Ayat

Terjemahan Per Kata
وَلَا
dan jangan
يَأۡتَلِ
bersumpah
أُوْلُواْ
orang-orang
ٱلۡفَضۡلِ
yang mempunyai kelebihan
مِنكُمۡ
diantara kami
وَٱلسَّعَةِ
dan keluasan/kelapangan
أَن
bahwa
يُؤۡتُوٓاْ
mereka memberi
أُوْلِي
kaum
ٱلۡقُرۡبَىٰ
kerabat
وَٱلۡمَسَٰكِينَ
dan orang-orang miskin
وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ
dan orang-orang yang berhijrah
فِي
pada
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِۖ
Allah
وَلۡيَعۡفُواْ
dan hendaklah mereka memaafkan
وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ
dan hendaklah mereka berlapang dada
أَلَا
apakah tidak
تُحِبُّونَ
kamu menyukai
أَن
bahwa
يَغۡفِرَ
mengampuni
ٱللَّهُ
Allah
لَكُمۡۚ
bagi kalian
وَٱللَّهُ
dan Allah
غَفُورٞ
Maha Pengampun
رَّحِيمٌ
Maha Penyayang
وَلَا
dan jangan
يَأۡتَلِ
bersumpah
أُوْلُواْ
orang-orang
ٱلۡفَضۡلِ
yang mempunyai kelebihan
مِنكُمۡ
diantara kami
وَٱلسَّعَةِ
dan keluasan/kelapangan
أَن
bahwa
يُؤۡتُوٓاْ
mereka memberi
أُوْلِي
kaum
ٱلۡقُرۡبَىٰ
kerabat
وَٱلۡمَسَٰكِينَ
dan orang-orang miskin
وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ
dan orang-orang yang berhijrah
فِي
pada
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِۖ
Allah
وَلۡيَعۡفُواْ
dan hendaklah mereka memaafkan
وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ
dan hendaklah mereka berlapang dada
أَلَا
apakah tidak
تُحِبُّونَ
kamu menyukai
أَن
bahwa
يَغۡفِرَ
mengampuni
ٱللَّهُ
Allah
لَكُمۡۚ
bagi kalian
وَٱللَّهُ
dan Allah
غَفُورٞ
Maha Pengampun
رَّحِيمٌ
Maha Penyayang
Terjemahan

Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara kamu bersumpah (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tafsir

(Dan janganlah bersumpah orang-orang yang mempunyai kelebihan) yaitu orang-orang kaya (dan kelapangan di antara kalian, bahwa mereka) tidak (akan memberi bantuan kepada kaum kerabatnya, orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah) ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar r. a, ia bersumpah tidak akan memberikan nafkah lagi kepada Misthah saudara sepupunya yang miskin lagi seorang Muhajir, padahal Misthah adalah sahabat yang ikut dalam perang Badar. Misthah terlibat dalam peristiwa berita bohong ini; maka sahabat Abu Bakar menghentikan nafkah yang biasa ia berikan kepadanya. Para sahabat lainnya telah bersumpah pula, bahwa mereka juga tidak akan memberikan nafkah lagi kepada seorang yang terlibat membicarakan masalah berita bohong tersebut (dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada) terhadap mereka yang terlibat, dengan mengembalikan keadaan seperti semula. (Apakah kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) terhadap orang-orang yang beriman. Sahabat Abu Bakar r.a. berkata sesudah turunnya ayat ini, "Tentu saja, aku menginginkan supaya Allah mengampuni aku", lalu ia memberikan lagi bantuannya kepada Misthah sebagaimana biasanya.
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Firman Allah ﷻ yang menyebutkan: Dan janganlah bersumpah. (An-Nur: 22) Berasal dari kata ilyah yang artinya sama dengan al-hilf maksudnya 'janganlah bersumpah'. orang-orang yang mempunyai kelebihan di antara kalian. (An-Nur: 22) Yang dimaksud dengan kelebihan ialah kelebihan harta, rajin bersedekah, dan berbuat kebajikan.
dan kelapangan. (An-Nur: 22) Yaitu kesejahteraan. untuk tidak akan memberikan bantuan kepada kaum kerabat(nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah. (An-Nur: 22) Yakni janganlah kalian bersumpah bahwa kalian tidak akan bersilaturahmi lagi dengan kaum kerabat kalian, orang-orang miskin, dan kaum Muhaj irin. Yaitu tidak akan lagi memberikan bantuan kepada mereka. Ayat ini mengandung anjuran yang sangat untuk berbelaskasihan dan lemah lembut terhadap kaum kerabat dalam rangka bersilaturahmi kepada mereka.
Firman Allah ﷻ: dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. (An-Nur: 22) terhadap keburukan dan sikap menyakitkan mereka di masa lalu. Hal ini termasuk sifat Penyantun Allah ﷻ, Kemuliaan, dan Kelembutan-Nya kepada makhluk-Nya, padahal mereka berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar As-Siddiq r.a. ketika ia bersumpah bahwa dia tidak akan memberikan bantuannya lagi kepada Mistah ibnu Asasah untuk selamanya. Hal ini terjadi setelah Mistah mengatakan hal-hal yang buruk terhadap putrinya (yaitu Siti Aisyah r.a.) seperti yang telah disebutkan di atas.
Setelah Allah menurunkan wahyu yang membersihkan diri Siti Aisyah Ummul Muminin sehingga hati Siti Aisyah senang dan tenteram, dan Allah menerima tobat orang-orang yang membicarakan berita bohong itu dari kalangan kaum mukmin, lalu ditegakkan hukum had kepada sebagian dari mereka yang berhak menerimanya. Maka Khitab Allah beralih kepada sahabat Abu Bakar As-Siddiq yang memerintahkan kepadanya agar berbelas kasih kepada kerabatnya, yaitu Mistah ibnu Asasah.
Mistah ibnu Asasah adalah anak bibi sahabat Abu Bakar, yang berarti sepupu dia. Mistah adalah orang yang miskin, tidak berharta kecuali apa yang ia terima dari uluran bantuan sahabat Abu Bakar r.a. Mistah termasuk salah seorang dari kaum Muhajirin yang berjihad di jalan Allah. Tetapi ia terpeleset dan melakukan suatu kesalahan, kemudian Allah menerima tobatnya, dan telah menjalani hukuman had yang harus diterimanya akibat kesalahannya itu. Sahabat Abu Bakar adalah seorang yang bijak lagi dermawan.
Ia suka berderma dan memberikan bantuannya, baik kepada kerabatnya sendiri maupun orang lain. Ketika ayat ini diturunkan hingga firman-Nya: Apakah kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian? (An-Nur: 22), hingga akhir ayat. Karena sesungguhnya setiap amal perbuatan itu mendapat balasan sesuai dengan jenis amal perbuatannya, sebagaimana engkau mengampuni dosa orang yang berdosa kepadamu, maka Allah mengampuni pula dosa-dosamu. Dan sebagaimana kamu memaaf, maka Allah pun memaafmu pula.
Maka pada saat itu juga Abu Bakar berkata, "Benar, demi Allah, sesungguhnya kami suka bila Engkau memberikan ampunan kepada kami, wahai Tuhan kami." Kemudian Abu Bakar kembali memberikan nafkah bantuannya kepada Mistah seperti biasanya. Untuk itu Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan mencabutnya selama-lamanya." Perkataannya kali ini untuk mengimbangi apa yang telah dikatakannya sebelum itu, yakni ucapannya," Demi Allah, aku tidak akan memberinya bantuan lagi barang sedikit pun, selamanya." Karena itulah maka sahabat Abu Bakar sesuai dengan nama julukannya, yaitu As-Siddiq; semoga Allah melimpahkan rida kepadanya, juga kepada putrinya."
Salah satu bentuk godaan setan adalah mencarikan dalih agar seseorang enggan membantu orang lain. Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam kesalehan beragama serta keutamaan akhlak yang luhur dan kelapangan rezeki di antara kamu, wahai orang-orang yang beriman, bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kerabat-nya, orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah hanya karena orang-orang itu pernah berbuat kesalahan kepadanya atau membuat pribadinya tersinggung. Sebaiknya mereka berbesar hati dengan tetap mengulurkan bantuan, dan hendaklah mereka memaafkan orang yang pernah melukai hatinya, dan berlapang dada sehingga dapat membuka lembaran baru dalam hubungan mereka. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampuni kesalahan dan kekurangan kamu' Tentu kamu suka. Karena itu, maafkanlah mereka agar Allah memaafkan dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun sehingga akan menghapus dosa kamu, Maha Penyayang dengan mencurahkan nikmat lebih banyak lagi kepada kamu. 23-25. Sungguh, orang-orang yang menuduh berzina kepada perempuan-perempuan yang baik, menjaga kehormatannya, dan menjauhi perbuatan maksiat; yang lengah, yaitu tidak pernah berpikir untuk berbuat keji; dan wanita yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka, yakni para penuduh itu, dilaknat di dunia dan di akhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar pada hari Kiamat ketika Allah menjadikan lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan, termasuk tuduhan bohong mereka. Pada hari itu Allah menyempurnakan balasan yang sebenarnya bagi mereka secara setimpal, dan ketika itu mereka tahu dan sadar bahwa Allah Mahabenar atas segala firman-Nya, Maha Menjelaskan segala sesuatu.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang percaya kepada Allah, janganlah mereka itu bersumpah untuk tidak mau memberikan bantuan kepada karib kerabatnya yang memerlukan bantuan karena berbuat salah, seperti Mistah anak dari saudara perempuan Ibunya Abu Bakar ra. ia seorang fakir miskin, berhijrah dari Mekah ke Medinah yang turut bersama Rasulullah saw, memperkuat pasukan kaum Muslimin di Perang Badar.
Oleh karena itu, sesudah turun wahyu yang menunjukkan atas kebersihan Aisyah dari hal yang dituduhkan kepadanya, dan setelah Allah mengampuni orang-orang yang semestinya diampuni, serta diberi hukuman kepada orang-orang yang semestinya menerima yang demikian itu, maka Abu Bakar ra, kembali ramah dan berbuat baik serta memberi bantuan kepada kerabatnya Mistah. Mistah adalah sepupunya, anak dari saudara perempuan ibunya. Orang-orang mukmin hendaklah memaafkan dan berlapang dada kepada segenap oknum yang terlibat atau dilibatkan di dalam peristiwa hadisul ifki. Pemaafan dan kembali membantu mereka itu merupakan sarana untuk memperoleh ampunan dari Allah. Adakah manusia yang tidak ingin bahwa dosa-dosanya diampuni Allah? Siapakah yang tidak berdosa dalam hidupnya? Bila mereka melakukannya, yaitu memaafkan dan membantu mereka yang kekurangan, maka Allah akan mengampuni dosa mereka dan menyayangi mereka. Mereka akan masuk surga.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Pada ayat 21 dijelaskan lagi perjuangan hidup-di dunia ini. Bahwasanya Tuhan ingin agar kita manusia menempuh jalan yang baik dan lurus.
Jalan lurus menuju keridhaan Tuhan itu senantiasa terganggu. Sebab syaitan pun mempunyai jalan sendiri dan merayu insan supaya menuruti jalan itu. Supaya martabat insan jatuh ke bawah. Apabila martabatnya telah jatuh, kekejian dan kemungkaranlah yang menjadi kesukaannya. Bertambah lurus jalan yang ditempuh, bertambah besar godaan syaitan agar manusia me-' ninggalkan jalan yang lurus itu, lalu menuruti ajakannya. Maka terjadilah peperangan yang hebat dalam hati sanubari manusia, antara kehendak baik dan nafsu jahat. Siapa yang diharapkan memberikan perlindungan? Tidak ada yang lain, melainkan Tuhan Allah sendiri. Lantaran itu tetapkanlah tujuan hidup, dirikanlah Allah dalam hati, sebab hanya Allah saja yang sanggup membersihkan peribadi kita daripada kekotorannya. Tuhan mengatakan bahwa Dia akan memberikan kebersihan kepada barangsiapa yang dikehendakiNya. Per-kuatlah budi dan perindahlah ibadat dan hubungan dengan Tuhan, supaya kita termasuk dalam daftar orang yang dikehendaki Tuhan akan dibersihkanNya itu. Kehidupan di dunia bukanlah semata-mata menunggu ketentuan Tuhan, melainkan sebaliknya. Tuhan pun akan menilik usaha kita sendiri buat mem-perbaiki diri. Segala seruan kita dirienganya, segala perbuatan kita diketahui-Nya.
Ayat 22 memberi ingat kepada orang-orang yang beriman supaya jangan meninggalkan sikap yang adil karena kemurkaan kepada seseorang. Niscaya sebagai manusia; tersinggunglah sangat hati Abu Bakar setelah diketahuinya bahwa di antara orang-orang yang turut terlibat di dalam memfitnah puterinya v ialah orang yang selama ini diharitunya hidupnya karena miakinnya, dan dari kalangan keluarganya sendiri. Hiba hati beliau melihat perbuatan yang tiada patut itu. Belanja hidup mereka sejak pindah ke Madinah beliau yang menanggung, datang dari kantong beliau sendiri. Karena perasaan yang tersinggung itu beliau bersumpah tidak lagi akan memberi belanja mereka, perbantuan yang diberikan selama ini hendak dihentikannya buat selamanya. Maka datanglah ayat ini memberi teguran kepada Abu Bakar.
“Janganlah orang yang mampu dan berkecukupan bersumpah tidak akan membantu kerabatnya, atau orang-orang yang miakin yang selama ini ditanggungnya, atau orang Muhajirin, berpindah ke Madinah karena turut menjunjung tinggi perjuangan menegakkan agama Allah."
Memang mereka telah bersalah turut menyebarkan khalar berita bohong. Tetapi sebagai orang yang beriman yang luas dada, hendaklah dikenangkan kembali siapa yang menyebabkan mereka bersalah.
Bukankah mereka hanya terbawa-bawa oleh gelombang orang banyak? Pada saat-saat yang pertimbangan akal sendiri terhenti karena ombak gelombang khabar beracun? Satu kesalahan, tidaklah boleh dihukum dengan dua hukuman. Dan suatu hukuman janganlah bermaksud membinasakan, melainkan bermaksud mendiriik. Beberapa orang di antara mereka telah menerima hukumannya, dipukul dengan 80 kali cemeti.
Hukuman'itu telah berkesan banyak sekali dalam jiwa mereka. Berbuat jahat bukanlah garis yang asal dalam jiwa mereka. Buktinya ialah bahwa mereka telah turut berjuang, turut meninggalkan kampung halaman Makkah, dan berpindah ke Madinah dan telah turut dalam segala perjuangan menegakkan agama Allah dan turut menderita. Banyak orang yang terlanjur berbuat salah, tetapi kemudian mereka menyesal dan taubat. Mereka dapat lagi berbuat baik sehingga kesalahan yang terlanjur itu dapat ditimbuni oleh kebaikan yang -dibina di belakang. SIsa umur dapat dipergunakan buat memperbaiki diri. Agama Islam memberi kesempatan kepada sekalian insan tidak mengajarkan
rasa dendam kepada orang yang pernah bersalah.
Setiap orang harus berusaha memperbaiki jalan hidupnya. Kalau rasa dendam telah dipergunakan kepada orang yang bersalah, seakan-akan mereka tidak diberi kesempatan lagi akan berbuat baik, maka pendendam itu tidak dengan dIsadari adalah kesalahan yang lebih besar lagi. Orang berbuat kesalahan satu kali lalu taubat, tetapi orang yang mendendam senantiasa berdosa selama dia masih berdendam.
Apakah yang lebih baik bagi seorang yang beriman? Yang lebih baik ialah memberi maaf. Mengulurkan tangan kepada yang bersalah dan menghabiskan yang lama dari ingatan. Dan sikap yang seperti ini sangatlah besar kesannya bagi jiwa sendiri. Sebab itu Tuhan bersabda di ujung ayat 22 itu:
“Tidakkah engkau suka jika Tuhan memberi ampun kepada kamu? Bukankah Tuhan itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang?"
Perhatikanlah ayat ini baik-baik. Terdapatlah di dalamnya ilmu pendiriikan yang amat mendalam, baik untuk orang yang memimpin kaumnya dalam ukuran kecil atau ukuran besar. Apabila seorang pemimpin lekas merasa tersinggung karena kehormatan dirinya diganggu dan tidak pandai menahan hati niscaya pimpinan akan lepas dari tangannya. Rasa cintanya akan bertukar dengan rasa" berici, jiwanya tidak naik melainkan menurun. Pandangan hidupnya yang tadiriya berpangkal tolak dari iman, dengan tidak dIsadarinya bertukar menjadi titik tolak dari kesyaitanan. Pemimpin adalah “pamong" menanai mendukung. Membawa naik bukan menganjurkan turun.
Mendengar ayat yang amat mendalam ini, tersebut dalam riwayat bahwa Saiyidiria Abu Bakar sadar akan kesalahan dan keterburu-nafsunya hendak menghentikan perbantuan yang biasa diberikannya kepada orang-orang yang ditolongnya itu. Sumpahnya dicabut kembali dengan membayar kaffarah, dan bantuan-bantuan yang diberikannya diteruskannya, sehingga kaum kerabatnya yang ditolongnya itu terpelihara kembali jiwanya. Hukuman yang demikianlah yang menambah keinsafan mereka dan memperdalam rasa kesadaran. Dan
pintu buat beramal yang shalih masih terbuka bagi mereka. Dan bagi Abu Bakar sendiri, penderitaan batin karena anaknya tertuduh itu, yang telah di-
salah satu pembina dari peribadi besar Saiyidiria Abu Bakar as-Shiddiq. Khatifah pertama dari Rasulullah s.a.w. Ujian-ujian perasaan yang berat apabila dapat diatasi akan menjadi jaminan atas kenaikan mutu peribadi.
Kemudian itu di ayat 23 dijelaskan Tuhan lagi bahwasanya orang-orang yang tuduh-menuduh perempuan-perempuan yang terberiteng jiwanya oleh budiriya, jujur dan memandang dunia dengan kejujuran pula, dipatrikan oleh iman yang tulus kepada Allah. Orang-orang yang menuduh wanita demikian, akan mendapat kutuk dari Allah di dunia dan di akhirat, ditambah pula dengan siksa. Ayat ini adalah penjelasan berulang-ulang atas beratnya hukuman menuduh-nuduh itu.
Di ayat 24 dijelaskan lagi bahwasanya lidah yang menyebarkan fitnah, tangan yang menjembatani mencari khabar buruk, kaki yang melangkah menyebar berita bohong, semuanya akan menjadi saksi atas perbuatan yang buruk itu di hadapan Allah. Dan di hari akhirat itu kelak demikian kata ayat yang ke25. Tuhan akan membayar kontan segala perbuatan yang dilakukan itu, akan mendapat balasan yang benar. Pada waktu itulah kelak mereka akan mengetahui Allah sebagai Kebenaran dan Allah sebagai Kenyataan.
lah dari orang-orang yang kotor, dan orang-orang yang kotor adalah untuk perkara-perkara yang kotor. Sedang perkara yang baik adalah dari orang baik-baik, dan orang baik-baik menimbulkan perkara yang baik pula. Adapun