Ayat
Terjemahan Per Kata
وَذَرِ
dan tinggalkanlah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱتَّخَذُواْ
(mereka)mengambil/menjadikan
دِينَهُمۡ
agama mereka
لَعِبٗا
permainan
وَلَهۡوٗا
dan senda gurau
وَغَرَّتۡهُمُ
dan menipu mereka
ٱلۡحَيَوٰةُ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَاۚ
dunia
وَذَكِّرۡ
dan peringatkanlah
بِهِۦٓ
dengannya (Al Qur'an)
أَن
bahwa
تُبۡسَلَ
dibinasakan/dijerumuskan
نَفۡسُۢ
(setiap) jiwa/diri
بِمَا
disebabkan apa
كَسَبَتۡ
ia kerjakan
لَيۡسَ
tidak ada
لَهَا
baginya
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
وَلِيّٞ
pelindung
وَلَا
dan tidak
شَفِيعٞ
penolong
وَإِن
dan jika
تَعۡدِلۡ
ia menebus
كُلَّ
segala
عَدۡلٖ
tebusan
لَّا
tidak
يُؤۡخَذۡ
diambil/diterima
مِنۡهَآۗ
dari padanya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itulah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُبۡسِلُواْ
(mereka) dibinasakan/dijerumuskan
بِمَا
disebabkan apa
كَسَبُواْۖ
mereka kerjakan
لَهُمۡ
bagi mereka
شَرَابٞ
minuman
مِّنۡ
dari
حَمِيمٖ
air yang mendidih
وَعَذَابٌ
dan azab
أَلِيمُۢ
sangat pedih
بِمَا
disebabkan apa
كَانُواْ
mereka adalah
يَكۡفُرُونَ
mereka kafir/ingkar
وَذَرِ
dan tinggalkanlah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱتَّخَذُواْ
(mereka)mengambil/menjadikan
دِينَهُمۡ
agama mereka
لَعِبٗا
permainan
وَلَهۡوٗا
dan senda gurau
وَغَرَّتۡهُمُ
dan menipu mereka
ٱلۡحَيَوٰةُ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَاۚ
dunia
وَذَكِّرۡ
dan peringatkanlah
بِهِۦٓ
dengannya (Al Qur'an)
أَن
bahwa
تُبۡسَلَ
dibinasakan/dijerumuskan
نَفۡسُۢ
(setiap) jiwa/diri
بِمَا
disebabkan apa
كَسَبَتۡ
ia kerjakan
لَيۡسَ
tidak ada
لَهَا
baginya
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
وَلِيّٞ
pelindung
وَلَا
dan tidak
شَفِيعٞ
penolong
وَإِن
dan jika
تَعۡدِلۡ
ia menebus
كُلَّ
segala
عَدۡلٖ
tebusan
لَّا
tidak
يُؤۡخَذۡ
diambil/diterima
مِنۡهَآۗ
dari padanya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itulah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُبۡسِلُواْ
(mereka) dibinasakan/dijerumuskan
بِمَا
disebabkan apa
كَسَبُواْۖ
mereka kerjakan
لَهُمۡ
bagi mereka
شَرَابٞ
minuman
مِّنۡ
dari
حَمِيمٖ
air yang mendidih
وَعَذَابٌ
dan azab
أَلِيمُۢ
sangat pedih
بِمَا
disebabkan apa
كَانُواْ
mereka adalah
يَكۡفُرُونَ
mereka kafir/ingkar
Terjemahan
Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan kelengahan, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengannya (Al-Qur’an) agar seseorang tidak terjerumus (ke dalam neraka), karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah. Jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apa pun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka), karena perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih karena mereka selalu kufur.
Tafsir
(Dan tinggalkanlah) biarkanlah (orang-orang yang menjadikan agama mereka) yang sudah menjadi kewajiban bagi mereka untuk mengamalkannya (sebagai main-main dan senda gurau) oleh sebab mereka mengejek agama (dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia) maka janganlah engkau menghalang-halangi mereka; ayat ini diturunkan sebelum adanya perintah untuk berperang (Peringatkanlah) berilah nasihat umat manusia itu (dengannya) Al-Qur'an (agar) janganlah (setiap diri terjerumus ke dalam neraka) atau ke dalam kebinasaan (karena perbuatannya sendiri) karena amal perbuatannya sendiri (Baginya tidak akan ada selain dari Allah) (sebagai penolong) yang dapat menyelamatkannya (dan tidak pula pemberi syafaat) yang dapat mencegah dirinya dari siksaan neraka. (Dan jika ia menebus dengan segala tebusan) dengan segala macam tebusan (niscaya tidak akan diterima) maksudnya diri mereka tidak dapat ditebus. (Mereka itulah orang-orang yang terjerumus ke dalam neraka disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka disediakan minuman dari air yang sedang mendidih) yakni air yang sangat panas sekali (dan azab yang pedih) yang sangat menyakitkan (disebabkan kekafiran mereka dahulu) oleh sebab kekafiran mereka.
Tafsir Surat Al-An’am: 70
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur'an itu agar setiap orang tidak terjerumus (ke dalam neraka) karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafaat selain dari Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka), disebabkan perbuatan mereka sendiri. Mereka (disediakan) minuman dari air mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
Ayat 70
Firman Allah ﷻ: “Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia.” (Al-An'am: 70)
Maksudnya, tinggalkanlah mereka, berpalinglah dari mereka, dan abaikan mereka sebentar, karena sesungguhnya mereka akan mendapatkan azab yang besar karena perbuatannya.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: “Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur'an itu.” (Al-An'am: 70)
Yakni berilah peringatan kepada manusia dengan Al-Qur'an ini agar mereka ingat akan pembalasan Allah dan azab-Nya yang pedih kelak di hari kiamat.
Firman Allah ﷻ: “Agar setiap orang tidak terjerumus (ke dalam neraka) karena perbuatannya sendiri.” (Al-An'am: 70)
Artinya, agar tidak terjerumus kesalahan sendiri. Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, dan As-Suddi, bahwa makna tubsala ialah diserahkan. Menurut Al-Walibi, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah dipermalukan. Menurut Qatadah ialah ditahan atau disandera menurut Murrah dan Ibnu Zaid dihukum (disiksa), dan menurut Al-Kalbi diazab. Semua pendapat di atas mempunyai makna yang berdekatan, yang pada kesimpulannya ialah orang yang bersangkutan akan diserahkan kepada kebinasaan, ditahan dari kebaikan, dan disandera, tidak dapat meraih apa yang diinginkannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan.” (Al-Muddassir: 38-39)
Adapun firman Allah ﷻ: “Tidak akan ada baginya pelindung, tidak (pula) pemberi syafaat.” (Al-An'am: 70)
Maksudnya, tidak ada kaum kerabat dan tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) pada hari pembalasan itu.
Perihalnya sama dengan makna firman-Nya yang lain, yaitu: “Sebelum datang hari yang mana pada hari itu tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 254)
Maksud firman Allah ﷻ: “Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan tidak akan diterima.” (Al-An'am: 70) Yakni sekalipun dia menyerahkan semua tebusan, niscaya tidak akan diterima darinya.
Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi.” (Ali Imran: 91), hingga akhir ayat. Demikian pula dalam surat ini:
“Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka) karena perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka sendiri.” (Al-An'am: 70).
Untuk menguatkan tuntunan Allah dalam menghadapi para pendurhaka, khususnya yang suka melecehkan ajaran agama-Nya, ayat ini menegaskan kembali keharusan menjauhi mereka. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan, ejekan, dan bahan senda-gurau, dan mereka yang telah tertipu oleh kemewahan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Namun demikian, jangan tinggalkan mereka sama sekali. Peringatkanlah mereka dengan Al-Qur'an agar setiap orang dapat memperoleh rahmat Allah dan tidak terjerumus ke dalam neraka karena perbuatannya sendiri. Di akhirat, tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat atau pertolongan selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apa pun dan sebanyak apa pun, niscaya tidak akan diterima tebusan tersebut. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih karena kekafiran yang terus-menerus mereka lakukan dahulu selama di dunia. Tuntunan Allah kepada kaum muslim dalam menghadapi kaum musyrik dilanjutkan dalam ayat ini, khususnya ketika menghadapi ajakan mereka untuk kembali kepada ajaran nenek moyang mereka. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad dan setiap muslim, Apakah kita, kaum muslim, akan memohon dan menyembah kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak pula mendatangkan mudarat kepada kita, dan apakah kita akan dikembalikan ke belakang yaitu masa lalu kita sebelum beriman dengan murtad meninggalkan agama Islam, setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan' Kemudian kawan-kawannya dari yang telah beriman mengajaknya ke jalan yang lurus dengan mengatakan, Tinggalkan penyembahan selain Allah dan ikutilah kami. Namun dia tetap menolak, maka katakanlah, wahai Nabi dan kaum muslim, Jika itu yang menjadi pilihanmu, maka ketahuilah sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya; dan karena itulah kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam. Dan kita diperintahkan juga agar melaksanakan salat dengan khusyuk, sempurna syarat dan rukunnya, dan istikamah dalam mengerjakannya, serta bertakwa kepada-Nya. Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya kamu semua akan dihimpun untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kamu. Kaum musyrik atau non-muslim yang mengajak kepada kemurtadan pada ayat di atas dipersamakan dengan setan-setan yang mengganggu, dan orang yang akhirnya murtad dipersamakan dengan orang yang hilang akal atau gila. Ajakan kepada kebenaran di jalan Allah adalah petunjuk yang sebenarnya.
Allah memerintahkan Nabi Muhammad dan orang-orang yang beriman agar memutuskan hubungan dengan orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai mainan dan sasaran senda-gurau. Mereka itu telah teperdaya oleh kesenangan hidup duniawi, dan telah lupa bahwa kehidupan yang sebenarnya, ialah di akhirat nanti. Mereka tidak membersihkan diri dan jiwa mereka, tidak memperbaiki budi pekerti mereka sebagaimana yang telah diajarkan Allah, mereka lalai dan lupa akan pertemuan dengan Allah di akhirat nanti, mereka menyia-nyiakan waktu yang berharga dengan mengisi kehidupan duniawi dengan berbagai perbuatan yang merugikan diri mereka sendiri.
Allah memerintahkan pula agar Rasul dan kaum Muslimin memberi peringatan kepada mereka dengan ayat-ayat Al-Qur'an, agar mereka tidak dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatan mereka sendiri. Pada hari itu tidak sesuatu pun yang dapat menolong, mendatangkan kebaikan atau menolak kejahatan dan kesengsaraan yang mereka alami selain dari Allah. Pada hari itu tidak ada lagi alat yang dapat dijadikan untuk menebus diri agar terhindar dari azab Allah. Sebagaimana firman Allah swt:
Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan (membela) orang lain sedikit pun, tebusan tidak diterima, bantuan tidak berguna baginya, dan mereka tidak akan ditolong. (al-Baqarah/2: 123)
Ayat ini membantah pendapat yang mengatakan bahwa di akhirat nanti ada pemberi syafaat yang dapat menolak atau meringankan azab selain Allah, seperti berhala-berhala, orang yang dianggap memiliki karamah dan sebagainya.
Allah menegaskan bahwa orang-orang yang memperolok-olokkan agama Allah itu berarti mereka telah mengharamkan atas dirinya pahala dan karunia Allah di akhirat nanti, karena itu bagi mereka azab yang pedih, mereka dijerumuskan ke dalam neraka akibat perbuatan mereka sendiri dan di neraka itu mereka meminum air yang mendidih disebabkan kekafiran mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 68
“Dan apabila engkau lihat orang-orang yang memperook-olokkan ayat-ayat Kami maka berpalinglah dari mereka sehingga mereka pindah mempercakapkan yang lain."
Perintah Allah ini terang sekali yaitu Rasul dilarang keras duduk turut bercakap dengan kafir-kafir itu ketika mereka telah masuk membicarakan soal-soal yang akan mempe-ringan-ringan, memperolok-olok ayat-ayat Allah. Menurut tafsir-tafsir, kata “engkau" yang dituju di sini ialah terhadap orang-orang yang Mukmin, ‘pengikut Muhammad ﷺ Agar mereka jangan duduk di satu majelis yang di sana orang sedang berbicara, mengobrol mengejek-ejek, dan mengolok-olok ayat-ayat Allah. Kalau sudah mulai mereka masuk ke pembicaraan serupa itu, Iekas-lekaslah tinggalkan tempat itu. Namun, kalau mereka telah menukar perkataannya dari soal itu pada soal lain, sebelum engkau meninggalkan tempat itu, bolehlah engkau duduk juga.
“Danjika engkau dijadikan lupa oleh setan maka janganlah duduk sesudah engkau ingat, bersama kaum yang zalim."
Sebagaimana kita sudah maklum, surah al-An'aam ini diturunkan di Mekah sebelum hijrah ke Madiriah. Kaum yang beriman masih sedikit dan lemah, sedangkan kaum musyrikin yang zalim itu masih kuat. Tidak ada lain jalan pada waktu itu daripada menjauhkan diri dari dalam majelis mereka supaya perasaan jangan tersinggung dan untuk menunjukkan kepada orang-orang itu bahwa orang Mukmin tidak senang mendengarkannya, kemudian menunjukkan rasa tidak senang itu dengan perbuatan. Tinggalkan majelis mereka. Sebab dalam perkara aqidah tidak boleh tenggang menenggang.
Ayat 69
“Dan tidaklah atas orang-orang yang bertakwa dari satu perhitungan pun dengan orang-orang itu"
Artinya, apabila orang-orang kafir tukang cemooh itu duduk bersama-sama mengolok-olok ayat-ayat Allah, jika ada orang beriman dalam majelis itu sebab mereka bertakwa, tidaklah pembicaraan itu akan memengaruhi mereka, walaupun misalnya mereka masih duduk di situ.
“Tetapi hanya peringatan supaya mereka terpelihara."
Artinya, walaupun mereka misalnya masih tetap duduk dalam majelis itu, orang yang bertakwa tidaklah akan kena-mengena dengan pembicaraan itu. Akan tetapi, mereka diberi peringatan untuk meninggalkan majelis tersebut agar mereka terpelihara dalam ketakwaannya atau terpelihara dari sebab-sebab yang akan membawa akibat buruk. Pertama, kalau dia mudah naik darah, niscaya akan timbul pertengkaran. Pertengkaran bisa membawa perkelahian, padahal kaum Mukmin masih lemah. Dan kalau dia duduk juga berlama-lama di situ, walaupun hatinya akan menolak seluruh pembicaraan yang mengolok-olok ayat-ayat Allah itu karena dia berdiam diri, niscaya orang-orang itu akan bertambah leluasa.
Ayat 70
“Dan biarkanlah orang-orang yang telah mengambil agama mereka menjadi permainan dan kelalaian dan telah ditipu mereka oleh kehidupan dunia."
Peringatan lagi kepada Rasul ﷺ agar beliau biarkan atau lihatkan saja dahulu bagaimana perangai dari orang-orang musyrikin itu yang telah mengambil agama mereka jadi permainan dan kelalaian, tidak ada yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, membuang tempo tidak menentu sehingga agama sendiri pun dikerjakan dengan main-main dan lalailengah. Meskipunmerekabelumberagama Islam waktu itu, agama ini diturunkan untuk mereka sebab itu adalah agama mereka. Mereka menjadi lalai, memandang agama sebagai permainan saja atau mereka berlalal-lalai ialah karena hidup dunia masih menipu mereka. Maksud perintah membiarkan di sini bukanlah supaya didiamkan saja, melainkan supaya diawasi, diketahui akan akibatnya. Akan tetapi, kepada orang yang beriman hendaklah selalu diperingatkan betapa besar bahaya mempermainkan agama karena tipuan dunia."Maka peringatkanlah dengan dia (Al-Qur'an) agar terpelihara suatu diri dari terjerumus karena usahanya. Tidak ada baginya lain daripada Allah seorang pelindung pun dan tidak pula yang akan melepaskan." Maka, di samping membiarkan orang-orang yang mengambil agama menjadi permainan dan kelalaian itu, hendaklah orang-orang yang beriman disuruh memerhatikan itu dan diperingatkan kepada mereka akan bahaya mengambil agama jadi permainan, menjadi komidi menjadi sandiwara itu. Orang-orang yang demikian karena terlalu berani mengambil agama jadi main-main, pastilah terjerumus akhir kelaknya ke dalam bala bencana. Tidak ada suatu bahaya yang lebih besar daripada mengambil agama jadi permainan. Mereka kelaknya akan tersiksa oleh perbuatan mereka sendiri, mereka akan terjerumus sehingga tidak dapat bangkit lagi. Di kala mereka telah terjerumus ke dalam siksaan Allah itu, satu pelindung pun tidak dapat melindungi mereka karena tidak ada manusia yang kuat menentang kebesaran Allah dan tidak pula seorang penolong yang akan membebaskan mereka daripada dosa dan hukum Allah. Itulah wali dan syafi' yang telah kits tafsirkan agak panjang pada ayat 51 yang lalu."Dan jika dia hendak menebus pun dengan segala penebusan, tidaklah akan diterima daripadanya." Mentang-mentang mereka kaya-raya, berpengaruh atau berpangkat sekalipun maka segala pengaruh, kekayaan, dan pangkat itu tidaklah akan dapat menebus mereka dari hukuman Allah karena dosa mereka mengambil agama jadi main-main atau pelalai itu.
Peringatan ini timbul untuk kaum musyrikin yang berpikir secara zaman jahiliy-yah bahwa karena pengaruh duniawi, bisa terlepas dari adzab akhirat. Sebagaimana sisa jahiliyyah itu masih juga banyak terdapat sampai sekarang dalam kalangan Muslimin sendiri. Kita melihat orang-orang yang berpengaruh, berpangkat, berkedudukan tinggi yang jiwanya tidak dimasuki agama sedikit pun juga. Namun, agama itu mereka ambil menjadi main-main, sandiwara untuk mengelabui mata orang awam. Pada waktu shalat hari raya dia pun turut shalat, padahal apa yang akan dibaca dalam shalat pun mereka tidak tahu. Kemudian mereka pun mati. Maka berduyun-duyunlah haji-haji, lebal-lebai, modiri-modiri duduk bersimpuh dan berderet di sekeliling jenazahnya sebelum dikuburkan, beramal-ramai membaca surah Yaasiin.
Katanya, jalannya begini, orang-orang yang membaca surah Yaasiin di sekitar jenazah itu berpahala karena mereka telah membaca surah Yaasiin. Dan, pahala mereka itu dihadiahkan kepada si mati itu sehingga dengan hadiah pahala bacaan orang lain itu, selamatlah si mati dari pertanyaan Munkar dan Nakir di dalam kubur.
Dan kadang-kadang disuruh pula lebal-lebai dan modiri-modiri itu membaca surah Yaasiin di kuburnya setelah jenazahnya ditanam. Pahalanya dihadiahkan pula kepadanya. Untuk itu keluarga yang tinggal membayar upah atau sedekah kepada si pembaca Yaasiin tadi. Maka puaslah si keluarga yang tinggal sebab telah dibayarkan upah membaca surah Yaasiin dan si mati mendapat pahala, kata mereka, dari bacaan orang lain yang diupah itu sehingga terlepaslah dia dari adzab. Mana di dunia sudah mempermain-mainkan agama, sampai dalam liang kubur pun masih diteruskan “permainannya" oleh waris yang tinggal. Sehingga timbullah satu golongan dalam kalangan Islam yang mata pencahariannya membacakan surah Yaasiin dan menerima upahnya dan menghadiahkan pahalanya.
Dan bertambah lalai orang beragama karena beragama bisa diupahkan kepada orang lain.
Dalam perlawatan ke Kesultanan Siak pada 1940, saya melihat beberapa orang pegawai kesultanan dengan pakaian resmi tiap hari Jum'at; yang pekerjaan mereka khusus membaca surah Yaasiin di makam sultan-sultan.
Dan pegawai seperti ini pernah juga saya lihat di pekarangan makam sultan-sultan di sebuah negara jiran pada perlawatan saya pada 1955, digaji untuk membacakan surah Yaasiin, dijadikan pegawai kerajaan dengan pakaian resmi, pakai polet, untuk menghadiahkan pahala bacaan mereka sendiri kepada sultan yang telah marhum! Gaji mereka diambilkan dari kas negara! Moga-moga tertebuslah dosa sultan-sultan itu jika ada mereka berbuat zalim atau mengambil agama jadi permainan dan kelalaian kala beliau-beliau hidup memerintah dahulu, mengecap nikmat duniawi semasa baginda jadi raja.
Padahal, siapa saja yang mengambil agama menjadi permainan dan kelalaian, walaupun dia raja, menteri, orang besar, orang kaya raya ataupun rakyat jelata, pastilah terjerumus ke dalam siksaan Allah. Dan tidak ada siapa pun yang sanggup menebus, walaupun mahkota pusaka beliau dijual untuk menggaji orang membaca surah Yaasiin. Buat orang itu, walaupun dia siapa,
“Adalah bagi mereka minuman dari air yang mendidih dan adzab yang pedih dari sebab mereka kufur."
(ujung ayat 70)