Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَ
berkata
مُوسَىٰ
Musa
لِقَوۡمِهِ
kepada kaumnya
ٱسۡتَعِينُواْ
mohon pertolongan
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَٱصۡبِرُوٓاْۖ
dan bersabarlah
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
لِلَّهِ
milik Allah
يُورِثُهَا
diwariskannya
مَن
siapa
يَشَآءُ
Dia kehendaki
مِنۡ
dari
عِبَادِهِۦۖ
hamba-hambaNya
وَٱلۡعَٰقِبَةُ
dan akibatnya
لِلۡمُتَّقِينَ
bagi orang-orang yang bertakwa
قَالَ
berkata
مُوسَىٰ
Musa
لِقَوۡمِهِ
kepada kaumnya
ٱسۡتَعِينُواْ
mohon pertolongan
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَٱصۡبِرُوٓاْۖ
dan bersabarlah
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
لِلَّهِ
milik Allah
يُورِثُهَا
diwariskannya
مَن
siapa
يَشَآءُ
Dia kehendaki
مِنۡ
dari
عِبَادِهِۦۖ
hamba-hambaNya
وَٱلۡعَٰقِبَةُ
dan akibatnya
لِلۡمُتَّقِينَ
bagi orang-orang yang bertakwa
Terjemahan
Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah. Dia akan mewariskannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Tafsir
(Musa berkata kepada kaumnya, "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah) dalam menghadapi penganiayaan mereka (sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah yang dipusakakan-Nya) yang diberi-Nya (kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik) yang terpuji (adalah bagi orang-orang yang bertakwa.") terhadap Allah.
Tafsir Surat Al-A'raf: 127-129
Dan para pemuka dari kaum Fir'aun berkata, "Apakah engkau akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk berbuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?" Firaun menjawab, "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka."
Musa berkata kepada kaumnya, "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya bumi (ini) milik Allah, diwariskan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa."
(Kaum Musa) berkata, "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-(Nya), maka Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu.”
Ayat 127
Allah ﷻ menceritakan tentang persekongkolan Fir'aun dan para pemuka kaumnya terhadap Musa, serta kedengkian dan kemarahan yang mereka pendam terhadap Musa a.s. dan kaumnya.
“Dan para pemuka dari kaum Fir'aun berkata.” (Al-A'raf: 127)
Yakni mereka berkata kepada Fir'aun.
“Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya.” (Al-A'raf: 127)
Artinya, apakah engkau biarkan mereka menimbulkan kerusakan di bumi, yakni merusak rakyatmu dan menyeru mereka untuk menyembah Tuhan mereka, bukan menyembah kepadamu?
Sungguh mengherankan, mengapa mereka merasa khawatir Musa dan kaumnya akan menimbulkan kerusakan. Bukankah sebenarnya Fir'aun dan kaumnya-lah orang-orang yang membuat kerusakan itu, tetapi Fir'aun dan kaumnya tidak merasa, bahwa diri mereka sebenarnya adalah para perusak? Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan bahwa mereka mengatakan:
“Dan meninggalkan kamu dan tuhan-tuhanmu?” (Al-A'raf: 127)
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa huruf wawu dalam ayat ini adalah wawu haliyah (kata keterangan keadaan), yakni apakah engkau biarkan Musa dan kaumnya membuat kerusakan, sedangkan mereka telah meninggalkan penyembahan kepadamu?'
Orang yang membaca dengan pengertian ini adalah Ubay ibnu Ka'b, yakni sedangkan mereka meninggalkan penyembahan mereka kepadamu dan tuhan-tuhanmu? Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ulama lain mengatakan bahwa huruf wawu ini adalah huruf 'ataf, yakni 'apakah engkau biarkan mereka melakukan kerusakan seperti yang engkau lihat sendiri? Mereka juga tidak mau menyembah tuhan-tuhanmu. Sebagian ulama ada yang membacanya ilahataka yang artinya 'menyembah kepadamu'. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya. Berdasarkan pengertian bacaan yang pertama dapat disimpulkan oleh sebagian ulama bahwa Fir'aun memang mempunyai tuhan-tuhan yang selalu disembahnya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, bahwa Fir'aun mempunyai tuhan yang selalu ia sembah secara rahasia. Dalam riwayat lain disebutkan pula bahwa Fir'aun mempunyai sebuah patung kecil yang dikalungkan pada lehernya dan selalu ia sembah.
As-Suddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
“Dan meninggalkan kamu dan tuhan-tuhanmu?” (Al-A'raf: 127)
Yakni tuhan-tuhan Fir'aun.
Menurut dugaan Ibnu Abbas, apabila mereka melihat seekor sapi betina yang bagus, maka Fir'aun menyuruh mereka untuk menyembah sapi betina itu. Karena itulah Samiri membuatkan patung anak sapi yang dapat bersuara bagi mereka. Lalu Fir'aun memperkenankan permintaan pembesar-pembesar kaumnya itu melalui perkataannya, seperti yang disebutkan oleh firman Allah ﷻ:
“Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka.” (Al-A'raf: 127)
Hal ini merupakan perbuatan kedua kalinya yang diperintahkan oleh Fir'aun terhadap kaumnya. Hal yang serupa pernah ia lakukan terhadap kaum Bani Israil, yaitu ketika menjelang kelahiran Musa a.s., karena merasa khawatir akan keberadaannya.
Tetapi ternyata kejadiannya bertentangan dengan apa yang dituju dan yang dimaksud oleh Fir'aun (yakni Musa tetap lahir dengan selamat). Ia pun mendapat perlakuan yang sama di saat dia hendak menghinakan kaum Bani Israil dan menindas mereka. Maka kenyataannya menjadi kebalikan dari apa yang diinginkannya, yaitu Allah memenangkan kaum Bani Israil dan menghinakan Fir'aun beserta bala tentaranya serta menenggelamkan mereka semua di dalam lautan.
Setelah Fir'aun bertekad bulat hendak melaksanakan niatnya seperti yang telah disebutkan pada ayat di atas, yaitu berbuat jahat terhadap kaum Bani Israil, maka kelanjutannya disebutkan oleh firman Allah ﷻ berikut:
Ayat 128
“Musa berkata kepada kaumnya, ‘Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah’.” Al-A'raf: 128)
Musa menjanjikan kepada mereka bahwa kesudahan yang menyenangkan akan mereka peroleh, dan kelak mereka akan beroleh kemenangan. Hal ini diungkapkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya:
“Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah, diwariskan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Al-A'raf: 128)
Ayat 129
“(Kaum Musa) berkata, ‘Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang’.” (Al-A'raf: 129)
Yakni mereka benar-benar telah memperlakukan kami seperti apa yang engkau lihat sendiri, mereka telah menindas dan menghina kami sebelum engkau tiba wahai Musa, juga sesudahnya.
Kemudian Musa berkata kepada mereka dan mengingatkan perihal keadaan mereka di masa itu dan apa yang bakal mereka alami di masa berikutnya, seperti yang dikisahkan oleh firman-Nya:
“Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu.” (Al-A'raf:129), hingga akhir ayat.
Di dalam kalimat ini terkandung seruan yang mendorong mereka untuk bersyukur secara meyakinkan, agar mereka senantiasa bersyukur ketika memperoleh kenikmatan dan terlepas dari segala penderitaan.
Ancaman Fir'aun itu sampai ke telinga Nabi Musa dan kaumnya. Nabi Musa pun melihat rasa takut pada kaumnya dan segera memompa semangat dan rasa optimisme mereka. Nabi Musa berkata kepada kaumnya, Mohonlah dengan sungguh-sungguh pertolongan kepada Allah dan bersabarlah dalam menghadapi tantangan dakwah dan ancaman Fir'aun. Sesungguhnya bumi ini seluruhnya, baik negeri Mesir ini atau lainnya, milik Allah, bukan milik Fir'aun; diwariskan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Memang boleh jadi itu belum terjadi dalam waktu singkat, tapi itu pasti terlaksana, dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah dengan berpegang teguh pada ajaran-ajaran-Nya. Usaha yang disertai dengan doa dan kesabaran akan berbuah kemenanganMeski Nabi Musa telah membesarkan hati mereka dan menyampaikan janji pertolongan Allah, kaumnya masih saja menyampaikan keluhan. Dengan nada mengeluh dan sedih, mereka kaum Nabi Musa berkata, Dulu kami telah ditindas oleh Fir'aun dan rezimnya dengan membunuh, menindas dan melecehkan kami sebelum engkau datang sebagai utusan Tuhan kepada kami, dan kini setelah engkau datang sebagai utusan-Nya kami pun dianiaya juga, lalu kapan kita akan menang, sebab keadaan semakin memburuk. Untuk memberi harapan dan menanamkan optimisme kepada kaumnya, Nabi Musa menjawab, Mudah-mudahan dengan karunia-Nya, berkat keteguhan dan kesabaran kamu, Tuhanmu membinasakan musuhmu yang telah menghina dan menyiksa kamu dengan zalim dan Tuhanmu akan menjadikan kamu khalifah penguasa di bumi; lalu sebagai bentuk ujian, Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu setelah penobatan kamu sebagai khalifah-Nya: adakah kamu mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, atau malah mengingkari-Nya' Adakah kamu akan memakmurkan bumi atau merusaknya' Dengan ukuran itulah Allah.
Dapat dimengerti, mendengar ancaman Firaun ini Bani Israil yang berdiam di Mesir pada masa tersebut merasa takut dan amat gelisah, ancaman ini terbukti kemudian, mereka diperlakukan sebagai budak. Di samping itu, setiap anak lelaki yang mereka lahirkan dibunuh oleh kaki tangan Firaun. Oleh sebab itu Nabi Musa as berkata kepada mereka: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah, diwariskan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan kesudahan yang baik adalah untuk orang-orang yang bertakwa".
Nabi Musa menghibur dan menenteramkan kaumnya dengan mengingatkan kepada mereka kekuasaan Allah, bahwa Dialah yang memiliki dan menguasai bumi, dan segala apa yang terjadi di bumi ini adalah sesuai dengan Sunnah-Nya, yaitu setiap umat yang ingkar dan zalim pasti menemui kehancuran, dan setiap umat yang beriman dan bersabar tentu akan memperoleh pertolongan-Nya, sehingga memperoleh kemenangan dan kesudahan yang baik. Sebab itu hendaklah mereka memohon pertolongan kepada-Nya, disertai dengan kesabaran, keimanan, persatuan dan keberanian dalam membela kebenaran dan keadilan.
Ucapan Nabi Musa ini selain menimbulkan harapan tentang pertolongan Allah serta rahmat-Nya untuk membebaskan mereka dari kekejaman Firaun serta menjadikan Bani Israil sebagai penguasa di belakang hari di bagian bumi yang telah dijanjikan Tuhan kepada mereka, juga mengandung suatu peringatan yang sangat penting bagi kaumnya, yaitu apabila di belakang hari mereka menjadi penguasa, janganlah berbuat sewenang-wenang seperti Firaun dan para pembesarnya, karena Allah senantiasa mengawasi perbuatan dan tindak-tanduk dari setiap makhluk-Nya, oleh sebab itu, apabila mereka berkuasa dan melakukan kezaliman pula, pastilah Allah mendatangkan azab kepada mereka.
Ayat ini mengandung pelajaran yang sangat berharga, tentang sikap manusia pada waktu ia sedang menghadapi penderitaan tersebut, atau sebelum mereka memperoleh rahmat Allah, dan pada waktu setelah memperoleh rahmat tersebut. Sikap yang amat tercela ialah berkeluh kesah dan memohon pertolongan Allah pada waktu memperoleh kesusahan, dan kemudian mengingkari atau melupakan rahmat Allah setelah memperolehnya.
Sikap yang seharusnya dilakukan ialah sabar dan tawakal serta memohon pertolongan Allah pada waktu menghadapi kesukaran, dan mensyukuri rahmat Allah setelah memperoleh kebahagiaan. Mensyukuri rahmat Allah, tidak hanya dengan ucapan, melainkan yang terpenting ialah melaksanakan dengan perbuatan. Sebab itu, apabila seseorang memperoleh kekuasaan, kemudian kekuasaannya itu digunakan untuk berbuat kezaliman atau memperkaya diri sendiri atas kerugian orang lain, maka ini berarti bahwa ia tidak mensyukuri rahmat Allah yang diperolehnya, yaitu pangkat dan kekuasaan, dan karenanya telah sepatutnyalah bila Allah menimpakan azab kepadanya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MUSA DAN FIR'AUN
Ayat 127
“Dan, berkata pemuka-pemuka dari kaum Fir'aun itu, ‘Apakah akan engkau biarkan Musa dan kaumnya membuat kerusakan di bumi dan dia tinggalkan engkau dan tuhan-tuhan engkau?"
Artinya, akan engkau biarkan sajakah Musa dan kaumnya itu leluasa sehingga kian lama kian menjalar pengaruh ajarannya kepada rakyat yang kelak mengakibatkan mereka tidak tunduk lagi kepada engkau sehingga kekuasaan yang ada pada engkau kian lama kian habis dan berpindah tangan kepada Musa? Kalau demikian tentang kerusakan dan ke-kacauanlah yang akan timbul dalam bumi negeri Mesir ini. Orang tidak lagi akan memedulikan engkau dan tuhan-tuhan atau dewa-dewa yang engkau puja tidak lagi akan dimuliakan orang.
Sebagaimana diketahui dalam sejarah, orang Mesir kuno itu memuja berbagai macam tuhan dan dewa. Puncak tertinggi dari seluruh dewa itu ialah dewa matahari yang mereka namai Ra.
Menurut kepercayaan mereka, Fir'aun sendiri adalah keturunan dari dewa matahari yang dikirim untuk memerintah bumi. Dan, pusat bumi itu ialah Mesir. Serupa kepercayaan mereka dengan kepercayaan orang Jepang terhadap matahari yang mereka namai Ameterasu Omikami dan mengutus putranya Tenno turun ke bumi untuk membangun kepulauan Jepang. Maka, orang-orang besar kerajaan Fir'aun memberi ingat kepada Fir'aun, kalau tidak lekas bertindak, suatu kerusakan besar akan terjadi di Mesir, dia sebagai raja tidak lagi akan dipuja orang.
“Dia berkata, ‘Akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka karena sesungguhnya kita atas mereka adalah sangat berkuasa."
Demikianlah jawaban Fir'aun yang diujud-kan sebagai perintah terhadap usul meminta perhatian yang dikemukakan oleh beberapa orang-orang besarnya itu. Yaitu, akan dilakukan permusnahan yang berlarut-larut kepada Bani Israil itu dengan cara membunuh anak laki -lakinya dan membiarkan hidup perempuan-perempuan. Dengan demikian, tentu mereka tidak akan mendapat keturunan lagi dan ditimpa oleh krisis masyarakat yang paling hebat karena banyaknya orang perempuan padahal hidup mereka melarat pula. Di dalam kitab Keluaran (Perjanjian Lama) disebutkan bahwa bidan-bidan penyambut perempuan melahirkan anak sudah diperintahkan, ka-lau mereka menolong perempuan Bani Israil, kebetulan anaknya laki-laki, bunuh saja dengan secara halus dan secara diam-diam. Akan tetapi, bidan-bidan itu tidak pula semuanya setia menjalankan perintah itu.
Niscaya sampailah kepada Bani Israil keputusan kejam dari Fir'aun ini sehingga timbullah cemas dan takut yang amat sangat.
Ayat 128
“Berkata Musa kepada kaumnya, ‘Bermohon pertolonganlah kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi ini adalah kepunyaan Allah. Dia wariskan kepada siapa yang Dia kehendaki daripada hamba-hamba-Nya. “
Inilah nasihat Musa kepada kaumnya yang telah cemas itu. Mereka mesti memperkuat benteng iman kepada Allah, memperteguh kepercayaan, sabar dan tenang, jangan lekas cemas mendengar berita seperti demikian. Karena meskipun Fir'aun telah mengatakan bahwa sangat berkuasa melakukan apa yang dia ingini terhadap Bani Israil, tetapi yang mempunyai bumi ini yang sebenarnya bukanlah Fir'aun, tetapi Allah. Di atas kekuasaan Fir'aun ada kekuasaan Allah. Sebab itu, hendaklah kamu sekalian membulatkan ketun-dukan kepada Allah itu sendiri. Dan, beliau katakan pula, “
“Dan akibat kebaikan terakhir adalah bagi orang-orang yang bertakwa."
Bumi akan diwariskan Allah kepada barangsiapa yang Dia kehendaki. Inilah keyakinan pertama yang wajib ditanamkan. Keyakinan kedua ialah bahwa akibat atau kemenangan terakhir akan diberikan Allah kepada orang yang bertakwa. Yaitu takwa dengan arti seluas-luas. Sebab, takwa itulah yang akan membuat jiwa menjadi lebih kebal menghadapi segala kesulitan. Yaitu takwa dengan menjaga segala sunnah dan peraturan Allah, termasuk kehati-hatian, ketenangan, jangan lekas putus asa dan jangan lekas cemas, dan tunduk kepada pimpinan, jangan bertindak sendiri-sendiri. Berpegang teguh pada kebenaran, mencintai keadilan, sabar menderita, terutama di saat-saat yang sulit. Apabila takwa ini telah dijadikan pakaian jiwa, mudah-mudahan kelak akan diterima waris bumi itu dari Allah.
Sungguhpun begitu, Bani Israil yang telah lama menderita itu masih saja mengeluh.
Ayat 129
“Mereka benkata, Telah disakiti kami sebelum engkau datang kepada kami dan sesudah engkau mendatangi kami."
Dahulu sebelum engaku datang, bukan main banyaknya penderitaan yang mereka timpakan kepada kami, diinjak-injak, ditindas, dan diperbudak. Namun, waktu itu semuanya kami tahankan dengan sabar, sebab kami percaya akan datang seorang pemimpin membebaskan kami dari kehinaan ini. Sekarang engkau telah datang, tetapi penderitaan itu tidak juga berkurang malahan sudah keluar perintah baru akan membunuhi anak-anak laki-laki kami. Keluhan ini rupanya sudah sampai di puncak dan sudah mendekati kepada putus asa.
Keluhan itu dijawab tegas oleh Musa,
“Dia berkata, ‘Mudah-mudahan Tuhan kamu akan membinasakan musuh kamu dan akan menjadikan kamu khalifah di bumi. Akan tetapi Dia akan melihat bagaimana kamu bekerja.'"
Perkataan Musa yang seperti ini adalah satu pimpinan yang tegas, suatu bimbingan yang menumbuhkan pengharapan. Bahwa bagaimana pun besarnya kekuasaan Fir'aun itu sekarang, satu waktu dia pasti tumbang. Satu waktu mudah saja bagi Allah meruntuhkan kekuasaan itu dan di atas runtuhannya Dia menaikkan kamu jadi khalifah, yaitu pengganti kekuasaan itu. Sebab, Maha Kekuasaan ialah kekuasaan Allah. Adapun kekuasaan Fir'aun tidak ada artinya. Dia hanya sejemput kecil kekuasaan yang dipinjamkan Allah kepadanya sementara. Meskipun begini nasibmu sekarang, mudah saja bagi Allah menaikkan kamu dan menjatuhkan mereka. Akan tetapi, untuk menampung perubahan itu, kamu sendiri yang terlebih dahulu mempersiapkan jiwamu dengan alat-alat yang dikatakan tadi, yaitu bermohon kepada Allah disertai dengan sabar dan dipatrikan dengan takwa. Terutama jiwa rendah, merasa diri kecil dan putus asa itu; itulah yang wajib kamu kikis terlebih dahulu. Maka, segala usahamu membentuk jiwamu itu akan dilihat oleh Allah. Sebagaimana ungkapan kita zaman sekarang, Fir'aun sendiri tidak akan bersedia memberikan kemerdekaan kepada kamu. Dan, Allah pun tidak pula akan mengantarkan perbaikan nasib kepada kamu dengan “talam emas". Kamu sendiri yang terlebih dahulu harus bersedia menumpahkan usaha, ikhtiar, darah, dan air mata untuk itu.
Inilah pokok nasihat dari Musa untuk menghilangkan keluhan dan putus asa kaumnya. Dan, mulailah mereka jalankan dengan segenap upaya.
Ayat 130
“Dan, sesungguhnya telah Kami limpakan kepada keluanga Fir'aun itu kekeringan dan kekurangan hasil buah-buahan, supaya maulah mereka ingat."
Fir'aun ketika menjatuhkan perintah membunuhi anak laki-laki Bani Israil dan membiarkan anak perempuan-perempuan mereka tinggal hidup tadi, mengatakan bahwa kita mempunyai kekuasaan yang penuh berbuat apa yang kita rasai patut. Kita berkuasa. Namun, bertemulah mereka dengan dua bahaya yang mereka tidak mempunyai kekuasaan sedikit juga buat mengatasinya, yaitu kekeringan atau kemarau panjang. Hujan tidak turun pada waktunya, Sungai Nil tidak besar buih airnya sebagaimana yang diharapkan pada tiap-tiap tahun. Lantaran itu tanah menjadi kering dan hasil buah-buahan atau pertahunan menjadi rusak. Bila tiba saat yang demikian, patutlah mereka insaf bahwa ada lagi kekuasaan yang, lebih tinggi, yaitu kekuasaan mutlak Allah. Kalau Fir'aun mengatakan dirinya anak matahari, anak Dewa Ra, cobalah pakai kekuasaan itu, minta kepada bapaknya, sang Matahari, untuk menurunkan hujan. Meskipun diminta, matahari akan tetap membisu. Akan tetapi, bila tiba cobaan-cobaan semacam itu, mereka tidak juga mau insaf. Di ayat selanjutnya diterangkan lagi sikap angkuh mereka:
Ayat 131
“Maka, apabila datang kepada mereka suatu kebaikan, mereka berkata, Untuk kitalah ini!'"
Bila kemarau telah habis, hujan pun turun dengan teratur, Sungai Nil membawa buih bunga tanah dari hulu sehingga tanam-tanaman berbuah dan berhasil baik, mereka bergembira dan berkata bahwa semuanya ini adalah buat kita! Namun, mereka tidak mau mengingat sampai jauh, dari mana datangnya kebaikan itu. Mereka hanya mengingat satu perkara, yaitu hasil yang baik itu ialah buat mereka, sebab mereka berkuasa atas seluruh bumi Mesir dan negeri-negeri sekelilingnya. “Dan, jika menimpa kepada mereka suatu kesukaran, mereka pun mempersialkan Musa dan orang-orang yang serta dengan dia." Kalau ada jalan yang buntu, Musa dan Bani Israillah yang salah. Kalau buah-buahan tidak menjadi, Musa dan Bani Israillah yang pangkal sial. Maka, segala apa saja kesukaran, sekali-kali mereka tidak menyelidiki kekurangan yang ada pada pemerintahan mereka, sebab sudah ada buat menumpukkan segala kesalahan, yaitu Musa dan segala orang yang telah beriman kepadanya. Ditanamkanlah pada seluruh negeri, pada seluruh rakyat bahwa pangkal dari segala kesialan ialah Musa dan orang-orang yang percaya kepada Musa. “Ketahuilah! Tidak lain kesialan mereka itu hanyalah dari sisi Allah." Bukan dari kesalahan Musa. Bukan karena Musa tidak mau tunduk kepada kekuasaan Fir'aun, melainkan Fir'aun sendirilah yang tidak mau tunduk kepada kekuasaan Allah. Sebab itu, kesialan bukan datang dari Musa, melainkan ditimpakan oleh Allah kepada mereka.
“Namun, kebanyakan mereka tidak mau tahu."
Mereka tidak tahu atau tidak mau tahu segala kesukaran itu tidak ada sangkut-pautnya dengan Musa, seorang manusia yang tidak mempunyai daya apa-apa. Mereka tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa segala yang kejadian, baik kesuburan bumi atau kemarau adalah termasuk hukum-hukum alam yang telah ditadbirkan dan diatur oleh Allah. Seharusnya, kalau mereka mau selamat dan tenteram, mereka kembalikanlah kepercayaan mereka kepada Allah sehingga Allah memberi hidayah dan petunjuk di dalam menghadapi berbagai kesulitan serta diberi ketenangan ketika diberi kebaikan.
Ayat 132
“Dan, mereka berkata, ‘Apa jua pun ketenangan yang engkau bawakan kepada kami, untuk menyihir kami dengan dia, tetapi kami tidaklah percaya kepada engkau.'"
Apa saja keterangan walaupun keterangan itu benar, mereka sudah memutuskan tidak mau percaya. Sebab, bagi mereka bukanlah kebenaran yang penting melainkan kekuasaan. Mereka berkuasa, mau apa? Kalau diberikan keterangan yang jelas, mereka katakan bahwa keterangan itu adalah sihir saja. Tongkat jadi ular, sihir! Tangan bercahaya putih adalah sihir. Allah tidak berkuasa. Yang berkuasa hanya kami, Fir'aun dan orang-orang besarnya. Dan, engkau wahai Musa adalah perusak, penghasut Bani Israil yang selama ini adalah rakyat kami yang patuh mengikut segala perintah kami, memikul yang berat-berat, menjemput yang jauh-jauh. Pendek kata, kami tidak percaya kepada engkau. Engkau adalah pangkal dari segala kesialan dalam negeri ini!