Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالُوٓاْ
dan mereka berkata
أَءِذَا
apakah apabila
كُنَّا
adalah kami
عِظَٰمٗا
tulang belulang
وَرُفَٰتًا
dan benda-benda yang hancur
أَءِنَّا
apakah sesungguhnya kami
لَمَبۡعُوثُونَ
pasti akan dibangkitkan
خَلۡقٗا
makhluk
جَدِيدٗا
baru
وَقَالُوٓاْ
dan mereka berkata
أَءِذَا
apakah apabila
كُنَّا
adalah kami
عِظَٰمٗا
tulang belulang
وَرُفَٰتًا
dan benda-benda yang hancur
أَءِنَّا
apakah sesungguhnya kami
لَمَبۡعُوثُونَ
pasti akan dibangkitkan
خَلۡقٗا
makhluk
جَدِيدٗا
baru
Terjemahan
Mereka berkata, “Apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan kepingan-kepingan (yang berserakan), apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”
Tafsir
(Dan mereka berkata) dalam keingkaran mereka terhadap adanya hari berbangkit ("Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?").
Tafsir Surat Al-Isra: 49-52
Dan mereka berkata, "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur; apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru? Katakanlah, "Jadilah kamu sekalian batu atau besi atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiran kalian. Maka mereka akan bertanya, "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?" Katakanlah, "Yang telah menciptakan kalian pada yang pertama kali.
Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, "Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah, "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat, yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhi-Nya sambil memujinya dan kalian mengira bahwa kalian tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. Allah ﷻ menceritakan perihal orang-orang kafir yang menganggap mustahil terjadinya hari berbangkit, bahwa mereka mengatakan dengan nada ingkar yang perkataan mereka disitir oleh firman-Nya: Apakah bila kami telah menjadi tulang dan benda-benda yang hancur. (Al-Isra: 49) Yang dimaksud dengan rufatan ialah tanah, menurut mujahid.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa rufatan ialah debu. apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru? (Al-Isra: 49) yakni di hari kiamat kelak, padahal kami telah hancur dan telah tiada. Seperti yang disebutkan oleh Allah" dalam ayat lain menceritakan ucapan mereka melalui firman-Nya: (Orang-orang kafir) berkata, "Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula? Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat? Mereka berkata, "kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. (An-Nazi'at: 10-12) Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya. (Yasin: 78), hingga akhir ayat berikutnya.
Maka Allah memerintahkan Rasul-Nya agar menjawab mereka dengan kalimat yang diajarkan-Nya, yaitu firman-Nya: Katakanlah, "Jadilah kamu sekalian batu atau besi. (Al-Isra: 50) karena kedua benda ini jauh lebih tahan daripada tulang dan tanah. atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiran kalian. (Al-Isra: 51) Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Ibnu AbuNujaih, dari Mujahid, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai maknanya; maka Ibnu Abbas menjawab bahwa yang dimaksud ialah maut.
Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Ibnu Umar pernah mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, "Seandainya kalian telah mati, tentulah Allah akan menghidupkan kalian kembali." Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Makna yang dimaksud ialah seandainya kalian benda mati yang merupakan lawan kata dari hiduptentulah Allah dapat menghidupkan kalian; jika Dia menghendaki; karena tiada sesuatu pun yang sukar bagi-Nya jika Dia menghendaki-Nya.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah hadis yang bunyinya seperti berikut: Kelak pada hari kiamat maut didatangkan dalam bentuk seekor kambing gibas yang bertanduk, lalu diberdirikan di antara surga dan neraka. Kemudian dikatakan, "Hai penduduk surga, tahukah kalian apakah ini?" mereka menjawab, "Ya. Kemudian dikatakan lagi, "Hai penduduk neraka, tahukah, kalian apakah ini?" Mereka menjawab, "Ya." Selanjutnya kambing itu disembelih di antara surga dan neraka, kemudian dikatakan, "Hai penduduk surga, kekallah kalian tanpa mati.
Hai penduduk neraka, kekallah kalian tanpa mati!" Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiran kalian. (Al-Isra: 51) Yakni jadilah kalian seperti langit, bumi, dan gunung-gunung. Menurut riwayat yang lain, jadilah kalian sesuka kalian, maka Allah tetap akan menghidupkan kalian sesudah kalian mati. Di dalam tafsir firman Allah ﷻ berikut ini yang diriwayatkan oleh Imam Malik, dari Az-Zuhri (yaitu firman-Nya): atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiran kalian. (Al-Isra: 51) Makna yang dimaksud ialah maut (makhluk mati). Firman Allah ﷻ: Maka mereka akan bertanya, "Siapakah yang akan menghidupkan kami kembali? (Al-Isra: 51) Artinya, siapakah yang akan menghidupkan kami bila kami menjadi batu atau besi atau makhluk lainnya yang kuat.
Katakanlah, "Yang telah menciptakan kalian pada yang pertama kali." (Al-Isra: 51) Yaitu Tuhan Yang telah menciptakan kalian. Pada awal mulanya kalian bukan merupakan sesuatu yang disebut-sebut, kemudian jadilah kalian manusia yang menyebar. Sesungguhnya Dia mampu menghidupkan kembali kalian, sekalipun kalian telah berubah menjadi apa pun. Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya: Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah ﷻ: Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepalanya kepadamu. (Al-Isra: 51) Ibnu Abbas dan Qatadah mengatakan bahwa mereka menggeleng-gelengkan kepalanya mengandung makna mencemoohkan. Pendapat yang dikatakan oleh keduanya ini berdasarkan pengertian bahasa, karena makna ingad ialah menggerakkan kepala dari arah bawah ke arah atas atau sebaliknya. Termasuk ke dalam pengertian ini ialah dikatakan nagdun terhadap anak burung unta. Dikatakan demikian karena bila berjalan burung itu condong ke depan seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Dikatakan nagadat sinnuhu, artinya giginya bergerak dan goyah. Seorang penyair mengatakan, ... "Giginya telah goyah karena usianya yang lanjut." Firman Allah ﷻ: dan berkata, "Kapan itu (akan terjadi)?" (Al-Isra: 51) Ungkapan ini menunjukkan pengertian bahwa mereka menganggap mustahil akan terjadinya hari berbangkit. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan mereka berkata, "Kapankah datangnya ancaman itu, jika kalian orang-orang yang benar? (Al-Mulk: 25) Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu disegerakan kedatangannya. (Asy-Syura: 18) Mengenai firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat. (Al-Isra: 51) Ayat ini dapat diartikan bahwa waspadalah kalian akan datangnya hari itu, karena sesungguhnya hari itu dekat waktunya bagi kalian.
Hari itu pasti akan datang kepada kalian, karena sesuatu yang pasti terjadi akan menjadi kenyataan. Firman Allah ﷻ: yaitu pada hari Dia memanggil kalian. (Al-Isra: 52) Yakni di hari Tuhan menyeru kalian semua. Dalam ayat lain disebutkan: apabila Dia memanggil kalian sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kalian keluar (dari kubur). (Ar-Rum: 25) Dengan kata lain, apabila Allah memerintahkan kepada kalian untuk keluar dari kuburan, maka perintah-Nya itu tidak dapat ditentang dan tidak dapat ditolak, semua menaati-Nya.
Bahkan dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya: Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 50) Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu'apabila Kami menghendaki, Kami hanya mengatakan kepadanya, "Jadilah! Maka jadilah ia. (An-Nahl: 40) Dan firman Allah ﷻ: Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14) Yakni sesungguhnya menghidupkan kembali itu hanyalah dengan sekali perintah saja, maka dengan serta-merta mereka keluar dari perut bumi ke permukaannya.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhinya sambil memuji-Nya. (Al-Isra: 52) Artinya, kalian semua memenuhi seruan-Nya karena taat kepada perintah-Nya dan patuh kepada kehendak-Nya. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud adalah lalu kalian mematuhi perintah-Nya. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Juraij. Qatadah mengatakan bahwa kalian memenuhi perintah-Nya dengan sepengetahuan-Nya dan karena taat kepada-Nya.
Sebagian ulama tafsir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhinya sambil memuji-Nya. (Al-Isra: 52) Yakni bagi Allah segala puji dalam semua keadaan. Di dalam hadis disebutkan: ". Orang-orang' yang biasa membaca kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah' tidak akan merasa kesepian di dalam kuburnya. Saya seakan-akan melihat ahli kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah' bangkit dari kuburan mereka seraya menepiskan debu dari kepalanya sambil membaca kalimat 'Tidak ada Tuhan selain Allah'.
Menurut riwayat lain disebutkan bahwa mereka mengucapkan: Segala puji bagi Allah yang telah mengilangkan dukacita dari kami. (Fathir: 34) Hal ini akan diterangkan dalam tafsir surat Fathir. Firman Allah ﷻ: dan kalian mengira. (Al-Isra: 52) Yaitu pada hari kalian dibangkitkan dari kubur kalian. bahwa kalian tidak berdiam. (Al-Isra: 52) Maksudnya, tidak berdiam di kampung dunia (termasuk dalam kubur). kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52) Makna ayat ini semisal dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46) (Yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang yang berdosa dengan muka yang biru muram, mereka berbisik-bisik di antara mereka, "Kalian tidak berdiam (di dunia) hanyalah sepuluh (hari)." Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka, "Kalian tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sehari saja." (Thaha: 102-104) Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; "Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)".
Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan. (dari kebenaran). (Ar-Rum: 55) Dan firman Allah ﷻ: Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi? Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari,maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. Allah berfirman, "Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja kalau kalian sesungguhnya mengetahui." (Al-Muminun: 112-114)"
Pada ayat yang lalu, Allah membicarakan perkara kenabian dan
bantahan kepada kaum musyrik yang memperolok-olokkan Nabi dan mendustakan Al-Qur'an. Kemudian pada ayat ini Allah membantah
keragu-raguan mereka terhadap akhirat, kebangkitan dan pembalasan.
Allah menyatakan, Dan mereka, orang-orang yang tidak percaya kepada hari kebangkitan, berkata, Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang yang berserakan dan benda-benda yang hancur, terpisah satu dengan
yang lain apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai
makhluk yang baru'Katakanlah wahai Nabi Muhammad, Jadilah kamu sekalian, apa saja, batu atau besi, niscaya Tuhan akan mengembalikan kamu kepada
keadaan semula ketika diciptakan.
Allah ﷻ menjelaskan kepada Rasul-Nya apa yang dikatakan oleh kaum musyrikin Mekah mengenai hari kebangkitan. Mereka mengatakan bahwa apabila mereka telah mati dan menjadi tulang belulang yang lapuk dan tidak utuh lagi, apakah benar mereka akan dibangkitkan kembali seperti makhluk semula. Dari perkataan mereka ini tampak bahwa mereka tidak mau mempercayai adanya hari kebangkitan.
Menurut kepercayaan mereka, apabila manusia telah mati dan menjadi tulang belulang yang bercerai-berai, apalagi telah hancur luluh, tidak mungkin akan terkumpul kembali dan menjadi makhluk semula yang hidup seperti sediakala. Inilah yang menjadi sebab utama mengapa mereka menolak kebenaran wahyu dan kerasulan Muhammad ﷺ Keingkaran mereka terhadap hari kebangkitan ini disebabkan oleh sikap mereka yang menyamakan sesuatu yang berada di luar kemampuan pikiran mereka dengan kejadian yang biasa dialami sehari-hari. Padahal kekuasaan untuk membangkitkan kembali semua makhluk berada di tangan Allah ﷻ yang semula menciptakannya. Semua itu berada di luar kemampuan pikiran atau akal mereka. Jika mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah di langit, di bumi, dan di semua benda-benda di sekeliling mereka, pasti mereka akan membenarkan kejadian hari kebangkitan itu.
Allah ﷻ berfirman:
(Orang-orang kafir) berkata, "Apakah kita benar-benar akan dikembalikan kepada kehidupan yang semula?Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kita telah menjadi tulang belulang yang hancur?" Mereka berkata, "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan." (an-Nazi'at/79: 10-12)
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah (Muhammad), "Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin/36: 78-79).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
DINDING PEMBATAS
Ayat 45
“Dan apabila engkau membaca Al-Qur'an."
Demikian firman Allah kepada Rasul ﷺ,
“Kami adakan di antara engkau dan di antara orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat itu suatu dinding yang tertutup."
Al-Qur'an dibaca oleh Rasulullah ﷺ maka terbukalah hati yang beriman. Al-Qur'an bisa menjadi syifa, obat penawar hati. Pikiran yang keruh dapat jadi jernih, akal yang kusut bisa jadi selesai. Tetapi, kalau hati telah menolak, tidak mau percaya bahwa di belakang hidup yang sekarang ini ada Yaumul-Hisab, terdapatlah hijab atau dinding yang menyebabkan hati itu tertutup.
Di dalam kitab-kitab tafsir yang besar ketika ayat ini ditafsirkan terdapatlah cerita perihal istri Abu Lahab yang bernama Ummu Jamil binti Harb. Bencinya kepada Nabi bukan alang kepalang, serupa juga dengan kebencian suaminya Abu Lahab terhadap Muhammad, walaupun anak saudara kandungnya, dan serupa juga dengan kebencian Abu Sufyan, yaitu saudara laki-lakinya. Maka ketika turun surah Tabbat Yadaa Abii Lahab, yang di dalam surah itu tersebut juga wamra atuhu hammaalatal hathab (Istrinya membawa kayu api ke mana-mana, bukan main murkanya kepada Nabi, sehingga dicarinya hendak dibunuhnya, dan telah dibawanya sebuah batu besar, yang kalau dihumbankannya kepada Nabi bisa pecah kepalanya). Demikianlah terdindingnya hati yang kufur itu dari Al-Qur'an! Tetapi heran, seketika dia masuk ke dalam Masjidil Haram dan di sana sedang duduk Nabi bersama Abu Bakar, Ummu Jamil tidak melihat beliau. Yang dilihatnya hanya Abu Bakar. Dan kepada Abu Bakarlah dia memuntahkan kemurkaan hatinya. Maka berbisiklah Abu Bakar kepada Nabi, “Innii akhaafu an taraka." (Saya takut akan kelihatan olehnya engkau).
‘Innaha lan tarani." (Dia tidak akan dapat melihat aku) kata Nabi.
Apakah dinding yang menyebabkan hati yang kufur itu tertutup menerima kebenaran? Sebabnya yang terutama ialah hawa nafsu. Hawa nafsu menutup pikiran yang jernih. Dan pikiran yang jernih itulah yang menerima iman. Dan apabila kunci hati mu telah terbuka lantaran iman, nyaringlah pendengaran telingamu sehingga engkau dengarlah apa yang tak didengar orang lain. Nyalanglah matamu sehingga dapat engkau lihat apa yang tak tampak oleh orang lain. Dengan hati yang telah terbuka itu akan kedengaran dan akan kelihatan alam itu bertasbih kepada Allah, ombak di pantai, kayu di hutan, dan burung-burung margasatwa. Kalau engkau tidak ter-dinding dengan itu lagi, berartilah engkau hidup, kalau tidak, tidak!
Hal itu dijelaskan oleh ayat berikutnya,
Ayat 46
“Dan Kami jadikan atas hati mereka penutup sehingga mereka tidak mengerti akan dia, dan pada telinga mereka pun ada tekanan."
Pada hati mereka ada penutup, yakni semacam materai, sehingga tertutup, walaupun kebenaran macam apa yang hendak dimasukkan ke dalam, namun penutup itu telah menghambatnya, Apa jua pun macam kebenaran dan betapa pun kuat alasan, akan selalu diartikannya lain. Pada telinga ada tekanan, yakni ada semacam penyumbat sehingga kebenaran pun tak masuk ke dalam telinganya,
“Dan apabila engkau menyebut Tuhanmu, sendini-Nya saja di dalam Al-Qur'an" yaitu bahwa Tuhan itu hanya satu yaitu Allah saya, berpalinglah mereka membelakang dengan benci."
Inilah yang dikatakan ta'ashshub, atau keras kepala bertahan pada satu pendirian yang salah. Mereka tidak berani berhadapan muka dengan kebenaran itu. Mereka takut. Baru saja didengarnya, mereka takut kena! Lalu lari. Inilah pertentangan yang hebat di antara tauhid yang hendak ditegakkan dengan syirik yang masih hendak dipertahankan.
Artinya, tatkala mereka itu duduk mendengarkan engkau itu, hati mereka tidaklah terdapat, atau tidaklah ada perhatian mereka kepada yang engkau bicarakan. Lain yang engkau katakan, lain pula yang mereka ingat."Dan tatkala mereka berbisik-bisik." Allah pun tahu apa yang mereka perbisikan, “Seketika orang-orang yang zalim itu berkata,
Tidaklah yang kamu ikut ini, melainkan seorang yang kena sihir.'“
Itulah yang mereka perbisikan. Mereka berbisik, mereka sangka Nabi ﷺ tidak men-dengar, padahal rahasia itu dibuka oleh Allah dengan ayat ini kepada Rasul-Nya. Mereka turut mendengar, namun pikiran mereka kepada yang lain, dan mereka berbisik, dan yang mereka perbisikan ialah bahwa Nabi Muhammad seorang yang tidak beres ingatannya sebab dia sudah disihir orang.
Kata setengah ahli riwayat, pada satu hari Nabi ﷺ menyuruh Ali bin Abi Thalib mengadakan satu jamuan makan dan mengundang pemuka-pemuka Quraisy ke dalam jamuan itu. Perintah itu dilakukan oleh Ali dan orang penting itu pun datanglah. Saat mereka berkumpul itu Nabi ﷺ pun masuk ke dalam majelis, lalu beliau baca beberapa ayat Al-Qur'an yang beliau serukan kepada mereka,
“Akutlah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Kalau hal ini tuan-tuan akui, seluruh Arab ini akan tunduk kepada tuan dan Ajam pun akan menuruti agama tuan-tuan."
Namun, sambutan mereka lain saja, mereka berbisik menuduhnya orang gila atau orang kena sihir.
Ayat 47
“Kami lebih tahu apa yang mereka dengarkan tatkala mereka mendengarkan engkau."
Ayat 48
“Pandanglah, betapa mereka membuat perbandingan bagimu."
Pandanglah, betapa sambutan mereka. Diajak kepada kebenaran dan dibawakan kalimat tauhid, lalu mereka katakan beliau gila atau kena sihir, dan kadang-kadang mereka katakan bahwa dia seorang penyair, disama-kannya saja di antara wahyu dari langit dengan syair buah khayatan manusia.
“Maka mereka telah sesat, sebab itu mereka tidak ada upaya lagi benjolan."
Sejak semula mereka tidak mau diajak menempuh jalan yang lurus itu, jalan yang sesuai dengan pikiran yang sehat, lalu mereka tempuh jalan sendiri, asal lain dari jalan lurus itu. Tentu saja mereka tersesat, dan kalau telah tersesat bertemulah jalan buntu. Langkah tak dapat diteruskan lagi.
Ayat 49
“Dan mereka bertanya, “Apakah bila kita telah jadi tulang dan batang rapuh, kita akan dibangkitkan kembali sebagai kejadian. yang baru?"
Apakah setelah badan kami hancur dalam kubur sehingga yang tinggal hanya tulang dan tulang itu pun telah mumuk, rapuh, berserak jadi abu, lalu kami akan dihidupkan kembali dengan keadaan baru?
Pertanyaan yang timbul dari sebab tidak percaya. Mereka tidak mau menerima keper-cayaan itu karena memandangnya mustahil. Padahal, habis runtuhlah segala kepercayaan agama kalau kiranya manusia tidak mau menerima bahwa kita akan dihidupkan lagi sesudah mati.
Allah memerintahkan Rasul-Nya menyambut pertanyaan ragu itu,
Ayat 50
“Katakanlah, Jadilah kamu batu atau besi."
Batu adalah keras dan besi pun lebih keras lagi, namun bagi Allah mudah saja meng-hancurkan batu itu, kembali jadi pasir, atau kembali jadi kapur. Kemudian dengan takdir Allah, kapur itu pun bisa dibina kembali jadi rumah, dinamai rumah batu. Besi pun barang keras, tetapi besi yang keras itu bisa mengalir lunak sebagai aliran air kalau dia sudah sangat panas. Dan kemudian didinginkan lagi, dia akan membeku dan keras pula. Di waktu dia sangat panas itulah dikerjakan orang, digembleng dan ditempa jadi alat dan perkakas. Maka apakah artinya tubuh manusia yang lunak lembut ini dibandingkan dengan batu dan besi?
Ayat 51
“Atau satu kejadian lain yang besar dalam rasa hatimu."
Apa yang lebih besar daripada bath dan besi? Tentu banyak. Itulah ketujuh petala langit dan bumi. Itulah bintang-bintang di langit, dan matahari dan bulan, ataupun bukit-bukit dan gunung. Semuanya itu di bawah kuasa Allah dijadikan-Nya dan kelak bisa dihancurkan-Nya.
“Maka mereka akan berkata, “Siapakah yang akan mengembalikan kita itu?" Masih saja mereka bertanya demikian karena selama ini mereka mengakui beragama dengan menyembah berhala, menuruti dan taklid kepada kepercayaan nenek moyang, sehingga mereka tidak mempergunakan akal pikiran untuk meneliti dengan paham yang hening, siapa yang akan mengembalikan manusia yang telah mati jadi hidup. Mereka tidak mempelajari siapa Allah itu “Katakanlah, ‘Ialah yang telah menjadikan kamu pada permulaan kali."‘ Sejak dari engkau masih setetes mani laki-laki dan setetes mani perempuan dan berpadu jadi satu, lalu menjadi segumpal darah (‘alaqah), sampai jadi daging segumpal (mudhgah), sampai jadi tulang, sampai dibalut dengan kulit, sampai engkau lahir ke dunia menjadi manusia lengkap, semuanya itu terjadi atas kehendak satu kekuasaan. Dan kekuasaan itu tidak akan cukup hingga itu saja, akhirnya eng-kau mati. Dan belum cukup hingga itu saja dirimu kembali ke asalnya, jadi tanah. Nyawamu pun kembali ke asalnya, kepada Allah. Dan tidak cukup hingga itu saja. Akhirnya kelak barang yang telah berserak berjauhan itu akan dikumpulkan kembali jadi satu, nyawa akan dikembalikan kepada badan. Atas kehendak kekuasaan yang satu itu juga.
“Maka mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepada engkau." Karena belum juga mereka hendak percaya."Dan mereka akan berkata, Bilakah kejadian itu?" Tentu saja Nabi ﷺ tidak dapat menentukan tanggal kejadian itu dengan pasti. Sebab, yang demikian adalah kuasa yang mutlak dari Allah. Nabi hanya disuruh menjawab,
“Katakanlah, ‘Mudah-mudahan adalah dia itu lekas."
Demikianlah Allah menerangkan dengan wahyu betapa soal jawab telah terjadi antara Rasul-Nya dan orang-orang yang berkeras menolak kepercayaan yang beliau ajarkan itu. Yang paling pokok, meskipun mereka percaya akan adanya Allah, terhadap akan adanya hari Kiamat mereka masih belum mau menerima, mereka masih ragu. Ditambah lagi keterangan, mereka pun masih menunjukkan keraguan. Sampai mereka menanyakan yang-tidak dapat dijawab oleh seorang rasul pun, yaitu tentang waktunya. Nabi hanya menjawab mudah-mudahan tidak lama lagi. Dan memang kejadianlah dengan pasti apa yang dikatakan Rasulullah ﷺ itu. Nabi ﷺ dan orang-orang yang beriman berhijrah ke Madinah dan beberapa waktu setelah pindah itu terjadilah Peperangan Badar. Di sanalah segala pucuk-pucuk pimpinan musyrikin itu menemui kiamatnya dan hancurlah pertahanan jiwa mereka, kian lama kian tak dapat ditegakkan lagi. Itu baru kiamat kecil.
Namun demikian, wahyu terus juga datangnya. Dan sebagai Rasul, beliau sampaikan juga dakwahnya untuk seluruh manusia pada segala zaman.
Ayat 52
“Ingatlah akan hari itu, yang Dia akan memanggil kamu."
Maka tersebutlah bahwa hari berbangkit itu akan datang. Manusia akan dipanggil oleh Allah supaya keluar dari dalam kuburnya atau alam kuburnya. Malah ada satu hadits dari Rasulullah ﷺ bahwa semua manusia akan dipanggil dengan namanya dan nama bapaknya. Itu sebabnya maka beliau anjurkan umatnya supaya memilih nama yang baik buat anak, ‘Maka kamu akan menyambut panggilan itu dengan memuji-Nya." Artinya, apabila suara panggilan telah terdengar, kita pun akan bangun dan sikap kita yang pertama, baik orang yang beriman ataupun orang yang di kala hidupnya mengingkari Allah, semuanya akan mengucapkan puji kepada Allah, “Alhamdulillah'."
Diterangkan oleh tabi'in terkenal, Said bin Jubair, orang yang di masa di dunia men-durhaka Allah pun akan memuji-Nya serentak dengan orang yang beriman, karena di waktu baru disuruh bangun, belum pemeriksaan perkara.
“Dan kamu menyangka bahwa kamu tinggal hanya sebentar."
Dan kamu menyangka bahwa kamu di dalam alam kubur atau alam barzakh itu hanya sebentar saja. Padahal, entah sudah beribu-ribu tahun.
Demikianlah peristiwa kedatangan Rasul menyampaikan kabar kiamat itu, yang mendapat sanggahan dan sikap ragu-ragu dari kaum musyrikin di zamannya. Dan akan tetaplah ada yang kafir, tidak mau percaya akan adanya hari Kiamat, hari kebangkitan dari alam barzakh atau alam kubur itu. Bahkan, di zaman sekarang lebih terang-terangan kafir-kafir membantahnya sehingga Mukmin umat Muhammad wajib tegak mempertahankan imannya dan memanggil kembali manusia yang telah sesat karena hati sanubarinya di-dinding oleh hijab hawa nafsunya itu.