Ayat
Terjemahan Per Kata
فَمَآ
maka tidak ada
ءَامَنَ
yang beriman
لِمُوسَىٰٓ
kepada Musa
إِلَّا
kecuali
ذُرِّيَّةٞ
anak cucu
مِّن
dari
قَوۡمِهِۦ
kaumnya
عَلَىٰ
atas
خَوۡفٖ
rasa takut
مِّن
dari
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
وَمَلَإِيْهِمۡ
dan pemuka-pemuka mereka
أَن
akan
يَفۡتِنَهُمۡۚ
memfitnah/menyiksa mereka
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
لَعَالٖ
berbuat sewenang-wenang
فِي
di(muka)
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
وَإِنَّهُۥ
dan sesungguhnya dia
لَمِنَ
sungguh dari/termasuk
ٱلۡمُسۡرِفِينَ
orang-orang yang melampaui batas
فَمَآ
maka tidak ada
ءَامَنَ
yang beriman
لِمُوسَىٰٓ
kepada Musa
إِلَّا
kecuali
ذُرِّيَّةٞ
anak cucu
مِّن
dari
قَوۡمِهِۦ
kaumnya
عَلَىٰ
atas
خَوۡفٖ
rasa takut
مِّن
dari
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
وَمَلَإِيْهِمۡ
dan pemuka-pemuka mereka
أَن
akan
يَفۡتِنَهُمۡۚ
memfitnah/menyiksa mereka
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
فِرۡعَوۡنَ
Fir'aun
لَعَالٖ
berbuat sewenang-wenang
فِي
di(muka)
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
وَإِنَّهُۥ
dan sesungguhnya dia
لَمِنَ
sungguh dari/termasuk
ٱلۡمُسۡرِفِينَ
orang-orang yang melampaui batas
Terjemahan
Tidak ada yang beriman kepada Musa selain keturunan dari kaumnya disertai ketakutan kepada Fir‘aun dan para pemuka kaumnya yang akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir‘aun benar-benar sewenang-wenang di bumi. Sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang-orang yang melampaui batas.
Tafsir
(Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda) segolongan orang (dari) anak-anak (kaumnya) kaumnya Firaun (dalam keadaan takut bahwa Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka.) dalam upayanya untuk memalingkan mereka dari agama Nabi Musa melalui siksaan (Sesungguhnya Firaun itu berbuat sewenang-wenang) berlaku sombong (di muka bumi.) negeri Mesir (Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas) dia sudah sangat keterlaluan karena mengaku menjadi tuhan.
Tafsir Surat Yunus: 83
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Fir'aun) dalam keadaan takut bahwa Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.
Allah ﷻ menceritakan bahwa tidak ada yang beriman kepada Musa a.s. sekalipun ia datang dengan membawa ayat-ayat yang jelas, hujah-hujah yang pasti, dan bukti-bukti yang jelas melainkan hanya segolongan kecil dari kalangan kaum Fir'aun, yaitu terdiri atas para pemuda. Itu pun dengan dicekam oleh rasa takut dan khawatir terhadap pemuka-pemuka kaum Fir'aun, bila mereka mengembalikannya ke dalam kekufuran yang semula. Karena Fir'aun, laknatullah, adalah orang yang angkara murka, pengingkar kebenaran, dan melampaui batas dalam kecongkakan dan keingkarannya. Dia adalah orang yang sangat kejam sehingga rakyatnya sangat takut kepadanya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Fir'aun) dalam keadaan takut bahwa Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka.” (Yunus: 83) Menurutnya, para pemuda yang beriman kepada Musa adalah dari kalangan selain Bani Israil, yaitu dari kalangan kaumnya Fir'aun; jumlah mereka sedikit. Antara lain ialah istri Fir'aun sendiri, orang-orang yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun, dan bendahara Fir'aun beserta istrinya.
Ali bin Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kalangan kaumnya (Fir'aun).” (Yunus: 83) Yakni dari kalangan Bani Israil.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa makna zurriyyah ialah sejumlah kecil.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Kecuali pemuda-pemuda dari kalangan kaumnya.” (Yunus: 83) Bahwa mereka adalah anak-anak dari orang-orang yang Musa diutus kepada mereka sejak semula, sedangkan bapak-bapak mereka telah meninggal dunia.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan pengertian zurriyyah ini, yaitu bahwa mereka adalah dari kalangan kaum Bani Israil, bukan dari kalangan kaum Fir'aun, mengingat kembalinya damir adalah kepada lafaz yang paling dekat dengannya. Pendapat ini masih perlu dipertimbangkan lagi kebenarannya. Menurutnya, yang dimaksud dengan istilah zurriyyah adalah para pemuda, dan bahwa mereka adalah dari kalangan Bani Israil; mengingat hal yang telah dimaklumi menyatakan bahwa kaum Bani Israil seluruhnya telah beriman kepada Musa a.s. dan mereka selalu menanti-nanti kedatangannya.
Sebelum itu mereka telah mengenal ciri dan sifatnya serta berita gembira akan kedatangannya melalui kitab-kitab terdahulu. Dikatakan pula bahwa Allah kelak akan menyelamatkan mereka dari penindasan Fir'aun, dan Allah akan memenangkan mereka atas Fir'aun. Karena itulah setelah berita itu sampai kepada Fir'aun, maka Fir'aun bersikap sangat waspada, tetapi ia tidak mempunyai jalan untuk menemukannya.
Setelah Musa datang, barulah Fir'aun menindas kaum Bani Israil dengan penindasan yang keras. Disebutkan oleh firman Allah ﷻ: “Kaum Musa berkata, ‘Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kedatanganmu kepada kami dan sesudah kamu datang.’ Musa menjawab, ‘Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian dan menjadikan kalian khalifah di bumi-(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana kalian berbuat’.” (Al-A'raf: 129) Apabila telah terbukti hal ini, maka bagaimana mungkin bila makna yang dimaksud dari lafaz zuriyyah diartikan para pemuda dari kalangan kaum Musa, sedangkan mereka adalah kaum Bani Israil?
Firman Allah ﷻ: “Dalam keadaan takut bahwa Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya.” (Yunus: 83)
Maksudnya, orang-orang yang terkemuka dari kalangan kaum mereka akan menyiksa mereka, yakni pemuka-pemuka kaum Fir'aun.
Di kalangan kaum Bani Israil sendiri tidak terdapat seorang pun yang dikhawatirkan akan terfitnah dari keimanannya selain Qarun. Sesungguhnya dia berasal dari kaum Musa, tetapi ia berbuat zalim
terhadap kaumnya, memihak kepada Fir'aun, dan bersahabat dengannya. Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa damir pada lafaz wamala-ihim kembali kepada Fir'aun dan para pembesar kerajaannya yang mengikutinya.
Atau ada yang tidak disebutkan, yaitu lafaz aji; lalu kedudukannya diganti oleh mudaf ilaih. Tetapi pendapat ini jauh dari kebenaran, sekalipun Ibnu Jarir meriwayatkannya dari sebagian ahli Nahwu. Dalil lainnya yang menunjukkan bahwa di kalangan Bani Israil tidak terdapat seorang pun kecuali beriman kepada Musa ialah firman Allah ﷻ berikutnya.
Meskipun telah terbukti bahwa yang dibawa Nabi Musa adalah mukjizat dan yang didatangkan oleh Firaun adalah sihir, tetapi hati Firaun dan mayoritas kaumnya telah tertutup dari hidayah iman, maka tidak ada yang beriman kepada Musa, selain sebagian keturunan dari kaumnya, yakni kaum Nabi Musa yang dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan para pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Dan sungguh, Fir'aun itu benar-benar telah berbuat sewenang-wenang di bumi, yakni di Mesir dengan menindas Bani Israil, dan benar-benar termasuk orang yang melampaui batas dalam melakukan kezaliman serta sangat sombong. Karena pengikutnya Nabi Musa hidup dalam suasana ketakutan, maka untuk menentramkan mereka, Nabi Musa berkata, Wahai kaumku! Apabila kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya, yakni berserah diri setelah berusaha secara maksimal, jika kamu benarbenar orang Muslim, yakni berserah diri, maka Allah akan memberikan kedamaian dan ketenangan.
Dalam ayat ini Allah menerangkan keadaan Musa dengan kaumnya sebelum mereka meninggalkan Mesir. Kegagalan Firaun bersama pemuka-pemuka kaumnya dan tukang-tukang sihir itu mendorong Firaun melakukan perbuatan yang lebih kejam lagi. Dia merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Musa dan orang-orang Bani Israil. Rencana ini menimbulkan rasa ketakutan di kalangan Bani Israil. Oleh karena itu, tidak banyak di antara mereka yang beriman kepada Nabi Musa. Mereka yang beriman itu umumnya para pemuda. Kaum Nabi Musa merasa takut kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya yang selalu berusaha menyiksa mereka dan memaksa mereka murtad dari agama Musa a.s. Firaun zaman Musa a.s., termasuk raja yang sangat kejam dalam sejarah Mesir. Karena itu dia amat ditakuti oleh rakyatnya. Dia banyak menumpahkan darah manusia dan dia pula yang menganggap dirinya sebagai Tuhan. Bani Israil dijadikan budak di bumi Mesir.
Firman Allah menjelaskan kekejaman Firaun:
Dan para pemuka dari kaum Firaun berkata, "Apakah engkau akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk berbuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?" (Firaun) menjawab, "Akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka." (al-Araf/7: 127)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 83
“Maka tidaklah ada yang beriman kepada Musa kecuali anak-cucu dari kaumnya."
Anak-cucu dari suatu kaum ialah anak-anak mudanya. Pangkal ayat ini menjelaskan bagi kita sebab-sebabnya maka hanya golongan muda yang menyatakan iman kepada Musa dan orang-orang tuanya tidak banyak yang terang-terang menyatakan iman, ialah “Karena takut dari Fir'aun dan orang besar-besar mereka, bahwa akan mereka fitnahi." Rupanya, sejak kekalahan ahli-ahli sihir itu dalam satu pertemuan umum yang dihadiri oleh beribu-ribu orang, menyebabkan Fir'aun bertambah takut bahwa pengaruh Musa akan bertambah besar. Di dalam surah al-Mu'min ayat 26; Allah menjelaskan bahwa karena takut akan bertambah besarnya pengaruh Musa, Fir'aun bermaksud hendak membunuhnya. Karena kalau dia masih hidup, akhir kelaknya agama rakyatnya akan ditukar Musa, dan akan kacaulah susunan kerajaan. Sebab dengan demikian Fir'aun tidak akan diakui lagi sebagai Allah. Yang menghalang-halangi maksud Fir'aun yang jahat itu adalah seorang keluarga istana sendiri yang telah beriman diam-diam, seperti tersebut di dalam ayat 27 surah al-Mu'min itu. Tetapi, sungguh pun Musa tidak jadi dibunuh, peraturan di dalam negeri bertambah keras, dan pengawasan kepada orang-orang yang tertarik kepada Musa diperhebat. Bahkan dalam kalangan pemuka-pemuka Bani Israil sendiri ditanam mata-mata atau pengambil muka yang akan melaporkan kepada istana dan memfitnahkan anak buah mereka sendiri. Lantaran itu maka orang-orang tua atau yang telah sarat rumah tangganya atau yang kehidupannya bergantung kepada belas kasihan Fir'aun, tidak mau mengaku iman kepada Musa, Yang menyatakan iman, kalangan muda dan anak-anak cucu."Dan sesungguhnya Fir'aun itu amat berkuasa di bumi." Kekuasaan yang dipunyainya sudah tidak terbatas lagi. Dia dapat memenjarakan, menyiksa, membunuh, membuang, memotongi tangan dan kaki. Mata-matanya banyak sehingga dari kalangan ketua-ketua Bani lsrail sendiri pun ada mata-mata, yang di dalam ayat disebut: “Dan orang besar-besar mereka,"yaitu mereka Bani lsrail. Benar-benar Bani lsrail sudah hilang kemerdekaan, sehingga hendak bercakap pun mesti hati-hati seperti apa yang di zaman penjajahan dinamai penjilat sudah berkeliaran di mana-mana:
“Dan sesungguhnya dia adalah …orang-orang yang melampaui Batas."
Artinya, kekuasaan yang sudah terlampau tinggi itu, yang telah terkumpul semuanya ke tangan orang seorang, dipertahankan dengan segala macam cara dan jalan, sehingga sudah sangat musrif, sudah melampaui segala kepu-tusan, tidak lagi berperikemanusiaan. Itulah sebabnya maka orang merasa takut buat menyatakan iman kepada Nabi Musa.
Ayat 84
“Dan berkata Musa: Wahai kaumku! Jika memang kamu telah beriman kepada Allah, maka kepada-Nyalah hendaknya kamu bertawakal, jika memang kamu telah menyerah diri."
Inilah peringatan Nabi Musa kepada orang-orang yang telah mengakui beriman, yang masih takut-takut melihat besarnya fitnah dan bencana yang mengancam mereka. Beliau memberi peringatan bahwasanya mengakui beriman saja belumlah cukup. Seorang yang telah Mukmin, tentulah Muslim. Muslim artinya menyerah diri. Kalau telah mengakui beriman kepada Allah, niscaya dia telah menyerah diri kepada Allah. Sebab iman adalah kepercayaan hati dan islam adalah pelaksanaan perbuatan. Dan kalau iman dan Islam telah ada, niscaya orang yang beriman dan Islam itu bertawakal kepada Allah.
Ketiganya itu, iman. Islam dan tawakal adalah tali berpilin tiga, muncul satu timbul yang lain. Akan sehingga mana benarkah kekuasaan Fir'aun yang ditakuti itu? Padahal kekuasaan Fir'aun tidak ada artinya di hadapan kekuasaan Allah.
Iman, Islam dan tawakal ini jugalah alat Nabi Nuh di dalam menghadapi bahaya yang diancamkan oleh kaumnya, sebagai tersebut pada ayat 71 dan 72 di atas tadi. Tawakal bu-kanlah berarti berdiam diri saja menunggu nasib, dengan tidak melakukan ikhtiar. Tawakal menyebabkan jiwa jadi kuat. Dan kalau jiwa telah kuat, akal dan pikiran pun terbuka buat menghadapi dan mengatasi kesulitan. Sedang kegelisahan dan kecemasan adalah menutup akal.
Mendengar nasihat Nabi Musa yang demikian, hilanglah kegelisahan orang-orang yang telah beriman itu.
Ayat 85
“Maka berkatalah mereka: Kepada Allah-lah kami bertawakal."
Nasihat nabi mereka telah mereka pegang erat, telah mereka genggam teguh, mereka telah bertawakal. Mereka telah menyerahkan diri kepada Allah, meneguhkan kepercayaan kepada Allah, bahwa Allah tidak akan mengecewakan mereka. Bila tawakal telah jadi pen-dirian jiwa, orang tidak cemas dan takut lagi menghadapi segala kemungkinan. Fir'aun ti-dak akan dapat mengawasi hati manusia. Bertawakal menghilangkan rasa takut akan mati. Fir'aun menyangka, kalau orang telah diancam berbagai ancaman dan tekanan, mereka akan mundur, atau patah semangat, sebab mereka takut mati, padahal ahli-ahli sihirnya sendiri telah menunjukkan di muka orang banyak bahwa mereka bersedia menerima kematian, daripada menyerah dan mengubah keyakinan yang telah mereka dapat dengan melihat sihir mereka telah dikalahkan oleh tongkat Musa. Maka di dalam pangkal doa mereka, sesudah mereka benar-benar bertawakal kepada Allah, mereka memohon lagi,
“Ya Allah kami! Janganlah Engkau jadikan kami fitnah bagi kaum yang zalim."
(ujung ayal 85)
Apakah yang akan dijadikan bahan fitnah oleh orang-orang yang zalim itu? Ialah jika mereka kelihatan lemah, penakut, hina dan berjiwa kecil. Kalau kelihatan demikian, nis-caya pihak orang yang zalim akan memfitnah lagi, mengatakan mereka telah lemah. Kalau mereka miskin, melarat, janganlah sampai hendaknya mereka mengemis meminta tolong kepada orang-orang yang zalim itu. Sebab dengan demikian, keadaan mereka itu akan dijadikan fitnah lagi terhadap orang lain yang ragu-ragu. Untuk meresapkan doa mereka ini, ingatlah bahwa seketika Nabi Muhammad ﷺ mengerjakan Umratul Qadha pada tahun ketujuh Hijriyah, beliau telah memerintahkan kepada para Muslimin yang telah mengikut beliau naik umrah supaya berjalan ke tengah, bertali di kala thawaf atau di kala sa'i supaya orang Quraisyyang mengintip dari jauh jangan menyangka bahwa kaum Muslimin itu lemah. Walaupun mereka miskin, melarat, tertindas, janganlah sampai kejatuhan air muka di hadapan musuh. Sebab pendirian tauhid adalah pendirian yang benar. Dan kemegahan Fir'aun dan mala'ihi yang tengah berkuasa itu pasti tumbang.
Kemudian doa itu diiringi lagi,
Ayat 86
“Dan lepaskanlah kami dengan rahmat Engkau, dari kaum yang kafir."
Ayat doa terakhir ini menunjukkan, tawakal sekali-kali tidak menghilangkan peng-harapan. Sesudah bertawakal ialah berikhtiar. Ikhtiar pertama ialah menjaga diri dan golongan Mukmin jangan sampai jadi fitnah orang-orang yang zalim, bahkan teguh pen-dirian, gagah di dalam menghadapi suka dan duka, dan tfdak menjual pendirian. Dan di
samping itu senantiasa mengharap agar rahmat Allah datang kiranya, sehingga terlepas dari penindasan orang-orang yang kafir ini.
Inilah bimbingan yang telah diberikan Musa kepada kaumnya Bani Israil yang tentu saja dalam permulaan perjuangan itu jumlah pengikut baru sedikit, dan hanya terdiri dari kalangan pemuda, anak-anak cucu. Sebab yang tua-tua takut akan ancaman Fir'aun, dan ancaman yang lebih berbahaya lagi, yaitu pengambil-pengambil muka dari kalangan Bani Israil sendiri, kaki tangan inilah yang lebih berbahaya. Sebab memang, penguasa-penguasa tidak berbatas itu selalu menanam pengambil-pengambil muka dan kaki-tangan, mata-mata, buat mengintip dan melaporkan gerak-gerik dari rakyat yang ditindas.
Tetapi ada satu hal pula yang Fir'aun tidak dapat membendungnya. Yaitu bahwa ke dalam istana sendiri telah menyelinap pengaruh Musa. Dalam istana telah ada orang yang menyembunyikan imannya, yang membela Musa ketika Fir'aun hendak membunuhnya. Surah 40 yang bernama surah al-Mu'min itu, yang berarti “Seorang yang beriman" adalah memperingati orang penting itu dan mengisahkan perjuangannya membela Musa dalam istana. (Akan kita temui kelak tafsirnya di dalam Juz 24. In syaa Allah). Ini pun salah satu anugerah rahmat Allah kepada Musa dan kaumnya, mengabulkan permohonan mereka di dalam ujung doa ini. Mukmin keluarga Fir'aun inilah yang bercakap panjang lebar membela Musa di istana.