Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالُواْ
dan mereka berkata
لَن
tidak
نُّؤۡمِنَ
kami beriman
لَكَ
kepadamu
حَتَّىٰ
sehingga
تَفۡجُرَ
kamu memancarkan
لَنَا
untuk kami
مِنَ
dari
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
يَنۢبُوعًا
mata air
وَقَالُواْ
dan mereka berkata
لَن
tidak
نُّؤۡمِنَ
kami beriman
لَكَ
kepadamu
حَتَّىٰ
sehingga
تَفۡجُرَ
kamu memancarkan
لَنَا
untuk kami
مِنَ
dari
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
يَنۢبُوعًا
mata air
Terjemahan
Mereka berkata, “Kami tidak akan percaya kepadamu (Nabi Muhammad) sebelum engkau membuat mata air yang memancar dari bumi untuk kami,
Tafsir
(Dan mereka berkata) diathafkan kepada lafal abaa ("Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu sebelum engkau memancarkan sumber air dari tanah buat kami) mata air yang berlimpah airnya.
Tafsir Surat Al-Isra: 90-93
Dan mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun itu yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami, atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit.
Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca. Katakanlah, "Mahasuci Tuhanku, bukanlah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul? Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku seorang syekh (guru) dari kalangan ulama Mesir yang telah bermukim bersama kami sejak empat puluh tahun lebih, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Atabah, Syaibah (keduanya anak Rabi'ah), Abu Sufyan ibnu Harb seorang lelaki dari Bani Abdud Dar dan Abul Buhturi (keduanya saudara Banil Asad), Al-Aswad ibnul Muftalib ibnu Asad, Zam'ah ibnul Aswad, Al-Walid ibnul Mugirah, Abu Jahal ibnu Hisyam, Abdullah ibnu Abu Umayyah, Umayyah ibnu Khalaf, Al-As ibnu Wail, Nabih dan Munabbih (keduanya anak Al-Hajjaj As-Sahmi), semuanya berkumpul atau termasuk di antara mereka yang ada dalam perkumpulan itu.
Mereka berkumpul sesudah matahari terbenam di atas Ka'bah. Sebagain dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Kirimkanlah utusan kepada Muhammad untuk mengundangnya agar kita dapat berbicara dan berdebat dengannya hingga ia mengemukakan alasan yang sebenarnya." Lalu mereka mengirimkan utusannya, dan si utusan menyampaikan kepada Nabi ﷺ, "Para pemuka kaummu telah mengadakan pertemuan untuk melakukan pembicaraan denganmu." Maka Rasulullah ﷺ datang dengan segera seraya menduga bahwa barangkali mereka telah sadar akan perkara yang dibawanya.
Sebelum itu Nabi ﷺ sangat menginginkan agar mereka mendapat petunjuk, karena dengan masuk Islamnya mereka maka akan bertambah kuatlah agamanya. Setelah Nabi ﷺ sampai kepada mereka, lalu Nabi ﷺ duduk. Dan mereka berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya kami telah mengirim utusan kami kepadamu untuk mengetahui alasanmu yang sebenarnya. Dan sesungguhnya kami, demi Allah, sepengetahuan kami engkau adalah seorang lelaki dari kalangan bangsa Arab yang memasukkan agama baru kepada kaumnya, dan engkau telah mencaci-maki nenek moyang, mencela agamanya, dan menilainya kurang berakal, juga mencela sesembahan-sesembahan kami dan memecahkan persatuan. Sehingga tiada suatu hal buruk pun melainkan kamu telah melakukannya di antara kami dan kamu.
Jika engkau mendatangkan Al-Qur'an itu karena ingin mencari harta, maka kami sanggup mengumpulkan harta dari harta kami buatmu, sehingga kamu menjadi orang yang paling banyak hartanya di antara kami. Dan jika engkau melakukan hal tersebut hanya untuk mencari kedudukan di kalangan kami, kami sanggup menjadikanmu sebagai penghulu (pemimpin) kami. Dan jika engkau berkeinginan menjadi seorang raja, maka kami akan menjadikanmu sebagai raja kami.
Dan jika perkataan yang datang kepadamu (yakni Al-Qur'an) lalu kamu sampaikan itu berasal dari jin yang menguasai dirimu mereka menamakan jin yang suka merasuki orang dengan sebutan riyun maka kami sanggup membelanjakan harta kami untuk mencari tabib yang dapat menyembuhkan dirimu dari gangguannya, atau kami memaafkanmu jika kami tidak sanggup menyembuhkanmu dan memaklumimu." Maka Rasulullah ﷺ menjawab melalui sabdanya: Apa yang kalian katakan itu tidak ada pada diriku. Dan tidaklah aku menyampaikan kepada kalian apa yang aku sampaikan ini untuk mencari harta kalian, tidak pula mencari kedudukan di antara kalian, serta tidak pula ingin menjadi raja atas kalian, melainkan Allah telah mengutusku kepada kalian sebagai seorang rasul.
Dia telah menurunkan kepadaku sebuah Kitab (Al-Qur'an), dan memerintahkan kepadaku agar menjadi pembawa berita gembira dan pemberi peringatan kepada kalian. Maka aku sampaikan semua risalah Tuhanku kepada kalian dan aku menasihatkan hal yang baik bagi kalian. Jika kalian mau menerima apa yang aku sampaikan kepada kalian, maka kalian menjadi orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Dan jika kalian menolaknya, aku tetap bersabar menjalankan perintah Allah, hingga Allah memberikan keputusan-Nya antara aku dan kalian.
Demikianlah jawaban yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ kepada mereka atau dengan ungkapan yang semakna. Mereka mengatakan, "Hai Muhammad, jika engkau tidak mau menerima apa yang kami tawarkan kepadamu, maka sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa tiada seorang manusia pun yang negerinya lebih sempit daripada negeri kami dan hartanya lebih sedikit daripada harta kami serta penghidupannya lebih keras daripada kami. Oleh karena itu, mintalah kepada Tuhanmu yang telah mengutusmu untuk menyampaikan risalah-Nya, hendaknyalah Dia menyingkirkan (menghilangkan) bukit-bukit yang menyempitkan negeri kami ini.
Dan hendaknyalah Dia meluaskan negeri kami serta memancarkan padanya sungai-sungai seperti sungai-sungai yang terdapat di negeri Syam dan negeri Irak. Dan hendaknyalah Dia membangkitkan (menghidupkan) kembali nenek moyang kami, yang antara lain ialah Qusay ibnu Kilah, karena sesungguhnya beliau adalah seorang syekh yang selalu berkata jujur. Maka kami akan menanyai mereka tentang apa yang kamu sampaikan ini, apakah benar ataukah batil? Jika engkau dapat melakukan apa yang kami minta, barulah kami dapat mempercayaimu dan membenarkanmu serta mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, bahwa Dia benar telah mengutusmu sebagai seorang rasul, seperti yang kamu akui itu." Rasulullah ﷺ menjawab mereka melalui sabdanya: ".
Saya diutus bukan untuk hal itu, sesungguhnya saya hanya sebagai juru penyampai kepada kalian dari sisi Allah tentang apa yang diutuskan-Nya kepadaku untuk menyampaikannya. Dan sesungguhnya saya telah menyampaikan apa yang diutuskan-Nya kepadaku untuk menyampaikannya kepada kalian. Maka jika kalian mau menerimanya, hal itu merupakan keberuntungan bagi kalian di dunia dan akhirat. Dan jika kalian menolaknya serta mengembalikannya kepadaku, maka saya tetap akan bersabar menjalankan perintah Allah, hingga Allah memberikan keputusan antara saya dan kalian.
Mereka berkata, "Jika kamu tidak dapat melakukan hal itu buat kami, maka buatlah bukti untuk dirimu sendiri. Untuk itu, mintalah kepada Tuhanmu agar Dia mengirimkan kepadamu malaikat yang akan membenarkan apa yang kamu katakan dan kami dapat menanyainya tentang perihal kamu. Dan mintalah kepada Tuhanmu agar Dia menjadikan bagimu taman-taman, perbendaharaan-perbendaharaan, dan gedung-gedung dari emas dan perak, agar kamu menjadi orang yang berkecukupan hingga tidak memerlukan apa yang kami tawarkan kepadamu.
Karena sesungguhnya kamu biasa berdiri di pasar-pasar dan mencari penghidupan sebagaimana kami mencarinya. Dengan demikian, maka kami dapat mengetahui keutamaan kedudukanmu di sisi Tuhanmu, jika engkau benar seorang rasul seperti apa yang kamu akui itu." Rasulullah ﷺ menjawab mereka melalui sabdanya: ". Aku tidak akan melakukannya dan aku tidak akan memintanya kepada Tuhanku. Aku diutus kepada kalian bukanlah untuk itu, tetapi Allah mengutusku sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
Jika kalian mau menerimanya, maka itulah keberuntungan kalian di dunia dan akhirat. Dan jika kalian menolaknya dan mengembalikannya kepadaku, maka aku tetap akan bersabar dalam menjalankan perintah Allah, hingga Dia memberi keputusan di antara aku dan kalian. Mereka berkata, "Kalau demikian, runtuhkanlah langit; karena menurut dugaanmu jika Tuhanmu menghendaki sesuatu, Dia dapat melakukannya. Dan kami tetap tidak mau beriman kepadamu kecuali jika kamu melakukan hal itu." Rasulullah ﷺ menjawab mereka melalui sabdanya: ".
Demikian itu terserah kepada Allah; jika Dia berkehendak, tentu dapat melakukannya buat kalian. Mereka berkata, "Hai Muhammad, tidakkah Tuhanmu mengetahui bahwa kami akan berkumpul denganmu dalam suatu majelis, lalu kami menanyakan banyak hal kepadamu dan memintamu untuk membuktikan apa yang kami minta? Maka Dia datang kepadamu dan mengajarkan kepadamu jawaban dari apa yang kami lontarkan kepadamu, dan Dia memberitahukan kepadamu apa yang sebaiknya kamu lakukan terhadap kami dalam hal ini jika kami tidak mau menerima apa yang kamu sampaikan kepada kami.
Sesungguhnya telah sampai suatu berita kepada kami bahwa sesungguhnya yang mengajarkan kepadamu itu sama dengan apa yang diajarkan kepada seorang lelaki dari negeri Yamamah yang dikenal dengan nama Ar-Rahman (yakni Musailamah Al-Kazzab). Dan sesungguhnya, demi Allah, kami tidak percaya kepada Ar-Rahman selamanya. Karena itulah kami memaafkan keadaanmu itu, hai Muhammad. Ingatlah, demi Allah, kami tidak akan membiarkanmu, apa yang kamu lakukan itu terhadap eksistensi kami akan membuat kami membinasakanmu atau kamu membinasakan kami." Salah seorang dari mereka mengatakan, "Kami menyembah malaikat-malaikat, mereka adalah anak-anak perempuan Allah." Dan yang lainnya mengatakan, "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum engkau mendatangkan Allah dan para malaikat berhadapan dengan kami." Setelah mendengar ucapan mereka yang demikian itu, maka Rasulullah ﷺ pergi meninggalkan mereka.
Kepergian beliau diiringi oleh Abdullah ibnu Abu Umayyah ibnul Mugirah ibnu Abdullah ibnu Umar ibnu Makhzum, anak bibi Rasulullah ﷺ, yaitu Atikah binti Abdul Muttalib. Abdullah ibnu Abu Umayyah mengatakan, "Hai Muhammad, kaummu telah menawarkan kepadamu tawaran-tawaran tersebut, tetapi kamu tidak mau menerimanya dari mereka. Kemudian mereka meminta bukti darimu buat mereka, yaitu beberapa hal, agar dengannya mereka mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, tetapi kamu tidak mau melakukannya pula.
Lalu mereka meminta kepadamu agar mendatangkan suatu azab yang dengannya kamu dapat membuat mereka takut. Demi Allah, saya tidak akan beriman kepadamu sebelum kamu mendatangkan sebuah tangga, lalu kamu naik ke langit, sedangkan saya melihatmu sampai di langit; kemudian kamu turun lagi dengan membawa sebuah kitab yang terbuka dengan diiringi oleh empat malaikat yang mempersaksikan bahwa kamu benar seperti apa yang kamu katakan.
Demi Allah, seandainya kamu dapat melakukan hal tersebut, saya yakin bahwa diri saya masih belum mau membenarkanmu." Kemudian Abdullah ibnu Abu Umayyah pergi meninggalkan Rasulullah ﷺ Rasul pun pulang ke rumah keluarganya dalam keadaan bersedih hati lagi kecewa, karena apa yang ia harapkan dari kaumnya agar masuk Islam di saat ia menyeru mereka tidak terkabulkan, bahkan mereka bersikap menjauhinya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ziyad ibnu Abdullah Al-Buka-i, dari Ibnu Ishaq, bahwa telah menceritakan kepadaku sebagian ahlul 'ilmi, dari Sa'id ibnu Jubair dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas.
Lalu diketengahkan hadis yang semisal. Pertemuan yang mereka adakan bersama Nabi ﷺ itu, seandainya menurut pengetahuan Allah mereka meminta hal itu kepada Nabi ﷺ dengan permintaan memohon petunjuk, tentulah apa yang mereka minta itu diperkenankan oleh-Nya. Akan tetapi, Allah telah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka meminta hal itu karena dorongan ingkar dan kekafiran mereka terhadap Nabi ﷺ Maka Allah berfirman kepada Nabi-Nya; "Jika engkau menginginkan agar Kami memberi mereka, tentulah Kami akan memberi mereka apa yang dimintanya. Tetapi jika mereka masih tetap ingkar sesudahnya, maka Aku akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah Aku timpakan kepada seorang pun dari kalangan umat manusia.
Dan jika engkau menginginkan agar Aku membukakan bagi mereka pintu tobat dan pintu rahmat, maka Aku akan melakukannya." Maka Nabi ﷺ berkata: Tidak, bahkan bukakanlah bagi mereka pintu tobat dan pintu rahmat-(Mu). Hal ini sama dengan apa yang telah disebutkan di dalam dua hadis yang masing-masing diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Az-Zubair ibnul Awwam, yaitu dalam tafsir firman-Nya: Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu.
Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. (Al-Isra: 59) Dan dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya: Dan mereka berkata, "Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya yang dia dapat makan dari (hasil)nya? Dan orang-orang yang zalim itu berkata, "Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.
Perhatikanlah bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana. Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. (Al-Furqan: 7-11) Adapun firman Allah ﷻ: hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami. (Al-Isra: 90) Yanbu' artinya mata air yang airnya mengalir. Mereka meminta kepada Nabi ﷺ agar beliau mengalirkan banyak mata air buat mereka di berbagai kawasan negeri Hijaz, tempat tinggal mereka.
Hal tersebut amatlah mudah bagi Allah ﷻ; jika Dia menghendaki, niscaya Dia dapat membuatnya dan dapat memenuhi segala sesuatu yang mereka minta dan mereka tuntut kepada Nabi ﷺ untuk mengadakannya. Tetapi Allah mengetahui bahwa mereka tetap tidak akan beroleh petunjuk, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97) Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka, dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman. (Al-An'am: 111), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah ﷻ atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan. (Al-Isra: 92) Yakni engkau telah mengancam kami bahwa kelak di hari kiamat langit akan berbelah, lemah, dan bergayutan pinggir-pinggirnya. Maka segerakanlah terjadinya peristiwa itu di dunia ini, dan runtuhkanlah langit berkeping-keping atas kami. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Ya Allah jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit. (Al-Anfal: 32), hingga akhir ayat.
Hal yang sama pernah dimintakan oleh kaum Nabi Syu'aib kepada nabi mereka, seperti yang disitir oleh Allah ﷻ dari perkataan mereka melalui firman-Nya: Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (Asy-Syu'ara: 187) Maka Allah mengazab mereka di hari yang penuh dengan awan, sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. Lain halnya dengan Nabi pembawa rahmat yang juga Nabi Tobat yang diutus oleh Allah sebagai rahmat buat semesta alam, maka ia memohon kepada Tuhannya agar Dia menangguhkan mereka, dengan harapan mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang mau menyembaji-Nya dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun.
Dan memang harapan itu menjadi kenyataan, karena sesungguhnya dari mereka lahirlah orang-orang yang masuk Islam, lalu berbuat baik dalam Islamnya; sehingga Abdullah ibnu Abu Umayyah yang disebutkan di atas mengikuti Nabi ﷺ dan mengucapkan kata-kata tersebut kepadanya, pada akhirnya ia masuk Islam juga dengan sempurna dan bertobat kepada Allah ﷻ Firman Allah ﷻ: Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas. (Al-Isra: 93) Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah mengatakan bahwa makna zukhruf ialah emas. Hal yang sama disebutkan di dalam qiraat sahabat Abdullah ibnu Mas'ud, ia membacanya dengan bacaan berikut: "Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas", dengan menyebutkan lafaz Zahab sebagai ganti dari zukhruf.
atau kamu naik ke langit. (Al-Isra: 93) Maksudnya, kamu naik ke langit dengan memakai tangga itu, sedangkan kami menyaksikannya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca. (Al-Isra: 93) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sebuah kitab yang tercatat di dalam lembaran-lembarannya buat tiap-tiap orang dari kami, misalnya tertera di dalamnya bahwa ini adalah surat dari Allah buat si anu atau si Fulan, kemudian pada keesokkan harinya surat tersebut telah ada di atas kepalanya.
Firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Mahasuci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul? (Al-Isra: 93) Allah Mahasuci lagi Mahatinggi, tidaklah pantas bila ada seseorang berani mengatur di hadapan-Nya sesuatu urusan yang menjadi hak mutlak kekuasaan Allah di kerajaan-Nya. Bahkan Dia adalah Maha Memperbuat apa yang dikehendaki-Nya; jika Dia menghendakinya, tentulah Dia memperkenankan apa yang kalian minta itu. Dan jika Dia tidak menghendakinya, tentulah Dia tidak memperkenankannya bagi kalian.
Tiada seorang pun yang dapat mengatur Allah ﷻ dalam urusan-Nya, dan aku ini tiada lain hanyalah seorang utusan kepada kalian yang diperintahkan untuk menyampaikan risalah-risalah Tuhanku dan memberi nasihat kepada kalian. Hal itu telah aku lakukan, sedangkan urusan yang kalian minta itu terserah kepada Allah ﷻ ". Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayub, dari Ubadillah ibnu Zajar, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Tuhanku pernah menawarkan kepadaku bahwa Dia akan menjadikan lembah Mekkah emas buatku, maka aku berkata, "Tidak wahai Tuhanku, tetapi berilah aku kenyang sehari dan lapar sehari atau dengan kalimat yang semakna .
Apabila aku lapar, maka aku memohon kepada-Mu dengan merendahkan diri dan berzikir menyebut-Mu; dan apabila aku merasa kenyang, maka aku akan memuji dan bersyukur kepada-Mu. Imam Turmuzi meriwayatkan dalam kitab Az-Zuhud dari Suwaid ibnu Nasr, dari Ibnul Mubarak dengan sanad yang sama. Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, karena Ali ibnu Yazid berpredikat daif dalam periwayatan hadis."
an mereka orang-orang musyrik Mekah berkata, Kami tidak akan
percaya kepadamu wahai Muhammad sebelum engkau memancarkan
dengan deras mata air dari bumi dan mengalirkannya secara terus-menerus untuk kami,atau engkau mempunyai di negeri Mekah ini sebuah kebun kurma dan
anggur yang luas tanahnya dan indah pemandangannya, lalu engkau alirkan di celah-celahnya, yakni dicelah-celah kebun itu sungai-sungai yang
deras alirannya,.
Ayat-ayat ini menerangkan sikap para pemimpin Quraisy menghadapi seruan Nabi Muhammad saw, mereka itu di antaranya Uthbah, Syaibah, Abu Sufyan, Nadhar, dan lain-lain. Sikap mereka itu menunjukkan tampak tanda-tanda keingkaran dan keengganan mereka menerima seruan tersebut. Akibatnya, apa saja bukti yang dikemukakan kepada mereka, mereka tetap tidak akan beriman. Mereka meminta kepada Rasulullah hal-hal yang mustahil karena mereka tahu bahwa Rasulullah tidak akan sanggup mengerjakannya. Dengan demikian ada alasan bagi mereka untuk tidak mengikuti seruan Rasul itu.
Di antara permintaan orang-orang kafir itu ialah:
1. Agar Rasulullah ﷺ memancarkan mata air dari bumi, padahal negeri mereka padang pasir.
2. Agar Rasulullah mewujudkan sebuah kebun kurma atau anggur yang dialiri sungai-sungai. Dengan air yang tetap mengalir, akan bertambah suburlah pohon korma dan anggur itu dan memberi hasil yang berlipat ganda.
3. Agar Rasulullah menjatuhkan langit berkeping-keping sehingga menim-pa mereka. Permintaan mereka yang seperti ini diterangkan pada ayat yang lain. Allah ﷻ berfirman:
Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Ya Allah, jika (Al-Qur'an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih." (al-Anfal/8: 32)
Permintaan mereka ini adalah seperti permintaan penduduk Aikah (Madyan) kepada Nabi Syuaib dahulu, sebagaimana Allah berfirman:
Maka jatuhkanlah kepada kami gumpalan dari langit, jika engkau termasuk orang-orang yang benar." (asy-Syu'ara'/26: 187)
4. Agar Rasulullah ﷺ mendatangkan Allah dan malaikat secara kasat mata (bisa dilihat secara nyata) kepada mereka untuk menyatakan secara langsung bahwa Muhammad adalah seorang rasul yang diutus-Nya.
5. Agar Rasulullah ﷺ mendirikan rumah yang terbuat dari emas. Orang-orang musyrik berpendapat bahwa seorang rasul yang diutus Allah hendaklah seorang penguasa, kaya raya, dan terhormat. Oleh karena itu, menurut pendapat mereka, mustahil Muhammad sebagai anak yatim piatu lagi miskin diangkat menjadi rasul.
6. Agar Rasulullah ﷺ naik ke langit melalui sebuah tangga yang dapat mereka lihat, kemudian turun kembali ke dunia melalui tangga yang sama dengan membawa sebuah kitab yang dapat mereka baca dan menggunakan bahasa mereka yang menerangkan bahwa Muhammad adalah rasul Allah.
Sebenarnya semua yang diminta oleh orang musyrikin itu amatlah mudah bagi Allah mengabulkannya, tidak ada satu pun yang sukar dan mustahil bagi Allah mengadakan dan melakukannya. Namun Allah tahu bahwa semua permintaan itu hanyalah mengada-ada, sebagai alasan untuk tidak beriman kepada Nabi Muhammad. Sikap orang-orang musyrik itu dijelaskan dalam firman Allah swt:
Sungguh, orang-orang yang telah dipastikan mendapat ketetapan Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun mereka mendapat tanda-tanda (kebesaran Allah), hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus/10: 96-97)
Dan firman Allah:
Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka, dan orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) di hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran). (al-An'am/6: 111)
Allah ﷻ memerintahkan kepada Muhammad agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik itu bahwa ia hanyalah manusia yang diangkat sebagai seorang rasul dan diberi wahyu. Allah mampu mewujudkan semua permintaan mereka itu, tetapi permintaan mereka itu tidak dikabulkan-Nya karena tidak diperlukan. Seandainya dikabulkan pun, mereka tetap tidak akan beriman.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 90
“Dan mereka berkata, “Kami tidak hendak pencaya kepada engkau sehingga engkau pancarkan mata air dari bumi."
Di gurun pasir Arabia memang susah air. Mereka minta Nabi Muhammad ﷺ kalau memang dia Nabi, bertindak dengan mukjizatnya sehingga memancar mata air di Mekah. Serupa dengan negeri-negeri Mesir dengan Nil, Irak dengan Dajlah dan Furat, Damaskus dengan Baradah, atau Palestina dengan Sungai Jordaria.
Dan permintaan mereka lagi,
Ayat 91
“Atau ada pada engkau kebun dari kurma dan anggur, lalu mengaliri sungai-sungai di celah-celahnya sebenar-benar mengalir."
Dengan ini kelihatan permintaan itu bercampur ejekan dan penghinaan. Sebab beliau ﷺ bukan seorang kaya atau raja yang mempunyai kebun-kebun indah.
Dan permintaan mereka lagi,
Ayat 92
“Atau engkau gugurkan langit, sebagai yang engkau katakan itu."
Karena Nabi ﷺ selalu mengatakan bila kiamat nanti datang, langit akan gugur."Ke atas bumi, dengan berkeping-keping"
Memang pernah turun ayat kepada Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa kalau Tuhan Allah menghendaki, atau kalau datang masanya, mudah sajalah bagi Allah merengkahkan bumi ini sehingga mereka terbenam ke dalamnya dan mudah sajalah bagi Allah menjatuhkan dari langit gumpal-gumpalan atau keping-kepingan. (Lihat surah Saba' ayat 9). Sekarang dengan pongah mereka menuntut coba turunkan kepingan atau gumpalan dari langit itu. Kalau permohonan mereka itu dikabulkan artinya ialah bahwa hari Kiamatlah yang mereka tuntut datangnya.
Dan penmintaan itu lebih hebat lagi,
“Atau engkau datangkan Allah dan malaikat-mataikat itu berhadap-hadapan."
Mereka ingin melihat bagaimana rupa Allah dan malaikat-malaikat itu.
Permintaan setelah itu berisi penghinaan dan ejekan pula,
Ayat 93
“Atau ada engkau mempunyai rumah dari emas. Atau engkau naik ke langit. Dan kami pun tidak juga akan percaya kepada kenaikan engkau itu sebelum engkau turunkan kepada kami suatu kitab yang akan kami baca."
Mereka meminta kalau benar dia Rasul Allah supaya dia naik ke langit. Dan setelah kembali, mereka pun belum juga akan percaya kalau dia tidak membawa kitab atau surah dan Allah sendiri yang teralamat kepada masing-masing mereka. Hendaknya tertulis dengan jelas dalam surah itu: surah ini terkirim dari Allah Yang Mahabesar kepada si Anu, dan si Anu, dan si Anu dengan menulis nama mereka-mereka pemuka Quraisy. Kepada Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabrah, Abu Sufyan, Sakhar bin Harb, Nadhr bin al-Harits, Abu Jahal, Abdullah bin Umaiyah, Umaiyah bin Khalaf, Abut Bakhtuti, al-Walid bin al-Mug-hirah, dan lain-lain. (Hampir semuanya kecuali Abu Sufyan tewas di Perang Badar).
Tetapi apa jawaban beliau atas segala permintaan yang tidak lain dari pernyataan tidak mau percaya itu?
Beliau disuruh menyambut.
Katakanlah,
“Mahasuci Tuhanku! Bukankah aku ini, tidak lain, hanyalah seorang manusia yang diutus."
Di dalam buku saya Pelajaran Agama Islam* pernah saya tulis berkenaan dengan permintaan-permintaan ini.
“Pada masa itu mereka menyangka bahwa permintaan mereka itu sudah sangat ganjil dan hebat. Mereka meminta Nabi Muhammad ﷺ melaksanakannya! Padahal kalau hal ini dipikirkan oleh manusia di zaman kita di abad kedua puluh ini, kita akan tersenyum. Apalah gunanya hal yang demikian diminta kepada Nabi? Tugas Nabi bukan itu. Itu serahkan sajalah kepada insinyur-insinyur. Kalau yang demikian diurus oleh Nabi pada saat itu, apakah lagi usaha manusia? Padahal manusia disuruh mempergunakan akalnya?
Sekarang di Tanah Arab, tempat kaum musyrikin meminta itu empat belas abad yang lalu, apa yang diminta itu telah terjadi oleh usaha manusia. Bukan usaha Nabi. Bukan saja air yang memancar, bahkan minyak tanah. Cuma satu permintaan itu yang tidak perlu dikabulkan, yaitu langit runtuh. Buat apa langit runtuh? Atau apakah itu satu arti dari hujan turun? Karena biasa juga orang mengatakan langit runtuh kalau hujan lebat turun. Ini pun diusahakan orang dan tengah dipelajari.
“Dalam pada itu mereka selipkan pula satu permintaan yang penuh ejekan, yaitu supaya Nabi Muhammad ﷺ mempunyai sebuah rumah dari emas. Coba lihat betapa rendah jiwa yang meminta ini. Seorang Rasul Allah bukanlah seorang maharaja dengan taman dan kebun indah, dan bukan seorang hartawan dengan rumah dari emas. Kebenaran yang dibawa Rasul tidaklah dapat diukur dengan kekayaan dan kebagusan rumahnya. Risalah yang dibawa Rasul tidak ada sangkut-pautnya dengan tempat tinggalnya, gubuk atau mahligai.
Mereka meminta supaya Nabi Muhammad naik ke langit. Pada waktu datang permintaan itu tidaklah segera dikabulkan Allah. Nabi Muhammad pun menyatakan bahwa dia sendiri tidaklah sanggup naik ke langit. Dengan rendah hati Nabi Muhammad ﷺ menjawab bahwa segala yang diminta itu tidaklah sanggup beliau mengabulkan,
“Mahasuci Tuhanku! Siapakah aku ini! Aku hanya seorang manusia yang menerima tugas menjadi utusan." Lebih dari itu tidak. Nabi-nabi yang dahulu dan Muhammad pun tidaklah berdaya apa-apa buat menciptakan suatu keganjilan. Nabi Isa seketika menyembuhkan orang sakit kusta; bukanlah atas kehendaknya sendiri. Nabi Ibrahim seketika tidak hangus karena dibakar, bukanlah karena kekebalan dirinya sendiri. Semuanya itu hanya berlalu dengan izin Allah. Sebab itu yang utama sekali harus dipupuk dan dijelaskan ialah kepercayaan akan Maha-kuasa-Nya Allah.
Beberapa masa kemudian, setelah orang-orang itu lupa akan permintaan-nya supaya Nabi Muhammad ﷺ naik ke langit, barulah Nabi Muhammad ﷺ dipanggil Allah dan betul-betullah beliau Mi'raj ke langit. Dan sebelum Mi'raj beliau Isra' dari Mekah ke Baitul Maqdis, dan beliau pulang membawa syari'at shalat.
Di waktu itu kelihatanlah bahwa naik ke langit itu bukanlah tujuan. Naik ke langit hanya suatu hal yang sewajarnya bagi seseorang Nabi, yang tidak perlu diribut-ributkan. Sebab yang jadi tujuan bukanlah memamerkan Mi'raj. Yang jadi tujuan ialah menjemput syari'at shalat. Walaupun hal itu sudah jelas, yang tidak percaya masih tetap ada."
Sekian kita salin dari buku saya, Pelajaran Agama Islam.
Meskipun dengan tidak diributkan sama sekali. Nabi Muhammad ﷺ telah dipanggil Allah melakukan Isra' ke Baitul Maqdis dan Mi'raj ke langit yang tinggi sekali. Artinya dengan demikian salah satu dari permintaan mereka sudah terkabul.
Adakah merasa beriman?
Yang memang telah sedia beriman juga yang beriman. Adapun yang ingkar dan kufur, tetap dalam keingkaran dan kekufurannya. Mereka bohong-bohongkan berita itu. Tentu mereka minta kepada Muhammad supaya diserahkan mereka surah-surah yang dikirim oleh Allah kepada mereka.
Dua hal yang dikemukakan Allah dalam ayat-ayat ini. Dari ayat 86 sampai 88 Allah memanggil orang yang cerdas pikiran agar memikirkan mukjizat Al-Qur'an. Tetapi dari ayat 89 sampai ayat 93 Allah memperlihatkan manusia-manusia yang kurang cerdas pikiran. Dengan mengemukakan permintaan--permintaan mereka kepada Nabi itu terbuktilah kebodohan mereka. Dan Nabi ﷺ pun menuntun mereka menuju jalan yang lebih lurus, yaitu segala yang mereka minta itu adalah kekuasaan Allah semata-mata, bukan kekuasaan seorang Nabi, termasuk Nabi Muhammad ﷺ sendiri.
Kekafiran dan kebodohan dan boleh juga dihitung satu perkataan yang sangat tidak sopan ialah seketika mereka meminta agar Nabi Muhammad ﷺ memperlihatkan bagaimana rupa Allah itu. Bawa kemari, kemari ke hadapan kami, Allah dan malaikat-malaikatnya itu. Bani Israil pun pernah meminta kepada Nabi Musa agar Allah itu diperlihatkan kepada mereka jahratan, dengan sejelas-jelasnya kelihatan oleh mata. Maka murkalah Allah atas kelancangan itu sehingga mereka ditembak petus halilintar. (Lihat surah al-Baqarah ayat 55). Bahkan nabi-nabi pun tidak berani meminta itu. Musa pernah memohon Allah memperlihatkan rupanya kepada beliau. Tetapi setelah Allah memperlihatkan ke puncak sebuah bukit sehingga bukit itu hancur luluh, Musa pun pingsan. Lalu dia mohon ampun. Tidak akan lagi mengemukakan permohonan demikian, padahal itu adalah dari rasa cinta dan rindu belaka. (Lihat surah al-Araaf ayat 143).
Bagi kita pun yang telah merasa ada tumbuh iman dalam jiwa kita, janganlah kita lancang sebagaimana kaum Quraisy dan Bani Israil itu.
Bahkan jangan, walaupun betapa rindu kita kepada Allah.
Di ujung ayat disebutkanlah, Katakanlah,
“Mahasucilah Tuhanku! Adakah aku ini selain dari seorang manusia yang diutus?"
Menurut qiraat (bacaan) dari orang Me-kah dan Syam, Qala bukan Qul. Artinya, “Ber-katalah dia Mahasucilah Tuhanku! Maksudnya ialah menyatakan bahwa Nabi Muhammad mengucapkan Subhana Rabbi, atau Subha-nallah! untuk menjelaskan bahwa Allah Ta'aala bukan tidak berkuasa buat mengabulkan permintaan mereka itu. Atau pernyataan rasa takjub atau heran memikirkan sampai demikian kufur dan keras kepala mereka sehingga mereka minta yang tidak-tidak."
“Saya ini hanyalah seorang manusia yang diutus oleh Allah. Begitu banyaknya permintaan kamu, tidaklah seorang manusia pun sanggup melaksanakannya. Nabi-nabi dan rasul-rasul yang terdahulu dariku tidaklah seorang jua pun yang sanggup mengabulkan permintaan kamu itu karena mereka pun manusia seperti aku juga."
Dan zaman lampau sampai sekarang ini golongan-golongan yang tidak mau percaya kepada Islam dan tidak mau mengakui bahwa Nabi Muhammad ﷺ itu adalah rasul Allah mengatakan, “Itulah satu bukti yang nyata bahwa Muhammad itu bukan rasul. Dia hanya manusia biasa. Tidak seperti Yesus Kristus yang sanggup menghidupkan orang mati dan sanggup berjalan di atas air tidak tenggelam. Dan Nabi Musa membelah lautan."
Padahal kalau sudi memakai akal yang sehat di dalam propaganda agama, bukan propaganda murah yang hanya diterima oleh orang bodoh, penolakan Nabi Muhammad ﷺ atas permintaan orang Quraisy yang ganjil-ganjil itu adalah tepat! Sebab kalau kepada setiap nabi bisa saja diminta menunjukkan bukti bahwa dia memang nabi dengan mengabulkan apa yang diminta orang, tentu saja umat manusia itulah yang menentukan seseorang akan jadi nabi, bukan kehendak Allah lagi yang mesti berlaku, melainkan kehendak manusia, padahal keadaan telah berkali-kali membuktikan bahwa manusia yang berbagai macam kehendaknya itu setelah dipertunjukkan mukjizat oleh Allah, tidaklah langsung beriman dan patuh, melainkan mereka pun mendurhaka.
Dan setelah kemajuan penyelidikan manusia di zaman modern ini, masih perlukah muk-jizat?
Dengan secara murah saja mereka yang membenci Muhammad dan syari'at Islam yang dibawanya menolak mukjizat Muhammad ﷺ Beliau pernah berkata,
“Tidaklah ada seorang nabi pun dari banyak nabi itu melainkan telah diberi Allah kepadanya sebagian dari ayat-ayat (mukjizat) tidak percaya manusia kepada seumpamanya. Dan mukjizat yang diberikan kepadaku ialah wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku. Maka aku mengharapkan. akulah yang akan lebih banyak pengi-kutku di hari Kiamat kelak." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Bagi pembenci-pembenci Islam dari Barat di zaman sekarang bukanlah mereka berusaha menandingi Al-Qur'an, melainkan sebaliknya. Mereka selalu berusaha menghilangkan pengaruh AI-Qur'an itu dari hati sanubari kaum Muslimin. Di Tanah Arab sendiri, seperti di Mesir dan Libanon, timbul gerakan yang kebanyakan digerakkan oleh Arab yang bukan Islam, disokong dari luar negeri, mengajak bangsa Arab supaya meninggalkan bahasa Arab klasik yang diwariskan oleh Al-Qur'an itu dan supaya dimajukan bahasa ‘Aami, yaitu bahasa yang terpakai sehari-hari di tiap-tiap negeri Arab. Padahal, bahasa pasaran itu sangat berbeda di antara satu negeri dengan negeri yang lain sehingga orang Hadhramaut tidak mengerti bahasa Arab orang Aljazair. Maksud propaganda itu ialah memecah-belah kekuasaan budaya bangsa itu sebagai waris dari Al-Qur'an.
Usaha menonjolkan dialek daerah-daerah Arab ini adalah bukti yang nyata bahwa mereka mengakui betapa besar pengaruh Al-Qur'an itu kepada bangsa yang memeluknya.
Al-Qur'anlah mukjizat yang selalu ada, yang sekarang dan nanti masih dapat dipegang, masih dapat diraba, dan masih terbuka seluas-luasnya pintu untuk menandingi kalau ada yang sanggup. Membanding isi kandungannya kalau ada yang lebih tinggi. Dan bahasa Arab pun masih dapat dipelajari oleh seluruh bangsa di dunia ini, yaitu bahasa untuk Al-Qur'an ini. Kalau sudah dapat dipelajari bahasa itu dengan mendalam, cobalah buat satu wahyu untuk menandinginya.
Beberapa orang telah mencoba, di antaranya Bahaullah orang Iran dan Mirza Gulam Ahmad orang India, Mereka membikin wahyu penandingi Al-Qur'an, namun semua orang yang mengenal balaghah Al-Qur'an akan terpingkal-pingkal tertawa membawa wahyu-wahyu manusia-manusia sinting ini.