Ayat
Terjemahan Per Kata
ذُرِّيَّةَ
keturunan (anak cucu)
مَنۡ
orang-orang
حَمَلۡنَا
Kami bawa
مَعَ
bersama
نُوحٍۚ
Nuh
إِنَّهُۥ
sesungguhnya dia
كَانَ
adalah dia
عَبۡدٗا
seorang hamba
شَكُورٗا
banyak bersyukur
ذُرِّيَّةَ
keturunan (anak cucu)
مَنۡ
orang-orang
حَمَلۡنَا
Kami bawa
مَعَ
bersama
نُوحٍۚ
Nuh
إِنَّهُۥ
sesungguhnya dia
كَانَ
adalah dia
عَبۡدٗا
seorang hamba
شَكُورٗا
banyak bersyukur
Terjemahan
(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh, sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.”
Tafsir
(Yaitu anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh) di dalam bahtera. (Sesungguhnya dia adalah hamba Allah yang banyak bersyukur) kepada Kami dan selalu memuji dalam semua sepak terjangnya.
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), "Janganlah kalian mengambil penolong selain Aku, " (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur. Setelah Allah menyebutkan bahwa Dia telah memperjalankan hamba-NyaNabi Muhammad ﷺ di suatu malam, lalu Dia mengiringinya dengan kisah Musa yang juga sebagai hamba, rasul, dan orang yang pernah diajak bicara langsung oleh-Nya. Dalam Al-Qur'an sering Allah menyebutkan kisah tentang Musa dan Nabi Muhammad ﷺ secara beriringan, demikian juga penuturan tentang Taurat dan Al-Qur'an. Karena itulah setelah menyebutkan peristiwa Isra, Allah ﷻ berfirman: Dan Kami berikan kepada Musa kitab. (Al-Isra: 2) Yang dimaksud adalah kitab Taurat. dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), "Janganlah kalian mengambil..." (Al-Isra: 2) Maksudnya janganlah kalian menjadikan.
"...penolong selain Aku. (Al-Isra: 2) Yakni pelindung, penolong, dan sembahan selain Aku. Karena sesungguhnya Allah ﷻ selalu menurunkan kepada setiap nabi yang diutus-Nya firmanNya mengatakan, "Sembahlah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya." Selanjutnya Allah ﷻ berfirman: anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. (Al-Isra: 3) Bentuk lengkap ayat ialah, "Hai anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh." Di dalam kalimat ayat ini terkandung makna yang mengingatkan akan nikmat dan karunia Allah. Dengan kata lain, ayat ini seakan-akan mengatakan, "Hai keturunan orang-orang yang Kami selamatkan dan Kami bawa bersama-sama Nuh di dalam bahtera, tirulah jejak bapak kalian!" Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur. (Al-Isra: 3) Dengan kata lain, ingatlah kalian semua akan nikmat-Ku kepada kalian, yaitu Kami telah mengutus Nabi Muhammad ﷺ kepada kalian.
Di dalam hadis dan asar dari ulama Salaf disebutkan bahwa Nabi Nuh a.s. selalu memuji kepada Allah bila makan, minum, berpakaian, dan dalam semua perbuatannya. Karena itulah maka ia dijuluki sebagai hamba Allah yang banyak bersyukur. Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Husain, dari Abdullah ibnu Sinan, dari Sa'd ibnu Mas'ud As-Saqafi yang mengatakan, "Sesungguhnya Nabi Nuh mendapat julukan seorang hamba yang banyak bersyukur, tiada lain karena bila hendak makan atau minum ia selalu memuji kepada Allah." ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Abu Zaidah, dari Sa'id ibnu Abu Burdah, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar rida kepada seorang hamba manakala ia makan sesuap atau minum seteguh tidak pernah lupa mengucapkan pujian kepada Allah atas nikmat itu. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai melalui Jalur Abu Usamah. Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa Nabi ﷺ selalu memuji kepada Allah dalam semua keadaan. Imam Bukhari dalam bab ini telah meriwayatkan hadis Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda, "Aku adalah pemuka anak Adam kelak di hari kiamat," hingga akhir hadis.
Di dalam hadis ini disebutkan bahwa lalu mereka datang kepada Nabi Nuh dan meminta, "Hai Nuh, sesungguhnya engkau adalah rasul yang mula-mula diutus Allah untuk penduduk bumi, dan Allah telah memberimu nama julukan seorang hamba yang banyak bersyukur. Maka mohonkanlah syafaat bagi kami kepada Tuhanmu," hingga akhir hadis."
Wahai keturunan dari orang yang Kami bawa bersama Nuh, yaitu orangorang yang diselamatkan Allah dari bencana banjir, jadikanlah nenek
moyangmu, yaitu Nabi Nuh sebagai teladan bagimu, sesungguhnya dia
adalah hamba Allah yang banyak bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya. Maka bersyukurlah kamu sekalian atas nikmat
diutusnya rasul kepadamu, sebagaimana mereka mensyukuri nikmat
yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah menganugerahkan kepada Bani Israil kitab Taurat agar menjadi
petunjuk, tetapi mereka enggan berpedoman padanya. Dan telah Kami
tetapkan terhadap Bani Israil, yakni anak-cucu Nabi Yakub, melalui wahyu yang Kami turunkan kepada Nabi Musa yang termaktub dalam kitab
itu, yakni Taurat, bahwa kamu pasti akan membuat kerusakan di muka
bumi ini, yakni Baitul Maqdis, sebanyak dua kali, tetapi Allah tidak segera menjatuhkan siksa kepadamu, dan dengan demikian pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.
Allah ﷻ menyebutkan juga nenek moyang mereka, yaitu orang-orang yang telah diselamatkan Allah bersama-sama Nuh a.s. dari topan. Mereka diselamatkan Allah dengan perantaraan wahyu-Nya kepada Nuh a.s. Nuh diperintahkan untuk membuat perahu, agar dia dan kaumnya yang setia terhindar dari azab Allah yang akan ditimpakan kepada kaumnya yang mengingkari kenabiannya. Hal ini mengandung peringatan bagi Bani Israil agar mengambil contoh dan pelajaran dari peristiwa itu, dan mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi Nuh. Hal itu juga sebagai pelajaran bagi kaum Muslimin agar tetap memelihara tauhid seperti Nuh a.s. dan pengikut-pengikutnya, serta orang-orang yang mensyukuri nikmat Allah.
Sebagai penjelasan dari penafsiran tersebut, perlu dikemukakan beberapa hadis yang menjelaskan bahwa Nabi Nuh a.s. adalah nabi yang sangat mensyukuri nikmat Allah, sebagaimana tersebut dalam hadis:
Pertama:
Diriwayatkan Muadz bin Anas Al-Juhaniy bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Allah menamakan Nuh sebagai hamba yang sangat mensyukuri nikmat Allah karena apabila telah datang waktu sore dan pagi hari, dia berkata, Mahasuci Allah ketika kamu berada di waktu sore dan di waktu Subuh dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan bumi ketika berada di petang hari dan ketika kamu berada di waktu Zuhur." (Riwayat Ibnu Mardawaih)
Kedua:
Apabila Nabi Nuh telah mengenakan baju dan menyantap makanan dia memuji Allah ﷻ Maka dinamakanlah dia "hamba yang sangat mensyukuri nikmat Allah. (Riwayat Ibnu Jarir ath-thabari, al-Baihaqi, dan al-hakim dari Salman al-Farisi).
Demikianlah doa dan tasbih yang diucapkan oleh Nabi Nuh a.s. yang patut dicontoh dan diamalkan oleh kaum Muslimin.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 2
“Dan telah Kami berikan kepada Musa Kitab itu, dan Kami jadikan dia petunjuk bagi Bani Israil agan janganlah kamu jadikan yang selain Aku akan penolong."
Muhammad ﷺ telah dipanggil menghadap Allah secara Isra' dan Mi'raj. Kepadanya telah diturunkan Al-Qur'an dan difardu-kan shalat lima waktu. Sebelum dia, Musa pun telah dipanggil menghadap Allah di lereng Gunung Thursina; Allah pun telah mengajaknya bercakap. Seketika Allah tajalli di gunung, Musa pingsan (al-A'raaf ayat 142), Kepadanya pun telah diturunkan wahyu yang bernama Taurat, petunjuk bagi Bani Israil. Inti sari dari petunjuk itu adalah satu, yaitu ‘Agar janganlah kamu jadikan yang seiain Aku akan penolong."
Dengan memperlihatkan kedua ayat ini, yang pertama menyebut Isra' Muhammad ﷺ, lalu ayat kedua menyebut Musa, dijelaskanlah untuk kita bahwa isi aqidah ajaran Muhammad ﷺ dengan ajaran Musa adalah satu, yaitu tauhid; tidak ada penolong lain, selain Allah. Di sini pun ditampakkan pula bahwa di samping persamaan inti ajaran, terdapat perbedaan pribadi di antara kedua rasul Allah dan perbedaan perlakuan Allah terhadap keduanya. Musa dipanggil ke Gunung Thursina, sedang Muhammad dipanggil dari Mekah ke Baitul Maqdis, dan dari sana langsung ke langit. Musa ditugaskan hanya untuk Bani Israil, sedangkan Muhammad diperintahkan untuk menyampaikan dakwah kepada seluruh umat manusia.
Orang Quraisy hanya pada taraf pertama saja. Dari sana nanti akan menyebar ke seluruh manusia.
Ayat 3
“Anak cucu dari orang-orang yang Kami angkut bersama Nuh!"
“Tidak ada bersama Nuh melainkan empat anak, yaitu Ham, Sam, Yufits, dan Kusy. Dari keempat anak itulah turun sekalian makhluk." Dari keempat anak itu berkembanglah manusia.
“Sesungguhnya dia itu yaitu Nabi Nuh adalah hamba yang penerima kasih."
Menurut beberapa tafsir yang mu'tamad, pangkal ayat 3 ini berisi seruan atau panggilan kepada umat-umat yang didatangi Nabi Muhammad ﷺ dan Musa bahwa mereka adalah dari satu turunan tunggal kapal tempat penumpang. Nuh dan keluarganya diselamatkan dengan bahtera merekalah yang dibiarkan hidup, karena Nuh adalah hamba Allah yang berterima kasih. Adapun yang lain di waktu itu telah tenggelam dilanda topan. Maka, supaya syari'at perintah Allah jadi pimpinan kepada anak cucu penumpang bahtera itu, diutus kembalilah rasul-rasul dan nabi-nabi. Di antaranya Musa kepada Bani Israil dan penutupnya Muhammad ﷺ yang dipanggil Isra' dan Mi'raj dalam malam bahagia itu.