.
Kita jelaskan terlebih dahulu doa yang dimaksud dengan kata kalimat tadi terhadap diri Isa al-Masih oleh Al-Qur'an karena setengah penyebar Kristen di dalam menawarkan kepercayaan mereka kepada orang Islam yang tidak mengetahui agamanya sendiri dengan dalam, dengan mudah telah mengatakan bahwa Al-Qur'an sendiri telah mengaku bahwa Isa al-Masih itu adalah kalam, dan kalam itu adalah Allah, dan kalam itu telah ada bersama Allah ini terjadi dan kalam itu ialah Isa al-Masih. Demikianlah kepercayaan Kristen yang dibentuk oleh Yahya atau Yohannes yang mengarang kitab Injil Yohannes, yaitu keempat dari kitab-kitab Injil yang mereka percayai itu.
Maka, dengan keterangan apa maksud kalimat yang dituju oleh Al-Qur'an dan bagaimana jauh bedanya dengan Kristen ajaran Yahya atau Yohannes itu, tampaklah bahwa membawa-bawa ayat Al-Qur'an yang dalam seluruh kisah mengenai Nabi Isa selalu membantah kepercayaan Kristen yang mengatakan Isa itu anak Allah atau ia sendiri Allah, adalah satu hal yang mempersulit diri mereka yang mempropagandakan itu sendiri. Dia hanya laku kepada orang yang memakai nama Islam, tetapi tidak mengerti ajaran agamanya.
Dengan mengetahui arti kalimat tersebut tadi, yaitu bahwa maksudnya ialah kalimat-takwin, yaitu kehendak Allah bila menjadikan sesuatu dengan kalimat “kun", sama sajalah kejadian Isa al-Masih dengan makhluk yang lain, sama-sama terjadi karena kehendak kalimat Allah “jadilah!" Kata Allah, dia pun jadi. Cuma diistimewakan menyebutkannya karena dia akan terjadi dengan tidak perantaraan bapak. Bagi Allah, hal itu mudah saja. Cuma bagi manusia, yang tidak seluruhnya mengetahui rahasia Allah, hal itu menjadi keheranan. Sama saja ganjilnya dengan seorang tua usia 90 tahun atau 120 tahun, dengan istri mandul usia lebih 80 tahun, Zakaria dengan istrinya, beroleh seorang putra bernama Yahya. Menurut kebiasaan, tidaklah bisa terjadi hal itu, tetapi Allah bisa berbuat sekehendak-Nya.
Adapun kata-kata al-Masih, sebagai gelar dari Isa anak Maryam itu, adalah kalimat Ibrani yang diarahkan pula. Asal katanya ialah Masyikha, yang asal artinya ialah yang diurapi dengan minyak, tetapi kemudian diberikan menjadi gelar kemuliaan bagi raja yang sudah dinobatkan. Sebab, tiap-tiap raja dinobatkan, terlebih dahulu diurapi (dipercik) badannya dengan minyak suci oleh kahin (pendeta).
Menurut kepercayaan Bani Israil, setelah raja-raja mereka yang besar-besar, sebagaimana Dawud dan Sulaiman, mangkat, satu kali akan datang lagi al-Masih Raja Besar mereka, yang akan mendirikan Kerajaan Israel kembali. Setelah beberapa lama kemudian, diutus Tuhanlah Nabi Isa anak Maryam ‘alaihis salam, beliau memakai gelar al-Masih, yang berarti raja itu. Maksudnya ialah raja untuk memperbaiki jiwa yang telah rusak. Sedikit golongan percayatah akan seruannya. Akan tetapi, imam-imam Yahudi sendiri tidak mau percaya sebab mengganggu kedudukan mereka yang telah kukuh dalam masyarakat. Sampai Nabi Isa mereka fitnahkan kepada penguasa Kerajaan Romawi yang menguasai Jerusalem waktu itu, supaya Nabi Isa dibunuh saja. Oleh sebab itu, sampai saat ini pun orang Yahudi masih menunggu kedatangan Masyikha lain, sebab menurut mereka, dia belum juga datang. Sedang menurut Nasrani, Isa itulah dia raja itu, putra Dawud yang menjanjikan Kerajaan Allah yang di surga.
Nama beliau Isa pun bahasa Ibrani yang diarahkan. Asal Ibraninya ialah Yasyu' Bahasa Ibrani dan Arab adalah serumpun dari bahasa Semit. Dalam bahasa Yunani disebut Yezuz.
Kemudian Malaikat meneruskan lagi wahyu kepada Maryam tentang anak yang akan dilahirkannya itu,
Ayat 46
“Dan akan bercakap dengan manusia di dalam buaian"
Kelak di dalam surah Maryam akan bertemulah penjelasan lagi tentang Nabi Isa yang bercakap membela kesucian ibunya ketika dia masih dalam buaian atau ayunan. Satu keterangan yang hanya ada dalam Al-Qur'an, tidak ada di dalam semua kitab yang dipercayai oleh orang Kristen. Prof. Phillips Hitti, sarjana warga negara Amerika, keturunan Arab Kristen dari Lebanon, mengatakan dalam bukunya Sejarah Arab bahwa di dalam kitab Injil yang lain dari yang empat itu memang ada tersebut demikian. Akan tetapi, apa daya? Sedang Injil yang lain itu tidak diakui oleh orang Kristen sendiri."Dan di masa tua!'-nya pun beliau akan bercakap lagi menyampaikan wahyu-wahyu Ilahi kepada manusia,
“dan dari orang-orang yang saleh."
Kesalehan Nabi Isa, tawadhu'-nya dan tunduknya kepada Allah, adalah terkenal dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul. Sehingga, ahli-ahli tasawuf Islam, terutama Imam Ghazali di dalam kitab Ihya' Ulumiddin pun banyak mengambil perumpamaan tentang zuhud kepada diri Nabi Isa al-Masih.
Ayat 47
“Dia berkata (yaitu Maryam menjawab perkataan Malaikat itu), ‘Ya, Tuhanku! Bagaimana jalannya aku akan beranak, padahal aku belum pernah disentuh manusia?'"
Artinya, bagai mana aku akan bisa beranak, padahal aku belum pernah kawin? Atau belum pernah berhubungan dengan seorang laki-laki jua pun? Mungkin juga mengandung arti, apakah aku akan dikawinkan? Dan bisa jadi juga berarti ketakjuban Maryam atas kekuasaan Allah sebagaimana takjubnya Zakaria ketika diberi tahu bahwa dia akan diberi putra."Dia (malaikat) berkata, ‘Demikianlah Allah menjadikan apa yang Dia kehendaki.'" Sedangkan langit yang tinggi, lautan yang dalam, bumi yang terbentang, bintang di langit, yang berjuta kali lebih sukar, lagi mudah oleh Allah menjadikan, kononlah hanya soal menciptakan seorang manusia.
“Apabila Dia telah menentukan sesuatu. Dia berkata kepadanya, ‘Jadilah!' maka dia pun jadi."
Tentu saja berita mengandungnya Maryam yang suci itu dan lahirnya Isa al-Masih dengan keajaiban yang demikian hanya dapat ditolak oleh orang yang caranya berpikir tidak beres. Yang menyerupakan saja di antara yang jarang kejadian dengan yang tidak masuk akal akan kejadian. Misalnya kalau ada berita bahwa seekor lembu telah masuk ke lubang jarum, sedangkan lubang jarum sekecil itu juga dan lembu sebesar itu juga, itulah yang tidak masuk di akal. Akan tetapi, perempuan mengandung tidak karena persetubuhan, bukanlah perkara yang tidak masuk akal meskipun diakui bahwa itu adalah hal yang jarang sekali kejadian. Oleh sebab itu, orang yang beragama, baik Islam maupun dia Nasrani, kalau dia percaya akan kejadian itu, bukan sajalah karena kitab suci telah mengatakan demikian lalu diterima sebagai dogma, melainkan karena memang hal yang demikian itu masuk akal. Terutama Al-Qur'an, terlebih dahulu memberi pengantar kata bahwa Maryam itu adalah gadis suci; kita pun percaya. Sedangkan berita anak usia tiga bulan mengandung yang disiarkan surat-surat kabar, kita percaya, apalah lagi kalau Al-Qur'an yang mengatakan.
Lebih-lebih di zaman kita sekarang ini, di waktu ilmu pengetahuan alam dan ilmu kimia sudah sangat maju, sehingga hal-hal yang dahulu kala dipandang amat mustahil, di zaman sekarang sudah menjadi hal yang biasa.
Ada perkara yang kita belum tahu, janganlah lekas kita mengatakan mustahil karena belum kita ketahui. Menurut pengetahuan kita, bibit asal kejadian manusia ialah dari protoplasma yang terkumpul karena pertemuan mani laki laki dengan mani perempuan. Akan tetapi, jangan kita lupa bahwa yang membuat bibit-bibit itu ialah Yang Mahakuasa atas alam. Masuk dalam akal orang yang berpikir teratur bahwasanya ada lagi cara lain yang diketahui Yang Mahakuasa itu tentang penciptaan manusia, yang kita belum tahu ataupun tidak akan tahu selamanya.
Yang kedua: Siti Maryam ditemui oleh Malaikat dan diterangkan kepadanya bahwa dia akan beranak. Karena, dia seorang anak perempuan yang saleh, dia sangat percaya bahwa itu akan kejadian pada dirinya, kalau Allah menghendaki. Kalau dia bertanya, itu bukanlah karena dia tidak percaya, melainkan hanyalah untuk meyakinkan saja, sebagaimana pertanyaan Zakaria tua yang istrinya mandul dijanjikan akan diberi anak dahulu dari Maryam.
Kemudian dilanjutkan perkataan Malaikat itu kepada Maryam tentang keadaan isa yang akan lahir itu,
Ayat 48
“Dan Dia akan mengajaknya kitab dan hikmah dan Taurat dan Injil."
Di ayat ini dijelaskanlah empat keutamaan anugerah Allah kepada beliau. Pertama dia akan diajari kitab, yaitu akan diberi pengetahuan menulis dan membaca. Firman Allah yang begini menambah kepercayaan umat Muhamamd ﷺ bahwasanya niscaya Nabi Isa itu ada mencatatkan Injil, sebagai wahyu yang diterimanya dari Allah. Dan, diajarkan pula kepada beliau hikmah, yaitu kebijaksanaan dan akal budi yang luas dan jauh pandangan. Diajar Allah pula kepada beliau kitab Taurat dan diberi pula dia wahyu sendiri, yaitu Injil. Injil itulah syari'at yang khas bagi beliau.
Kemudian Malaikat itu meneruskan katanya pula,
Ayat 49
“Dan rasul kepada Bani Israil."
Kepada Bani Israillah tujuan beliau yang pertama dan utama sekali, sebagaimana pernah beliau sebutkan bahwa beliau datang adalah hendak mengumpulkan domba-domba Israel yang hilang. Kemudian itu, di dalam ayat itu juga, diterangkan apa seruan Nabi Isa al-Masih kepada Bani Israil itu. Di antara kata beliau, “Sesungguhnya, aku telah datang kepada kamu dengan ayat dari Tuhan kamu." Arti ayat di sini ialah mukjizat, yaitu tanda-tanda yang ganjil, jarang terjadi, sebagaimana tanda dari kekuasaan ayat Allah. Maka, diuraikan pulalah oleh Nabi Isa di antara ayat itu,"Sesungguhnya, aku dapat membuat untuk kamu dari tanah seperti bentuk burung, lalu aku embuskan padanya maka jadilah dia burung dengan izin Allah." Beliau katakan bahwa beliau sanggup menggamak-gamak tanah, membuat tanah itu berbentuk sebagaimana burung maka setelah diembusnya tanah itu dengan izin Allah, jadilah dia burung benar-benar. Kemudian beliau sebut pula mukjizat yang lain, yang dia sanggup mengerjakan, “Dan aku dapat menyembuhkan orang buta dan orang disupak (balak) dan menghidupkan orang yang telah mati dengan izin Allah." Dan ketiganya itu telah pernah beliau lakukan maka orang buta, orang disupak itu pun sembuhlah kembali, yang buta menjadi nyalang matanya dan yang dapat penyakit supak licin baik kembali mulutnya dan orang yang baru meninggal pun hidup kembali; semuanya itu dengan izin Allah."Dan aku dapat menceritakan kepada kamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan dalam rumah-rumah kamu." Serupa ini pulalah mukjizat yang pernah diberikan kepada Nabi Yusuf, yang dapat menerka makanan apa yang akan diberikan penjaga penjara kepada teman-temannya di dalam penjara sebelum makanan sampai, sebagaimana tersebut di dalam surah Yusuf, Sama sekali itu, dialas kata oleh al-Masih, adalah dengan izin Allah, sebagaimana sekali rasul pun mengeluarkan berbagai mukjizat; Musa dengan tongkatnya, Shalih dengan untanya, Ibrahim tidak terbakar dalam nyala api, semuanya itu berlaku dengan izin Allah. Lalu berkatalah Isa selanjutnya,
“Sesungguhnya, pada yang demikian itu adalah satu tanda bagimu, jika memang kamu beriman."
Yaitu satu tanda yang tidak akan dapat kamu mungkiri lagi bahwa aku ini memang utusan dari Allah untuk kamu. Karena, semua yang terjadi pada mukjizat itu hanya semata-mata keizinan dari Allah, bukan daya upayaku sendiri. Sebab itu, berimanlah kamu dan percayatah kamu kepada Allah.
Nabi Isa kemudian berkata lagi tentang tugasnya,
Ayat 50
“Dan membenamkan apa yang di hadapanku dari Taurat."
Artinya, beliau datang bukanlah akan mengubah-ubah hukum Taurat, bahwa satu noktah pun tidak ada yang akan diubah, “Dan untuk menghalalkan bagi kamu apa yang pernah diharamkan atas kamu." Karena banyak perkara, terutama makanan yang diharamkan kepada Bani Israil karena dan kesalahan mereka sendiri, karena banyak pertanyaan mereka; maka kedatangan Isa adalah mencabut kembali beberapa larangan itu sehingga tidak menyempit. Sebab itu, pokok-pokok hukum Taurat sekali-kali tidak berubah. Yang berubah ialah beberapa syari'at menurut zamannya."Dan akan datang kepada kamu dengan ayat dari Tuhan kamu!' Beliau ulangkan sekali lagi menyebutkan ayat atau mukjizat untuk pemisahkan mukjizat yang terlebih dahulu dengan yang akan datang kemudian, yang semuanya bukan tanda bahwa Isa Tuhan, melainkan sebagai tanda bahwa dia adalah utusan Allah, “Maka takwalah kepada Allah," ikutlah perintah-Nya dan hentikanlah larangan-Nya serta sembahlah Dia,
“Dan taatilah aku."
Sebab, yang tahu bagaimana mendekati Allah dan menghambakan diri kepada-Nya ialah aku sebab aku adalah utusan-Nya. Untuk keselamatanmu semuanya, taatilah aku dan turutilah jalan yang aku tempuh.
Ayat 51
“Sesungguhnya, Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu, sebab itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus."
Di hadapan Allah itu, samalah di antara aku dan kamu, sama-sama hamba-Nya. Sebab itu, kepada-Nya sajalah hendaknya kamu menyembah. Inilah jalan yang lurus, jalan yang lain tidak ada. Tidak ada Tuhan melainkan Dia.
Demikianlah diceritakan tentang Maryam mengandung dan Isa al-Masih lahir, yang kemudian diangkat Allah menjadi utusan-Nya. Tidak ada Isa al-Masih menyeru manusia untuk menempuh jalan lain ataupun untuk menuhankan dirinya sendiri.