Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذۡ
dan ketika
أَخَذۡنَا
Kami mengambil
مِيثَٰقَ
janji
بَنِيٓ
Bani
إِسۡرَٰٓءِيلَ
Israil
لَا
tidak
تَعۡبُدُونَ
kamu menyembah
إِلَّا
selain
ٱللَّهَ
Allah
وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ
dan kepada orang tua
إِحۡسَانٗا
(berbuat) kebaikan
وَذِي
dan kaum
ٱلۡقُرۡبَىٰ
kerabat
وَٱلۡيَتَٰمَىٰ
dan anak yatim
وَٱلۡمَسَٰكِينِ
dan orang-orang miskin
وَقُولُواْ
dan katakanlah
لِلنَّاسِ
kepada manusia
حُسۡنٗا
baik
وَأَقِيمُواْ
dan dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
وَءَاتُواْ
dan tunaikan
ٱلزَّكَوٰةَ
zakat
ثُمَّ
kemudian
تَوَلَّيۡتُمۡ
kamu berpaling
إِلَّا
kecuali
قَلِيلٗا
sedikit
مِّنكُمۡ
daripadamu
وَأَنتُم
dan kalian
مُّعۡرِضُونَ
orang-orang yang berpaling
وَإِذۡ
dan ketika
أَخَذۡنَا
Kami mengambil
مِيثَٰقَ
janji
بَنِيٓ
Bani
إِسۡرَٰٓءِيلَ
Israil
لَا
tidak
تَعۡبُدُونَ
kamu menyembah
إِلَّا
selain
ٱللَّهَ
Allah
وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ
dan kepada orang tua
إِحۡسَانٗا
(berbuat) kebaikan
وَذِي
dan kaum
ٱلۡقُرۡبَىٰ
kerabat
وَٱلۡيَتَٰمَىٰ
dan anak yatim
وَٱلۡمَسَٰكِينِ
dan orang-orang miskin
وَقُولُواْ
dan katakanlah
لِلنَّاسِ
kepada manusia
حُسۡنٗا
baik
وَأَقِيمُواْ
dan dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
وَءَاتُواْ
dan tunaikan
ٱلزَّكَوٰةَ
zakat
ثُمَّ
kemudian
تَوَلَّيۡتُمۡ
kamu berpaling
إِلَّا
kecuali
قَلِيلٗا
sedikit
مِّنكُمۡ
daripadamu
وَأَنتُم
dan kalian
مُّعۡرِضُونَ
orang-orang yang berpaling
Terjemahan
(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.
Tafsir
(Dan) ingatlah (ketika Kami mengambil ikrar dari Bani Israel) maksudnya dalam Taurat, dan Kami katakan, ("Janganlah kamu menyembah) ada yang membaca dengan 'ta' dan ada pula dengan 'ya', yaitu 'laa ya`buduuna', artinya mereka tidak akan menyembah (kecuali kepada Allah). Kalimat ini merupakan kalimat berita tetapi berarti larangan. Ada pula yang membaca 'laa ta`buduu', artinya 'janganlah kamu sembah!' (Dan) berbuat kebaikanlah! (kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya) maksudnya berbakti selain itu juga (kaum kerabat) athaf pada al-waalidain (anak-anak yatim dan orang-orang miskin serta ucapkanlah kepada manusia) kata-kata (yang baik) misalnya menyuruh pada yang baik dan melarang dari yang mungkar, berkata jujur mengenai diri Muhammad dan ramah tamah terhadap sesama manusia. Menurut suatu qiraat 'husna' dengan 'ha' baris di depan dan 'sin' sukun yang merupakan mashdar atau kata benda dan dipergunakan sebagai sifat dengan maksud untuk menyatakan 'teramat' artinya teramat baik. (Dan dirikanlah salat serta bayarkan zakat!) Sesungguhnya kamu telah memberikan ikrar tersebut. (Kemudian kamu tidak memenuhi) janji itu. Di sini tidak disebut-sebut orang ketiga, yaitu nenek moyang mereka (kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu juga berpaling.") seperti halnya nenek moyangmu.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 83
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): “Janganlah kalian menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin; serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat.” Kemudian kalian tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kalian, dan kalian selalu berpaling.
Ayat 83
Melalui ayat ini Allah mengingatkan kaum Bani Israil terhadap apa yang telah Dia perintahkan kepada mereka dan pengambilan janji oleh-Nya atas hal tersebut dari mereka, tetapi mereka berpaling dari semuanya itu dan menentang secara disengaja dan direncanakan, sedangkan mereka mengetahui dan mengingat hal tersebut.
Maka Allah ﷻ memerintahkan mereka agar menyembah-Nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hal yang sama diperintahkan pula kepada semua makhluk-Nya, dan untuk tujuan tersebutlah Allah menciptakan mereka. Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kalian, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu sekalian" (Al-Anbiya: 25). “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu'' (An-Nahl: 36). Hal ini merupakan hak yang paling tinggi dan paling besar, yaitu hak Allah ﷻ yang mengharuskan agar Dia semata yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya; setelah itu baru hak makhluk, dan yang paling dikuatkan untuk ditunaikan ialah hak kedua orang tua.
Karena itu, Allah ﷻselalu membarengi hak kedua orang tua dengan hak-Nya, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Kulah kalian kembali” (Luqman: 14). Allah ﷻ berfirman pula dalam ayat lainnya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (Al-Isra: 23) sampai dengan firman-Nya: “Dan berikanlah haknya kepada keluarga dekat (kerabat), orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” (Al-Isra: 26)
Di dalam kitab Shahihain disebutkan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud seperti berikut: Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling utama? Beliau menjawab, "Salat pada waktunya," Aku bertanya lagi, "Kemudian apa lagi!" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua ibu bapak." Aku bertanya, "Kemudian apa lagi!" Beliau menjawab, ''Jihad dijalan Allah."
Karena itulah maka di dalam sebuah hadis sahih disebutkan seperti berikut: "Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang harus didahulukan aku berbakti kepadanya? Beliau menjawab, "Ibumu." Lelaki itu bertanya, "Kemudian siapa lagi!" Beliau menjawab, "Ibumu." Lelaki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi!" Beliau menjawab, "Ayahmu, kemudian orang yang paling dekat kekerabatannya denganmu, lalu orang yang dekat kekerabatannya denganmu."
Firman Allah ﷻ: “Janganlah kalian menyembah selain Allah” (Al-Baqarah: 83). Menurut Imam Zamakhsyari kalimat ayat ini berbentuk khabar, tetapi bermakna talab; ungkapan seperti ini lebih kuat.
Menurut pendapat yang lain, bentuk asalnya adalah an la ta'budu illallah, seperti bacaan yang dilakukan oleh ulama Salaf, lalu huruf an dibuang hingga tidak kelihatan. Menurut suatu riwayat dari Ubay dan Ibnu Mas'ud, keduanya membaca ayat ini la ta'budu illallah (janganlah kalian menyembah selain Allah). Pengarahan ini dinukil oleh Imam Qurtubi di dalam kitab tafsirnya, dari Imam Sibawaih. Imam Sibawaih mengatakan bahwa bacaan inilah yang dipilih oleh Imam Kisai dan Imam Farra.
Al-yatama artinya anak-anak kecil yang tidak mempunyai orang tua yang menjarnin penghidupan mereka. Al-masakin ialah orang-orang yang tidak menjumpai apa yang mereka belanjakan buat diri mereka sendiri dan keluarganya. Dalam surat An-Nisa akan dibahas secara rinci mengenai golongan-golongan tersebut yang diperintahkan Allah dengan tegas agar kita menunaikannya, yaitu di dalam firman-Nya: “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak” (An-Nisa: 36) sampai akhir ayat.
Firman Allah ﷻ: “serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (Al-Baqarah: 83). Maksudnya, berkatalah kepada mereka dengan baik dan lemah lembut; termasuk dalam hal ini amar ma'ruf dan nahi munkar dengan cara yang makruf. Sebagaimana Hasan Al-Basri berkata sehubungan dengan ayat ini, bahwa perkataan yang baik ialah yang mengandung amar ma'ruf dan nahi munkar, serta mengandung kesabaran, pemaafan, dan pengampunan serta berkata baik kepada manusia; seperti yang telah dijelaskan oleh Allah ﷻ, yaitu semua akhlak baik yang diridai oleh Allah ﷻ.
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Kharraz, dari Abu Imran Al-Juni, dari Abdullah ibnus Samit, dari Abu Dzar, dari Nabi ﷺ yang bersabda: “Jangan sekali-kali kamu meremehkan suatu hal yang makruf (bajik) barang sedikit pun; apabila kamu tidak menemukannya, maka sambutlah saudaramu dengan wajah yang berseri.” Hadits yang sama diketengahkan pula oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, Imam At-Tirmidzi di dalam kitab sahihnya melalui hadis Abu Amir Al-Kharraz yang nama aslinya ialah Saleh ibnu Rustum.
Sangat sesuai sekali bila Allah memerintahkan kepada mereka untuk berkata baik kepada manusia setelah Dia memerintahkan mereka untuk berbuat baik kepada mereka melalui perbuatan. Dengan demikian, berarti dalam ayat ini tergabung dua sisi kebajikan, yaitu kebajikan perbuatan dan ucapan. Kemudian perintah untuk menyembah Allah dan berbuat baik kepada manusia ini dikuatkan lagi dengan perintah yang tertentu secara detail dari hal tersebut, yaitu perintah mendirikan salat dan menunaikan zakat.
Untuk itu Allah ﷻberfirman: “dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat” (Al-Baqarah: 83). Diceritakan pula bahwa ternyata mereka (Bani Israil) berpaling dari semua perintah itu; yakni mereka meninggalkan hal tersebut, membelakanginya, dan berpaling dengan sengaja sesudah mereka mengetahuinya, kecuali sedikit dari kalangan mereka yang mengerjakannya. Allah ﷻ telah memerintahkan pula umat ini dengan hal yang serupa di dalam surat An-Nisa, yaitu melalui firman-Nya: “Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan), dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (An-Nisa: 36).
Dengan demikian, berarti umat ini diberi kepercayaan oleh Allah ﷻ untuk mengerjakan perintah-perintah Allah yang tidak pernah dikerjakan oleh umat-umat sebelumnya. Segala puji dan anugerah hanyalah milik Allah belaka. Di antara nukilan yang gharib (aneh) sehubungan dengan hal ini ialah sebuah riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya; telah menceritakan kepada kami Abi (ayah Ibnu Abu Hatim), telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yusuf (yakni At-Tanisi), telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Sabih, dari Humaid ibnu Uqbah, dari Asad ibnu Wada'ah, disebutkan bahwa Asad ibnu Wada'ah bila keluar dari rumahnya tidak pernah berjumpa dengan seorang Yahudi atau Nasrani melainkan ia mengucapkan salam kepadanya. Ketika ditanyakan kepadanya, "Apakah gerangan yang mendorongmu hingga kamu mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan orang Nasrani?" Ia menjawab bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman: “serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (Al-Baqarah: 83). Perkataan yang baik itu menurutnya adalah ucapan salam.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula bahwa hal yang sama telah diriwayatkan dari ‘Atha’ Al-Khurrasani. Menurut kami, telah ditetapkan di dalam sunnah bahwa kita tidak boleh memulai mengucapkan salam penghormatan kepada mereka (orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani).
Ingatlah dan renungkanlah keadaan mereka ketika Kami, melalui rasul Kami, mengambil janji dari Bani Israil yaitu bahwa, Janganlah kamu menyembah sesuatu pun dan dalam bentuk apa pun selain Allah Yang Maha Esa, dan berbuat baiklah dalam kehidupan dunia ini kepada kedua orang tua dengan kebaikan yang sempurna, walaupun mereka kafir; demikian juga kepada kerabat, yaitu mereka yang mempunyai hubungan dengan kedua orang tua, serta kepada anak-anak yatim yakni mereka yang belum balig sedang ayahnya telah wafat, dan juga kepada orang-orang miskin, yaitu mereka yang membutuhkan uluran tangan. Dan bertuturkatalah yang baik kepa da manusia seluruhnya tanpa kecuali. Setelah memerintahkan hal-hal yang dapat memperkuat hubungan kekeluargaan dan hubungan sosial lainnya, Allah menyusulinya dengan sesuatu yang terpenting dalam hubungan dengan Allah, Laksanakanlah salat sebaik mungkin dan secara istikamah, dan tunaikanlah zakat dengan sempurna. Itulah perjanjian yang kamu mereka sepakati dengan Allah, wahai Bani Israil, tetapi kemudian kamu berpaling dengan meng ingkari janji itu, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu masih menjadi pembangkang. Betapa objektif Al-Qur'an dalam menilai manusia; salah satu buktinya tampak pada ayat ini. Di sini dinyatakan bahwa tidak semua individu Bani Israil mengingkari perjanjian, seperti diisyaratkan dengan kalimat kecuali sebagian kecil dari kamu. Ini menunjukkan bahwa dalam setiap periode kehidupan Bani Israil atau bangsa-bangsa lain selalu saja ada sekelom pok kecil yang tetap berjalan lurus dengan mengikuti suara hati nuraninya untuk selalu berbuat baik, seperti dapat kita baca pada Surah a'li Imr a'n/3: 113.
Bila ayat-ayat yang lalu berkaitan dengan hal-hal yang harus mereka kerjakan, maka ayat ini mengingatkan isi perjanjian menyangkut hal-hal yang harus mereka tinggalkan. Ayat ini memerintahkan lagi; dan ingatlah juga ketika Kami, melalui Nabi Musa, mengambil janji dari leluhur kamu, wahai Bani Israil, Janganlah kamu menumpahkan darahmu, yakni mem bunuh orang lain tanpa hak, dan jangan pula kamu mengusir dirimu, saudara sebangsa mu, dari kam pung halamanmu, apalagi kampung halaman mereka sendiri. Selanjutnya, mereka juga diingatkan, Kemudian kamu berikrar di depan umum akan memenuhinya, wahai yang mendengar ayat Al-Qur'an ini dan yang hidup pada masa Nabi Muhammad, dan bersaksi bahwa perjanjian itu memang pernah dilakukan oleh nenek moyang kalian. Ayat ini mengingatkan dan menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan antarmanusia. Isyarat ini diperoleh dari penggunaan kata darahmu, dirimu sendiri dan kampung hala manmu, padahal yang dimaksud adalah orang lain. Ini karena dalam pandang-an Allah seorang manusia pada hakikatnya merupakan saudara seketu runan manusia yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa jika seseorang berbuat buruk kepada orang lain maka pada hakikatnya ia berbuat buruk kepada diri sendiri, seperti dinyatakan dalam Surah al-a'ujura't/49: 11.
Allah mengingatkan Nabi Muhammad saw, ketika Dia menetapkan atas Bani Israil akan janji yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah. Allah melarang mereka beribadah kepada selain Allah, biarpun berupa manusia atau berhala dan lain-lain, karena hal itu berarti mempersekutukan Allah dengan benda-benda tersebut. Menyembah kepada selain Allah adakalanya dengan perbuatan-perbuatan yang lain yang berupa mengagungkan sesuatu yang disembah itu.
Agama Allah yang dibawa oleh para utusan-Nya semua menekankan untuk menyembah Allah yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, seperti firman Allah:
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun?. (an-Nisa'/4:36)
Janji dari Bani Israil ini diawali dengan janji memenuhi hak Allah, hak yang tertinggi dan terbesar yaitu hanya Dia semata-mata yang berhak disembah, tidak ada sesuatu pun yang disekutukan dengan Dia. Semua makhluk diperintahkan menyembah-Nya dan untuk tugas inilah sebenarnya mereka diciptakan.
Sesudah menyebutkan hak Allah, disusul dengan perintah berbuat kebajikan kepada orang tua, suatu amal kebajikan yang tertinggi. Karena melalui kedua orang tualah Allah menciptakan manusia. Allah berfirman:
?Dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, ... (an-Nisa'/4:36)
Berbuat kebajikan kepada orang tua ialah dengan mengasihi, memelihara dan menjaganya dengan sempurna serta menuruti kemauannya selama tidak menyalahi perintah Allah. Adapun hikmah berbakti kepada ibu dan bapak ialah karena ibu bapak itu telah berkorban untuk kepentingan anaknya pada waktu masih kecil dengan perhatian yang penuh dan belas kasihan. Mereka mendidiknya dan mengurus segala kepentingan anaknya itu ketika masih lemah, belum dapat mengambil suatu manfaat dan belum dapat pula menghindar dari suatu bahaya. Selain dari itu, orang tua memberikan kasih sayang yang tidak ada tandingannya. Apakah tidak wajib bagi anak memberikan balasan kepada ibu-bapaknya sebagai imbalan atas budi baiknya?
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). (ar-Rahman/55:60)
Kecintaan kedua orang tua kepada anaknya disebabkan:
1. Rasa cinta kasih yang dianugerahkan Allah kepada keduanya untuk menyempurnakan nikmat-Nya demi terpeliharanya jenis manusia.
2. Rasa syukur terhadap anak-anaknya.
3. Harapan pada masa depan anaknya untuk dapat menolongnya baik dengan harta maupun dengan tenaga dalam kehidupan.
4. Dapat melanjutkan misi kedua orang tuanya.
Sesudah Allah menyebutkan hak kedua orang tua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga) yaitu berbuat kebajikan terhadap mereka, karena berbuat kebajikan kepada karib kerabat adalah faktor yang memperkuat tali persaudaraan di antara kaum kerabat itu.
Suatu umat ini terdiri atas keluarga dan rumah tangga. Maka kebaikan dan keburukan umat tergantung kepada kebaikan dan keburukan keluarga dan rumah tangga. Orang yang tidak membina rumah tangga berarti dia tidak ikut membina unsur umat. Kemudian setiap rumah tangga itu hendaklah menghubungkan tali pcrsaudaraan dengan rumah tangga lainnya berdasarkan tali keturunan, keagamaan atau pun kebangsaan. Dengan demikian akan terbinalah suatu bangsa dan umat yang kuat.
Mengadakan hubungan erat sesama keluarga adalah sesuai dengan fitrah manusia. Agama Islam, agama fitrah memberi jalan yang baik bagi pertumbuhan ikatan kerabat ini. Kemudian Allah menyebutkan pula hak orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu hak orang miskin.
Berbuat baik kepada anak yatim ialah mendidiknya dengan baik dan memelihara segala hak-haknya. Al-Qur'an dan Sunah sangat menganjurkan agar memperhatikan anak yatim walaupun ia kaya, karena yang dipandang ialah keyatimannya. Mereka telah kehilangan orang yang menjadi tempat mereka mengadu. Allah mewasiatkan anak-anak yatim kepada masyarakat agar menganggap mereka itu sebagai anak sendiri, untuk memberikan pendidikan. Jika mereka terlantar, mereka dapat menimbulkan kerusakan pada anak-anak lainnya, dan akibatnya lebih besar pada bangsa dan negara.
Berbuat ihsan kepada orang miskin ialah memberikan bantuan kepada mereka terutama pada waktu mereka ditimpa kesulitan. Nabi bersabda:
Orang yang menolong janda dan orang miskin, seperti orang yang berjuang di jalan Allah. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
Allah mendahulukan menyebut anak yatim daripada orang miskin karena orang miskin itu dapat berusaha sendiri untuk mencari makan, sedang anak yatim, dikarenakan masih kecil, belum sanggup berusaha sendiri.
Sesudah mendapat perintah berbuat kebaikan kepada kedua orang tua, kaum keluarga, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, kemudian perintah mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Bilamana kebajikan itu telah dikerjakan berarti ketinggian dan kemajuan masyarakat telah tercapai.
Allah selanjutnya memerintahkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan salat dan zakat seperti yang digariskan Allah untuk mereka. Salat pada tiap agama bertujuan memperbaiki jiwa, membersihkannya dari kerendahan budi dan menghiasi jiwa dengan rupa-rupa keutamaan. Ruh salat ialah ikhlas kepada Allah, tunduk kepada kebesaran dan kekuasaan-Nya. Apabila salat itu kosong dari ruh tersebut, tidak akan memberi faedah apa pun. Bani Israil selalu mengabaikan ruh salat itu sejak dahulu sampai waktu Al-Qur'an diturunkan dan bahkan sampai sekarang.
Zakat juga diperintahkan kepada mereka, karena zakat mengandung maslahat bagi masyarakat. Orang-orang Yahudi dahulu mempunyai beberapa macam kewajiban zakat. Tetapi Bani Israil berpaling dari perintah-perintah itu, tidak menjalankannya, bahkan menghindarinya.
Termasuk penyelewengan mereka ialah menganggap pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan yang menetapkan hukum halal dan haram, menambah upacara-upacara agama menurut keinginan mereka, meninggalkan nafkah terhadap kerabat, melalaikan zakat, tidak melakukan amar makruf nahi mungkar serta perbuatan lain yang meruntuhkan agama.
Hanya sebagian kecil dari mereka pada zaman Musa a.s. atau pada tiap zaman yang taat pada perintah Allah. Pada tiap zaman, pada tiap bangsa atau umat selalu ada golongan orang yang ikhlas berjuang memelihara kebenaran sesuai dengan keyakinan dan kemampuan mereka. Namun demikian bila kemungkaran telah menyebar pada umat itu, kehadiran orang-orang ikhlas itu tidaklah mencegah turunnya azab Allah. Di akhir ayat ini Allah berfirman, "Dan kamu (hai Bani Israil) selalu berpaling." Ayat ini menunjukkan kebiasaan dan kesukaan mereka tidak menaati petunjuk dan perintah Ilahi, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 80-83
Ayat 80
"Dan mereka berkata, ‘Sekali-kali tidak kami akan disentuh oleh api neraka, melainkan berbilang hati saja.'"
Mereka merasa demikian istimewa di sisi Tuhan. Kalau mereka dimasukkan ke neraka esok, hanya sebentar saja. Kata yang setengah, kalau orang Bani Israil dimasukkan ke neraka, hanya selama empat puluh hari saja, yaitu selama mereka menyembah berhala anak sapi, ketika ditinggalkan, oleh Nabi Musa empat puiuh hari. Demikian riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Jarir. Dan satu riwayat lagi dibawakan oleh Ibnu Jarir juga, dan Ibnu Ishaq, dan Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas bahwa menurut kepercayaan orang Yahudi umur dunia kita ini adalah 7.000 tahun. Maka mana yang berdosa di antara mereka akan diadzab dalam neraka sehari dalam 1.000 tahun. Menjadi hanya tujuh hari saja mereka di neraka kemudian dikeluarkan dan dipindahkan ke surga. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Bukhari, ketika memerangi Khaibar, benteng pertahanan orang Yahudi yang terakhir, Nabi ﷺ menanyakan kepada mereka, siapa ahli neraka? Mereka menjawab bahwa kami hanya akan masuk neraka sebentar, sesudah itu keluar. Inilah menurut setengah riwayat asal turunnya ayat ini.
“Katakanlah, ‘Apakah kamu telah membuat janji di sisi Allah?"‘ Kalau janji itu memang ada cobalah tunjukkan bukti, di pasal mana dalam Tauratmu ada tertulis.
“Atau apakah kamu mengatakan terhadap Allah barang yang tidak kamu ketahui?"
Atau itu hanya kata-kata akbar-akbar dan pendeta-pendeta kamu saja?
Perkataan yang mereka karang-karangkan itu menyebabkan agama diperingan-ringan oleh pengikut mereka. Kalau hanya beberapa hari saja di neraka, apa salahnya kalau dibuat dosa banyak-banyak, didurhakai Allah dan dikhianati manusia? Bantahan Allah adalah keras,
Ayat 81
“Tidak begitu!"
Akan tetapi, yang sebenarnya ialah, “Barangsiapa yang berusaha jahat, sedang dosanya telah meliputinya!' Orang yang usahanya selalu jahat, tidak ada lagi nilai yang baik, dan dosa telah mencengkeram mereka meliputi mereka, sehingga tidak ada lagi upaya mereka melepaskan diri daripadanya."Maka mereka itu adalah penghuni neraka!' Peraturan itu berlaku untuk sekalian manusia sebab dikatakan barangsiapa, tidak peduli apakah dia mengaku Yahudi, Nasrani, atau Islam.
“Mereka akan kekal di dalamnya, “
Keadilan dan hukum Ilahi berlaku untuk semua orang. Di sini disebut dua hal yang menyebabkan kekal di neraka. Pertama, kejahatan sudah menjadi usaha; kedua, kesalahan itu sudah mengepung dan meliputi diri. Tidak ada kekerasan hati lagi buat membebaskan diri dari kepungan kejahatan. Dan puncak dari segala kejahatan ialah mempersekutukan Tuhan dengan yang lain. Segala dosa pangkalnya ialah karena mempersekutukan Tuhan. Di antaranya ialah mempersekutukan Tuhan dengan hawa nafsu dan dengan setan.
Sebaliknya dari itu,
Ayat 82
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh-saleh, Mereka itu adalah penghuni surga! Mereka pun akan kekal di dalamnya."
Tidak pandang apakah dia Yahudi, Nasrani, atau Islam sebagaimana yang telah diterangkan pada ayat 62 yang lalu.
Dapatkah agaknya kita kaum Muslimin tertegun sejenak memikirkan ayat ini? Yang sebab turunnya ialah Bani Israil di Madinah, tetapi ayatnya telah terlukis tetap di dalam Al-Qur'an? Siapa yang membaca ayat ini sekarang, apakah kita atau Bani Israil?
Bagaimana orang yang mengaku dirinya Islam atau keturunan Islam, tetapi seluruh usaha hidupnya dipengaruhi oleh nafsu-nafsu jahat? Dan dia tidak lagi dapat membebaskan diri dari kepungan dosa? Bagaimana dengan orang yang berkeyakinan apabila dia membaca qul huallahu ahad seribu kali atau membaca syahadat sepuluh ribu kali, atau membaca surah Yaasiin malam jum'at atau membaca Ayat Kursi ketika akan tidur, dijamin pasti masuk surga?
Kemudian diingatkan lagi janji Bani Israil dengan Allah yang sehendaknya mereka pegang teguh, tetapi telah mereka mungkiri. Adapun ayat ini sudah khusus dihadapkan kepada Rasulullah ﷺ sendiri, untuk mengetahui betapa janji itu telah diikat dengan mereka, supaya Rasulullah ﷺ lebih mengetahui lagi betapa telah jauhnya mereka sekarang dari janji itu.
Ayat 83
“Dan (Ingatlah) tatkala Kami membual janji dengan Bani Israil, supaya jangan Mereka menyembah melainkan kepada Allah."
Inilah pokok pertama janji, dipusatkan kepada tauhid, yang sampai sekarang masih terpancang dengan teguhnya dalam yang dinamai Hukum Sepuluh (The Ten Commandment) di dalam Taurat."Dan terhadap kedua ibu-bapak hendaklah berbuat baik" Inilah janji yang kedua; yakni sesudah menyembah Allah hendaklah berkhidmat, berbuat baik kepada kedua ibu-bapak. Karena dengan rahmat dan karunia Allah, kedua ibu-bapak telah menumpahkan kasih kepada anak, mendidik dan mengasuh. Terutama di waktu belum dewasa, tidaklah sanggup si anak menempuh hidup dalam dunia ini kalau tidaklah kasih sayang dianugerahkan Allah kepada ayah dan bunda."Dan juga kepada keluarga yang hampir," yaitu saudara, paman, saudara ayah dan saudara ibu.
Anak yatim dibiarkan telantar, fakir miskin dibiarkan kelaparan, nasihat-mena-sihati di antara sesama manusia tidak dipedulikan lagi, sehingga maksiat memuncak, shalat dilalaikan, zakat tidak keluar."Kecuali sedikit di antara kamu." Artinya sebagaimana juga terdapat dalam setiap agama, di antara yang durhaka masih ada yang insaf, tetapi sedikit. Katanya tak didengar orang lagi, malahan kadang-kadang dicemuhkan karena tidak pandai menyesuaikan diri,
“Padahal kamu tidak memedulikan “
Sehingga kebesaran agama itu telah hilang, hanya tinggal namanya.
Inilah yang diperingatkan Tuhan kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, yaitu pada dasarnya agama yang dibawa Nabi Musa kepada Bani Israil itu adalah agama yang murni dan baik. Tuhan tidak menyia-nyiakan mereka, segala yang patut dikerjakan sudah dibuat menjadi janji. Maka jika sekarang, yaitu di zaman ayat turun, Bani israil itu banyak yang ingkar, bukanlah karena agama mereka yang tidak lengkap, tetapi merekalah yang telah mening-galkan segala janji itu.