Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمِنَ
dan dari/diantara
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
قَالُوٓاْ
(mereka) mengatakan
إِنَّا
sesungguhnya kami
نَصَٰرَىٰٓ
orang-orang Nasrani
أَخَذۡنَا
Kami telah mengambil
مِيثَٰقَهُمۡ
perjanjian mereka
فَنَسُواْ
maka/tetapi mereka melupakan
حَظّٗا
bagian
مِّمَّا
dari apa
ذُكِّرُواْ
mereka diperingatkan
بِهِۦ
dengannya
فَأَغۡرَيۡنَا
maka Kami timbulkan
بَيۡنَهُمُ
di antara mereka
ٱلۡعَدَاوَةَ
permusuhan
وَٱلۡبَغۡضَآءَ
dan kebencian/kemarahan
إِلَىٰ
sampai
يَوۡمِ
hari
ٱلۡقِيَٰمَةِۚ
kiamat
وَسَوۡفَ
dan kelak
يُنَبِّئُهُمُ
akan memberitahukan pada mereka
ٱللَّهُ
Allah
بِمَا
dengan apa
كَانُواْ
adalah mereka
يَصۡنَعُونَ
(mereka) kerjakan
وَمِنَ
dan dari/diantara
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
قَالُوٓاْ
(mereka) mengatakan
إِنَّا
sesungguhnya kami
نَصَٰرَىٰٓ
orang-orang Nasrani
أَخَذۡنَا
Kami telah mengambil
مِيثَٰقَهُمۡ
perjanjian mereka
فَنَسُواْ
maka/tetapi mereka melupakan
حَظّٗا
bagian
مِّمَّا
dari apa
ذُكِّرُواْ
mereka diperingatkan
بِهِۦ
dengannya
فَأَغۡرَيۡنَا
maka Kami timbulkan
بَيۡنَهُمُ
di antara mereka
ٱلۡعَدَاوَةَ
permusuhan
وَٱلۡبَغۡضَآءَ
dan kebencian/kemarahan
إِلَىٰ
sampai
يَوۡمِ
hari
ٱلۡقِيَٰمَةِۚ
kiamat
وَسَوۡفَ
dan kelak
يُنَبِّئُهُمُ
akan memberitahukan pada mereka
ٱللَّهُ
Allah
بِمَا
dengan apa
كَانُواْ
adalah mereka
يَصۡنَعُونَ
(mereka) kerjakan
Terjemahan
Dari orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani,” Kami telah mengambil perjanjian. Kemudian, mereka melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Maka, Kami menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka hingga hari Kiamat. Kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selama ini mereka perbuat.
Tafsir
(Dan di antara orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani,") berkaitan dengan firman-Nya (ada yang telah Kami ambil pula janji mereka) sebagaimana halnya orang-orang Yahudi dari kalangan Bani Israel (maka mereka lupakan sebagian dari peringatan yang telah disampaikan kepada mereka) yakni dalam Injil berupa keimanan dan lain-lain hingga mereka ingkari perjanjian itu (maka Kami bangkitkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat) dengan pertikaian dan perbedaan keinginan mereka, hingga setiap golongan mengafirkan yang lain (dan Allah akan memberitakan kepada mereka kelak) yakni di akhirat (apa-apa yang mereka perbuat) lalu mendapat pembalasan daripada-Nya.
Tafsir Surat Al-Ma'idah: 12-14
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku beserta kalian, sesungguhnya jika kalian mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kalian bantu mereka dan kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosa kalian. Dan sesungguhnya kalian akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antara kalian sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus."
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya maka Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Dan di antara orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani," ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan.
Ayat 12
Setelah Allah ﷻ memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk menunaikan janji Allah yang telah diambil-Nya atas diri mereka melalui lisan hamba dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad ﷺ) dan setelah Allah memerintahkan kepada mereka untuk menegakkan kebenaran serta menjadi saksi dengan adil, setelah Allah mengingatkan kepada mereka akan nikmat-nikmat-Nya atas mereka baik yang lahir maupun yang batin yaitu Allah telah memberikan petunjuk kebenaran kepada mereka dan juga hidayah, maka dalam ayat ini Allah ﷻ menerangkan kepada mereka perihal pengambilan janji-Nya atas orang-orang sebelum mereka dari kalangan Ahli Kitab, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.
Disebutkan bahwa setelah orang-orang Ahli Kitab itu melanggar janji Allah, maka hal tersebut membuat mereka dikutuk oleh Allah ﷻ, dijauhkan dari rahmat-Nya, dan hati mereka dikunci mati sehingga tidak dapat sampai kepada jalan hidayah dan agama yang benar; jalan menujunya adalah melalui ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh. Untuk itu Allah ﷻ berfirman:
“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin.” (Al-Maidah: 12)
Yang dimaksud dengan naqib ialah pemimpin atas kabilahnya masing-masing untuk mengajak mereka berbaiat (berjanji setia) untuk tunduk dan taat kepada Allah, rasul, dan kitab-Nya.
Ibnu Abbas menceritakan dari Ibnu Ishaq dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang (dari kalangan mantan Ahli Kitab yang telah masuk Islam), bahwa hal ini terjadi ketika Nabi Musa a.s. berangkat memerangi orang-orang yang gagah perkasa. Maka Nabi Musa a.s. memerintahkan kepada kaum Bani Israil agar masing-masing kabilah mengangkat seorang naqib (pemimpin).
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, "Tersebutlah bahwa yang menjadi pemimpin kabilah Rubial adalah Syamun ibnu Rakun, kabilah Syam'un dipimpin oleh Syafat ibnu Hirri, kabilah Yahuza dipimpin oleh Kalib ibnu Yufana, kabilah Atyan dipimpin oleh Mikhail ibnu Yusuf, kabilah Yusuf (yakni keturunan Ifrayim) dipimpin oleh Yusya' ibnu Nun, kabilah Bunyamin dipimpin oleh Faltam ibnu Dafun, kabilah Zabulun dipimpin oleh Jaddi ibnu Syura, kabilah Mansya ibnu Yusuf dipimpin oleh Jaddi ibnu Musa, kabilah Dan dipimpin oleh Khamla-il ibnu Haml, kabilah Asyar dipimpin oleh Satur ibnu Mulkil, kabilah Nafsali dipimpin oleh Bahr ibnu Waqsi, dan kabilah Yusakhir dipimpin oleh Layil ibnu Makyad."
Tetapi aku (penulis) melihat di dalam bagian yang keempat dari kitab Taurat terdapat bilangan para naqib Bani Israil dan nama-namanya berbeda dengan apa yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq. Di dalamnya disebutkan bahwa pemimpin Bani Rubial adalah Al-Yasur ibnu Sadun, pemimpin Bani Syam'un adalah Syamuel ibnu Sur Syaki, pernimpin Bani Yahuza adalah Al-Hasyun ibnu Amyazab, pemimpin Bani Yusakhir adalah Syal ibnu Sa'un, pemimpin Bani Zabulun adalah Al-Yab ibnu Halub, pemimpin Bani Ifrayim adalah Mansya ibnu Amanhur, pemimpin Bani Mansya adalah Hamlayail ibnu Yarsun, pemimpin Bani Bunyamin adalah Abyadan ibnu Jad'un, pemimpin Bani Dan adalah Ju'aizar ibnu Amyasyza, pemimpin Bani Asyar adalah Nahalil ibnu Ajran, pemimpin Bani Kan adalah As-Saif ibnu Da'awayil, dan pemimpin Bani Naftali adalah Ajza' ibnu Amyanan.
Demikian pula halnya ketika Rasulullah ﷺ membaiat orang-orang Anshar di malam Al-Aqabah. Jumlah mereka adalah dua belas orang pemimpin: Tiga orang dari kabilah Aus; mereka adalah Usaid ibnul Hudair, Sa'd ibnu Khaisamah, dan Rifa'ah ibnu Abdul Munzir, yang menurut suatu pendapat diganti oleh Abul Haisam ibnut Raihan. Sembilan orang dari kalangan kabilah Khazraj; mereka adalah Abu Umamah As'ad ibnu Zurarah, Sa'd ibnur Rabi, Abdullah ibnu Rawwahah, Rafi' ibnu Malik ibnul Ajian, Al-Barra ibnu Ma'rur, Ubadah ibnus Samit, Sa'd ibnu Ubadah, Abdullah ibnu Amr ibnu Haram, dan Al-Munzir ibnu Umar ibnu Hunaisy radiyallahu anhum.
Jumlah mereka disebutkan oleh Ka'b ibnu Malik dalam syair yang dibuatnya, sebagaimana Ibnu Ishaq pun menyebutkan mereka di dalam syairnya. Makna yang dimaksud ialah bahwa mereka adalah juru penerang atas kabilahnya masing-masing pada malam itu yang menyampaikan perintah Nabi ﷺ kepada mereka mengenai hal tersebut. Merekalah yang menangani perjanjian dan baiat kaumnya kepada Nabi ﷺ untuk bersedia tunduk dan taat kepadanya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Mujalid, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq yang menceritakan, "Ketika kami sedang duduk mendengarkan bacaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh Abdullah ibnu Mas'ud, tiba-tiba ada seorang lelaki mengajukan pertanyaan kepadanya, 'Wahai Abu Abdur Rahman, apakah kalian pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ berapa khalifahkah yang dimiliki oleh umat ini?' Abdullah berkata, 'Belum pernah ada orang yang menanyakan kepadaku masalah itu sejak aku tiba di Irak, selain kamu.' Kemudian Abdullah ibnu Mas'ud berkata, “Ya, sesungguhnya kami pernah menanyakannya kepada Rasulullah ﷺ, maka beliau ﷺ menjawab: ‘Ada dua belas naqib sama dengan para naqib kaum Bani Israil'."
Hadits ini gharib bila ditinjau dari segi konteksnya. Asal hadits ini disebutkan di dalam kitab Shahihain melalui hadits Jabir ibnu Samurah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Urusan manusia masih tetap lancar selagi mereka diperintah oleh dua belas orang lelaki.” Kemudian Nabi ﷺ mengucapkan suatu kalimat yang tidak dapat kudengar dengan baik, lalu aku menanyakan (kepada orang lain) tentang apa yang dikatakan oleh Nabi ﷺ. Maka ia menjawab bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Mereka semuanya dari kabilah Quraisy.”
Demikianlah menurut lafal yang ada pada Imam Muslim. Makna hadits ini mengandung berita gembira yang menyatakan bahwa kelak akan ada dua belas orang khalifah saleh yang menegakkan kebenaran dan bersikap adil di kalangan mereka. Hal ini tidak memastikan urutan mereka, yakni masa-masa pemerintahan mereka. Namun terdapat empat orang dari mereka yang berurutan masa pemerintahannya, seperti empat orang Khalifah Rasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali radiyallahu anhum.
Di antara mereka ialah Umar ibnu Abdul Aziz, tanpa diragukan lagi menurut para imam, dan sebagian khalifah dari kalangan Banil Abbas. Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum mereka semuanya memerintah, sebagai suatu kepastian. Menurut lahiriahnya salah seorang dari mereka adalah Imam Mahdi yang diberitakan melalui banyak hadits yang menyebutkan berita gembira kedatangannya. Disebutkan bahwa nama imam ini sama dengan nama Nabi ﷺ dan nama ayah Nabi ﷺ, lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kearifan, seperti halnya bumi dipenuhi oleh kezaliman dan keangkara-murkaan sebelumnya.
Akan tetapi, Imam Mahdi ini bukanlah imam yang ditunggu-tunggu kedatangannya menurut dugaan orang-orang Syiah Rafidah, dia akan muncul dari bungker-bungker kota Samara karena sesungguhnya hal tersebut tidak ada kenyataannya dan tidak ada sama sekali. Bahkan hal tersebut hanyalah merupakan ingauan akal-akal yang rendah dan ilusi dari akal yang lemah. Bukanlah yang dimaksud dengan dua belas orang itu adalah para imam yang jumlahnya dua belas orang menurut keyakinan orang-orang Rafidah (sekte dari Syi'ah). Mereka mengatakan demikian karena kebodohan dan kekurang-akalan mereka.
Di dalam kitab Taurat disebutkan berita gembira mengenai kedatangan Ismail a.s. Allah akan melahirkan dari tulang sulbinya dua belas orang pembesar (pemimpin). Mereka adalah para khalifah yang jumlahnya dua belas orang yang disebutkan di dalam hadits Ibnu Mas'ud dan Jabir ibnu Samurah. Sebagian orang Yahudi yang telah masuk Islam yang kurang akalnya dan terpengaruh oleh sebagian golongan Syi'ah menduga bahwa mereka adalah para imam yang dua belas orang itu (yang di kalangan Syi'ah lazim disebut "Isna ‘Asyariyah", sehingga akibatnya banyak dari kalangan mereka yang masuk Syi'ah karena kebodohan dan kedunguan mereka, juga karena minimnya ilmu mereka serta ilmu orang-orang yang mengajari mereka akan hal tersebut tentang sunnah-sunnah yang telah terbukti bersumber dari Nabi ﷺ.
Firman Allah ﷻ: “Dan Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku beserta kalian’." (Al-Maidah: 12)
Yakni pemeliharaan-Ku, perlindungan-Ku, dan pertolongan-Ku selalu menyertai kalian.
“Sesungguhnya jika kalian mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku.” (Al-Maidah: 12)
Yaitu kalian percaya kepada mereka dalam semua wahyu yang disampaikan oleh mereka kepada kalian.
“Dan kalian bantu mereka.” (Al-Maidah: 12)
Maksudnya, kalian tolong dan kalian dukung mereka dalam membela kebenaran.
“Dan kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik.” (Al-Maidah: 12) Makna yang dimaksud ialah menginfakkan harta di jalan Allah dan jalan yang diridai-Nya.
“Sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosa kalian.” (Al-Maidah: 12) Yaitu dosa-dosa kalian Kuhapuskan dan Kututupi, Aku tidak akan menghukum kalian karenanya.
“Dan sesungguhnya kalian akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (Al-Maidah: 12)
Artinya, Aku akan menolak dari kalian halangan dan menuntun kalian untuk mencapai apa yang kalian maksudkan.
Firman Allah ﷻ: “Maka barang siapa yang kafir di antara kalian sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (Al-Maidah: 12)
Yakni barang siapa yang melanggar perjanjian ini sesudah dijadikan dan dikukuhkan, lalu ia menyimpang dan mengingkarinya, memperlakukannya seperti perlakuan orang yang tidak mengetahuinya, berarti dia telah keliru dari jalan yang jelas, menyimpang dari hidayah menuju ke arah kesesatan.
Ayat 13
Kemudian Allah ﷻ memberitahukan perihal siksa yang akan menimpa mereka yang melanggar perjanjian dengan-Nya dan merusak janji itu. Untuk itu Allah ﷻ berfirman:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya maka Kami kutuki mereka.” (Al-Maidah: 13)
Dengan kata lain, disebabkan mereka merusak janjinya yang telah diambil oleh Allah atas diri mereka, maka Allah mengutuk mereka. Yakni Allah menjauhkan mereka dari kebenaran dan mengusir mereka dari jalan hidayah.
“Dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (Al-Maidah: 13)
Karenanya mereka tidak dapat menyerap nasihat, sebab hati mereka keras dan membeku.
“Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya.” (Al-Maidah: 13)
Maksudnya, pemahaman mereka telah rusak, sepak terjang mereka sangat buruk terhadap ayat-ayat Allah. Mereka menakwilkan KitabNya dengan penakwilan yang tidak sesuai dengan penurunannya, menginterpretasikannya dengan pengertian yang berlainan dengan makna yang dimaksud, juga mengatakan terhadap Kitab Allah hal-hal yang tidak dikatakan oleh Allah ﷻ
“Dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya.” (Al-Maidah: 13)
Yakni mereka tidak mau mengamalkannya karena benci terhadapnya.
Menurut Al-Hasan, mereka meninggalkan ikatan agamanya dan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah atas diri mereka, padahal amal perbuatan tidak akan diterima-Nya kecuali dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban itu. Sedangkan selain Al-Hasan (Al-Basri) mengatakan bahwa mereka meninggalkan amal saleh sehingga berada dalam keadaan yang amat buruk. Maka hati mereka sakit, fitrah mereka tidak lurus, dan amal perbuatan mereka tidak diterima.
“Dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka.” (Al-Maidah: 13)
Yakni tipu muslihat dan makar mereka terhadap dirimu dan para sahabatmu.
Mujahid dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah persekutuan mereka untuk menghancurkan Rasulullah ﷺ.
“Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka.” (Al-Maidah: 13)
Hal ini merupakan suatu kemenangan dan keberuntungan dalam bentuk yang lain, seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama Salaf, "Imbangilah perbuatan orang yang durhaka kepada Allah terhadap dirimu dengan taat kepada Allah dalam hal tersebut." Dengan demikian, mereka menjadi segan dan malu, mau berdampingan dengan kebenaran, dan mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepada mereka. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Maidah: 13)
Yaitu memaafkan orang yang berbuat jahat terhadap dirimu.
Qatadah mengatakan bahwa firman-Nya berikut ini: “Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka.” (Al-Maidah: 13) telah di-mansukh oleh firman Allah ﷻ yang mengatakan: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian.” (At-Taubah: 29) hingga akhir ayat.
Ayat 14
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan di antara orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani,’ ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka.” (Al-Maidah: 14)
Yakni di antara orang-orang yang mengakui dirinya Nasrani mengikuti Isa ibnu Maryam a.s., padahal kenyataannya mereka tidak demikian; telah kami ambil janji atas diri mereka untuk mengikuti Rasulullah ﷺ dan menolongnya, mendukungnya, dan mengikuti jejaknya, mau beriman kepada semua nabi yang telah diutus oleh Allah ke bumi ini. Tetapi mereka melakukan hal yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Dengan kata lain, mereka melanggar dan mengingkari perjanjian tersebut. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
“Tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya, maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat.” (Al-Maidah: 14)
Maksudnya, Kami timpakan atas mereka kebencian dan permusuhan di antara mereka, sebagian dari mereka terhadap sebagian yang lain, dan yang demikian itu masih terus berkelanjutan hingga hari kiamat.
Demikian pula golongan Nasrani dengan berbagai sekte-sektenya masih senantiasa saling membenci dan saling memusuhi, mengalirkan darah sebagian dari mereka terhadap sebagian yang lain, dan mengutuk sebagian dari mereka terhadap sebagian yang lain. Setiap sekte dari mereka mengharamkan sekte lainnya dan melarang mereka memasuki tempat peribadatannya. Sekte Malakiyah mengkafirkan sekte Ya'qubiyah, demikian pula yang lainnya. Hal yang sama dilakukan oleh sekte Nusturiyah dan Al-Arsyiyah, masing-masing golongan mengafirkan golongan lain di dunia ini hingga hari para saksi bangkit nanti (yakni hari kiamat).
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan.” (Al-Maidah: 14)
Di dalam ayat ini terkandung ancaman dan kecaman yang tegas ditujukan kepada orang-orang Nasrani yang telah melakukan kebohongan terhadap Allah dan Rasul-Nya, dan perbuatan mereka yang berani menisbatkan kepada Allah hal-hal yang Allah Maha Tinggi lagi Maha Suci dari hal-hal itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Yaitu mereka menjadikan bagi Allah istri dan anak, Maha Tinggi Allah lagi Maha Suci Tuhan Yang Maha Esa yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak diperanakkan, dan tidak pula beranak, serta tiada seorang pun yang menyerupai-Nya.
Sebagaimana orang-orang Bani Israil mengingkari janjinya, demikian pula yang diperbuat oleh orang-orang Nasrani. Dan di antara orang-orang yang mengatakan, Kami ini orang Nasrani, pengikut Nabi Isa, dan pembela ajarannya, Kami telah mengambil perjanjian mereka, sebagaimana Kami telah mengambil perjanjian dengan orang-orang Yahudi, tetapi mereka dengan sengaja melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka di dalam Kitab Injil, maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka, kelompok yang satu di antara orang-orang Nasrani itu mengkafirkan kelompok lainnya dan mereka terus bertikai hingga hari Kiamat. Dan kelak, yakni pada hari Kiamat, Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan yakni keburukan yang mereka lakukan dan memberikan balasan terhadap perbuatan merekaSetelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan perilaku buruk kedua kelompok Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani, ayat ini mengajak mereka agar beriman kepada Nabi Muhammad. Wahai Ahli Kitab, kaum Yahudi dan Nasrani, pemilik kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa! Sungguh, Rasul Kami yang diberitakan kedatangannya oleh Nabi Musa dan Nabi Isa, yaitu Nabi Muhammad, telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari isi yang terkandung dalam kitab yang kamu sembunyikan, seperti kedatangan Nabi Muhammad dan banyak pula yang dibiarkannya, tidak dijelaskan karena tidak membawa maslahat bagi kamu. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, yakni Nabi Muhammad, dan Kitab, yakni Al-Qur'an, yang menjelaskan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam kehidupan beragam.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang mengaku beragama Nasrani untuk taat serta mematuhi apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah dan mengikuti para Nabi-Nya. Tetapi mereka dengan sengaja melupakan sebagian dari apa yang diperingatkan kepada mereka dalam kitab Injil, artinya mereka tidak mengerjakan sebagian dari yang diperingatkan dalam Injil itu karena pengikut-pengikut pertama dari Nabi Isa Almasih adalah dari orang-orang awam, sedang para sahabatnya yang setia terdiri dari pemburu-pemburu binatang yang selalu diusir dan dimusuhi oleh orang-orang Yahudi. Mereka belum mempunyai kekuatan sosial yang mampu untuk membukukan dan memelihara apa yang mereka hafal dari Injil dan banyak pula buku-buku yang ditulis mereka yang dinamakan Injil sebagaimana yang diterangkan dalam kitab-kitab suci dan sejarah gereja mereka.
Akhir ayat ini menjelaskan bahwa karena tingkah laku orang--orang Nasrani yang tidak mau memenuhi janji, maka Allah menimbulkan perpecahan di antara mereka sendiri sampai hari kiamat. Di akhirat Allah akan memberitahukan kepada mereka semua kesalahan yang mereka lakukan di dunia, sehingga mereka tidak dapat mengelak lagi dari siksaan.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 12
“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil janji Bani Israil."
Maka dengan ayat ini disampaikan Allahlah kepada kaum yang beriman bahwa Bani Israil pun telah diambil janji mereka dengan perantaraan Nabi Musa a.s..
Memang, apabila kita baca kitab-kitab yang menurut kepercayaan mereka bernama Taurat itu, terutama Kitab Ulangan, banyaklah terdapat perjanjian-perjanjian yang dibuat di antara Bani Israil dengan Allah, bahwa mereka akan mendengar dan patuh pula. Tetapi dapat kita baca di antara pengantar janji-janji itu di dalam Kitab Ulangan Fasal 4 ayat 6, “Maka sebab itu hendaklah kamu memeliharakan dia dan berbuat akan dia, karena dia itu menjadi bagimu akal budi dan hikmat kepada pemandangan segala bangsa; apabila didengarnya akan segala hukum ini, maka akan katanya demikian; bahwasanya bangsa yang besar ini, yaitu suatu bangsa yang budiman dan bijaksana. 7: Karena pada bangsa yang besar manakah ada dewata yang hampir kepada mereka itu, seperti Tuhan Allah kita seberapa kali kita berseru kepadanya? 8: Dan pada bangsa yang besar manakah adalah hukum dan undang-undang yang adil seperti segala hukum, yang kuberikan kepadamu sekarang ini? 9: Maka sebab itu ingatlah baik-baik dan peliharakanlah dirimu sangat daripada melupakan segala perkara, yang telah dilihat oleh matamu, dan janganlah yaitu lepas daripada hatimu seumur hidupmu, maka hendaklah kamu memberi tahu dia kepada anak-anakmu dan kepada cucu-cucumu."
Itulah beberapa rangkaian ayat di dalam Kitab Ulangan tersebut buat diiringkan dengan beberapa janji yang lain kepada Bani Israil, supaya janji itu jangan mereka sia-siakan.
“Dan Kami telah bangkitkan dari kalangan mereka dua belas penyelidik" Dari dua belas kekeluargaan Bani Israil itu dari masing-masingnya diangkat dua belas pula penyelidik atau pemimpin atau penghulu, yang akan menuntun mereka dan mengepalai mereka bila berurusan dengan Nabi Musa a.s. atau membagikan perintah agar lekas berjalan di kalangan mereka.
Dalam ayat ini disebut 12 orang naqib. Kata jamak dari naqib ialah nuqabal Artinya yang asal ialah orang yang mengorek atau menembus lubang, atau orang yang lalu dari lubang. Sekali waktu bolehlah disebut penyelidik; sebab dia menyelidiki kemungkinan-kemungkinan yang ada, dan membongkar rahasia yang tersembunyi, yang dari luar dengan mata biasa tidak tampak. Maka di dalam ayat ini dijelaskanlah bahwa Nabi Musa a.s. telah memilih 12 orang naqib yang beliau tugaskan memimpin Bani Israil. Satu orang memimpin dalam sukunya sendiri, sebab suku-suku Bani Israil itu 12 banyaknya. Yang 12 itu pula yang beliau utus menyelidiki keadaan negeri yang akan mereka taklukkan.
Nabi kita Muhammad ﷺ setelah menerima Barat dari kaum al-Anshar di Aqabah (Mina) telah menetapkan pula 12 orangpemuka, dari Aus 3 orang dan Khazraj 9 orang. Beliau tugaskan mengajak dan memimpin kaumnya masing-masing yang ada di Madinah supaya suka menerima Islam dan menyambut Nabi ﷺ apabila kelak hijrah ke sana. Dan 12 naqib al-Anshar itu telah melaksanakan tugas mereka dengan sebaik-baiknya, sehingga lama sebelum Rasulullah hijrah, pengaruh Nabi Muhammad ﷺ telah tertanam lebih dahulu di Madinah, karena usaha 12 orang yang menembus lubang-lubang kesulitan itu.
Kata-kata naqib ini kemudian telah dipakai oleh kaum Alawiyin, yaitu dari keturunan anak Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husain yaitu dari perkawinan beliau dengan anak perempuan Nabi kita Muhammad ﷺ, Fatimah al-Batul. Menjadi adat istiadat bagi kaum keturunan Fatimah ini, yang dengan resmi diakui menjadi keturunan Rasulullah ﷺ mengadakan naqib, yaitu semacam pemimpin ruhani di kalangan mereka, buat mencatat nama-nama keturunan mereka dan hubungan di antara satu cabang keturunan dengan cabang yang lain. Di negeri-negeri Islam yang sebagai Irak, Mesir, dan Syam, terdapat jabatan-jabatan naqib al-Asyraf. Naqib ini bertugas menyelidiki keadaan masing-masing keturunan, sampai kepada untung nasibnya dan muru'ah-nya. Sebab Nabi ﷺ telah meninggalkan pesan bahwa cucu-cucunya itu tidak boleh menerima zakat. Sebab itu naqib berkewajiban menjaga keturunan-keturunan Rasulullah yang di bawah pimpinannya itu jangan sampai jatuh air mukanya karena kemiskinan. Kalau perlu hendaklah dia dibantu oleh yang mampu di kalangan mereka dari pintu belakang. Sebab itu kerap kali yang kaya di kalangan mereka mengadakan harta-harta wakaf, yang hasilnya buat perbelanjaan kaum Sayyid atau Syarif itu.
Dalam penafsiran ayat ini kita beri arti naqib itu penyelidik, tetapi dengan makna yang lebih luas. Sebab naqib berarti juga harus berusaha melalui lubang-lubang kesukaran sehingga sampai dengan selamat ke sebelahnya.
Setelah itu Allah berfirman, “Dan telah berkata Allah, ‘Sesungguhnya Aku adalah beserta kamu/" Firman Allah ini memberi jaminan kepada Bani Israil, bahwa selama mereka tunduk kepada 12 pemimpinnya yang telah ditunjuk oleh Nabi Musa a.s. untuk menjadi kaki tangan beliau buat menyampaikan perintah-perintah Ilahi kepada mereka, selama itu pula Allah akan berada bersama mereka.
Sebagaimana diketahui, setelah Bani Israil dengan pimpinan Musa dan wazirnya Nabi Harun a.s. telah dapat dibebaskan dari perbudakan Fir'aun dan telah meninggalkan Mesir. Mulanya terlalu repot Nabi Musa, karena segala urusan yang sebanyak itu langsung diminta penyelesaiannya kepada beliau. Niscaya hari sehari-hari habis dalam urusan tetek-bengek. Di sinilah diperlukan naqib. Bertambah teraturnya pekerjaan, bertambah cepat dan lancar hubungan pemimpin besar dengan umat yang dipimpin, adalah karena adanya naqib yang 12 itu. Kesigapan mereka melancarkan perintah-perintah (instruksi) menjadi jaminan juga atas selalunya Allah berada di dekat mereka. Tetapi kalau naqib tidak setia, tidak bertanggung jawab atas umat yang dipimpin tidak menghargai naqib-nya, niscaya janji Allah bahwa Allah selalu ada bersama mereka tidak akan mereka temui.
LIMA SYARAT DAN JANJI
Kemudian ditegaskan 5 syarat atau ikatan janji yang wajib dipenuhi oleh Bani Israil, supaya Allah selalu bersama mereka.
1. “Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat." Sebagai syarat pertama yang utama agar Allah selalu berada di sisi mereka ialah shalat, yaitu menurut cara syari'at pada masa itu. Shalat adalah janji pertama. Bagi kita umat Muhammad, shalat pun termasuk janji pertama: Tiang Agama!
2. “Dan kamu" mengeluarkan zakat/'
Syarat utama untuk memadu kasih sayang di antara yang kaya dengan yang miskin ialah zakat. Yaitu memberikan harta, menyediakan sebagian untuk dizakatkan.
3. “Dan kamu percaya kepada rasul-rasul-Ku" Yaitu jangan berpilih kasih terhadap kepada rasul-rasul Allah. Jangan kamu hanya mempercayai Musa dan Harun, tetapi percaya dan taati juga rasul-rasul yang lain, baik yang datang terdahulu maupun yang datang kemudian
4. “Dan kamu bantu mereka."
Kepercayaan kepada rasul-rasul itu jangan hanya dengan mulut, melainkan hendaklah kamu buktikan juga dengan memberikan bantuan bagi usaha mereka, jangan dihalangi. Tidak menghalangi saja pun sudah suatu bantuan. Apabila datang ajakan dari rasul-rasul itu hendaknya kamu menyediakan diri, memberikan tenaga dan turut berjuang di samping mereka, karena semua rasul itu adalah utusan membawa wahyu dari Allah belaka.
5. “Dan kamu pinjami Allah dengan pinjaman yang baik."
Meminjami Allah bukanlah karena Allah itu bersifat kekurangan. Tetapi kata bujukan halus untuk meninggikan harga diri. Bagaimana seseorang akan meminjami Allah, padahal harta benda yang ada dalam ta-ngannya Allah yang punya? Memang perasaan beginilah yang dipancing oleh Allah terhadap orang yang beriman. Kalau Allah menyuruh mengorbankan harta benda untuk berbuat baik, lalu Allah berkata, “Pinjami Aku," seorang Mukmin akan langsung menyambut, “Tidak, ya Allah, harta ini Engkau yang punya, aku berikan kepada jalan yang baik karena mengharapkan ridha-Mu!" Lalu seakan-akan dengan senyum Allah menjawab, “Terima kasih atas keinsafanmu itu, dan Aku berjanji akan membayar dan menggantinya kelak!"is
Maka kalau kelima-lima syarat perjanjian ini telah dipenuhi, diri pun terbentenglah dari kejahatan.
Tafsir kalimat qardh yang berarti pinjaman ini dapat dilihat kembali pada surah aTBaqarah ayat 245 (Juz 2), surah al-Hadid ayat 11 (Juz 27), dan surah ath-Thaghabun ayat 18 (Juz 28)
“Maka sesungguhnya akan Aku ampuni kejahatan-kejahatan kamu, dan sesungguhnya akan Aku masukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." Dari kedua rangkaian ayat ini, yaitu pertama terperisai diri dari kejahatan—yaitu ketika di dunia—dan masuk ke dalam surga-surga— yaitu ketika di akhirat—maka Allah pun telah memberikan juga janjinya yang tegas, atau pun jaminan, apabila kelima syarat tersebut di atas dipenuhi. Kemudian itu datanglah ancaman yang tegas pula.
“Lantaran itu barangsiapa yang kufur sesudah yang demikian itu di antara kamu, maka sesungguhnya telah sesatlah dia dari kelurusan jalan."
Ujung ayat ini adalah ancaman. Bila kelima garis yang telah digariskan Allah itu tidak dipegang lagi dengan setia, artinya janji telah dimungkiri, mereka tidak akan bertemu lagi dengan jalan yang selamat. Jaminan Allah bahwa Allah akan menyertai mereka, akan selalu memberikan perlindungan kepada mereka, tidak akan bertemu lagi. Bukan Allah yang mungkir janji, melainkan mereka sendiri. Kalau mereka telah mungkir, janganlah tercengang dan janganlah orang lain disesalkan jika mereka telah tersesat. Sesat karena salah sendiri. Kalau jalan yang lurus telah ditinggalkan, niscaya mereka akan bertemu jalan buntu, jalan kesengsaraan.
INGKAR JANJI
Ayat 13
“Maka dari sebab pemungkinan mereka akan janji mereka."
Demikian teguh janji telah dibuat, dan di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama yang tersebar di zaman sekarang pun banyak terdapat janji yang telah diikat antara Bani Israil dan Allah itu. Mereka berjanji akan mematuhi janji yang lima perkara, dan Allah pun menyambut janji itu dengan janji pula, bahwa Allah akan selalu bersama mereka, dan kejahatan mereka akan dibentengi, dan nikmat surga pun akan diberikan, tiba-tiba janji itu mereka ingkari, atau mereka pecah. Buhul mereka orak sendiri, meskipun mereka masih mengaku umat Musa dan pemegang Taurat. Sekali janji diingkari, akhirnya bertambah lama bertambah bertemu jalan sesat, kian lama kian jauh tak bertemu lagi dengan pangkal jalan. Mereka masih merasa di dalam, padahal sudah lama mereka di luar. “Kami kutukilah mereka, dan Kami jadikan hati mereka kesat"
Kesat hati adalah akibat dari kutukan Allah karena mengingkari janji sehingga kebenaran tidak bisa masuk lagi. Shalat telah mereka sia-siakan, zakat tak keluar lagi, rasul-rasul mereka percayai dengan mulut, tetapi tidak ada sokongan dalam perbuatan, bahkan menghalangi. Berpuluh nabi di zaman lampau telah mereka bunuh. Perbuatan demikian niscaya menimbulkan laknat Allah. Laknat itu bukan saja menimpa kepada yang bersalah di zaman lampau, tetapi tinggal jejaknya pada tanda anak cucu, sebab anak cucu itu pun masih saja merasa bangga atas kesalahan yang diperbuat nenek moyangnya, bahkan membela. Itulah suatu pertanda dari hati yang telah mulai kesat dan kasar karena dipenuhi oleh dendam. Bahkan setelah sampai diutus Allah Nabi Muhammad ﷺ dan beliau pun berhijrah ke Madinah, dan telah diperbuat perjanjian hitam di atas putih akan hidup di dalam damai, namun apabila Rasul terlengah sedikit saja, mereka pun masih pernah berusaha hendak membunuh beliau.
Di sini kita mendapat pengajaran satu cabang dari ilmu jiwa, tentang kejahatan. Agama menyuruh kita melatih dari menjauhi perbuatan yang jahat. Karena kalau satu kali kita telah terjerembab jatuh ke dalam kejahatan, sukarlah membangkitkan diri untuk bangun kembali. Karena kejahatan itu sangat membekas kepada jiwa, atau kepada hati, sehingga jadi kesat dan kasar. Orang yang satu kali telah pernah membunuh orang dengan tidak semena-mena, sekali pembunuhan itu akan membekas ke dalam jiwa sehingga sudah mudah saja baginya melenyapkan nyawa orang untuk selanjutnya. Hati atau jiwa yang rusak itu mengesan kepada mata sehingga boleh dikatakan membayangkan gila.
Dosa pertama, itulah yang harus dijauhi. Al-Qur'an melarang mendekati zina. Karena kalau satu kali telah terjerumus ke dalam zina, dia akan berulang-ulang, dan cahaya kesucian pun hilang dari mata.
Mandor kuli kontrak di zaman kebun-kebun besar di Deli di zaman penjajahan Belanda, hanya merasa keberatan ketika akan memukul dan menerjang kuli-kuli pertama kali. Setelah mulai satu kali, dia akan berturut jadi kebiasaan. Itu pula sebabnya, pencopet-pencopet tertangkap dan berulang kali masuk penjara, jika dia keluar lagi, dia akan mencopet lagi.
Dengan melihat kejadian-kejadian seperti ini, dapatlah kita memahami apa artinya “hati mereka telah kesat".
Mengubah hati yang telah kesat itu hendaklah dengan menempuh satu jalan, yaitu tobat. Dan ini meminta perjuangan yang hebat sekali di dalam jiwa.
Kekhilafan seorang ayah di dalam sebuah rumah tangga pun dapat pula membawa kesan yang tidak baik kepada anak-anaknya. Contoh yang tidak baik dari orang tua, membawa tidak baik pula bagi anak sehingga wibawa orang tua terhadap anak hilang.
Kemudian datang lagi sambungan ayat, “Mereka ubah-abah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya." Sambungan ayat ini telah dikatakan sebagai akibat dari kesalahan utama tadi, yaitu mengingkari janji dengan Allah, karena telah memperturutkan hawa nafsu. Yang dimaksud di sini ialah bahwa mereka ubah kalimat-kalimat, yaitu kata-kata yang tertulis di dalam kitab-kitab suci mereka sendiri. Kita tahu betapa jauhnya arti dari satu kalimat karena kehilangan satu titik huruf saja. Bagaimana kalau hal itu disengaja sehingga maksud ayat bertukar sama sekali dari artinya semula? Atau dicari tafsiran yang lain sehingga maksud pertama dibelokkan kepada maksud yang lain. Atau ditambah atau pun dikurangi. Atau perubahan ketika menyalin dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Sedang bahasa asli buat kembali untuk mengambil perbandingan tidak ada lagi.
Inilah yangtelah berlaku atas kitab Taurat, atau Injil sekalipun.
Apa yang difirmankan Allah dalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini, setelah para cerdik-pandai ahli-ahli persurahan mengadakan beberapa penyelidikan yang saksama se-mata-semata untuk ilmu pengetahuan, telah ternyata kebenarannya. Apa yang sekarang disebut Taurat itu tidaklah yang aslinya lagi, dan perubahan-perubahan daripada yang aslinya itu memang terjadi. Dan dia bukan beredar dengan mutawatir sebagai Al-Qur'an. Taurat yang ditulis oleh Musa sendiri, sebagaimana tersebut di dalam Kitab Ulangan Fasal 31 dari mulai ayat 9 sudah lama tidak ada lagi. Naskah asli Taurat Musa itu sudah hilang. Ini diakui oleh ahli pengetahuan Yahudi dan Nasrani sendiri. Dan setelah naskah asli Taurat itu hilang, tidak ada pula orang yang menghafal keseluruhannya. Perhatikanlah, kalau sekiranya Kitab Ulangan itu sendiri yang dikatakan Taurat, mengapa di dalam kitab itu sendiri ada diceritakan tentang Nabi Musa, yang dikisahkan oleh orang lain. Siapa orang lain itu? Di akhir Kitab Ulangan itu, Fasal 34 diceritakan tentang kematian Musa. Ini bukti yang terang sekali bahwa bukan Musa yang menulis Fasal itu, melainkan orang lain, lama sesudah Musa wafat. Siapa orangnya? Tidak pula terang siapa yang menulis itu. Ahli-ahli penyelidik Yahudi dan Nasrani mengakui bahwa Taurat Musa telah musnah ketika Palestina diserang dan ditaklukkan bangsa Babil, sampai Baitul Maqdis sendiri tempat menyimpan “Peti Perjanjian", tempat Taurat dipelihara, semua dibakar habis dan diruntuhkan, dan orang-orang Yahudi beribu-ribu orang banyaknya ditawan dan dihalau, dan dibawa ke Babil. Baru kemudian setelah bangsa Babil dikalahkan oleh bangsa Persia, Bani Israil dibolehkan pulang ke Palestina dan baru sesudah itu lzra menyusunnya kembali dan menamainya Taurat. Dengan demikian dapatlah dipahami apa yang dikatakan Al-Qur'an bahwa kitab yang mereka namai Taurat sekarang ini banyak berubah, diubah dan ditambah dan dikurangi. Kita akan membaca dengan penuh keheranan kalau di dalam kitab-kitab yang sekarang itu dikatakan bangsa Nabi Luth berzina dengan kedua anak perempuannya dan Nabi Sulaiman di hari tuanya kembali menyembah berhala karena tertarik oleh agama istri-istrinya dan Nabi Harunlah yang membuatkan berhaia anak lembu itu sepeninggal Musa.
“Dan sengaja mereka lupakan sebagian dari apa yang disebutkan untuk mereka dengan dia." Artinya, sebagian besar dari isi kitab itu telah mereka lupakan. Sebab itu bukanlah kita menolak keseluruhan kebenaran isi apa yang mereka namai Taurat sekarang ini. Sebagian tentu ada juga kebenarannya, yaitu yang menerangkan pokok ajaran Nabi Musa, tentang tauhid. Tetapi yang sebagian lagi tidaklah dapat dipercayai kebenarannya, baik karena telah ditambah, atau telah kurang karena ketika mencatat kemudian mereka tidak ingat lagi.
Kalau kitab asli telah terbakar karena penaklukan bangsa Babil, dan mereka ditawan di Babil 100 tahun lebih, sehingga yang tua-tua sudah pada mati, datang anak-anak yang telah hidup di negeri lain, baru kemudian pulang kembali, sehingga menurut riwayat kitab mereka sendiri, ada yang enggan pulang ke Palestina karena telah betah hidup di Babil.
Dapatlah kita pahamkan jika sudah banyak yang terlupa. Dan menurut penyelidikan, kitab yang disusun oleh Izra itu banyak bercampur dengan bahasa Babil.
jarak di antara Musa dengan Izra tidak kurang dari 400 tahun.
Maka dapatlah dimaklumi bahwa sebagian besar telah lupa, cuma sebagian saja yang masih teringat. Dapatlah dipahami kalau timbul berbagai tahrif, penggeseran dan percobaan-percobaan mengubah isi.
Inilah satu bukti lagi tentang mukjizat Al-Qur'an. Di zaman Nabi sendiri tidaklah ada orang Arab yang mengetahui seluk-beluk perubahan Taurat itu. Hal ini sudah dijelaskan dengan wahyu sejak zaman Mekah, sebagai di surah al-Israa' yang bernama juga surah Bani Israil, menceritakan bahwa telah dua kali Bani Israil membuat rusak di bumi, sehingga mereka dikalahkan oleh bangsa yang lebih kuat. (Lihat dalam tafsir surah al-lsraa') Malahan di zaman ratusan tahun sesudah Nabi Muhammad ﷺ sendiri, ulama-ulama tafsir Al-Qur'an sendiri pun belum tahu duduk perkara; kemudian ini, 200 atau 300 tahun di belakang ini, sesudah penyelidikan ahli-ahli menjadi jelas, terbuktilah apa yang disabdakan dalam wahyu ini, bahwa memang Taurat yang sekarang tidak asli lagi, dan sudah banyak perubahan. Sebab itu dari ilmu pengetahuan, orang merasa sangat beruntung karena didapatnya Naskah-naskah Pegunungan Qamran di Laut Mati itu, yang moga-moga dapat dipergunakan untuk mencari keaslian.
“Dan senantiasalah dapat engkau lihat atas kekhianatan yang terbit dari mereka."
Dalam ayat ini diperingatkanlah kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwasanya selain dari kitab mereka sendiri sudah mereka ubah-ubah, dan sebagian besar sudah lupa, karena kesat hati mereka itu, sampai sekarang ini pun sikap-sikap pengkhianatan itu masih terns saja dapat dilihat. Kalau masih ada kesempatan niscaya akan mereka coba lagi, dan itu akan berlaku terus-menerus. “Kecuali sedikit dari mereka." Yaitu yang insaf dan berilmu, yang luas paham dan lapang dada, yang memang tunduk kepada kebenaran, sebagai seorang Yahudi yang kemudian menjadi sahabat Rasulullah yang terkemuka, yaitu Abdullah bin Salam.
Abdullah bin Salam sendiri bercerita, “Mulai saja Rasulullah ﷺ datang ke Madinah, berduyun-duyunlah orang menemui beliau, dan aku sendiri pun datang menemuinya. Setelah aku perhatikan wajahnya dan aku kaji betul-betul, dapatlah aku memastikan bahwa pada wajahnya itu tidak ada terbayang sedikit juga bahwa orang ini seorang pendusta." Dan katanya pula, “Yang mula-mula aku dengar perkataannya ialah, ‘Wahai Manusia! Sebarkanlah salam, beri makanlah yang patut diberi makan, dan shalatlah tengah malam ketika manusia sedang enak tidur; niscaya kamu akan masuk surga dengan salam."‘
Sejak itu hatinya lekat, tidak lepas-lepas lagi. Selain dari dia ada lagi beberapa orang yang lain. Sebab itu maka dikatakan bahwa mereka hanya sedikit. “Maka maafkanlah mereka dan habisi sajalah." Tidak usah diambil peduli lagi, hadapi saja dengan jiwa besar,
“Sesungguhnya Allah amat suka kepada orang-orang yang berbuat kebajikan."
Meskipun pengkhianatan mereka sewaktu-waktu masih timbul, mulai sekarang maafkan dan habisi sajalah. Sebab ayat ini turun sesudah Haji Wada' dan Islam sudah kuat. Yahudi yang dahulu sangat kukuh kedudukan mereka, karena ekonomi mereka, satu demi satu sudah runtuh.
Sejak semula Rasulullah pindah ke Madinah, beliau mengatur siasat pertetanggaan yang baik dengan Yahudi, sampai membuat perjanjian. Sampai mereka mengakui dalam perjanjian-perjanjian itu, bahwa mereka tidak akan memusuhi Nabi dan Islam, dan tidak akan membantu musuh-musuh Islam. Dalam pergaulan sehari-hari pun Rasulullah berbaik dengan mereka dan sahabat-sahabat pun berbaik pula dengan mereka.
Berjual-beli, berpinjam-sewa, berpagarg-gadai, berjalan lancar karena mereka memang ahli berniaga, dan berekonomi kuat. Tiga persukuan mereka besar pengaruhnya di Madinah, yaitu Bani Qainuqa' Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah, Tetapi satu demi satu pula mereka mengkhianati janji. Bani Qainuqa' yang mula-mula membuat gara-gara mencari fasal, dengan mengganggu seorang perempuan Islam di pasar mereka. Pemuda mereka mengganggu seorang perempuan itu yang sedang berbelanja, ditariknya selendang perempuan itu di hadapan umum. Belum apa-apa! Tetapi setelah perempuan itu duduk, datang seorang lagi, dengan diam-diam dia sangkut-kan ujung baju perempuan itu ke belakang, sehingga setelah dia berdiri kembali, terbukalah penutup tubuhnya sebelah bawah, sehingga terbukalah kedua auratnya sehingga perempuan itu memekik-mekik karena diberi malu sebesar itu dan mereka tertawa-tawa. Datang seorang anak muda Islam ke tempat itu. Sangat tersinggung perasaannya sehingga dia pukul yang mengganggu itu. Mereka per-sama-samakan mengeroyok dia. Terjadi per-kelahian besar, pemuda Islam itu mati ditikam, dan dia pun sebelum mati membunuh pula seorang pemuda Yahudi. Inilah tantangan Yahudi yang pertama. (Syawwal tahun kedua, sesudah Perang Badar)
Tantangan Bani Qainuqa' itu dibalas dengan kontan. Kampung mereka dikepung 15 hari lamanya, sampai mereka tunduk. Akhirnya dapat persetujuan sampai mereka disuruh berangkat meninggalkan Madinah buat sela-manya.
Bani Nadhir menderita nasib yang sama, setelah ternyata bukti-bukti setelah mereka bersepakathendakmembunuh Rasulullahyang sedang bersandar di dinding rumah mereka. Bani Quraizhah dihukum bunuh sekalian laki-lakinya, karena ternyata berkhianat ketika Peperangan Ahzab. Kemudian sekali di-hancurkanlah pertahanan mereka yang ter
akhir di perbentengan Khaibar. Setelah kejadian-kejadian itu, kedudukan Yahudi tidak sepenting dahulu lagi di tanah Hejaz. Ayat yang tengah kita tafsirkan ini turun di tengah Haji Wada' islam telah kuat. Meskipun sisa Yahudi masih ada di tanah Hejaz, meskipun kadang-kadang masih kelihatan kekhianatan mereka, maaf dan pandang telah habis sajalah.
Baru di zaman Sayyidina Umar, karena sisa-sisa yang tinggal itu masih saja membuat khianat yang tidak dapat dimaafkan, sampai seorang Anshar mereka bunuh di Khaibar, dan sampai ada yang memiuh tangan Abdullah bin Umar sehingga patah. Maka diusir habislah mereka dari seluruh tanah Hejaz di zaman Umar. Namun sampai saat ini, setelah 14 abad Rasulullah ﷺ meninggal, mereka rampok kembali tanah air orang Islam, bumi Palestina yang suci dengan alasan bahwa 4.000 tahun lalu nenek moyang mereka datang dari sana.
Ayat 14
“Dan dari setengah mereka."
Yaitu Ahlul Kitab juga, “Yang berkata, ‘Sesungguhnya kami ini adalah Nashara!'“ Menjelaskan bagi kita bahwa nama Nashara atau Masehi itu bukanlah nama yang diberikan Allah kepada mereka, atau nama yang diberikan al-Masih sendiri. Nama-nama ini baru mereka adakan untuk diri mereka, sesudah al-Masih meninggalkan dunia. Pada mulanya orang hanya mengenal Nasrani sebagai satu madzhab saja dari Yahudi. Ketika Paulus didakwa oleh Tertulus di muka pengadilan Romawi, di antara tuduhannya dia berkata, “Karena orang ini hamba sekalian dapati seperti sampan, yaitu seorang “penggerak" huru-hara kepada sekalian orang Yahudi di seluruh dunia, dan menjadi kepala Madzhab Nasrani!" (Kisah Rasul-Rasul Pasal 24; 5)
Jelaslah bahwa nama-nama itu adalah ciptaan kemudian. Ada pun yang asal pokok segala agama hanya satu, menyerah diri kepada Allah Yang Esa.
Lantaran itu,
“Maka Kami bangkitkan di antara mereka itu permusuhan dan kebencian sehingga hari Kiamat, dan akan memberitakan Allah kepada mereka darihal apa yang telah mereka usahakan."
Nabi Isa al-Masih di kala hidupnya belum sempat menuliskan sendiri segala pengajaran yang beliau sampaikan, bukan sebagaimana Nabi Musa. Pengikut-pengikut beliau kebanyakan orang awam, yang terdiri dari tukang pukat atau nelayan. Orang Yahudi yang bermula diharapkan akan menerima seruan itu, merekalah yang terlebih-lebih menghambat segala perkembangan ajaran al-Masih, membenci dan mengejar-ngejar segala pengikutnya, sehingga di waktu itu ai-Masih pernah mengatakan kepada pengikutnya, bahwa barangsiapa yang beriman kepadaku bersedialah memikul salibnya sendiri, artinya bersedialah mati jadi korban.
Mereka sejak semula tidak mempunyai suatu kemasyarakatan yang kuat untuk mengatur dan menyusun ajaran beliau menjadi sebuah buku tuntunan, bukan sebagai Muhammad ﷺ dengan Al-Qur'an, yang di kala beliau hidup pun sudah mengangkat beberapa orang pemuda penulis wahyu. Di dalam ajaran-ajaran mereka sendiri, ahli sejarah mereka mengakui bahwa sejak semula sudah banyak percobaan memasukkan pengaruh lain ke dalam ajaran Yesus yang asli, sampai menulis pula buku-buku yang mereka namai pula Injil. Agar kita jangan disangka membuat-buatkan saja, di sini kita salinkan sedikit apa yang ditulis oleh Yoakim Armiya orang Jerman, yang berjudul, Kata-Kata al-Masih yang Tidak Terdaftar. (Disalin ke dalam bahasa Arab oleh Dr. Izzat Zaiy, halaman 10 sampai 12)
Di antara lain. “Dua hal yang patut kita letakkan di hadapan mata untuk diperhatikan, sebagai hakikat yang pokok darihal berita Injil dan penulisannya. Masanya lama sekali, bahwa segala ajaran Nabi al-Masih, baik kata-katanya atau mukjizatnya atau tentang hidupnya, dan kisah-kisah yang tetap tentang kematiannya dan bangkitnya kembali dari kubur, semuanya itu adalah diriwayatkan dari mulut ke mulut. Di waktu itu juga, ketika Kristen telah tersebar di Suriah, Asia Kecil dan Yunani, kisah-kisah berita Yesus itu, menurut pengetahuan kita, semuanya masih kisah mulut ke mulut."
Dan beginilah keadaannya sampai hampir 35 (tiga puluh lima) tahun lamanya. Keadaan ini tidak berubah sampai waktu Nero membasmi orang Kristen, sampai ketua-ketua gereja dan orang besar-besarnya berkumpul membicarakan hal ini, yaitu dalam musim gugur di tahun 64 Masehi.
Ketika itu tiang-tiang agung gereja telah banyak mati dan syahid, di antaranya ialah Rasul Petrus yang mati disalib di Taman Fatchican. Mulailah mereka memperbincangkan dan mengingat-ingat apa yang dikisahkan oleh Petrus tentang hidupnya sendiri bersama al-Masih, dan percakapan al-Masih dengan dia, dan Mukjizat Tuhan Yesus yang dia lihat, dan tentang dia sendiri memungkiri al-Masih sampai tiga kali di malam Kamis yang dia dihukum itu di hadapan majelis pendeta-pendeta Yahudi. Dan orang-orang yang berapat itu tidak lagi mendapati orang lama kecuali Yohannes yang bergelar Markus, teman Rasul Petrus yang berkhianat kepada gereja, yang telah lari di zaman penyiksaan itu, akan mencatat apa yang masih dia ingat dari kata-kata al-Masih dan ajarannya. Maka dituliskanlah oleh Markus berita selamat itu secara ringkas, dengan memakai namanya sendiri. Maka itulah kisah yang paling tua yang ditulis tentang al-Masih!"
Menurut keterangan penulis ini, alasan kebenaran beritanya di atas itu, diambilnya dari apa yang ditulis dalam Sejarah Gereja Liesapius. Perkataannya darihal Pabias. Dia mengatakan bahwa Markus menulis itu setelah Petrus mati, dan dia berkata, “Markus murid Petrus telah menuliskan mana yang dia masih sanggup mengingatnya."
Dan penulis itu mengatakan seterusnya, “Hakikat yang kedua bahwa kisah Markus tentang al-Masih itu, dan kata-katanya telah menimbulkan keinginan bagi yang lain buat menuruti jejaknya. Maka tidaklah heran kalau Berita Selamat itu diselidiki kembali, dan dibuktikan bahwa ini belum cukup. Lantaran itu mulai pulalah yang lain mengikuti dengan lebih terperinci, maka timbullah Berita Selamat, berita selamat yang lain, mengikuti jejak-jejak Markus, seumpama Injil Matius dan Lukas, dan yang lain berbeda lagi dari itu, sehingga tiap-tiap daerah ke-Kristen-an telah mempunyai Injil sendiri-sendiri, yang dipakainya dalam gerejanya sendiri pula, sehingga sebelum masuk abad kedua, telah terdapat bilangan yang banyak dari berita-berita Injil, yang tentu saja menimbulkan kekacauan dan keraguan. Dan bertambah lagi kekacauan dengan timbulnya golongan kaum Genesis, dan yang menamai diri mereka kaum sarjana, yang bermaksud hendak mencampur ajaran Kristen dengan agama yang mengelilinginya, mereka pun membuat serentetan Injil Bazilidis, Injil Thomas, Injil Pilipus, Injil jua. Maka setelah dilihat oleh gereja bahwa hal ini berbahaya sangat, mulailah gereja memutuskan penyelidikan atas dasar-dasar kebenaran semuanya itu dan menolak nama yang tidak ada dasar sejarahnya, dan ditetapkanlah hanya empat saja, yang sekarang terkenal itu, dan dianggaplah yang lain itu sebagai berita-berita yang terlarang dan ditolak, dikumpulkan lalu dibakar hingga habis hilang, dan tidak ada yang sampai ke tangan kita walaupun hanya sedikit saja."
Keterangan yang kita salinkan ini adalah suara dari pihak orang Kristen sendiri, menjadi bukti yang teguh bahwa Injil belum ditulis ketika Nabi Isa hidup. Sampai beberapa lama setelah beliau meninggal dunia. Hanya dari mulut ke mulut, dan diakui pula memang ada kekacauan, memang ada Injil yang dilarang dan dibakar, kemudian yang hanya disahkan ialah empat. Dan bila kita baca pula yang empat itu, nyata pula bahwa isinya menurut keterangan dan karangan masing-masing orang, yang kadang-kadang terdapat perselisihan, karena mencatat yang tadinya hanya diterima dari mulut ke mulut. Keputusan baru dimulai pada tahun 64 sesudah Nabi Isa meninggalkan dunia.
Menurut berita orang Kristen, Injil yang paling dahulu ialah Injil Matius, yang ditulis 8 tahun sesudah Yesus meninggalkan dunia. Yang kedua Injil Markus, yang ditulis—kata satu riwayat—pada tahun 61. Sesudah itu Injil Lukas, ditulis tahun 63, sepeninggal beliau, yang terakhir Injil Yahya (Yohannes) ditulis di dalam tahun 70 Miladiyah,
Baik bila mempelajari isi Injil itu sendiri keempatnya atau menilik jalan riwayat, bahwa memang dia belum tertulis di zaman Nabi Isa masih hidup, karena penyebar-penye-bar Kristen masih dalam penderitaan karena dikejar-kejar orang Yahudi, sampai nasib malang di zaman Nero sehingga baru tiga abad di belakang itu, di zaman Kaisar Konstantin, Romawi menerima Kristen sebagai agama resmi, dapatlah dipahamkan apa yang diterangkan oleh Al-Qur'an, bahwa orang Nasrani pun telah lupa sebagian besar dari ajaran al-Masih, bahkan telah menambah-nambah dengan beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh gereja, sehingga keputusan pendeta yang tidak boleh dibantah itu, menentukan nasib seseorang, apa masih diterima menjadi Kristen atau sudah dikucilkan.
Al-Qur'an pun membuktikan dengan tegas di dalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini bahwa di kalangan Kristen sendiri timbullah perselisihan pendapat yang membawa permusuhan dan kebencian di antara mereka sendiri. Yakni setelah dipercayai bahwa Isa al-Masih adalah Tuhan, bagaimana pula kedudukan ketuhanannya itu! Di zaman dahulu selama ini hanyalah orang Protestan. Itu pun Kennedy mati dibunuh orang (1963) di Dallas yang penduduknya terbanyak Protestan.
Kalau kelihatan hidup damai di antara sekalian sekte besar dan kecil itu bukanlah karena kepercayaan agama telah dapat disamakan, melainkan karena agama tidak dibicarakan lagi, lalu disimpan dalam hati masing-masing saja. Bangsa Irlandia memisah diri dari Kerajaan Britania Raya ialah karena kesetiaan Irlandia kepada Katolik dan tidak mau tunduk kepada Kerajaan Inggris yang gereja Kerajaannya ialah Anglicant, pecahan Katolik yang mendekat kepada Protestan, tetapi masih memakai beberapa Secramen sembahyang cara Katolik. Memisahkan diri di zaman Raja Henri VIII, karena dia hendak menceraikan istrinya dan hendak kawin lagi tidak disahkan oleh Paus di Roma, lalu dia meresmikan putus dengan Roma.
Pertentangan agama yang demikian hebat di benua Eropa itulah yang menyebabkan ke-rajaan-kerajaan modern akhirnya mendirikan negara secara sekuler, yaitu memisahkan gereja dari kenegaraan.
Sampai hari Kiamat—demikian kata Al-Qur'an—permusuhan dan kebencian ini tidak akan habis, selama mereka belum kembali kepada pokok asli, yaitu, “Tidak ada tuhan melainkan Allah dan Isa al-Masih adalah Utusan Allah, dan menerima kebenaran sekalian nabi-nabi, dan penutupnya Nabi Muhammad ﷺ!
Sebab kepercayaan itu tidak diakui oleh akal mereka sendiri, maka timbullah bermacam bentuk kepercayaan yang tidak bisa disatukan. Terutama karena al-Masih sendiri tidak pernah mengajarkannya.