Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَ
(Yusuf) berkata
تَزۡرَعُونَ
kamu bertanam
سَبۡعَ
tujuh
سِنِينَ
tahun
دَأَبٗا
seperti biasa
فَمَا
maka apa
حَصَدتُّمۡ
kamu tuai
فَذَرُوهُ
maka tinggalkan/biarkan ia
فِي
di/pada
سُنۢبُلِهِۦٓ
tangkainya
إِلَّا
kecuali
قَلِيلٗا
sedikit
مِّمَّا
daripada apa
تَأۡكُلُونَ
kamu makan
قَالَ
(Yusuf) berkata
تَزۡرَعُونَ
kamu bertanam
سَبۡعَ
tujuh
سِنِينَ
tahun
دَأَبٗا
seperti biasa
فَمَا
maka apa
حَصَدتُّمۡ
kamu tuai
فَذَرُوهُ
maka tinggalkan/biarkan ia
فِي
di/pada
سُنۢبُلِهِۦٓ
tangkainya
إِلَّا
kecuali
قَلِيلٗا
sedikit
مِّمَّا
daripada apa
تَأۡكُلُونَ
kamu makan
Terjemahan
(Yusuf) berkata, “Bercocoktanamlah kamu tujuh tahun berturut-turut! Kemudian apa yang kamu tuai, biarkanlah di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan.
Tafsir
(Yusuf berkata, "Supaya kalian bertanam) artinya tanamlah oleh kalian (tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa) yakni secara terus-menerus; hal ini merupakan takbir daripada tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk (maka apa yang kalian panen hendaklah kalian biarkan) biarkanlah ia (dibulirnya) supaya jangan rusak (kecuali sedikit untuk kalian makan) maka boleh kalian menumbuknya.
Tafsir Surat Yusuf: 43-49
Raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh lainnya yang kering. Hai para pemuka, terangkanlah kepadaku tentang tabir mimpiku itu jika kalian dapat mena'birkan mimpi." Mereka menjawab, "(Itu adalah) mimpi kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mena'birkan mimpi itu." Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua (di penjara) dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya, "Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena'birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)." (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf, dia berseru), "Yusuf, hai orang yang dapat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar ketika aku kembali kepada orang-orang itu mereka mengetahuinya (ta'bir mimpi itu).” Yusuf berkata, "Supaya kalian bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kalian panen hendaklah kalian biarkan dibulirnya, kecuali sedikit untuk kalian makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kalian simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kalian simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur."
Mimpi yang dialami oleh Raja Mesir ini merupakan takdir Allah yang menjadi penyebab bagi keluarnya Nabi Yusuf dari penjara dalam keadaan terhormat dan disegani. Karena ketika si raja mengalami mimpi itu, ia merasa kaget serta heran menyaksikannya dan hatinya terdorong untuk mengetahui ta'birnya. Untuk itu ia mengumpulkan semua tukang ramal, paranormal dan para pembesar kerajaannya. Kemudian ia menceritakan mimpi yang dialaminya dan meminta ta'birnya dari mereka, tetapi mereka tidak mengetahui ta'birnya dan beralasan kepada raja dengan mengatakan bahwa mimpi itu adalah: “mimpi kosong.” (Yusuf: 44) Yakni hanya sekadar ilusi yang dibayangkan olehmu sehingga terbawa dalam tidurmu.
“Dan kami sekali-kali tidak tahu mena'birkan mimpi itu.” (Yusuf 44) Dengan kata lain, seandainya mimpi itu benar berasal dari angan-angan kosong, pastilah kami tidak akan mengetahui ta'birnya. Maka pada saat itu juga teringatlah orang yang selamat dari kedua pemuda teman sepenjara Yusuf itu kepada Yusuf. Pada mulanya setan telah membuatnya lupa pada apa yang dipesankan Yusuf a.s. kepadanya, yaitu menceritakan keadaan Yusuf kepada raja. Keadaan itu membuatnya ingat kembali kepada Yusuf a.s. setelah selang beberapa waktu lamanya. Sebagian ulama membaca ummatin menjadi amahin, yakni sesudah lupa. Lalu ia berkata kepada raja dan orang-orang yang dikumpulkan oleh raja untuk tujuan itu: “Aku akan memberitakan kepada kalian tentang (orang yang pandai) mena'birkannya.” (Yusuf: 45) Maksudnya seseorang yang bisa mena'birkan mimpi itu. “Maka utuslah aku (kepadanya).” (Yusuf: 45) Yakni suruhlah aku untuk menemui Yusuf yang jujur di dalam penjaranya.
Lalu mereka mengutusnya kepada Yusuf. Ketika pelayan itu datang, ia berkata: “Yusuf, hai orang yang dapat dipercaya, terangkanlah kepada kami.” (Yusuf: 46) Selanjutnya si pelayan menceritakan tentang apa yang dilihat oleh raja dalam mimpinya. Saat itu juga Yusuf a.s. langsung menceritakan ta'bir mimpi itu kepada si pelayan raja tanpa menegurnya atas kelalaiannya terhadap apa yang ia pesankan kepadanya, juga tanpa mensyaratkan agar dia dikeluarkan dari penjara sebelumnya. “Yusuf a.s. berkata (kepadanya): Supaya kalian bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa.” (Yusuf: 47) Artinya, kelak akan datang musim subur dan banyak hujan kepada kalian selama tujuh tahun berturut-turut. Sapi dita'birkan dengan tahun karena sapilah yang dipakai untuk membajak tanah dan lahan yang digarap untuk menghasilkan buah-buahan dan tanam-tanaman, yaitu bulir-bulir gandum yang hijau (subur). Kemudian Yusuf a.s. memberikan pengarahan kepada mereka mengenai apa yang harus mereka kerjakan selama tujuh tahun subur itu.
Ia berkata: “maka apa yang kalian panen hendaklah kalian biarkan di bulirnya, kecuali sedikit untuk makan kalian.” (Yusuf: 47) Yakni betapapun banyaknya hasil yang kalian peroleh dari panen kalian di musim-musim subur selama tujuh tahun itu, kalian harus membiarkan hasilnya pada bulir-bulirnya, agar dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama dan menghindari kebusukan. Terkecuali sekadar apa yang kalian makan, maka boleh dipisahkan dari bulirnya. Dan makanlah dalam kadar yang minim, jangan berlebih-lebihan agar jumlah makanan yang ada dapat cukup menutupi kebutuhan makan kalian selama musim-musim paceklik yang lamanya tujuh tahun. Musim paceklik yang berturut-turut selama tujuh tahun yang mengiringi musim-musim subur adalah ibarat sapi-sapi kurus yang memakan sapi-sapi yang gemuk. Karena dalam musim paceklik semua persediaan makanan yang mereka kumpulkan di musim subur habis mereka makan (konsumsi).
Musim paceklik inilah yang dimaksudkan dengan bulir-bulir yang kering. Kemudian Yusuf a.s. memberitakan kepada mereka bahwa selama tujuh tahun musim paceklik itu tidak ada suatu tumbuh-tumbuhan pun yang dapat tumbuh dan semua tanaman yang mereka semaikan tidak akan menghasilkan sesuatu pun. Karena itulah maka Yusuf a.s. berkata kepada mereka: “Yang menghabiskan apa yang kalian simpan untuk menghidupinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kalian simpan.” (Yusuf: 48) Selanjutnya Nabi Yusuf menyampaikan berita gembira kepada mereka bahwa sesudah musim paceklik yang lama itu akan datang lagi tahun-tahun yang subur.
Pada tahun-tahun itu banyak hujan turun, seluruh negeri menjadi subur serta menghasilkan panen yang berlimpah, dan orang-orang kembali membuat perasan anggur, buah zaitun, dan lain sebagainya sebagaimana biasanya; mereka juga memeras tebu untuk dijadikan gula. Sehingga sebagian ulama mengatakan bahwa termasuk ke dalam pengertian memeras ialah memerah susu. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan di masa itu mereka memeras anggur.” (Yusuf: 49) Bahwa yang dimaksud dengan ya'sirun ialah memerah air susu.
Setelah mendengar penuturan pelayan istana perihal mimpi raja,
dia'Nabi Yusuf'pun berkata, Menanggapi mimpi itu saya menyarankan agar kamu segera mempersiapkan diri bercocok tanam selama
tujuh tahun berturut-turut sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu
tuai hendaklah kamu biarkan tetap di tangkainya, supaya bisa bertahan
lama ketika disimpan di tempat yang aman, kecuali sedikit dari hasil
panen itu yang kamu ambil untuk kamu makan pada masa kini. Kemudian setelah tujuh tahun masa subur itu berlalu, akan datang
tujuh tahun musim kemarau yang sangat sulit. Masa sulit yang akan
berlalu nanti kamu akan menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya berupa bahan makanan pokok, kecuali sedikit dari apa
yang kamu simpan pada masa subur itu.
Dengan segala kemurahan hati Yusuf menerangkan tabir mimpi raja itu, seolah-olah Yusuf menyampaikan kepada raja dan pembesar-pembesarnya, katanya, "Wahai raja dan pembesar-pembesar negara semuanya, kamu akan menghadapi suatu masa tujuh tahun lamanya penuh dengan segala kemakmuran dan keamanan. Ternak berkembang biak, tumbuh-tumbuhan subur, dan semua orang akan merasa senang dan bahagia. Maka galakkanlah rakyat bertanam dalam masa tujuh tahun itu. Hasil dari tanaman itu harus kamu simpan, gandum disimpan dengan tangkai-tangkainya supaya tahan lama. Sebagian kecil kamu keluarkan untuk di makan sekadar keperluan saja.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 43
“Dan berkatalah Raja, Sesungguhnya, aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang gemuk, dimakan semuanya oleh tujuh ekor sapi yang kurus."
(56) Raja telah bermimpi, yang di dalam mimpi terdapat sapi gemuk dan sapi kurus. Gemuk adalah lambang dari kesuburan dan kurus adalah lambang dari kurang makan. Tetapi apabila yang kurus memakan yang gemuk sudah sukar bagi sembarang orang akan
(57) mencari tafsirnya. Kemudian mimpi Raja bertambah lagi, “Dan tujuh tangkai yang hijau, dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering." Ini pun lambang dari subur dan kering. Tangkai yang hijau adalah karena tumbuhnya subur, kesuburan berasal dari cukup air. Kering ialah karena tanah kekurangan air. Tetapi mengapa sapi yang gemuk tujuh, yang kurus pun tujuh. Tangkai hijau tujuh, tangkai kering pun tujuh pula. Tujuh apa? Raja menjadi murung karena ganjilnya mimpi. Lalu beliau panggil orang besar-besar kerajaan, ahli-ahli penafsir mimpi. Dan baginda berkata,
“Wahai, sekalian orang besar! Berilah aku fatwa tentang mimpiku itu," supaya keraguan dan kekacauan pikiranku tulang, “Jika adalah kamu, terhadap mimpi, dapat menakwitkan."
(58) Jika ada di antara orang besar-besar yang ahli tafsir mimpi, tolonglah tafsirkan. Sebab mimpi-mimpi yang ganjil itu sangat besar kesannya ke dalam ingatan apabila yang bermimpi telah bangun.
(59) Tetapi tidak seorang jua pun yang sanggup menafsirkan mimpi Raja. Sebab itu, “Mereka menjawab," atau mereka berdatang sembah. Wahai, tuanku raja kami. Semuanya itu agaknya hanya,
Ayat 44
“Rasian kacau."
(60) Dahulu dari ini, tatkala menafsirkan tentang mimpi Nabi Yusufyangditerangkannya kepada ayahnya semasa dia masih kecil (ayat 4), telah mulai kita bicarakan tentang mimpi. Sekarang, setelah sampai kepada ayat 43 ini kita bertemu kalimat adhghatsu ahlaamin, yang kita artikan rasian kacau.
(61) Di dalam bahasa Arab, yang tampak di dalam kita tidur itu dibagi kepada dua macam. Penglihatan yang dapat diartikan, ditakwilkan, atau ditafsirkan dinamai ru'ya. Itulah mimpi! Yang satu lagi dinamai adhghatsu ahlaamin
atau ahlaamin saja, yaitu mimpi yang tidak tentu ujung pangkal, seumpama bermimpi dikejar hantu, bertemu ular lalu timbul takut, atau bermimpi dikejar harimau.
Di dalam bahasa Minangkabau memang terdapat dua pembagian. Mimpi yang dapat ditafsirkan itu dinamai mimpi, sedangkan yang berkacau balau itu dinamai rasian. Dalam bahasa Jakarta, mimpi kacau balau yang oleh orang Minang dinamai rasian itu disebut ngaco. Maka oleh sebab saya belum bertemu dalam bahasa Indonesia Modern atau bahasa Melayu Klasik imbalan dari kata mimpi untuk yang baik dengan yang buruk dan kacau, kita pindahkan sajalah kata-kata rasian untuk arti dari adhgastu ahlaamin ini.
Maka teranglah jawaban orang besar-besar istana itu, mereka menyembahkan kepada Raja bahwa baginda itu mungkin hanya rasian saja, yang tidak tentu ujung pangkalnya. Dan kemudian mereka mengakui terus terang bahwa mereka tidak mampu atau tidak ber-pengetahuan tentang tafsir rasian Raja itu.
“Dan tidaklah kami terhadap takwit instan itu berpengetahuan."
Penafsir at-Turbasyti menyatakan dalam tafsirnya bahwa ru'ya datang dari Allah atau sekurang-kurangnya dari Malaikat, sedangkan ahlaam adalah kekacauan dari setan.
Ayat 45
“Dan berkatalah yang bebas dari orang yang berdua itu,"
yaitu kedua pelayan istana, yang seorang dihukum mati dengan disalib di kayu palang sehingga makan burung di atas kepalanya. Yang seorang terlepas dengan selamat dan kembali bekerja di istana, yang dahulu dipesani oleh Yusuf supaya diingatkan nasibnya di hadapan yang dipertuannya. Orang itulah yang berkata kepada orang besar-besar yang tidak sanggup menafsirkan mimpi Raja itu, “Dan teringatlah dia sesudah lama masa berlalu." Barulah setelah mendengar mimpi Raja yang rumit, yang tak seorang pun di antara orang besar-besar yang sanggup menafsirkan mimpi Raja itu, dan dia teringat temannya sepenjara yang dahulu pernah dikatakannya sangat dicintainya. Mungkin juga orang ini kena pengaruh penyakit orang besar-besar di istana: baru teringat teman setelah tampak keuntungan. Maka di-sampaikannyalah perasaannya kepada orang besar-besar yang mengelilingi Raja, “Aku akan menerangkan kepada tuan sekalian tak-wil mimpi itu." Sebab ada seorang temanku sepenjara, yang sekarang masih meringkuk di sana, sangat ajaib kepandaiannya menafsirkan mimpi; tahu saja dia. Temanku itu Yusuf namanya, yang dahulu telah dipenjarakan dan sampai sekarang masih di sana, telah bertahun,
“Sebab itu, utuslah aku."
Utuslah aku menemuinya ke dalam penjara untuk menanyakan mimpi tuanku Raja kita itu.
Ayat 46
“Yusuf, wahai orang yang jujur."
Dengan kata dimulai demikian itu, terkandunglah sekali permintaan maaf si tukang hidang minum Raja itu sebab dia telah melalaikan dan melupakan pesan Yusuf agar disembahkan kepada Raja."Beri fatwalah kami tentang tujuh sapi yang gemuk dimakan semuanya oleh tujuh ekor sapi yang kurus dan tujuh tangkai yang hijau dan (tujuh) yang lainnya kering." Apa maksudnya ini, apa tafsirnya dan apa takwilnya. Sebab ini adalah mimpi raja kami sendiri.
“Supaya aku kembali kepada orang-orang itu. Mudah-mudahan mereka tahu."
Ayat 47
“Dia berkata,'Kamu akan berladang tujuh tahun dengan kerja keras.'"
Tujuh tahun lamanya tanahmu akan subur, hujan pun cukup, atau banjir Sungai Nil akan melimpah. Tetapi sungguhpun demikian, kesuburan tanah itu pun hanya akan dapat memberi hasil yang berlimpah-limpah apabila dikerjakan dengan da-aban, kerja keras membanting tulang.
“Maka apa yang kamu ketam, hendaklah kamu tinggalkan pada tangkainya kecuali sedikit dari yang akan kamu makan."
Terang sekali Nabi Yusuf menafsirkan mimpi Raja itu. Tujuh tahun lamanya tahun yang baik dan subur, hujan akan banyak turun, di Mesir air Sungai Nil akan melimpah-limpah membawa bunga tanah. Tetapi kesuburan tanah mesti disambut dengan kerja keras supaya hasilnya lebih berlimpah ruah. Kalau nanti datang masa mengetam (masa menuai), jangan dirurutkan semua buah gandum itu dari tangkainya, supaya lama tahannya. Ambil sekadar akan dimakan saja. Yang lekat di tangkainya itu simpan baik-baik, lumbungkan.
Yusuf lalu meneruskan lagi tafsir mimpi
Raja itu,
Ayat 48
“Kemudian akan datang sesudah yang demikian itu."
Yaitu sesudah tujuh tahun yang cukup hujan, tanah subur laksana sapi yang gemuk tujuh ekor, sehingga menghasilkan tangkai-tangkai yang hijau berisi bernas, “Tujuh tahun yang payah" Hujan sudah kurang di hulu, sebab itu banjir Sungai Nil kurang melimpah, dan kemarau terlalu panjang sehingga tanah jadi kering, binatang ternak tentu menjadi kurus-kurus pula karena kurusnya tanah dari rumput-rumput yang menghijau."Dia akan memakan apa yang kamu sediakan baginya." Dia, yaitu tujuh tahun yang kering gersang dan kemarau itu, sehingga hasil gandum menjadi susut sama sekali, malahan hangus sebelum berbuah: pada waktu itu, tahun kemarau yang tujuh akan memakan persediaan dari limpahan makanan kamu dari hasil tujuh tahun yang
subur itu. Itu sebabnya, aku suruhkan kamu menyediakan hasil tujuh tahun yang subur itu untuk persediaan di musim kemarau paceklik yang tujuh tahun lamanya. Itu sebabnya, aku anjurkan supaya buah yang dipisahkan dari tangkainya hanya sekadar akan dimakan saja. Yang lain tinggalkan lekat pada tangkai supaya dia tahan lama.
“Kecuali sedikit dani yang kamu lumbungkan."
Yang kamu lumbungkan itulah yang akan menyelamatkan kamu dari bahaya kelaparan di tujuh tahun kemarau itu.
Dan katanya lagi,
Ayat 49
“Kemudian akan datang sesudah yang demikian satu tahun, yang padanya akan dihujani manusia, dan padanyalah Mereka akan memenas."
Artinya sesudah lepas tujuh tahun kemarau itu, barulah datang setahun di belakangnya hujan akan menyirami bumi kembali, sampai bumi yang telah seumpama mati itu hidup kembali, tanah pun subur, tanaman menghijau, dan dari gandum yang limpah di tahun kelima belas itu, orang pun sempatlah memeras gandum dijadikan tepung, memeras gandum dijadikan makanan yang lain, bahkan memeras untuk dijadikan minuman, yang semuanya itu menunjukkan kembalinya hidup karena terlepas dari bahaya kelaparan.
Menurut Ali bin Abu Thalhah, yang diterimanya dari Ibnu Abbas, “Memeras air susu dari kambing atau sapi-sapi yang telah gemuk karena kesuburan telah kembali, pun termasuk dalam ujung ayat ini!"
Sayyid Quthub di dalam Fi Zhilalil Qur'an meminta perhatian kita tentang tahun yang kelima belas tanah akan subur, hujan akan banyak turun, dan orang-orang mulai memeras hasil tanaman dan ternak ini tidaklah termasuk dalam rangka mimpi Raja. Karena mimpi Raja hanya dua kali tujuh tahun: tahun subur dan tahun kemarau. Kata Sayyid Quthub, tambahan penerkaan Yusuf yang setahun lagi ini sehingga berjumlah lima belas tahun adalah ilmu ladunni yang langsung diterima Yusuf dari Allah.
Demikianlah Yusuf telah menafsirkan mimpi Raja dengan jelas, bukan lagi semata rasian yang orang besar-besar kerajaan tidak sanggup menafsirkan. Dalam menafsirkan mimpi dia pun menyertakan pula nasihat agar orang bekerja keras: da-aban. Jangan bermalas-malas, karena kalau malas, hasil bumi akan biasa saja, padahal tujuh tahun sesudahnya adalah ancaman kelaparan yang dahsyat. Dia memberikan jawaban dengan pasti, tegas, dan tidak ragu-ragu. Sebab dahulu pun kepada temannya sepenjara itu, yang sekarang telah jadi utusan, ketika menafsirkan mimpinya, Yusuf telah menyatakan juga bahwa baginya mudah saja menafsirkan mimpi itu. Sebab ini baginya bukan tenung, bukan ramal, dan bukan sihir, melainkan anugerah langsung dari Allah, berkat didikan tauhid yang telah diterimanya dari ayahnya Ya'qub, dari neneknya Ishaq, dan dari datuknya Ibrahim.