Ayat
Terjemahan Per Kata
يَسۡمَعُ
dia mendengar
ءَايَٰتِ
ayat-ayat
ٱللَّهِ
Allah
تُتۡلَىٰ
dibacakan
عَلَيۡهِ
atasnya
ثُمَّ
kemudian
يُصِرُّ
dia tetap
مُسۡتَكۡبِرٗا
menyombongkan diri
كَأَن
seakan-akan
لَّمۡ
tidak
يَسۡمَعۡهَاۖ
dia mendengar
فَبَشِّرۡهُ
maka beri kabar gembira
بِعَذَابٍ
dengan azab
أَلِيمٖ
pedih
يَسۡمَعُ
dia mendengar
ءَايَٰتِ
ayat-ayat
ٱللَّهِ
Allah
تُتۡلَىٰ
dibacakan
عَلَيۡهِ
atasnya
ثُمَّ
kemudian
يُصِرُّ
dia tetap
مُسۡتَكۡبِرٗا
menyombongkan diri
كَأَن
seakan-akan
لَّمۡ
tidak
يَسۡمَعۡهَاۖ
dia mendengar
فَبَشِّرۡهُ
maka beri kabar gembira
بِعَذَابٍ
dengan azab
أَلِيمٖ
pedih
Terjemahan
yang mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan tidak mendengarnya. Peringatkanlah dia (wahai Nabi Muhammad) dengan azab yang amat pedih.
Tafsir
(Dia mendengar ayat-ayat Allah) yakni Al-Qur'an (dibacakan kepadanya kemudian dia tetap) atas kekafirannya (menyombongkan diri) takabur tidak mau beriman (seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih) azab yang menyakitkan.
Tafsir Surat Al-Jathiyah: 6-11
Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangannya. Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok.
Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan. Di hadapan mereka neraka Jahanam dan tidak berguna bagi mereka sedikit pun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar. Ini (Al-Qur'an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab, yaitu siksaan yang sangat pedih. Firman Allah ﷻ: itulah ayat-ayat Allah. (Al-Jatsiyah: 6) Yakni Al-Qur'an yang di dalamnya mengandung bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang jelas.
yang kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya. (Al-Jatsiyah: 6) Yaitu mengandung perkara yang hak dari Tuhan Yang Maha Hak. Apabila mereka tidak beriman kepadanya dan tidak mau tunduk patuh kepadanya, maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman selain kepada Al-Qur'an itu? Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan: Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa. (Al-Jatsiyah: 7) Yakni dusta dalam perkataannya, penyumpah lagi suka menghina, dan pendosa dalam perbuatannya, sedangkan hatinya kafir kepada ayat-ayat Allah.
Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, kemudian dia tetap. (Al-Jatsiyah: 8) dalam kekafirannya, keingkaran, dan kesombongannya. seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (Al-Jatsiyah: 8) Maksudnya, dia pura-pura tidak mendengarnya. Maka beritakanlah kepada orang yang bersikap demikian bahwa di sisi Allah kelak di hari kiamat dia akan mendapat azab yang pedih lagi sangat menyakitkan.
Dan apabila dia mngetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. (Al-Jatsiyah: 9) Yakni apabila dia hafal sesuatu dari Al-Qur'an, ia mengingkarinya dan menjadikannya bahan olok-olokan dan ejekannya. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan. (Al-Jatsiyah: 9) sebagai balasan dari penghinaannya terhadap Al-Qur'an, karena dia telah menjadikan Al-Qur'an sebagai olok-olokannya. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah menceritakan sebuah hadis dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah melarang bepergian dengan membawa Al-Qur'an ke negeri musuh, karena dikhawatirkan Al-Qur'an itu direbut oleh musuh. Kemudian dalam firman berikutnya dijelaskan azab yang akan diterimanya kelak di hari ia dikembalikan pada hari kiamat: Di hadapan mereka neraka jahanam. (Al-Jatsiyah: 10) Yakni orang yang memiliki sifat-sifat tersebut, masing-masing dari mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam sebagai tempat tinggalnya kelak di hari kiamat.
dan tidak akan berguna bagi mereka sedikit pun apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Jatsiyah: 10) Harta dan anak-anak mereka tidak dapat memberi manfaat sedikit pun kepada mereka. dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. (Al-Jatsiyah: 10) Artinya, di hari itu tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada mereka tuhan-tuhan yang telah mereka sembah selain dari Allah ﷻ Dan bagi mereka azab yang besar. (Al-Jatsiyah: 10) Dalam firman berikutnya disebutkan: Ini adalah petunjuk. (Al-Jatsiyah: 11) Yakni Al-Qur'an ini adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab, yaitu siksaan yang sangat pedih. (Al-Jatsiyah: 11) Maksudnya, azab yang pedih lagi menyakitkan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui..
7-8. Kecelakaan yang amat besar bagi setiap orang yang banyak berdusta, yaitu mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, lagi banyak berdosa, yakni melakukan pelanggaran, yaitu orang yang selalu mendengar ayat-ayat Allah dengan begitu jelas ketika di bacakan kepadanya dengan lisan, namun tetap saja dia tidak mempercayainya, bahkan kemudian dia tetap mengingkarinya sambil menyombongkan diri seakan-akan dia tidak pernah mendengarnya. Karena sikap dan tindakannya yang demikian itulah, maka wahai Nabi Muhammad, peringatkanlah dia dengan azab yang pedih akibat perbuatan buruknya. 9. Dan apabila dia telah mengetahui dengan cara apa pun sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka dia menjadikannya sebagai bahan olok-olokan. Merekalah, yaitu para pembohong dan pendosa itu, yang akan menerima azab yang menghinakan.
Kemudian Allah mengancam kaum musyrikin yang selalu mengingkari kebenaran ayat-ayat Al-Qur'an dengan ancaman yang sangat mengerikan. Mereka tetap mendustakan kebenaran ayat-ayat Al-Qur'an, padahal di dalamnya terdapat keterangan tentang dalil-dalil dan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya yang cukup jelas. Bukti dan keterangan itu telah mereka dengar sendiri. Menurut ukuran yang wajar, tentu mereka telah memahaminya. Akan tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya. Itulah sebabnya mereka disebut dalam ayat ini orang-orang yang banyak berdusta dan banyak melakukan perbuatan dosa.
Selanjutnya diterangkan bahwa keadaan orang-orang musyrik sebelum dan sesudah mendengar ayat-ayat Al-Qur'an tetap sama, tidak ada perubahan dalam sikap dan perilaku mereka, bahkan mereka bertambah ingkar dan menyombongkan diri. Itulah sebabnya dalam ayat ini mereka dikatakan seolah-olah tidak pernah mendengar ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan kepada mereka.
Dalam ayat yang lain, diterangkan bahwa mereka sendiri mengakui tidak pernah merasa mendengar Al-Qur'an yang disampaikan kepada mereka. Allah berfirman:
Dan mereka berkata, "Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau seru kami kepadanya dan telinga kami sudah tersumbat, dan di antara kami dan engkau ada dinding, karena itu lakukanlah (sesuai kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)." (Fussilat/41: 5)
Dalam ayat lain:
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur'an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. (Fussilat/41: 44)
Pada akhir ayat ini, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya menyampaikan kabar gembira kepada mereka bahwa mereka akan memperoleh azab yang pedih di neraka nanti. Dalam ayat ini disebutkan bahwa memberitakan adanya azab yang pedih merupakan suatu berita gembira, bukan suatu berita duka. Ungkapan ini sengaja dibuat demikian untuk membalas sikap mereka yang memperolok-olokkan ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan kepadanya dan untuk menunjukkan bahwa sikap mereka itu merupakan sikap yang sudah melampaui batas. Karena itu, yang dimaksud dengan kabar gembira di sini ialah lawan daripada kabar gembira itu, yaitu kabar sedih sebagai penghinaan kepada mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-JAATSIYAH
(YANG BERLUTUT)
SURAH KE-45
37 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-37)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih,
Ayat 1
“HaaMiim"
Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu arti dan maknanya.
Ayat 2
“Penurunan Kitab itu adalah dari Allah Yang Makagagah, Mahabijaksana"
Ayat 3
“Sesungguhnya pada semua langit dan bumi adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman."
Ayat 2 dan 3 ini memberi ingat kita bahwa di hadapan kita terkembang dua kitab. Pertama kitab Al-Qur'an dan kedua kitab alam. Keduanya sama penuh dengan ayat-ayat, yaitu tanda-tanda dari ada-Nya dan kekuasaan-Nya. Keduanya wajiblah menjadi perhatian bagi orang-orang yang beriman. Sebab keduanya berjalin berkelindan. Al-Qur'an selalu menyuruh melihat alam dengan penuh perhatian. Dengan memerhatikan alam akan bertambah iman kepada kebesaran Allah. Dan bertambah lama diperhatikan kita pun bertambah yakin akan kebenaran Al-Qur'an. Sebab itu maka di antara Al-Qur'an dan alam, dan di antara alam dan Al-Qur'an adalah isi-mengisi. Oleh sebab itu pula sebabnya kalau anak-anak yang sedang dididik belajar ilmu pengetahuan alam diajarkan pula Al-Qur'an dan artinya, terutama ayat-ayat yang menyuruh memerhatikan alam itu. Sehingga setapak demi setapak dia maju ke padang ilmu, setapak demi setapak pula jiwanya berisi iman. Dan imannya itu pun bertumbuh, tidak membuta tuli karena kemajuan ilmunya. Dan dengan ayat-ayat seperti ini kita pun yakin bahwa ilmu yang kita tuntut adalah mempertebal iman dan iman yang kamil menyuruh bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Tetaplah apa yang pernah dikatakan oleh Einstein,"Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh."
Sesudah menyuruh memerhatikan tanda kebesaran Allah pada kejadian langit dan bumi, disuruh pula memerhatikan kejadian diri sendiri dan kejadian binatang-binatang yang melata di bumi.
Ayat 4
“Dan pada kejadian kamu dan apa yang ditebarkan-Nya daripada binatang adatah tanda-tanda bagi kaum yang yakin."
Alangkah luas ayat ini kalau dikembangkan dan direntangkan. Pertama ialah soal kejadian kamu, soal kejadian manusia. Atau soal kemanusiaan. Kedua soal kejadian segala daabbatin, yaitu sekalian yang melata, merayap, merangkak, dan menjalar di atas bumi ini. Coba perhatikan ayat 3 di atas, yaitu memerhatikan langit dan bumi, dengan ayat 4, memerhatikan manusia. Bukankah ini meminta tinjauan filsafat yang mendalam? Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan,"Dirimu ini hanyalah kecil saja. Tetapi dalam diri yang kecil itu, engkau dapat melihat alam yang besar." Atau kata Socrates,"Alam adalah manusia besar dan manusia adalah alam kecil."
Ayat ini menyuruh kita memerhatikan kejadian diri kita sendiri. Kalau yang menjadi sebab turun ayat ialah musyrikin Quraisy yang ada di Mekah, namun anjurannya ialah buat seluruh manusia. Beruntunglah kita menjadi umat Muhammad ﷺ sehingga kita pun kena oleh ayat ini. Sebab soal-soal kejadian manusia, lahirnya dan matinya, jasmaninya dan ruharinya, ilmu tubuhnya dan ilmu jiwanya, adalah soal yang tidak akan habis-habisnya selama manusia masih merupakan makhluk terpenting di dalam bumi ini.
Ayat 5
“Dan pergantian siang dan malam dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit daripada rezeki, lalu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya dan perkisaran-perkisaran angin, semuanya itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berakal."
Di dalam ayat ini jelas sekali betapa agungnya akal manusia. Tinggilah masalah yang hendak dipecahkan rahasianya, oleh manusia dengan akalnya; soal pergantian siang dan malam. Soal hujan yang membawa rezeki, soal hidup dan matinya bumi, artinya soal ketandusan dan kesuburan, bergantung kepada hujan atau air, soal perkisaran-perkisaran angin atau perubahan-perubahan cuaca. Alangkah besar-besarnya dan alangkah tinggi-tingginya soal itu. Dan untuk mengetahui dan memecahkan soal-soal itu adalah tugas akal. Untuk suatu maksud yang tinggi pula, yaitu mengenal Allah, Oleh sebab itu, kalau akal hanya semata-mata digunakan untuk mencari makan, sangatlah banyaknya waktu dibuang-buang. Kekuatan akal yang laksana raksasa itu telah dipergunakan semata-mata untuk urusan yang kecil. Laksana menembak seekor nyamuk dengan meriam. Padahal binatang-binatang pun mencari makan hanya dengan naluri saja, sekelumit kecil, sekulitan daripada akal.
Ayat 6
“Demikian itulah tanda-tanda Allah, kami bacakan dia kepada engkau dengan beriman. Maka kepada perkataan manakah lagi sesudah Allah dan tanda-tanda-Nya itu, kamu hendak percayai?"
Artinya adalah kata lain lagi yang lebih jelas dari itu? Atau adakah lagi pada kiramu tuhan lain yang menyamai itu? Adakah berhala-berhala yang kamu sembah itu berkuasa seperti itu? Cobalah gunakan akalmu, niscaya akal itu akan menjawab, “Tidak ada."
Kemudian dilanjutkanlah ancaman kepada orang-orang yang masih saja mengingkari ayat-ayat Allah itu.
Ayat 7
“Kecelakaanlah bagi tiap-tiap pendusta yang banyak dosa."
Bagaimana cara pendusta dan yang banyak dosanya?
Ayat 8
“Dia mendengankan firman Allah yang dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombong, seakan-akan tidak didengarnya, Maka ancamlah dia dengan siksa yang pedih."
Itulah dia pendusta dan lantaran itu dia banyak dosa. Karena dusta itu bukanlah semata-mata mengiyakan yang tidak, atau menidakkan yang ia dengan mulut. Bahkan juga dengan perbuatan, sikap, dan tingkah laku. Dalam ayat ini diperlihatkan dua kedustaan dengan sikap. Pertama, menyombongkan diri. Kedua, seakan-akan tidak mendengar. Menyombong, mustakbir, artinya ialah membesar-besarkan diri. Memperlihatkan diri tidak menurut keadaannya yang sebenarnya. Dalam ilmu jiwa disebut superiority complex menyombong. Karena di dalam hati kecil terasa bahwa diri memang kecil atau kosong lalu ditutup-tutupi dengan sikap sombong. Berlagak segala tahu karena memang tidak tahu dan tidak tahu bahwa orang lain tahu. Maka kedustaan yang pertama ini menimbulkan kedustaan yang kedua. Yaitu berlagak seakan-akan tidak mendengar, mencobalah dia menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, yaitu bahwa dia ada mendengar. Ini namanya kedustaan ganda. Inilah yang menimbulkan banyak dosa. Sebab apabila suatu kedustaan telah dimulai, padahal itu sudah satu dosa, dia mesti dipertahankan dengan lain-lain kebohongan sehingga seluruh kehidupan adalah dusta terus-menerus.
Ayat 9
“Dan apabila dia mengetahui dari firman-firman Kami agak sedikit, dijadikannya olok-olok"
Dia tidak mengetahui segala keseluruhan dengan maksud yang baik. Tetapi diambilnya di sana sedikit di sini sedikit dengan maksud yang jahat atau dipotong-potongnya. Sehingga ada orang mengambil alasan dari Al-Qur'an untuk perbuatannya yang jahat. Misalnya, ada seorang dengan sengaja meninggalkan shalat, bahwa dalam Al-Qur'an ada ayat,
“Celakalah orang yang shalat." (al-Maa'uun: 4)
Sengaja ditinggalkannya ayat-ayat yang sebelumnya dan sesudahnya, untuk olok-olok. Atau misal yang lain; seorang yang mabuk meminum minuman keras disuruh shalat. Lalu dijawabnya bahwa dia dilarang shalat, sebab dia mabuk.
“Jangan kamu dekati shalat sedang kamu mabuk." (an-Nisaa': 43)
Dan misal yang lain banyak lagi. Misalnya orang yang mengambil ayat-ayat Al-Qur'an untuk alat ilmu menganiaya orang lain, dengan maksud yang salah. Kalau hendak memukul orang dengan tinju, sehingga mati, baca saja ayat,
“Maka ditinju dia oleh Musa maka matilah dia." (al-Qashash: 15)
Dan kalau orang datang menagih piutang, baca saja ayat,
“Tuli, bisu, buta maka mereka tidak akan kembali." (al-Baqarah: 18)
Itulah beberapa misal kita kemukakan dari perbuatan orang-orang kafir pendusta dan berdosa besar, yang sebab turun ayat, ialah kafir Quraisy tetapi sekarang dilakukan kembali, yaitu penyalahgunaan maksud Al-Qur'an oleh orang-orang yang menamakan dirinya Islam.
Pada ujung ayat 9 ini ditegaskan,
“Untuk mereka adalah adzab yang menghinakan
Ayat 10
“Di hadapan mereka ada Jahannam dan tidak menolong bagi mereka apa pun yang mereka usahakan dan tidak pula apa yang mereka ambil selain Allah menjadi pelindung. Dan bagi mereka adab yang besar."
Inilah ancaman buat orang-orang yang demikian. Sebab kesalahan mereka sudah berlipat ganda. Benar-benar tepat bunyi ayat 7 tadi,"Yang banyak dosa." Sombong, seakan-akan tidak mendengar, mempelajari sedikit ayat Allah karena maksud memperolok-oiok. Dan dari itu beranak bercucu lagi dengan dosa-dosa lain. Karena dasar memang sudah salah maka Jahannamlah tempatnya. Segala usaha untuk membela diri sudah percuma. Dan berhala-berhala atau yang lain, yang dipuja selain Allah pun tidak dapat melindungi.
Ayat 11
“Inilah dia satu petunjuk."
Inilah dia Al-Qur'an. Turunnya AL-Qur'an ini adalah rahmat bagimu. Dia adalah petunjuk bagimu menempuh jalan hidup. Selamatlah kamu dunia dan akhirat apabila kamu pegang dia baik-baik. Dan gelaplah perjalananmu kalau dia tidak engkau terima dengan baik.
“Dan orang-orang yang tidak mau menerima firman-firman Tuhan mereka, bagi mereka adalah adzab dari siksaan yang pedih."
Sesudah ancaman demikian, Allah berfirman lagi memperingatkan hubungan manusia dengan alam kelilingnya, untuk mengingatkan lagi betapa kasih mesra Allah kepada anak Adam Ini, sehingga kalau dia ada berperasaan, tidak selayaknyalah dia buat mendurhakai Allah.
Ayat 12
“Allah yang telah menyediakan laut untuk kamu supaya berlayar kapal padanya dengan kehendak-Nya. Dan supaya kamu mengusahakan sebagian dari karunia-Nya dan supaya kamu berisyukur."
Bacalah ayat ini dengan tenang dan resapkanlah maknanya dengan penuh perasaan. Seakan-akan ada lagi kata-kata Allah yang lebih meresap di dalamnya,"Aku sayang dan cinta kepadamu, hai hamba-Ku, betapa kamu akan membangkang juga dari peraturan-Ku, Inilah lautan luas, Aku sediakan buat kamu, berlayarlah di atasnya. Sediakanlah kapal-kapal untuk alat perhubunganmu. Aku pun tidak senang kalau kamu hanya terkurung dan terbatas di kampung halamanmu yang sempit. Padahal di seberang lautan sana, sama-sama keturunan Adam, yang dalam beribu-ribu tahun telah terpencar-pencar dibawa nasib. Rezekimu pun ada di seberang sana. Tidak akan engkau dapati kalau tidak engkau usahakan. Karena Aku telah menakdirkan, ada di sana yang tidak ada di sini dan ada di sini yang tidak ada di sana. Maka apabila perhubunganmu telah luas, pandanganmu telah banyak, niscaya engkau akan bertambah merasa betapa kasih sayang-Ku kepadamu, sehingga kasih sayang kita tidak bagai lading tajam sebelah. Kamu akan bersyukur, berterima kasih kepada-Ku.
Syukur dan terima kasih atas nikmat yang diterima, baik nikmat bertambahnya pengalaman dan ilmu karena melihat negeri orang dan mengenal aneka ragam manusia, atau nikmat rezeki harta berida yang Aku limpahkan, semuanya itu adalah tanda telah timbulnya iman dalam hatimu. Dan Aku Tuhanmu, gembira atas kemajuan jiwamu itu."
Ayat 13
“Dan disediakan-Nya untuk kamu apa yang di semua langit dan apa yang di bumi, semua daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian, menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau memikirkan,"
Ayat ini pun lebih mengharukan lagi, disediakan untuk kamu apa yang ada di semua tingkat langit, baik langit yang sekadar terjangkau oleh mata manusia, dengan awan meganya, kabut embunnya, matahari bulannya, semua untuk kamu hai manusia! Atau langit dalam artinya yang gaib-gaib, dengan malaikat-malaikatnya; ke langit situ Nabi Muhammad ﷺ telah mi'raj. Ke langit situ ruh kita didaftarkan setelah kita mati dan akan ditutup pintu langit itu bagi ruh yang penuh kejahatan.
Di bumi pun demikian pula. Semua disediakan untuk manusia. Semua yang ada di sekitar kita ini adalah disediakan dan dimudahkan untuk manusia. Segala warna dapat dirikmatinya dengan matanya. Segala bunyi dapat diresapkan dengan telinganya. Tumbuh-tumbuhan, sejak pohon-pohonan sampai tanam-tanaman, sampai buah-buahan dan sayur-sayuran; semuanya untuk manusia. Demikian juga binatang ternak dan binatang liar, ikan di air asin dan air tawar, emas dan perak dari tambang, minyak tanah dari bumi, batu permata dari gunung. Allahu Akbar! Semuanya disediakan untuk manusia."Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan."
Memang, setelah diketahui bahwa semuanya itu adalah disediakan untuk manusia, akan timbullah dalam pikiran kita satu pertanyaan,"Kalau semuanya itu disediakan untuk manusia, niscaya manusia itu makhluk yang amat penting dalam alam. Dan kalau semuanya itu ditugaskan untuk manusia niscaya timbul pula pertanyaan,"Aku sendiri, sebagai manusia, apakah tugasku dalam alam ini?"