Ayat
Terjemahan Per Kata
فَكَذَّبُوهُ
lalu mereka mendustakannya
فَأَنجَيۡنَٰهُ
maka Kami selamatkannya
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
مَعَهُۥ
bersama dia
فِي
dalam
ٱلۡفُلۡكِ
perahu
وَأَغۡرَقۡنَا
dan Kami tenggelamkan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَذَّبُواْ
(mereka) mendustakan
بِـَٔايَٰتِنَآۚ
dengan ayat-ayat Kami
إِنَّهُمۡ
sesungguhnya mereka
كَانُواْ
adalah mereka
قَوۡمًا
kaum
عَمِينَ
buta
فَكَذَّبُوهُ
lalu mereka mendustakannya
فَأَنجَيۡنَٰهُ
maka Kami selamatkannya
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
مَعَهُۥ
bersama dia
فِي
dalam
ٱلۡفُلۡكِ
perahu
وَأَغۡرَقۡنَا
dan Kami tenggelamkan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَذَّبُواْ
(mereka) mendustakan
بِـَٔايَٰتِنَآۚ
dengan ayat-ayat Kami
إِنَّهُمۡ
sesungguhnya mereka
كَانُواْ
adalah mereka
قَوۡمًا
kaum
عَمِينَ
buta
Terjemahan
(Karena) mereka mendustakannya (Nuh), Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera serta Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).
Tafsir
(Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya) dari tenggelam (di dalam bahtera) perahu (dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami) dengan banjir besar. (Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta) mata hatinya dari kebenaran.
Tafsir Surat Al-A'raf: 63-64
Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu dan agar kamu bertakwa, sehingga kamu mendapat rahmat?
Maka mereka mendustakan (Nuh). Kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal. Dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).
Ayat 63
Allah ﷻ berfirman menceritakan perihal Nabi Nuh a.s. Bahwa Nuh berkata kepada kaumnya:
“Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran.” (Al-A'raf: 63), hingga akhir ayat.
Maksudnya, janganlah kalian heran akan hal ini karena bukanlah hal yang mengherankan jika Allah menurunkan wahyu kepada seorang lelaki diantara kalian semata-mata sebagai belas kasihan, kelembutan dan kebaikan kepada kalian, untuk memberikan peringatan kepada kalian supaya kalian takut kepada pembalasan Allah dan supaya kalian tidak mempersekutukan-Nya.
“Sehingga kamu mendapat rahmat?” (Al-A'raf: 63)
Ayat 64
Ayat berikutnya diceritakan oleh Allah ﷻ:
“Maka mereka mendustakan Nuh.” (Al-A'raf: 64)
Yakni mereka terus-menerus mendustakan Nuh dan menentangnya, dan hanya sedikit dari kaumnya yang beriman kepadanya. Sebagaimana yang disebutkan di bagian lain dari Al-Qur'an.
Firman Allah ﷻ: “Kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal.” (Al-A'raf: 64)
At-fulk artinya kapal laut atau bahtera.
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
“Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu.” (Al-Ankabut: 15)
Adapun firman Allah ﷻ:
“Dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.” (Al-A'raf: 64)
Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
“Karena kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.” (Nuh: 25)
Firman Allah ﷻ: “Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (Al-Araf: 64)
Yakni buta terhadap perkara yang benar, mereka tidak dapat melihatnya dan tidak mendapat petunjuk ke arahnya.
Dalam kisah ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan membela kekasih-kekasih-Nya dari musuh-musuh mereka, menyelamatkan rasul-Nya serta orang-orang yang beriman, dan membinasakan musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami.” (Al-Mumin: 51), hingga akhir ayat.
Demikianlah Sunnatullah untuk hamba-hamba-Nya di dunia dan akhirat, bahwa kesudahan yang baik, kemenangan dan keberuntungan itu adalah milik orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana Allah telah membinasakan kaum Nabi Nuh as. dengan menenggelamkan mereka dan menyelamatkan Nabi Nuh as. dan para pengikutnya yang beriman.
Malik meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam bahwa karena banyaknya kaum Nabi Nuh, jumlah mereka memenuhi lembah-lembah dan dataran-dataran tinggi.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, "Tidaklah Allah mengazab kaum Nabi Nuh melainkan di saat bumi penuh dengan mereka, dan tidak ada suatu daerah pun dari bumi melainkan padanya terdapat seorang raja dan pendurhaka."
Ibnu Wahb mengatakan, "Telah sampai kepadaku berita dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang yang selamat bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahtera adalah delapan puluh laki-laki, salah seorang dari mereka adalah bangsa Jurhum yang berbicara memakai bahasa Arab." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Dari jalur lain Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula secara muttasil sampai kepada Ibnu Abbas.
Kaum Nabi Nuh tetap tidak menghiraukan seruan dan nasihat Nabi Nuh. Bahkan, kebanyakan dari mereka mendustakannya dan terusmenerus menentang ajarannya. Mereka tetap berada dalam keka-firan sehingga Allah menurunkan azabnya. Lalu Kami selamatkan dia, yakni Nabi Nuh, dan orang-orang yang bersamanya dari siksa dan azab Kami di dalam kapal yang telah dia buat berdasarkan petunjuk Kami. Adapun balasan bagi kaum yang ingkar, Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami di dalam air banjir. Sesungguhnya lah kaum yang buta mata hatinya sehingga tidak memiliki pandangan yang benar, tidak bisa melihat tanda-tanda kebesaran Kami, dan tidak dapat mengambil pelajaran dari peringatan yang disampaikan kepada mereka. mereka adaSetelah Nabi Nuh wafat, Allah mengutus Nabi Hud kepada kaum 'Ad untuk meneruskan ajaran tauhid yang telah disampaikan oleh Nabi Nuh. Dan kepada kaum 'Ad, Kami utus Nabi Hud, yang merupakan saudara seketurunan mereka agar mereka memahami ajaran yang ia sampaikan. Dia berkata sebagaimana ucapan Nabi Nuh kepada kaumnya, Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan sembahan bagimu yang layak disembah selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa dengan menjalankan perintah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain sehingga kamu terhindar dari siksa-Nya'
Ayat ini menerangkan bahwa kebanyakan kaum Nabi Nuh masih tetap mengejek dan mendustakannya, mereka tetap menentang perintah Tuhan dan bertambah hanyut dalam kedurhakaan. Hati nurani mereka tertutup sehingga mereka tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah dan mereka tidak dapat mengambil hikmat manfaat dari pengutusan para Rasul. Telinga mereka pun menjadi tuli sehingga mereka tidak dapat membenarkan adanya hari kemudian, hari pembalasan yang disampaikan oleh Nabi Nuh yang semestinya diketahui oleh manusia bahwa seorang yang hidup di dunia ini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Allah sebagai Pencipta-Nya, Nabi menunjukkan kepada adanya kehidupan pada hari kemudian. Tetapi manusia yang tidak menggunakan pikirannya menduga bahwa kehidupan manusia itu hanya di dunia saja tanpa ada pertanggungjawaban di akhirat.
Secara tidak sadar mereka telah menyamakan dirinya dengan hewan, karenanya timbullah berbagai perbuatan jahat seperti syirik di atas bumi ini. Karena keingkaran kaum Nuh inilah, azab Allah menimpa mereka, yaitu berupa angin dan banjir yang menenggelamkan mereka. Hanya sedikit dari pengikut kaum Nuh yang diselamatkan oleh Allah dari tenggelam di waktu terjadinya bencana tersebut karena mereka berada dalam perahu yang telah disiapkan jauh hari sebelumnya. Kebanyakan kaumnya tenggelam karena mereka hanyut dalam kekufuran dan kemaksiatan.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
NUH DAN KAUMNYA
Ayat 59
“Sesungguhnya telah Kami utus Nuh kepada kaumnya."
Sebagaimana tersebut di dalam surah asy-Syura ayat 13, dari segala nabi dan rasul Allah maka nabi yang dahulu sekali membawa syari'at ialah Nabi Nuh. Nabi Adam belum berhadapan dengan kaumnya sebab dia belum punya kaum. Barulah dia dengan istrinya dan beberapa anaknya setelah dia hidup di dunia. Setelah Nuh, barulah timbul masyarakat yang luas sehingga Nuh diutus kepada kaumnya itu,
“Maka dia pun berkata, Wahai kaumku, sembahlah olehmu akan Allah! Tidak ada bagi kamu batang mana pun Tuhan selain Dia. Sesungguhnya, aku takut akan datang atas kamu adzab hati yang besan."
Jangan kita lupa bahwa wahyu yang dibawa Nabi ini mula turunnya ialah kepada bangsa Arab, terutama Arab Mekah, yang sebagian besar masih laksana “tanah tandus" tidak mau menerima kesuburan iman. Sebagai bangsa peniaga, orang-orang Quraisy itu pergi ke Syam atau singgah di Yatsrib (sebelum bernama Madiriah) ketika pergi dan ketika pulang dari Syam. Mereka telah banyak juga menerima cerita dari orang-orang Yahudi di Madiriah atau Nasrani di Syam tentang Nuh dengan bahteranya, tetapi karena mereka itu ummi, kaum yang tidak bisa menulis dan membaca, kisah yang diterima itu disambut saja sebagai cerita orang-orang tua, tetapi tidak diketahui sebab musababnya. Sekarang Al-Qur'an datang memberi keterangan apa yang jadi sebab-musababnya mereka kaum Nuh menjadi tenggelam oleh topan besar itu, untuk menjadi perbandirigan bagi mereka sendiri.
Menurut Imam Bukhari dalam ShahiTi-nya, yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, kaum Nabi Nuh itu sangat merasa berutang budi kepada orang-orang tua mereka yang saleh lagi me-ninggalkan jasa bagi kemaslahatan hidup mereka.
Karena jasa mereka, dibuatlah patung-patung dan berhala-berhala sebagai kenang-kenangan. Dan, bila patung itu dilihat, timbullah meneladan perbuatan mereka dan melanjutkan usaha mereka. Namun, lama-lama tanpa sadar, patung-patung dan berhala itu telah mereka puja dan mereka sembah (surah al-An'aam juz ketujuh, sudah juga kita terangkan), kesalahan itulah yang ditegur oleh Nabi Nuh. Bahwasanya orang-orang tua itu bukanlah Allah. Berhala dan patung mereka bukanlah yang pantas dipuja, Tuhan hanya Allah, tidak ada suatu pun Tuhan yang lain. Segala ibadah dan sembahan, pujaan dan kemuliaan, kumpulkanlah kembali kepada Yang Maha Esa, Allah. Kalau kamu masih tetap berbuat begini, adzab Allah niscaya akan datang, suatu hari yang besar dan pengertian akan datang kepadamu karena kamu telah melengahkan tujuan hidup yang sebenarnya.
Namun, seruan Nabi Nuh itu telah mereka sanggah. Yang terutama menyanggah dan menentangnya ialah orang-orang yang terkemuka dari kaumnya itu.
Ayat 60
“Benkatatah pemuka-pemuka dari kaumnya itu, ‘Sesungguhnya kami pandang engkau ini adalah di dalam kesesatan yang nyata.'"
Nabi Nuh membawa ajakan agar kembali menyembah Allah Yang Tunggal itu karena tidak ada Tuhan yang lain, bagaimana pun bentuknya selain Allah, mereka pandang sebagai suatu ajakan yang sesat. Sebab, seluruh kaum itu merasa bahwa mereka adalah di pihak yang benar, memperingati jasa nenek moyang dan memuja serta menyembah mereka. Di dalam surah yang bernama Nuuh ayat 23, disebutlah nama nenek moyang yang diberhalakan dan mereka pertahankan itu, yaitu Wadda, Suwa'an, Yaghuts, Yeuq, dan Nasra. Rupanya ajaran pokok yang diterima sejak nenek moyang yang dahulu kala, yaitu Nabi Adam, barangsiapa yang menuruti pe-tunjuk Allah sebagai pesan Allah kepada Adam ketika akan turun ke dunia, yang tersebut di surah al-Baqarah ayat 38, disambung oleh Nabi Idris dan diteruskan sebagai pesan dan pegangan hidup oleh nenek moyang yang tersebut namanya itu. Akan tetapi, anak cucu salah paham karena nenek moyang berjasa, nenek moyang itu yang mereka sembah, bukan petunjuk Allah lagi yang mereka pegang, apalagi pada zaman itu syari'at belum ada, Sekarang Nuh datang membawa syari'at, melanjutkan dan menyempurnakan ajaran Adam dan Idris, mereka pandang Nuh telah sesat, sebab membawa ajaran yang berubah dari pegangan mereka selama ini, yang hanya berdasar menerima pusaka turun-temurun, dengan tidak memakai selidik pikiran. Bukan mereka pada anggapan mereka yang telah sesat, melainkan Nuhlah yang sesat, sebab membawa ajaran baru, yang mengubah pegangan lama turun-temurun.
Tuduhan bahwa dia yang sesat itu, dijawab oleh Nuh,
Ayat 61
“Benkata dia, Wahai kaumku, tidaklah padaku ini kesesalan, akan tetapi aku ini adalah Rasul daripada Tuhan sarwa sekalian alam.'"
Suatu jawab yang sangat halus dan sopan, mengandung cinta Nabi kepada umat. Meskipun dia telah dituduh sesat oleh kaumnya, mereka masih dibahasakannya kaumku. Orang hendak menyingkirkan dia, dengan menuduhnya sesat itu, tetapi dia masih hendak merangkul mereka. Bukan! Aku ini bukan orang sesat, wahai kaumku. Aku ini adalah Rasul Allah, utusan-Nya kepadamu. Allah yang men-ciptakan dan menguasai seluruh alam ini. Dan, kehendak Dialah aku datang kepadamu memberi ingat akan kesesatanmu itu dan memberi ingat bahaya hari yang besar yang mesti akan menimpamu, kalau kamu masih terus-menerus menyembah yang lain ini,
Ayat 62
“Akan aku sampaikan kepada kamu risalah dari Tuhanku."
Bukan aku orang sesat, tetapi rasul. Rasul yang akan menyampaikan suatu risalah, yaitu satu tugas suci dari Allah, yang pokoknya ialah agar kamu kembali kepada ajaran Allah yang benar. Aku wajib menyampaikan itu."Dan, aku akan memberi nasihat kepada kamu." Agar kamu menempuh jalan yang benar supaya selamat. Kalau kamu masih terus menyembah yang selain Allah, bodohlah kamu dan zalimlah kamu atas diri sendiri. Sebab, yang selain Allah itu tidaklah memberi manfaat dan tidak pula memberi mudharat bagi kamu, segala perbuatan itu adalah sia-sia.
“Dan aku mengetahui dari karunia Allah, hal-ihwal yang tidak kamu ketahui."
Artinya, adalah beberapa hal penting dan hebat yang kamu tidak menampaknya. Cuma akulah yang mengetahuinya sebab Allah telah mengajarkan kepadaku. Yaitu, bahwa mem-persekutukan yang lain dengan Allah sebab kita ini hidup adalah atas kehendak Allah. Kalau perbuatan ini kamu teruskan juga, di dunia kamu akan celaka karena kamu belakangi Tuhan yang sebenar Allah dan di akhirat pun kamu akan masuk neraka karena kamu ingkar akan peringatan Allah.
Ayat 63
“Apakah kamu tercengang bahwa datang kepada kamu suatu peningalan dari Tuhan kamu dengan perantaraan seorang laki-laki dari antara kamu untuk mengancam kamu supaya kamu bertakwa dan supaya kamu diberi rahmat?"
Datang pertanyaan seperti ini karena kaumnya rupanya tercengang atau tidak masuk dalam pikiran mereka bahwa seorang manusia dari kalangan mereka sendiri, saudara mereka sendiri diangkat menjadi rasul. Ini menjadi tanda bahwa di dalam dasar jiwa, mereka itu masih tetap percaya kepada Allah, tetapi tidak bisa berhubungan dengan Allah itu kalau tidak dengan perantaraan ruh nenek moyang yang telah mati, dan ruh nenek moyang itu harus dilambangkan dengan berhala. Oleh sebab itu, mereka tidak mau percaya kalau ada manusia mengatakan mendapat wahyu Ilahi, menyampaikan ancaman neraka bagi yang musyrik, dan tidak juga mau percaya kalau manusia itu menyeru mereka supaya takwa kepada Allah, atau mengatakan bahwa Allah akan melimpahkan rahmat kepada ba-rangsiapa yang bertakwa itu. Oleh sebab itu, walaupun ini seruan Nuh itu benar atau suci dan baik isinya, mereka tidak mau percaya, kalau ada manusia mendakwakan diri menjadi Rasul Allah, biarpun rasul itu berdiri di hadapan mereka dan benar tutur kata mereka. Mereka lebih percaya kalau ada manusia yang telah mati, dikhayatkan dan dibuat patungnya lalu disembah, dan berhala itulah yang akan menyampaikan segala permohonan kepada Allah. Sehubungan dengan itu, mereka pun tentu percaya kalau tiap-tiap manusia bisa berhubungan langsung dan berdoa kepada Allah. Pendeknya, mereka amat tercengang kalau diajak kepada tauhid dan mereka masih senang dengan syirik. Maka, kalau kita hubungkan kembali dengan ibarat tanah tandus di ayat 58 tadi, yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dengan jiwa yang kering karena tidak mau menerima seruan iman maka kaum Nabi Nuh inilah orangnya yang tanah tandus itu.
Ayat 64
“Tetapi, mereka dustakan dia."
Meskipun berbagai keterangan dan seruan telah disampaikan oleh Nuh, ancaman bahaya yang ngeri di hari yang besar dan dahsyat, kecelakaan dunia dan adzab akhirat, mereka tidak mau terima. Seruan supaya takwa kepada Allah Yang Esa, mereka tidak peduli. Seruan suci dan berita gembira agar mereka beroleh rahmat dari Allah, mereka tidak mau percaya. Sebabnya ialah bahwa pada hemat mereka, tidak bisa jadi seorang manusia dari kaum mereka sendiri akan diangkat Allah menjadi rasul. Mungkin juga karena dengki. Nuh itu hanya orang biasa saja, sedang mereka adalah orang-orang yang terkemuka dalam kaumnya.
Karena pendustaan dan penolakan ini sudah keterlaluan, datanglah ketentuan Allah. Datanglah hari yang diancamkan oleh Nuh itu."Maka Kami selamatkanlah dia dan orang-orang yang besertanya dalam sebuah bahtera dan Kami tenggelamkan orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat Kami itu." Surah-surah yang lain menyempurnakan keterangan yang di dalam surah ini. Di dalam surah Huud ayat 37 diuraikan bahwa Allah menyuruh Nuh membuat bahtera, sedang membuat bahtera itu selalu diejek oleh kaumnya (ayat 38), tetapi beliau tetap sabar meneruskan usahanya sampai selesai. Di dalam surah al-'Ankabuut ayat 14 diterangkan pula bahwa usia beliau sampai 950 tahun, satu manusia yang sangat panjang umur. Di dalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini diterangkan saja dengan ringkas bahwa Nuh dan orang yang percaya kepada ajaran beliau, diselamatkan dengan bahtera itu, dan seluruh kaum beliau yang tidak mau percaya itu ditenggelamkan semua dalam gulungan lautan topan hari yang besar dan dahsyat itu. Sebab, mereka telah mendustakan ayat-ayat Allah, tidak percaya akan Rasul Allah, dan tidak mau menerima kebenaran. Akhirnya diterangkan sebab kecelakaan besar itu.
“Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta"
(ujung ayat 64)