Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
تَتَوَفَّىٰهُمُ
mewafatkan mereka
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ
Malaikat
طَيِّبِينَ
dalam keadaan baik/suci
يَقُولُونَ
mereka mengatakan
سَلَٰمٌ
sejahtera
عَلَيۡكُمُ
atas kalian
ٱدۡخُلُواْ
masuklah
ٱلۡجَنَّةَ
surga
بِمَا
dengan apa/disebabkan
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
تَتَوَفَّىٰهُمُ
mewafatkan mereka
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ
Malaikat
طَيِّبِينَ
dalam keadaan baik/suci
يَقُولُونَ
mereka mengatakan
سَلَٰمٌ
sejahtera
عَلَيۡكُمُ
atas kalian
ٱدۡخُلُواْ
masuklah
ٱلۡجَنَّةَ
surga
بِمَا
dengan apa/disebabkan
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
Terjemahan
(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik. Mereka (para malaikat) mengatakan, “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu). Masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.”
Tafsir
(Yaitu orang-orang) lafal alladziina di sini menjadi na`at atau sifat (yang diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik) yakni suci dari kekafiran (dengan mengatakan) para malaikat itu berkata kepada mereka ketika akan diwafatkan ("Salaamun `alaikum.") dan dikatakan pula kepada mereka kelak di hari akhirat ("Masuklah kalian ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kalian kerjakan.").
Tafsir Surat An-Nahl: 30-32
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa, "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, "(Allah telah menurunkan) kebaikan.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa,
(Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa,
(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka), "Salamun 'alaikum, masuklah kalian ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kalian kerjakan.
Ayat 30
Apa yang disebutkan dalam ayat-ayat ini menceritakan perihal orang-orang yang berbahagia, berbeda dengan apa yang diceritakan-Nya tentang orang-orang yang celaka. Karena sesungguhnya orang-orang yang celaka itu ketika dikatakan kepada mereka: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” (An-Nahl: 24) Mereka menjawab dengan jawaban yang menyimpang, yaitu: "Allah tidak menurunkan sesuatu pun yang berarti, sesungguhnya apa yang diturunkanNya hanyalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu." Sedangkan orang-orang yang berbahagia menjawab, "Allah telah menurunkan kebaikan," yakni rahmat dan berkah bagi orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya dan beriman kepada-Nya.
Kemudian Allah ﷻ menceritakan tentang janji-Nya kepada hamba-hamba-Nya melalui apa yang diturunkan-Nya melalui rasul-rasul-Nya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman:
“Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik.” (An-Nahl: 30), hingga akhir ayat. Serupa dengan makna yang terkandung dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik; dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97). Dengan kata lain, barang siapa yang berbuat baik dalam dunia ini, pastilah Allah akan membalas amalnya dengan balasan yang lebih baik di dunia dan di akhirat.
Kemudian Allah ﷻ menyebutkan bahwa kehidupan di akhirat adalah lebih baik daripada kehidupan di dunia, karena balasan di akhirat jauh lebih sempurna daripada balasan di dunia, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, ‘Kecelakaan yang besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah lebih baik’.” (Al-Qashash: 80), hingga akhir ayat.
“Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.” (Ali Imran: 198)
“Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A'la: 17)
“Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan.” (Adh-Dhuha: 4)
Kemudian Allah ﷻ menggambarkan tentang kampung akhirat. Untuk itu Dia berfirman: “Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang-orang yang bertakwa.” (An-Nahl: 30)
Ayat 31
Mengenai firman Allah ﷻ: “(Yaitu) surga Adn.” (An-Nahl: 31) Lafaz ayat ini berkedudukan menjadi badal (kata ganti) dari tempat bagi orang-orang yang bertakwa. Dengan kata lain, di akhirat kelak mereka akan mendapat surga Adn sebagai tempat tinggal mereka.
“Mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (An-Nahl: 31)
Yakni mengalir di bawah pepohonan dan gedung-gedungnya.
“Di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki.” (An-Nahl: 31)
Sama halnya dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firmannya: “Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati, sedap dipandang mata dan kalian kekal di dalamnya.” (Az-Zukhruf:71).
Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut: “Sesungguhnya awan benar-benar melalui sejumlah orang dari kalangan penduduk surga di saat mereka sedang duduk-duduk dalam jamuan minumnya. Maka tiada seorang pun dari mereka menginginkan sesuatu melainkan awan itu menurunkan apa yang diingininya, hingga sungguh di antara mereka benar-benar ada orang yang berkata, ‘Hai awan, turunkanlah kepada kami gadis-gadis remaja yang sebaya (bidadari-bidadari).’ Maka keinginannya itu dituruti.”
Firman Allah ﷻ: “Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa.” (An-Nahl: 31)
Artinya, demikianlah Allah membalas setiap orang yang beriman kepada-Nya dan bertakwa kepada-Nya serta berbuat baik dalam amalnya.
Ayat 32
Kemudian Allah ﷻ menceritakan tentang keadaan mereka di saat mereka menghadapi kematiannya, bahwa mereka dalam keadaan baik; yakni dalam keadaan bersih dari kemusyrikan, kekotoran, dan semua keburukan. Dan sesungguhnya para malaikat datang kepada mereka seraya mengucapkan salam dan menyampaikan berita gembira surga kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih; dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian. Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Sebagai hidangan (bagi kalian) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” (Fushshilat: 30-32).
Dalam keterangan terdahulu telah kami kemukakan hadis-hadis yang menceritakan tentang kisah dicabutnya nyawa orang mukmin dan orang kafir, yaitu pada pembahasan tafsir firman Allah ﷻ: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 27).
Mereka yang mendapat anugerah dari Allah berupa surga-surga adalah orang yang diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat baik.
Di akhirat mereka, yakni para malaikat, mengatakan kepada mereka,
Sala'mun 'alaikum; keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian bagi
kalian! Masuklah ke dalam surga yang telah Allah siapkan untuk kamu
karena apa yang telah kamu kerjakan berupa amal-amal baik di dunia. Setelah membandingkan azab bagi orang kafir dengan balasan pahala bagi orang yang bertakwa, Allah lalu menyusulinya dengan kembali membicarakan keadaan orang-orang kafir. Allah berfirman, Tidak
ada yang ditunggu oleh mereka, yakni orang kafir, selain datangnya para
malaikat yang membawa azab kepada mereka atau mencabut nyawa
mereka, atau datangnya perintah, ketentuan, dan ketetapan Tuhanmu kepada mereka, wahai Nabi Muhammad. Sama halnya dengan perlakuan
buruk kaum musyrik kepadamu, demikianlah pula yang telah diperbuat oleh orang-orang kafir sebelum mereka kepada rasul mereka. Allah tidak
menzalimi mereka karena Allah telah menjelaskan kepada mereka petunjuk menuju jalan kebaikan, justru merekalah yang selalu menzalimi diri
mereka sendiri karena enggan menerima petunjuk itu.
Allah ﷻ melukiskan bahwa orang-orang yang bertakwa, yang senantiasa menaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, ketika malaikat maut datang untuk mencabut nyawanya, mereka mati dalam keadaan husnul khatimah dan mendapat salam sejahtera dari malaikat. Hal itu dikarenakan kebersihan mereka dari noda-noda kemusyrikan dan kemaksiatan, dan jiwanya tetap di bawah bimbingan wahyu Allah ﷻ Segenap perjalanan mereka dihiasi dengan akhlak yang mulia dan terhindar dari sifat-sifat tercela. Orang yang seperti ini menghadap Tuhannya dengan hati lapang dan berserah diri, karena ia merasa akan meninggalkan dunia yang fana, dan pergi untuk menerima ketentuan yang telah ditetapkan oleh Tuhannya. Ketika itu, ia menghadapi maut dengan tenang dan bahagia. Allah ﷻ berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu." (Fussilat/41: 30)
Kemudian Allah ﷻ menjelaskan bahwa para malaikat itu memberikan kabar gembira bahwa mereka akan memasuki surga yang disediakan bagi mereka, sesuai dengan amal perbuatan yang telah mereka lakukan. Berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada mereka merupakan janji Allah yang akan mereka alami nanti sesudah hari kebangkitan.
Diriwayatkan dari Muhammad bin Ka'ab Al-Quradhi ia berkata, "Apabila seorang hamba yang mukmin telah tiba saat kematiannya datanglah malaikat seraya berkata, "Salam sejahtera untukmu hai wali Allah, Allah mengirimkan salam untukmu dan memberikan berita gembira bahwa engkau akan masuk surga." (Riwayat Ibnu Jarir ath-thabari dan al-Baihaqi)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERBANDINGAN
Ayat 28
“Orang-orang yang diterima oleh malaikat dalam keadaan aniaya dini mereka sendiri."
Yaitu sebagai lanjutan dari kehinaan yang akan menimpa diri orang-orang yang tidak percaya itu."Maka menyerahlah mereka."Meng) gambarkan bahwa segala kesombongan ketika hidup di dunia itu telah hilang luntur sama sekali, melainkan orang-orang pesakitan yang telah dirundung malang dan dosa, tidak dapat mengelak lagi, lalu mereka coba juga berkata, “Tidaklah ada kami mengerjakan kejahatan."
Demikianlah mereka mencoba juga hendak membela diri di hadapan malaikat Tetapi malaikat menjawab,
“Yah! Sesungguhnya Allah telah sangat tahu apa yang telah kamu kerjakan"
Pembelaan-pembelaan diri tidak perlu lagi di sini. Allah sudah tahu semua.
Setelah pembelaan diri yang tidak ada gunanya lagi itu, dijawab secara demikian tegas oleh malaikat, maka dikatakanlah kepada mereka,
Ayat 29
“Maka masuklah kamu sekalian ke dalam pintu-pintu Jahannam, kekal di dalamnya, maka bmuktah tempat bagi orang-arang yang sombong."
Demikianlah digambarkan dengan nyata akibat terakhir dari kesombongan atau takabur.
Kemudian dari itu datanglah ayat perbandingan.
Ayat 30
“Dan ditanyakan kepada orang-orang yang bertakwa, Apakah yang telah diturunkan oleh Allah kamu?"
Di dalam hidupmu di dunia kamu telah bertakwa, artinya telah memeliharakan hubungan yang baik selalu dengan Allah, niscaya di akhirat ini kamu mendapat balasan yang setimpal. Apakah balasan itu? “Mereka menjawab, dengan kata-kata yang pendek, satu kalimat, tetapi meliputi akan segalanya."Kebaikan!" Segalanya yang baik saja yang mereka terima dari Allah."Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia ini ganjarannya kebaikan (pula)" Artinya semasa di dunia lagi, amal baik yang diperbuat itu sudah ada juga ganjaran baik. Sekurangnya nama baik, budi baik yang dikenangkan orang, dan kalau mati, meninggalkan kesan yang baik."Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik lagi." Lebih baik daripada kebaikan dunia. Sebab di dunia
ini, walaupun betapa kita berbuat baik, tidak juga semua manusia akan menyukai, akan ada juga yang dengki. Tetapi di akhirat ganjaran diterima langsung dari Allah.
“Dan amatlah nikmat negeri itu bagi orang-orang yang bertakwa."
Negeri yang dijanjikan di akhirat itu ialah “Surga-surga ‘Adn" (Aden). Artinya, yang kekal.
Ayat 31
"Yang mereka akan masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai. Untuk meieka ada di dalamnya apa saja yang mereka kehendaki. Demikianlah ganjaran Allah atas orang-orang yang bertakwa."
Kalau tadinya orang-orang sombong mendapat penerimaan demikian buruk dan malai-kat-malaikat penjaga Jahannam itu, maka sambutan atas orang takwa kebalikan dari itu.
Ayat 32
“Yang diterima oleh malaikat-malaikat dengan baik, sambil mereka berkata, “Sejahteralah atas kamu!"
Biasanya orang yang baru datanglah yang mengucapkan salam kepada yang ditepati, tetapi oleh karena yang datang ini adalah orang-orang yang dimuliakan oleh yang menyambut, maka malaikat-malaikat itulah yang menyambut dengan ucapan “Salam ‘alaikum" sejahteralah atasmu. Dan di penutup ayat Allah menegaskan,
“Masuklah kamu ke dalam surga, dengan amal yang lelah kamu kerjakan."
Melihat perbandingan ini, betapa sambutan di akhirat buat orang yang sombong dan betapa pula penghormatan yang diberikan atas orang yang bertakwa, dapatlah kita membandingkan di antara dua sikap hidup. Yang pertama sombong, angkuh, tak mau menerima kebenaran dan tidak insaf bahwa dia adalah makhluk. Yang kedua orang yang Muttaqin, orang yang bertakwa. Yaitu orang yang selalu insaf bahwa dia tidak lebih dari seorang hamba Allah, dan berusaha terus menyesuaikan hidupnya dengan kehendak Aliahnya. Di lanjutan ayat ini diingatkan kembali kesombongan si sombong tadi.
Ayat 33
“Bukankah mereka itu tidak menunggu, melainkan supaya datang malaikat kepada mereka, atau datang perintah Aliahmu?"
Kebenaran sudah nyata dan terang, sudah disampaikan oleh nabi, tetapi mereka tidak mau menurut. Apa sebab? Apakah mereka menunggu malaikat yang datang menyampaikan kepada mereka? Atau datang perintah Allah yang tidak dapat dielakkan sama sekali? Yaitu, atau mereka mampus dengan tiba-tiba? Atau Kiamat yang berdiri? Maka kepada Nabi kita Muhammad ﷺ diperingatkan Allah, “Demikian jualah diperbuat oieh orang-orang yang sebelum mereka." Apakah akibatnya? Ialah kehinaan dan adzab buat diri mereka sendiri.
"Dan tidaklah Allah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang telah menganiaya diri mereka sendiri."
Sebab tidaklah mereka langsung diadzab dan dihinakan saja, melainkan telah terlebih dahulu disampaikan sekalian peringatan dan ancaman, dan selalu ada ancaman itu selama Al-Qur'an ini masih terkembang di muka kita.
Ayat 34
“Maka mengenallah keburukan apa yang mereka perbuat itu ke atas diri mereka."
Setimpal dan sepadan, seukuran dengan tidak ada kezaliman, sehingga kalau mereka pikirkan dengan tenang, mereka pun akan merasa bahwa adzab yang mereka derita itu tidak lebih dan tidak kurang dari sikap keadilan Allah.
“Dan meliputitah kepada mereka apa yang pernah mereka perolok-olokkan itu."
Sesama di dunia soal-soal neraka, adzab dan malaikat-malaikat penjaga neraka, kekal di dalam, pohon zaqqum, sungai daripada nanah, dan lain-lain sebagainya, menjadi buah olok-olok mereka. Sekarang mereka telah di dalam Jahannam, ke kiri, ke kanan memandang tidak lain daripada neraka.
JAWABAN MUSYRIKIN
Kalau pada ayat-ayat di atas diterangkan akibat dari kesombongan, sekarang diuraikan lagi kata-kata cara dari orang-orang musyrik itu. Mereka mengakui Allah ada, tetapi mereka tidak merasa puas kalau tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah.
Ayat 35
“Dan berkata orang-orang yang musyntk: “Jikalau Allah menghendaki, tentu kami tidak menyembah sesuatu pun selain Dia, baik kami dan tidak juga bapak-bapak kami, dan tidak kami menghatamkan sesuatu apa pun dengan tidak izin-Nya."
Ini pun semacam kata-kata beracun, yang pada zahirnya seakan-akan benar. Mereka hendak menyandarkan kepada takdir. Bahwa mereka jadi musyrik, demikian juga nenek moyang mereka tidak lain adalah, kehendak Allah juga. Mereka tidaklah akan mengharamkan atau menghalangi, membenci segala yang bersifat Islam, melainkan karena Allah juga yang mengizinkan. Dengan sebab demikian maka Muhammad ﷺ tak usah memusingkan hal mereka. Maka Allah menjelaskan kepada rasul-Nya bahwa kata-kata begini bukan barang baru, “Demikian juga telah diucapkan oleh orang-orang yang sebelum mereka." Mereka ini hanya mengulang sikap ingkar dan kufur yang telah dilakukan oleh orang-orang yang dahulu saja, terhadap rasul-rasul yang mendatangi mereka.
Kalau ucapan kaum musyrikin ini diperturutkan, apalah guna syari'at? Apa guna perintah dan larangan? Kalau dalam ayat ini, telah diterangkan bahwa ucapan begini sudah lama, sejak orang yang kufur, lama sebelum Muhammad, bahkan di zaman nabi-nabi dan rasul-rasul yang dahulu telah ada, sampai sekarang pun ucapan demikian masih ada. Nasib kami jadi begini, karena beginilah kehendak Allah.
Dengan demikian mereka hendak melepaskan tanggung jawab dari dirinya sendiri dan menyandarkan semua kepada Allah. Kasarnya, Allah-lah yang salah menjadikannya begini.
Kalau memang demikian, apalah guna agama? Apakah guna rasul-rasul diutus? Apa guna pertimbangan buruk dan baik di dunia ini? Kalau demikian, apa guna kita diberi akal? Bukankah akal ini yang selalu mendorong kita berusaha, mendorong menimbang hendak mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya? Tidakkah kita sadari bahwa kita ada mempunyai ikhtiar sendiri di dalam hidup ini? Misalnya seketika kita mengangkat suapan kita yang berisi nasi ke dalam mulut, bukankah atas kehendak kita sendiri? Pernahkah terjadi tangan Allah yang halus datang mengangkat tangan kita, baru dia sampai kepada mulut kita?
“Dan adakah atas rasul-rasul itu, kecuali menyampaikan dengan terang?"
Segala rasul yang diutus oleh Allah itu telah menyampaikan seruan Allah dengan se-terang-terang dan sejelas-jelasnya, tidak ada yang berkekurangan lagi. Kalau kiranya memang seseorang atau suatu kaum mendapat petunjuk hanya bergantung kepada kehendak Allah saja dengan tidak ada usaha pada orang atau kaum itu, apa perlunya Allah berulang-ulang dan berturut-turut mengirim utusan-Nya? Dan mengapa utusan itu disuruh menyampaikan sampai sejelas-jelasnya? Lain tidak ialah supaya manusia mempergunakan akal dan ikhtiar yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, di dalam dia menempuh sendiri hidup ini, memilih mana yang memberi manfaat dan mengelakkan diri daripada yang mudharat.
Dengan penegasan ayat itu jelaslah bahwa ucapan yang demikian tiada layak keluar dari mulut orang yang beriman, hanya dari mulut orang musyrik yang mencari helat mengelakkan diri.
Ayat 36
“Dan sesungguhnya telah Kami utus pada tiap-tiap umat seorang rasul, agar mereka menyembah kepada Allah, dan menjauh, dari berhala-berhala."
Sebagai ditafsirkan oleh lbnu Katsir, “Maka senantiasalah Allah mengutus rasul-rasul ke-pada manusia, menyeru manusia supaya menyembah Allah Yang Esa dan menjauhkan diri dari thaghut, sejak terjadinya manusia mempersekutukan yang lain dengan Allah pada kaum Nuh, yang diutus kepada mereka Nuh. Maka Nuh itulah rasul yang mula-mula sekali diutus oleh Allah ke muka bumi ini, sampai ditutup dengan kedatangan Muhammad ﷺ yang dakwahnya melingkupi manusia dan jin di timur dan di barat, dan sama sekali itu adalah menurut satu pokok Firman Allah, yaitu membawa wahyu bahwa tidak ada Allah melainkan Allah dan hendaklah kepada Allah saja beribadah."
Kata lbnu Katsir seterusnya, “Tidak ada Allah Ta'aala menghendaki bahwa mereka me-nyembah kepada yang selain Dia, bahkan Dia telah melarang mereka berbuat demikian dengan perantaraan lidah rasul-rasul-Nya. Adapun kehendak Allah di dalam mewujudkan sesuatu yang mereka ambil alasan mengatakan takdir, tidaklah hal itu dapat dijadikan hujjah, karena Allah memang menciptakan neraka, dan penduduknya ialah setan-setan dan kafir-kafir, tetapi tidaklah Aliah ridha hamba-Nya jadi kafir. Dalam hal ini Allah mempunyai alasan yang cukup dan kebijaksanaan yang sempurna." Sekian lbnu Katsir.
“Maka di antara mereka ada orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan di antara mereka ada yang tetap atasnya kesesalan. Maka berjalanlah di bumi dan pandanglah, bagaimana kesudahannya orang-orang yang mendustakan."
Di dalam ayat ini teranglah Allah menunjukkan perbandingan di antara orang yang mendapat petunjuk Allah dan orang-orang yang sesat. Manusia disuruh memandang dan merenungkan perbedaan di antara hidup kedua golongan itu. Kita disuruh berjalan di muka bumi dan memerhatikan bagaimana akibat dari orang yang mendustakan Allah, orang yang tidak sudi menerima kebenaran. Di sini Allah telah menjelaskan bahwa akibat dari orang yang mendustakan ajaran Allah itu, tidaklah ada yang selamat. Memang, kadang-kadang mereka diberi kesempatan. Maka dengan kesempatan yang diberikan sedikit itu, mereka bertambah lupa dan mereka ber-tambah bangga dalam kesesatannya. Namun kemudian segala kesempatan itu dicabut dengan tiba-tiba dengan kesudahan yang menyedihkan.
Demikianlah kita lihat pada tiap-tiap zaman, terjadi pada orang kecil dan orang besar. Bahkan tidaklah dapat disisihkan dan diperbedakan di antara kuburan seorang diktator dan seorang penguasa sewenang-wenang dengan kuburan dari seorang penggosok sepatunya.