Ayat
Terjemahan Per Kata
نَحۡنُ
kami
أَوۡلِيَآؤُكُمۡ
pelindung-pelindungmu
فِي
dalam
ٱلۡحَيَوٰةِ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَا
dunia
وَفِي
dan dalam
ٱلۡأٓخِرَةِۖ
kehidupan akhirat
وَلَكُمۡ
dan bagimu
فِيهَا
didalamnya
مَا
apa yang
تَشۡتَهِيٓ
kamu inginkan
أَنفُسُكُمۡ
diri kalian sendiri
وَلَكُمۡ
dan bagimu
فِيهَا
didalamnya
مَا
apa yang
تَدَّعُونَ
kamu minta
نَحۡنُ
kami
أَوۡلِيَآؤُكُمۡ
pelindung-pelindungmu
فِي
dalam
ٱلۡحَيَوٰةِ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَا
dunia
وَفِي
dan dalam
ٱلۡأٓخِرَةِۖ
kehidupan akhirat
وَلَكُمۡ
dan bagimu
فِيهَا
didalamnya
مَا
apa yang
تَشۡتَهِيٓ
kamu inginkan
أَنفُسُكُمۡ
diri kalian sendiri
وَلَكُمۡ
dan bagimu
فِيهَا
didalamnya
مَا
apa yang
تَدَّعُونَ
kamu minta
Terjemahan
Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya (surga) kamu akan memperoleh apa yang kamu sukai dan apa yang kamu minta.
Tafsir
(Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia) artinya, Kami memelihara kalian di dalamnya (dan di akhirat) maksudnya, Kami akan selalu bersama kalian di akhirat hingga kalian masuk surga (di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh pula di dalamnya apa yang kalian minta) berupa semua kenikmatan yang kalian minta.
Tafsir Surat Fussilat: 30-32
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka. (Fushshilat: 30) Yakni mereka ikhlas dalam beramal hanya karena Allah ﷻ, yaitu dengan menaati apa yang telah diperintahkan oleh Allah ﷻ kepada mereka. Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Jarrah, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Qutaibah atau Qutaibah Asy-Sya'iri, telah menceritakan kepada kami Suhail ibnu Abu Hazim, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ membacakan ayat berikut kepada kami, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka. (Fushshilat: 30) Sesungguhnya ada segolongan manusia yang telah mengucapkannya, tetapi setelah itu kebanyakan dari mereka kafir.
Maka barang siapa yang mengucapkannya dan berpegang teguh kepadanya hingga mati, berarti dia telah meneguhkan pendiriannya pada kalimah tersebut. Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya, juga Al-Bazzar, dan Ibnu Jarir, dari Amr ibnu Ali Al-Fallas, dari Muslim ibnu Qutaibah dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Al-Fallas dengan sanad yang sama.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Amir ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnu Imran yang mengatakan bahwa ia pernah membaca ayat berikut di hadapan sahabat Abu Bakar As-Siddiq r.a., yaitu firman Allah ﷻ: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30) Lalu Abu Bakar mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan melalui hadis Al-Aswad ibnu Hilal yang mengatakan bahwa Abu Bakar r.a. pernah mengatakan, "Bagaimanakah menurut kalian makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya? (Fushshilat: 30) Maka mereka menjawab, "Tuhan kami ialah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendiriannya dengan menghindari dari perbuatan dosa. Maka Abu Bakar r.a. berkata, "Sesungguhnya kalian menakwiIkannya bukan dengan takwil yang sebenarnya. Lalu mereka berkata, "Tuhan kami ialah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendiriannya, tidak menoleh kepada Tuhan lain kecuali hanya Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Aqdi, -dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya mengenai suatu ayat di dalam Kitabullah yang paling ringan. Maka Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30) dalam bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah.
Az-Zuhri mengatakan bahwa Umar r.a. membaca ayat ini di atas mimbarnya, kemudian mengatakan, "Demi Allah, mereka meneguhkan pendiriannya karena Allah dengan taat kepada-Nya, dan mereka tidak mencla-mencle seperti musang." Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30) dalam menunaikan hal-hal yang difardukan oleh-Nya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah. Qatadah mengatakan bahwa Al-Hasan selalu mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami, maka berilah kami istiqamah (keteguhan dalam pendirian)." Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30) Yakni mengikhlaskan ketaatan dan beramal karena Allah ﷻ Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Ata, dari Abdullah ibnu Sufyan, dari ayahnya, bahwa seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, perintahkanlah kepadaku suatu perintah dalam Islam, yang kelak aku tidak akan bertanya lagi kepada seorang pun sesudahmu." Rasulullah ﷺ bersabda: Katakanlah, "Tuhanku ialah Allah, kemudian teguhkanlah pendirianmu! Lelaki itu bertanya, "Lalu apakah yang harus kupelihara? Rasulullah ﷺ mengisyaratkan ke arah lisannya (yakni menjaga mulut).
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Syu'bah, dari Ya'la ibnu Ata dengan sanad yang sama. "". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku Ibnu Syihab, dari Abdur Rahman ibnu Ma'iz Al-Gamidi, dari Sufyan ibnu Abdullah As-Saqafi yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, sebutkanlah suatu perkara kepadaku yang kelak akan kujadikan pegangan." Rasulullah ﷺ menjawab: Katakanlah, "Tuhanku ialah Allah, kemudian teguhkanlah pendirianmu! Kemudian aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang engkau sangat khawatirkan terhadap diriku? Maka Rasulullah ﷺ memegang ujung lisannya dan bersabda, "Ini" (yakni jaga lisanmu).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah melalui hadis Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya juga Imam Nasaitelah mengetengahkannya melalui hadis Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Sufyan ibnu Abdullah As-Saqafi yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, katakanlah suatu urusan kepadaku tentang Islam, yang kelak aku tidak akan menanyakannya kepada seorang pun sesudah engkau." Rasulullah ﷺ bersabda: Katakanlah, "Aku beriman kepada Allah, kemudian teguhkanlah pendirianmu.
hingga akhir hadis. Firman Allah ﷻ: maka malaikat akan turun kepada mereka. (Fushshilat: 30) Mujahid, As-Saddi, Zaid ibnu Aslam, dan anaknya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah di saat mereka menjelang kematiannya, para malaikat itu turun kepada mereka dengan mengatakan: Janganlah kamu merasa takut. (Fushshilat: 30) Mujahid, Ikrimah, dan Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah kamu takut dalam menghadapi kehidupan masa mendatang di akhirat.
dan janganlah kamu merasa sedih. (Fushshilat: 30) terhadap urusan dunia yang kamu tinggalkan, seperti urusan anak, keluarga, harta benda, dan utang; karena sesungguhnya Kami akan menggantikanmu dalam mengurusnya. dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. (Fushshilat: 30) Para malaikat menyampaikan berita gembira kepada mereka akan lenyapnya semua keburukan dan akan memperoleh semua kebaikan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Al-Barra r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya para malaikat berkata kepada roh orang mukmin, "Keluarlah engkau, hai jiwa yang baik, dari tubuh yang baik yang sebelumnya engkau huni, keluarlah engkau menuju kepada ampunan dan nikmat serta Tuhan yang tidak murka." Menurut pendapat lain, para malaikat turun kepada mereka di saat mereka dibangkitkan dari kuburnya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Abbas dan As-Saddi. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Mazhar, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sabit membaca surat Ha Mim As-Sajdah. Dan ketika bacaannya sampai pada firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya, maka malaikat akan turun kepada mereka. (Fushshilat: 30) Maka dia berhenti dari bacaannya, kemudian berkata bahwa telah sampai suatu berita kepada kami yang menyebutkan bahwa seorang mukmin ketika dibangkitkan oleh Allah ﷻ dari kuburnya, ada dua malaikat menyambutnya.
Kedua malaikat itu yang dahulunya selalu bersamanya ketika di dunia. Lalu keduanya mengatakan kepadanya, "Janganlah kamu takut dan jangan pula bersedih." dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah di janjikan Allah kepadamu. (Fushshilat: 30) Maka Allah menenteramkan rasa takutnya dan menyenangkan hatinya, dan tiada suatu peristiwa besar yang terjadi di hari kiamat yang ditakuti oleh manusia melainkan hal itu bagi orang mukmin merupakan penyejuk hatinya berkat petunjuk Allah ﷻ kepadanya, dan berkat amal perbuatannya selama di dunia. Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa para malaikat itu menyampaikan berita gembira kepada orang mukmin saat menjelang kematiannya dan saat ia dibangkitkan dari kuburnya.
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Pendapat ini bila dibandingkan dengan semua pendapat yang telah disebutkan di atas merupakan pendapat yang sangat baik dan memang kenyataannya demikian. Firman Allah ﷻ: Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat. (Fushshilat: 31) Yakni para malaikat itu berkata kepada orang-orang mukmin saat mereka menjelang kematiannya, "Kami adalah teman-teman kalian selama di dunia, kami bimbing kalian, kami luruskan kalian, dan kami pelihara kalian berkat perintah Allah.
Demikian pula kami akan selalu bersamamu dalam kehidupan di akhirat; kami menemani rasa kesendirianmu dalam kuburmu dan pada saat sangkakala ditiup, dan kami selamatkan kamu pada hari berbangkit, kami bawa kamu berlalu menyeberangi sirat, dan kami sampaikan kamu ke surga yang penuh dengan kenikmatan." di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan. (Fushshilat: 31) Maksudnya, di dalam surga kamu memperoleh semua yang kamu pilih dan semua yang kamu inginkan, juga memperoleh semua yang dipandang sedap oleh matamu.
dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (Fushshilat: 31) Yakni betapapun permintaanmu, niscaya kamu akan menjumpainya berada di hadapanmu seperti yang kamu minta dan kamu pilih. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 31) Yaitu sebagai jamuan, anugerah, dan pemberian nikmat dari Tuhan Yang Maha Pengampun semua dosa kalian lagi Maha Penyayang kepada kalian serta Maha Pengasih, karena Dia telah mengampuni, menutupi, mengasihani dan bersikap lembut kepada kalian.
Ibnu Abu Hatim dalam ayat ini telah mengetengahkan sebuah hadis tentang pasar di dalam surga, yaitu pada tafsir firman-Nya: di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 31-32). Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan: [] -: ". -: ". ". ". telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Abdul Humaid ibnu Habib ibnu Abul Isyrin Abu Sa'id Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Hassan ibnu Atiyyah, dari Sa'id ibnul Musayyab, bahwa ia bersua dengan Abu Hurairah r.a., lalu Abu Hurairah r.a. berkata, "Aku memohon kepada Allah semoga Dia menghimpunkan aku dan kamu di dalam pasar surga." Sa'id ibnu Jubair bertanya, "Apakah di dalam surga terdapat pasar?" Abu Hurairah dalam jawabannya mengiakan, lalu ia menerangkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bercerita kepadanya: bahwa para penghuni surga apabila telah dimasukkan ke dalam surga, mereka mendapat jamuan dari Allah berkat keutamaan amal perbuatan mereka.
Maka diizinkan bagi mereka selama satu hari seperti lamanya hari Jumat pada kalian; dalam waktu itu Allah menampakkan bagi mereka 'Arasy-Nya, dan Allah menampakkan diri bagi mereka di dalam suatu taman surga. Kemudian dibuatkan bagi mereka mimbar-mimbar, ada yang dari cahaya, ada yang dari mutiara, ada yang dari yaqut, ada yang dari zabarjad, ada yang dari emas, dan ada yang dari perak.
Orang yang paling bawah kedudukannya dari ahli surga yang pada penampilannya tiada yang rendah di antara mereka, mereka duduk di atas tumpukan minyak kesturi dan kafur, dan mereka tidak memandang bahwa ahli surga yang mempunyai kursi kedudukan lebih utama kedudukannya daripada mereka. Abu Hurairah r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat Tuhan kita?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya, apakah kalian berdesak-desakan saat melihat matahari dan rembulan di malam purnama?" Kami menjawab, "Tidak." Rasulullah ﷺ bersabda, bahwa demikian pula kalian tidak berdesak-desakan saat melihat Tuhan kalian. Dan tiada seorang pun yang ada dalam majelis tersebut melainkan Allah menjumpainya sekali jumpa. Sehingga Allah ﷻ berfirman kepada seseorang dari mereka, "Hai Fulan bin Fulan, apakah engkau teringat hari anu ketika kamu mengerjakan anu dan anu," Allah mengingatkannya tentang sebagian dari kekeliruannya semasa di dunia.
Maka lelaki itu menjawab, "Ya, benar Tuhanku, saya ingat, tetapi bukankah Engkau telah memberi ampun bagiku?" Allah ﷻ menjawab, "Benar, maka berkat keluasan ampunan-Ku engkau mencapai kedudukanmu yang sekarang ini." Ketika para ahli surga dalam keadaan demikian, lalu mereka ditutupi oleh awan dari atas mereka, dan turunlah hujan wewangian kepada mereka yang wanginya belum pernah mereka rasakan seharum itu. Kemudian Allah berfirman, "Bangkitlah kalian menuju tempat yang telah Kusediakan bagi kalian, yaitu tempat yang terhormat, dan ambillah apa saja yang kalian sukai." Rasulullah ﷺ melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kami mendatangi suatu pasar yang dikelilingi oleh para malaikat, di dalamnya terdapat segala sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata hal yang semisal dengannya, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati manusia.
Maka dibawakanlah bagi kami segala sesuatu yang kami sukai tanpa harus memakai transaksi jual beli, dan di dalam pasar itu sebagian ahli surga bersua dengan sebagian yang lainnya. Datanglah seorang ahli surga yang mempunyai kedudukan yang tinggi menjumpai ahli surga yang kedudukannya berada di bawahnya, tetapi tiada seorang pun di antara mereka yang rendah. Maka yang berkedudukan lebih rendah itu merasa terkejut dengan pakaian yang dikenakan oleh temannya yang lebih tinggi kedudukannya itu.
Belum lagi pembicaraannya habis, tiba-tiba yang berkedudukan rendah berubah dengan penampilan yang lebih baik daripada temannya itu. Demikian itu karena seseorang tidak boleh merasa bersedih hati di dalam surga. Setelah itu kami pulang ke tempat tinggal masing-masing dan disambut oleh istri-istri kami seraya mengatakan, "Selamat datang, kekasih kami, sesungguhnya engkau datang dengan penampilan yang lebih tampan, lebih harum, dan lebih utama daripada sebelumnya saat engkau meninggalkan kami." Maka suaminya menjawab, "Sesungguhnya kami hari ini bertamu kepada Tuhan kami Yang Maha Mengalahkan, Mahasuci, lagi Mahatinggi, maka sudah sepantasnya bila kami kembali pulang dalam keadaan seperti ini berkat kemurahan-Nya." Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini di dalam Sifatul Jannah, bagian dari kitab Jami'-nya melalui Muhammad ibnu Ismail, dari Hisyam ibnu Ammar.
Ibnu Majah meriwayatkannya dari Hisyam ibnu Ammar dengan sanad dan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui jalur ini. ". -: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Humaid, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang menyukai perjumpaan dengan Allah, maka Allah menyukai pula perjumpaan dengannya. Dan barang siapa yang tidak suka perjumpaan dengan Allah, maka Allah tidak suka pula berjumpa dengannya. Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, kita semua tentu tidak suka mati." Rasulullah ﷺ menjawab: Hal itu bukan berarti membenci kematian, tetapi seorang mukmin itu apabila menjelang kematiannya didatangi oleh malaikat pembawa berita gembira dari Allah ﷻ yang menceritakan kepadanya tempat yang bakal dihuninya.
Maka tiada sesuatu pun yang lebih disukainya selain dari perjumpaan dengan Allah ﷻ Maka Allah pun suka menjumpainya. Rasulullah ﷺ melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya seorang pendurhaka atau seorang kafir apabila menjelang kematiannya didatangkan kepadanya keburukan yang kelak akan menjadi tempat tinggalnya atau keburukan yang akan dijumpainya. Karena itu ia membenci perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun tidak suka berjumpa dengannya. Hadis ini sahih, dan di dalam kitab sahih hadis ini telah diketengahkan melalui jalur yang lain."
Demikianlah para malaikat menenangkan orang-orang beriman dan membuat mereka lebih merasa nyaman. Para malaikat itu berkata, 'Kami, atas perintah Allah, menjadi pelindung-pelindungmu dan akan selalu siap membantu kamu dalam kehidupan dunia dan demikian pula dalam kehidupan akhirat. Maka di dalamnya, yakni di dalam surga ini, kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dalam bentuk berbagai kenikmatan, dan memperoleh apa saja yang pernah kamu minta dulu di dunia. 32. Yang demikian itu adalah sebagai penghormatan bagimu dari Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Selanjutnya para malaikat itu menyatakan kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka selalu mendampingi dan menolong orang-orang tersebut dalam segala urusan dunia. Para malaikat selalu memberi petunjuk yang menuju kepada kebaikan, kebenaran, dan kemaslahatan. Demikian pula para malaikat akan bersama-sama orang-orang beriman di akhirat nanti, menemani mereka di dalam kubur, pada waktu hari Kiamat, dan hari perhitungan sampai mereka masuk ke dalam surga.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang menyatakan kepada orang-orang beriman dalam ayat ini ialah Allah sendiri, sehingga maksud ayat ini adalah: "Dan Allah wali bagi orang-orang yang beriman yang kuat pendiriannya ."
Malaikat mengatakan bahwa di dalam surga itu orang-orang yang beriman akan memperoleh berbagai macam kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan yang selalu diidam-idamkan, serta segala yang diinginkan dan diminta.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
lSTIQAMAH
Ayat 30
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah, ‘kemudian itu mereka teguhkan pendirian mereka, akan merintah kepada mereka malaikat-malaikat.'"
Inilah pokok! Yaitu, “Tuhan kami Allah!" Tidak ada Tuhan melainkan Dia! Kita mesti menetapkan pendirian ini dan memegangnya teguh-teguh, tidak dilepaskan lagi. Teguh pendirian ialah tegak lurus, teguh tegap dengan pendirian itu. Tidak bergeser, tidak beranjak. Tidak saat dicondongkan ke kiri ke kanan. Tidak saat dimundurkan ke belakang ataupun dimajukan ke muka, dengan arti keluar dari tempat tegak berdiri itu.
Apa pun terjadi, pendirian ini tidak dilepaskan.
Istiqaamah!
“Tuhan kami Allah", kalau kita bersama sebagai Muslim. “Tuhanku Allah", kalau kita
sendiri sebagai pribadi. Bergabung semua dalam satu pendirian, sebagai umat.
“Tuhan kami Allah!"
Maka arti Istiqaamah itu bolehlah dirumuskan dalam bahasa kita: “Tetap pendirian".
Tetap pendirian bertuhan kepada Allah dengan membayarkan haknya dan hakikatnya. Tetap pendirian bertuhan kepada Allah dalam hati sanubari, dalam tindakan hidup, dalam kesyukuran menerima nikmat, dalam kesabaran menahan percobaan. Karena pendirian yang tetap itu pasti mensaat ujian.
Kadang-kadang kita mendaki, sehingga keringat mengalir sampai ke kaki. Kadang-kadang pegallah kaki di kala menurun, melalui jurang, lurah, dan gurun.
Namun pendirian tidak pernah berubah. “Tuhan kami Allah."
Kadang-kadang dengan kekerasan orang memaksa kita mengubah pendirian, kalau tidak diubah nyawa akan dicabut! Namun kalau istiqamah telah mantap, mati itu pun dihadapi, karena pepatah telah mengatakan:
“Maut adalah bukti cinta yang sejati."
Istiqamah memang membentuk pribadi orang sehingga dia memenuhi arti dirinya sebagai insan sejati, khalifah Allah di muka bumi. Itulah sebabnya, di dalam shalat lima waktu, di dalam segala shalat nawafil dan rawatib, yang fardhu dan yang sunnah, hendaklah di tiap rakaat membaca al-Faatihah. Supaya terbaca inti doa kepada Allah untuk kebahagiaan hidup, yaitu
“Tunjukilah kami jalan yang lurus,"
Mustaqiim ialah rangkaian kata dari Is-tiqamah. Kalau jalan yang lurus, shirathal mustaqim telah diberikan, tercapailah sudah istiqamah.
Kita berusaha agar istiqamah saat kita capai, tetapi kita pun berdoa, mengharap agar Allah membawa kita kepada istiqamah itu. Karena kalau telah bertemu jalan itu, selamat bahagialah hidup ini, tidak usah ragu lagi. Tidaklah kita akan lekang kena panas, tidaklah kita akan lapuk kena hujan. Karena Allah menjanjikan, “Akan turunlah kepada mereka malaikat-malaikat." Maka kalau di ayat 29 dan ayat-ayat yang lain disebutkan bahwa ada manusia yang ditemani oleh jin dan manusia yang jahat, ada manusia yang selalu didekati oleh setan dan diperdayakannya, namun orang yang telah mencapai istiqamah bukanlah jin yang berani mendekatinya dan bukan pula manusia yang jahat dan bukan pula iblis dan setan, melainkan malaikat.
Ini janji dari Allah sendiri.
Apa tugas malaikat-malaikat itu mendatanginya?
Tugas malaikat-malaikat itu menyampaikan kepada mereka, ‘Agar kamu jangan merasa takut dan jangan merasa duka cita."
Malaikat akan datang kepadanya menyampaikan bahwa janganlah dia takut akan ke-sengsaraan hari akhirat kelak, sebab puncak kehidupan itu sendiri telah dipegangnya teguh, yaitu “Kami beriman kepada Allah." Dan janganlah kamu berduka cita meninggalkan anak-anakmu dan istrimu dan harta bendamu. Anak dan istri Allah yang akan menjaminnya, sedang engkau pergi menemui Tuhanmu. Harta benda dunia itu tidak ada artinya sama sekali jika dibandingkan dengan nikmat yang menunggu engkau.
Itulah bujukan membesarkan hati yang akan dibisikkan oleh malaikat, yang terdengar oleh jiwa, bukan oleh telinga polos ini. Sesuai dengan hadits Nabi yang terkenal dirawikan oleh banyak ahli hadits, bahwa seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah, apakah pegangan hidup yang tidak akan dilepaskannya lagi dan tidak usah dia bertanya lagi pertanyaan-pertanyaan yang lain. Maka Rasulullah telah menjawab,
“Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah' kemudian tetaplah pada pendirian itu." (HR Ahmad, Muslim, an-Nasa'i, dan Tirmidzi)
Dan tersebut pula hadits lain,
“Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan beristiqamah." (HR ad-Darimi)
Maka sangatlah penting janji Allah ini untuk menghilangkan kesepian hidup. Bagaimana akan merasa sepi orang yang merasa dirinya selalu dikawal oleh malaikat?
Tentang malaikat akan turun kepada orang yangtetap pendirian atau istiqamah ini, Mujahid dan as-Suddi dan Zaid bin Aslam menafsirkan bahwa malaikat itu akan turun ketika orang itu akan mati. Artinya bahwa di saat dia kelihatan sedang naza' itu dia akan melihat malaikat datang.
Menurut tafsiran yang disalinkan ath-Thabari dari Ibnu Abbas, malaikat itu akan datang ketika ruh bangkit kelak dari alam kubur setelah mendengar tiupan serunai sangkakala ketika dipanggil untuk hidup yang kedua kali.
Menurut sebuah hadits terkenal yang dirawikan dari sahabat al-Barra' bin Azib, malaikat datang mengalu-alukan ruh orang yang isti-qamah di kala hidup di dunia itu. Mereka datang beramAl-ramai dengan wajah berseri-seri sambil berkata, “Keluarlah, hai ruh yang baik dari tubuh yang baik yang selama ini engkau diami. Keluarlah, hai ruh, hai raihan, keluarlah menemui Allah yang tidak marah kepadamu." Dan ada lagi tafsir lain mengatakan bahwa kedatangannya di kubur, di alam kubur disambut oleh dua malaikat yang terkenal, Munkar dan Nakir dengan ucapan, “Selamat datang dan janganlah engkau takut dan janganlah engkau berduka cita."
Tentang malaikat datang ketika seseorang baik-baik, orang yang istiqamah akan mati itu memang banyak sekali kejadian, seorang yang akan meninggal itu, disaksikan oleh keluarga mempersilakan tetamunya yang baru datang, padahal hadirin tidak menampak tetamu yang baru masuk."Silakan duduk! Maaf saya tidak saat duduk menghormati Tuan! DekAllah kemari," dan sebagainya.
Dan beranilah pula saya menyatakah bahwa boleh juga agaknya kita tafsirkan bahwa malaikat itu datang bukan seketika orang akan meninggal saja, bukan ketika nyawa akan cerai dengan badan saja, bukan ketika Munkar dan Nakir menyambut di kubur saja, dan bukan ketika mendengar tiupan serunai sangkakala di hidup kedua kali saja, bahkan ketika kita masih hidup ini, Sebab banyak sekali hadits-hadits Nabi yang menyatakan bahwa malaikat datang. Di antaranya,
“Dari Abid Darda' (semoga ridha Allah atas dirinya), bahwa Rasulullah ﷺ pernah berkata, ‘Ba rangsiapayang mendoakan saudaranya tidak setahu saudaranya itu, berkatalah malaikat yang ditugaskan untuk itu, Amin! dan engkau pun semoga saat karunia sebagai sahabat yang engkau doakan itu pula." (HR Muslim dan Abu Dawud)
Kemudian ada lagi sebuah hadits,
‘Dari Abdullah bin Mas'ud (semoga ridha Allah atasnya), bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
Sesungguhnya bagi setan ada bisikan kepada anak Adam dan bagi Malaikat ada pula. Adapun bisikan setan ialah menjanjikan yang buruk-buruk dan mendustakan kebenaran. Dan Adapun bisikan malaikat ialah menjanjikan yang benar dan menerima kebenaran dengan jujur. Kalau pernah tersaat demikian, ketahuilah bahwa itu dari Allah Ta'aala, maka pujilah Allah. Dan barangsiapa yang mensaat selain itu maka hendaklah dia berlindung kepada Allah daripada setan.'" (HRTirmidzi dan an-Nasa'i)
“Dan gembiralah kamu dengan surga yang telak dijanjikan Allah kepada kamu."
Inilah lanjutan dan bisikan malaikat yang disampaikan ke dalam jiwa orang yang telah mengakui Allah sebagai Tuhannya itu, dan tetap teguh memegang pendirian, tidak berubah dan tidak beranjak, sebab hanyalah Allah tempat berlindung, tidak ada yang lain. Allah-lah tempat memohonkan pertolongan, yang lain tidak. Maka selain dari ketenteraman hati di atas dunia ini, sebagai alat paling penting untuk pertahanan jiwa dalam menghadapi serba-serbi gelombang kehidupan, dijanjikan pula bahwa kelak akan dimasukkan ke dalam surga.
Kemudian itu datanglah lanjutan dari bujukan malaikat itu.
Ayat 31
“Kamilah pelindung-pelindung kamu pada kehidupan di dunia dan pada akhinat."
Inilah sambungan bujukan malaikat-ma-laikat itu. Yakni bahwasanya dengan izin dan perintah dari Allah mereka memberikan jaminan pelindungan bagi orang yang teguh memegang pendirian bertuhan kepada Allah itu, baik semasa hidupnya di dunia apalah lagi pada kehidupan lanjutan di akhirat kelak. Maka bertambah condonglah kita kepada pensaat yang telah kita kemukakan di atas tadi, yaitu bahwa malaikat itu datang bukanlah semata-mata di kala orang yang teguh pendirian itu akan meninggal saja, bahkan pada masa hidup dan sehat wal'afiat, segar bugar ini juga. Fakhruddin menulis dalam tafsirnya tentang maksud ayat ini, malaikat memberikan lindungan atau pimpinan ialah bahwa kekuatan malaikat itu ada pengaruhnya atas orang yang beriman, terutama atas ruhaninya dengan memberikan ilham atau mukasyafaat, yang berarti membukakan keyakinan yang penuh dalam suatu pendirian, dan memberikan maqamaat (tempat) tegak yang hakiki, yang tidak meragukan lagi, sehingga jiwa itu berani menghadapi segala kemungkinan apa jua pun. Beliau pun berkata pula bahwa pada jiwa-jiwa yang telah terlatih dalam pengabdian kepada Allah tersaat banyak pengalaman tentang bantuan malaikat itu. Dan sokongan malaikat itu pun berketerusan sejak dari dunia lalu ke akhirat. Hubungan^ dengan malaikat itu saat terus-menerus, tidak putus-putus, selama seseorang tidak pula memutuskan hubungannya dengan Allah. Bahkan sesudah mereka meninggal dunia, hubungan itu akan lebih kuat dan teguh lagi, bahkan lebih kuat dan lebih kekal, karena jauhar dari jiwa insani itu adalah termasuk jenis malaikat jua. Laksana cahaya dinisbahkan kepada matahari, atau setitik air dinisbahkan kepada lautan. Lalu Fakhruddin ar-Razi menyalinkan sebuah sabda Nabi yang berbunyi demikian,
“Kalau bukanlah setan-setan yang selalu menyelubungi hati anak Adam, akan ingatlah mereka menyaksikan malakutis samaawat (ke-rajaan langit)."
Maka dengan datangnya maut, terbebaslah jiwa dari kungkungan raga dan setan-setan pun tidak lagi mempunyai upaya buat menghalangi dan menyelubungi, sehingga langsunglah jiwa saat melakukan musyahadaat (penyaksian).
Lanjutan daripada jaminan malaikat itu ialah tentang apa yang akan dihadapi di hari akhirat esok."Dan antuk kamu di dalamnya apa saja keinginan dirimu." Ialah mengisyaratkan tentang nikmat surga yang berhubungan dengan jasmani, dari makanan dan minuman, sebagaimana yang banyak diuraikan pada ayat-ayat yang lain, seumpama mahligAl-mahligai dan istana, piala emas dan perak, layanan pemuda dan pemudi, tempat berteduh yang subur, taman-taman yang indah dan sebagainya.
“Dan untuk kamu di dalamnya apa saja yang kamu minta."
Ini adalah mengisyaratkan pula kepada nikmat surga yang bersifat ruhaniah. Puncak nikmat surga yang ruhaniah itu ialah pertama menerima ridha Allah, karena disebutkan bahwa ridha dari Allah itu adalah lebih besar. (Lihat surah at-Taubah ayat 72)
Semua nikmat di surga kelak itu ialah
Ayat 32
“Hidangan daripada Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Hidangan dan disebut juga jamuan. Untuk menilai betapa tingginya maksud ayat ini, marilah kita ingat bahwasanya sejak manusia mulai mengenal peradaban, jamuan atau hidangan adalah perlakuan yang setinggi-tingginya bagi memuliakan tetamu. Adat raja-raja dan orang-orang besar adalah jamu menjamu, dengan hidangan yang mulia, hidangan yang tersusun menurut adat istiadat yang memakai adatsopan santun penuh kehormatan. Ada yang bernama dinner, ada yang bernama banquet. Kadang-kadang minum sambil memberi hormat. jika seorang tetamu agung datang ke sebuah negeri, penguasa negeri tadi menjamu beliau dalam suatu jamuan besar yang dihadiri oleh orang-orang yang berjabatan tinggi pula. Kelak apabila tetamu tadi akan kembali ke negerinya atau meneruskan perjalanannya ke negeri lain, menjadi kewajiban sopan santun pula baginya mengadakan jamuan balasan untuk tuan rumah yang menjamunya tadi, jamuan balasan ini biasanya diadakan di rumah duta besar dari tetamu orang besar itu. Sehabis jamuan biasanya diadakan pula pertukaran tanda mata. Di zaman dahulu kala jamuan terhadap tetamu itu diiringi dengan memberikan persalinan. Demikian juga bilamana raja akan menganugerahkan lantik gelaran atau menganugerahkan bintang kepada seorang pegawai setia yang akan dinaikkan pangkatnya, mereka diberi pakaian persalinan. Seumpama keris, payung dengan warna tertentu, gelar Datuk, gelar Tan Sri, Puan Sri, atau gelar tertinggi Tun, atau Pangeran.
Semuanya itu kita kemukakan untuk mendudukkan tafsir dari ayat ini. Yaitu bahwasanya orang yang teguh pendiriannya, yang taat melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menghentikan larangannya, dan tidak berkisar tegaknya walau bagaimana percobaan hidup, pahit dan getir yang dia derita lantaran mempertahankan pendirian itu, sesudah dilindungi hidupnya semasa di dunia ini, akan dilindungi pula di akhirat, dan akan dimasukkan ke tempat yang mulia, yaitu surga, menerima jamuan mulia dan segala sambutan kemuliaan dari Allah.