Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
يُنفِقُونَ
mereka akan menafkahkan
أَمۡوَٰلَهُمۡ
harta mereka
لِيَصُدُّواْ
untuk mereka menghalangi
عَن
dari
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِۚ
Allah
فَسَيُنفِقُونَهَا
maka mereka menafkahkannya
ثُمَّ
kemudian
تَكُونُ
jadilah
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
حَسۡرَةٗ
sesalan
ثُمَّ
kemudian
يُغۡلَبُونَۗ
mereka akan dikalahkan
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
كَفَرُوٓاْ
kafir/ingkar
إِلَىٰ
ke dalam
جَهَنَّمَ
neraka jahanam
يُحۡشَرُونَ
mereka dikumpulkan
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
يُنفِقُونَ
mereka akan menafkahkan
أَمۡوَٰلَهُمۡ
harta mereka
لِيَصُدُّواْ
untuk mereka menghalangi
عَن
dari
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِۚ
Allah
فَسَيُنفِقُونَهَا
maka mereka menafkahkannya
ثُمَّ
kemudian
تَكُونُ
jadilah
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
حَسۡرَةٗ
sesalan
ثُمَّ
kemudian
يُغۡلَبُونَۗ
mereka akan dikalahkan
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
كَفَرُوٓاْ
kafir/ingkar
إِلَىٰ
ke dalam
جَهَنَّمَ
neraka jahanam
يُحۡشَرُونَ
mereka dikumpulkan
Terjemahan
Sesungguhnya orang-orang yang kufur menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian (hal itu) menjadi (sebab) penyesalan yang besar bagi mereka. Akhirnya, mereka akan dikalahkan. Ke (neraka) Jahanamlah orang-orang yang kufur itu akan dikumpulkan
Tafsir
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka) di dalam memerangi Nabi ﷺ (untuk menghalangi orang dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu kemudian hal itu) pada akhirnya (menjadi sesalan bagi mereka sendiri) mereka akan merasa menyesal karena harta mereka terbuang secara percuma dan tujuan mereka tidak berhasil (kemudian mereka dikalahkan) di dunia. (Dan orang-orang yang kafir itu) dari kalangan orang-orang Quraisy (ke neraka Jahanam) kelak di akhirat (akan dikumpulkan) mereka digiring ke dalamnya.
Tafsir Surat Al-Anfal: 36-37
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menginfakkan harta mereka untuk menghalangi (orang dari) jalan Allah. Mereka akan menginfakkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.
Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi.
Ayat 36
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Az-Zuhri dan Muhammad ibnu Yahya ibnu Hibban, ‘Ashim ibnu Umar ibnu Qatadah dan Al-Husain ibnu Abdur Rahman ibnu Amr ibnu Sa'id ibnu Mu'az. Semuanya mengatakan, "Ketika kabilah Quraisy mengalami kekalahan dalam perang Badar dan sisa-sisa laskar mereka kembali ke Mekah, dan kafilah yang dipimpin oleh Abu Sufyan telah kembali pula, maka Abdullah ibnu Abu Rabi'ah, Ikrimah ibnu Abu Jahal, dan Safwan ibnu Umayyah berkumpul bersama sejumlah lelaki dari kalangan Quraisy yang orang-orang tua dan saudara-saudara mereka terbunuh dalam Perang Badar.
Kemudian mereka berbicara kepada Abu Sufyan ibnu Harb dan orang-orang yang bersamanya yang tergabung dalam kafilah niaga itu, semuanya dari kalangan Quraisy pula. Mereka yang berbelasungkawa berkata, 'Wahai golongan orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membuat kalian menyendiri karena dia telah membunuh orang-orang terpilih di antara kalian. Maka bantulah kami dengan harta hasil niaga ini sebagai bekal untuk memeranginya. Mudah-mudahan kita dapat membalas kematian orang-orang kita yang telah terbunuh olehnya. Akhirnya mereka melakukan rencana tersebut."
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, menurut riwayat yang bersumberkan dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa berkenaan dengan mereka itulah Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menginfakkan harta mereka.” (Al-Anfal: 36) sampai dengan firman-Nya: “Mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Anfal: 37)
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hakam ibnu Uyaynah, Qatadah, As-Suddi, dan Ibnu Abza, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Sufyan dan dana bantuan yang dibelanjakannya untuk keperluan memerangi Rasulullah ﷺ dalam Perang Uhud.
Adh-Dhahhak mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang terlibat dalam Perang Badar (dari kalangan kaum Quraisy). Pada garis besarnya ayat ini mengandung makna yang umum, sekalipun penurunannya dilatarbelakangi oleh penyebab yang khusus. Allah ﷻ memberitahukan bahwa orang-orang kafir membelanjakan hartanya untuk menghalang-halangi (manusia) dari mengikuti jalan yang benar, mereka pasti melakukan hal tersebut. Kemudian lenyaplah harta benda mereka, dan pada akhirnya hal itu menjadi kekecewaan dan penyesalan bagi mereka karena mereka tidak dapat menemukan sesuatu pun dari upayanya.
Mereka bermaksud memadamkan cahaya Allah dan bermaksud agar kalimat mereka menang di atas kalimat kebenaran; tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya, sekalipun orang-orang kafir tidak suka. Dan Allah tetap menolong agama-Nya, menyerukan kalimat-Nya, dan memenangkan agama-Nya di atas agama lainnya. Hal tersebut merupakan kehinaan bagi mereka di dunia, sedangkan di akhirat nanti mereka mendapat siksa neraka. Barang siapa yang masih hidup dari kalangan mereka (kaum musyrik Quraisy), dia melihat dengan mata kepalanya sendiri dan mendengar dengan telinganya hal-hal yang menyakitkannya.
Dan barang siapa dari kalangan mereka yang terbunuh dalam perang atau mati, maka tempat kembalinya adalah kehinaan yang abadi dan siksaan yang kekal. Karena itulah Allah ﷻ berfirman: “Mereka akan menginfakkan harta itu kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (Al-Anfal: 36)
Ayat 37
Adapun firman Allah ﷻ: “Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik.” (Al-Anfal: 37) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya dalam surat Al-Anfal ayat 37 tersebut, yakni supaya Allah memisahkan golongan yang berbahagia dari golongan yang celaka.
Menurut As Suddi makna yang dimaksud ialah supaya Allah membedakan antara orang mukmin dengan orang kafir.
Pemisahan atau perbedaan ini dapat ditafsirkan bahwa kejadiannya adalah di akhirat nanti, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: “Kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), ‘Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu’. Lalu Kami pisahkan mereka.” (Yunus: 28), hingga akhir ayat.
Dalam ayat yang lain Allah ﷻ berfirman: “Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolongan-golongan.” (Ar-Rum: 14)
“Pada hari itu mereka terpisah-pisah.” (Ar-Rum: 43)
“Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), ‘Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang jahat’.” (Yasin: 59)
Dapat pula ditafsirkan bahwa adanya pemisahan ini terjadi di dunia melalui apa yang tampak dari amal perbuatan mereka di mata orang-orang mukmin.
Dengan demikian, berarti huruf lam-nya menjadi kausalita bagi harta benda yang dijadikan oleh Allah untuk orang-orang kafir, lalu mereka membelanjakannya untuk menghalang-halangi (manusia dari) jalan Allah. Dengan kata lain, secara singkat disebutkan bahwa sesungguhnya Kami tiada lain menguasakan hal itu kepada mereka hanyalah: “Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik.” (Al-Anfal: 37) Artinya, siapa yang taat kepada-Nya dengan memerangi musuh-musuh-Nya yang kafir, atau siapa yang durhaka kepada-Nya dengan membangkang tidak mau melakukan hal itu.
Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya: “Dan apa yang menimpa kalian pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah dan agar Allah mengetahui dengan nyata orang-orang yang beriman, dan supaya Allah mengetahui dengan nyata orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan, ‘Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (diri kalian).’ Mereka berkata, ‘Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kalian’.”(Ali Imran: 166-167), hingga akhir ayat.
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dengan yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kalian hal-hal yang gaib.” (Ali Imran: 179), hingga akhir ayat.
“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Ali-Imran: 142)
Ayat-ayat yang serupa terdapat pula di dalam surat At-Taubah. Makna ayat berdasarkan interpretasi ini ialah 'sesungguhnya Kami menguji kalian melalui orang-orang kafir yang memerangi kalian, dan kami jadikan mereka mempunyai kemampuan untuk membelanjakan harta bendanya dengan mengorbankannya untuk keperluan tersebut: “Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu semuanya ditumpukkan-Nya.” (Al-Anfal: 37) Yakni Allah mengumpulkan mereka semua. Makna ar-rakmu ialah menumpukkan sesuatu, sebagian darinya di atas sebagian yang lain.
Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya yang menerangkan tentang awan, yaitu: “Kemudian menjadikannya bertindih-tindih.” (An-Nur: 43) yaitu bertumpuk-tumpuk dan bertumpang-tindih, sebagian darinya di atas sebagian yang lain.
“Dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Anfal: 37)
Artinya, mereka adalah orang-orang yang merugi di dunia dan akhirat.
Demikianlah, perbuatan buruk mereka akan sia-sia dan berbuah azab. Demikian pula harta mereka akan sia-sia seperti dijelaskan pada ayat ini. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, yang mengingkari ayatayat dan menyekutukan Allah, bertekad untuk terus-menerus menginfakkan harta mereka dengan tujuan untuk menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Mereka akan terus menginfakkan harta itu, kemudian setelah beberapa lama apa yang mereka lakukan itu menjadi sebab penyesalan bagi mereka, penyesalan yang sangat besar karena mereka hilang dan tujuan mereka tidak tercapai, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Harta itu akan musnah dan sia-sia, sebab mereka tidak akan mampu menghalangi orang dari jalan Allah, dan semua itu hanya akan melahirkan penyesalan dan rasa sakit. Mereka akan dikalahkan dalam perang dan kelak ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu, yang tetap atau bertambah kekufurannya, akan dikumpulkan, selama mereka masih mempertahankan kekufuranAllah mengalahkan mereka yang membelanjakan harta untuk menghalang-halangi orang dari jalan Allah dan mengumpulkan mereka di neraka jahannam agar dengan itu Allah memisahkangolongan manusia yang buruk, yang jiwa, tingkah laku, dan ucapannya kotor, dari yang baik, yang hati dan budinya luhur dan ucapan serta tingkah lakunya terpuji. Dan juga agar Allah menjadikan golongan yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu demikian sempit tempat mereka dikumpulkan itu dan demikian menyatu, sehingga kesemuanya ditumpukkan-Nya satu di atas yang lain bagaikan barang-barang yang tidak berharga, dan dimasukkan-Nya semua tumpukan itu ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat.
Para mufassir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Said bin Jubair, dan lain-lainnya sebagai berikut, "Ayat ini turun mengenai diri Abu Sufyan dan harta bendanya yang diserahkan untuk membiayai orang-orang musyrikin pada waktu Perang Badar, serta bantuannya terhadap mereka pada waktu perang Uhud dan lainnya."
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa, Setelah Abu Sufyan dapat menyelamatkan kafilahnya (dalam Perang Badar) dengan menempuh jalan pantai menuju Mekah ia berjalan dengan disertai satu regu dari tentara kaum musyrikin menghasut orang-orang agar tidak memerangi mereka. Maka datanglah mereka kepada orang-orang yang mempunyai barang dagangan dalam kafilah seraya berkata, "Wahai orang-orang Quraisy, ketahuilah: Bahwa Muhammad telah mengucilkan kamu dan membunuh pemimpin-pemimpinmu. Maka bantulah kami dengan mengorbankan harta bendamu untuk memerangi Muhammad. Barangkali kami dapat mencapai kemenangan dari padanya." Kemudian mereka melaksanakan anjuran itu. Said bin Jubir berkata, "Bahwasanya Abu Sufyan pada waktu perang Uhud menyewa 2.000 orang dari suku Bani Kinanah untuk memerangi Rasulullah selain orang Arab yang memang sudah menjadi tentara." (Riwayat Ath-thasti dari Nafi bin Azraq)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan persiapan-persiapan orang-orang kafir Quraisy pada saat menjelang terjadinya Perang Badar, yaitu mereka mengerahkan tenaga dan harta benda mereka untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Islam dan perjuangan Rasulullah.
Betapa banyak kekuatan bala tentara yang mereka miliki dan harta benda yang mereka pergunakan, namun mereka akan mengalami kegagalan dalam menafkahkan harta benda itu, tidak lain karena perbuatan mereka seperti perbuatan setan yang tidak disandarkan pada pendirian yang benar. Akibatnya ialah penyesalan belaka, karena kekuatan jiwa dan harta mereka hilang tanpa faedah dan perjuangan mereka sia-sia. Kemudian perjuangan mereka secara berturut-turut akan dipatahkan, sehingga akhirnya yang menjulang tinggi hanyalah kalimat Allah semata. Allah mengancam orang-orang kafir dengan ancaman yang keras, bahwa pada hari Kiamat nanti mereka akan digiring ke dalam api neraka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Kekalahan besar yang diderita oleh kaum musyrikin di dalam Peperangan Badar itu menimbulkan sakit hati yang sebesar-besarnya pada kaum Quraisy. Dengan tewasnya pemimpin-pemimpin sebagai Abu Jahal, Utbah dan lain-lain menyebabkan pimpinan langsung jatuh ke tangan Abu Sufyan. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Abu Sufyan pergi menemui kabilah-kabilah sekitar Mekah mengumpulkan harta benda untuk membelanjai perang menuntut balas. Menurut Said bin Jubair, Abu Sufyan berusaha menyewa 2.000 orang Habsyi (Negro) untuk membantu mereka menghadapi Perang Uhud. Bahkan menurut keterangan al-Hakam bin Utaibah, Abu Sufyan yang terkenal bakhil itu pun, untuk membelanjai Peperangan Uhud, telah mengeluarkan uang simpanannya 40 uqiyah emas. Satu uqiyah pada masa itu 42 miskal emas. Maka, datanglah ayat ini, yang mengisyaratkan perbuatan mereka.
Ayat 36
‘Sesungguhnya orang-orang yang kafir ilu menafkahkan harta benda mereka untuk menghambat orang daripada jalan Allah."
Mereka hendak mencoba dengan segala daya upaya terus-terusan menghalangi jalan Allah, menghambat dan merintangi. Mereka masih hendak terus memerangi Nabi Allah dan ajaran Islam. “Maka, mereka akan membelanjakan harta itu." Akan mereka belanjakan untuk menegakkan jalan setan. Karena kalau yang mereka perangi itu jalan Allah yang benar, niscaya jalan yang mereka tempuh tidak lain daripada jalan setan. Harta benda itu akan habis mereka musnahkan. “Akan tetapi, kemudian dia akan menjadi penyesalan atas mereka." Sebab berapa pun mereka menyediakan harta benda, tidaklah mereka yang akan menang. Bahkan harta benda yang mereka kumpul untuk membelanjai peperangan melawan Islam, kelaknya akan jatuh menjadi ghanimah rampasan perang kaum Muslimin. Mereka akan menyesal sendiri lantaran itu. “Kemudian itu mereka akan dikalahkan." Sebab itu, harta benda yang mereka kumpulkan pembelanjai peperangan itu adalah perbuatan sia-sia yang timbul dari hawa nafsu dan kekufuran belaka,
“Dan orang-orang yang kafir itu, kepada Jahannamlah mereka akan dikumpulkan."
Harta benda itu akan jatuh ke dalam tangan kaum Muslimin dan mereka bukan kian lama kian naik, melainkan kian menurun. Sebagian besar dari mereka akan tewas lagi dalam perang menghadapi kaum Muslimin dan mana yang tewas dalam kekufurannya itu, nerakalah tempat mereka.
Meskipun sebab nuzul ayat masih bertalian dengan Perang Badar, dan balas dendam kaum musyrikin kelaknya di Peperangan Uhud, yang pada surah Aali ‘Imraan sudah banyak dibicarakan, tetapi ayat ini adalah bekal perisai juga bagi kaum Muslimin sampai akhir zaman. Perhatikanlah betapa di zaman sekarang orang menghambur-hamburkan uang berjuta-juta dollar tiap tahun, bahkan tiap bulan untuk menghalangi jalan Allah yang telah dipegang teguh oleh kaum Muslimin, Perhatikanlah betapa zending dan misi Kristen dari Negara-negara Barat memberi belanja penyebaran agama Kristen ke tanah-tanah dan negeri-negeri Islam. Di antara penyebaran Kristen dan penjajahan Barat terhadap kerja sama yang erat guna melemahkan keyakinan umat Islam kepada agamanya.
Sehingga ada yang berkata bahwa walaupun orang Islam itu tidak langsung menukar agamanya, sekurang-kurangnya bila mereka tidak mengenal agamanya lagi, sudahlah suatu keuntungan besar bagi mereka. Jika bapak-bapaknya dan ibu-ibunya masih saja berkuat memegang iman kepada Allah dan Rasul, moga-moga dengan sistem pendidikan secara baru, jalan pikiran si anak hendaknya berubah sama sekali dengan jalan pikiran kedua orang-tuanya.
Demikian juga propaganda anti-agama, mencemoohkan agama, dan menghapuskan kepercayaan sama sekali kepada adanya Allah. Itu pun dikerjakan pula oleh orang kafir dengan mengeluarkan belanja yang besar. Yang menjadi sasaran tiada lain daripada negeri-negeri Islam.
Di samping itu ada lagi usaha merusakkan moral pemuda di negeri-negeri Islam, dengan menyebarkan majalah-majalah dan buku-buku yang menimbulkan rangsangan nafsu dan syahwat, gambar-gambar porno, dan film-film cabul perusak jiwa pemuda yang baru bangkit pancaroba. Sasarannya tidak lain melainkan pemuda-pemuda di negeri Islam juga.
Maka, apabila kita perhatikan ayat yang tengah kita tafsirkan ini, yang sebab nuzulnya adalah usaha musyrikin Quraisy, lalu disambut oleh penegasan Allah bahwa usaha mereka akan gagal, mereka akan menyesal, sebab mereka akan kalah. Sebabnya ialah karena Rasulullah ﷺ. Dan, para sahabat di waktu itu selalu pula siap dan waspada, dengan senjata di tangan, dengan semangat berkurban dan jihad kaum Muslimin, sehingga mereka merasa pasti bahwa kemenangan ada di pihak Islam. Maka, dibandingkan kepada keadaan sekarang, marilah kita berpikir, adakah kita bersiap atau adakah pada kita semangat Islam yang diwariskan Rasul, sehingga kita sanggup menangkis segala serangan, perang agama dan perang kebudayaan yang tidak diumumkan, tetapi dijalankan itu? Yang senjatanya bukan bom dan meriam, tetapi lebih dahsyat daripada bom dan meriam? Sehingga seorang ayah yang masih tunggang-tunggik mengerjakan shalat lima waktu telah banyak yang berbeda agama dengan anak kandungnya?
Kemudian datang lanjutan ayat,
Ayat 37
“Karena Allah hendak menyisihkan yang buruk dari yang baik."
Artinya, jika orang yang tidak percaya kepada Allah itu membelanjakan harta benda untuk menghalangi jalan Allah, janganlah jadi heran. Sebab, dengan adanya perjuangan terus-menerus seperti itu, Allah akan dapat mengadakan saringan dan penyisihan di antara yang buruk dari yang baik. Semacam yang dinamai sekarang dengan “kristalisasi". Percobaan-percobaan yang hebat, serangan kaum kafir yang terus-menerus tidak lain gunanya ialah untuk menyisihkan mana yang buruk dan mana yang baik. Maka, orang yang beriman akan bertambah kuat imannya lantaran itu. “Dan akan Dia jadikan yang buruk itu setengahnya atas yang setengah, lalu Dia tumpukkan sekaliannya." Artinya, saringan itu akan berjalan terus. Mulanya akan tersisihlah yang buruk itu sehingga tidak tercampur lagi kepada yang baik.
Perjuangan terus-menerus membuat yang baik jadi lebih baik dan terpadu satu dan kuat. Yang buruk pun akan mencari pula yang sejenis lalu terkumpul sehingga lebih jelas siapa dia, siapa kawan dan siapa lawan. “Kemudian Dia masukkan ke neraka Jahannam." Kejahatan dan keburukan mereka di dunia akan mereka bawa terus, menjadi corak hidup mereka sampai ke akhirat dan di akhirat nerakalah tempat yang disediakan buat mereka.
“Mereka itulah orang-orang yang rugi."
Mereka menjadi rugi, sebab apa yang mereka perjuangkan di atas dunia bukanlah perkara yang benar. Perhatikanlah, sampai kepada zaman kita sekarang ini, telah terjadi suatu peperangan, kedua pihak yang berperang selalu mencari dalih, berusaha dan berpropaganda untuk “membenarkan" sikap mereka, walaupun sikap itu tidak benar, hanyalah akan membawa rugi juga. Tenaga habis, harta benda punah, nyawa melayang, hasil tidak ada, hanya kalah dan rugi, dan di akhirat ditunggu oleh nyala Jahannam.
Ucapan-ucapan dalam ayat ini adalah menunjukkan kepastian jiwa atas kemenangan. Maka, datanglah ayat selanjutnya.
Ayat 38
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: jika mereka mau berhenti, akan diampunilah bagi mereka apa yang telah berlalu."
Artinya, meskipun telah demikian tegasnya kesalahan sikap mereka, dan telah tegas pula bahwa mereka tidak akan menang, melainkan kalah di dunia dan Jahannam di akhirat, tetapi pintu buat tobat masih terbuka. Kalau mereka segera meninggalkan sikap permusuhan, lalu masuk ke dalam Islam maka segala sikap-sikap jahat mereka yang telah lalu tidak akan dibuka-buka lagi, mereka diberi maaf dan dianggap sebagai kawan.
“Namun, jika mereka kembali lagi maka sungguh telah berlalu contoh orang-orang yang terdahulu."
Maksud kembali di sini ialah kembali memerangi Rasul dan agama. Orang Quraisy yang telah dikalahkan dalam Peperangan Badar dan telah menderita kerugian harta dan jiwa yang sangat menyengsarakan mereka, kalau ada yang tobat, akan diterima tobatnya dan hal-hal yang telah lalu tidak akan disebut singkap lagi. Akan tetapi, kalau mereka mau mengulangi berperang lagi, Rasul dan orang-orang yang Mukmin selalu siap menghadapi dan mereka boleh mengingat contoh teladan bagaimana kesudahan nasib umat-umat yang telah berlalu yang menentang rasul-rasul dan nabi-nabi Allah; mereka hancur dan celaka.
Dengan keterangan ini dapatlah dipahami bahwa pintu selamanya terbuka buat menerima kedatangan dan ketundukan mereka dan pintu perang pun tetap pula terbuka, kalau mereka masih meneruskan perlawanan. Pendirian yang ditentukan oleh ayat ini dipegang terus oleh Rasul, sampai akhir hayat beliau dan jadi pedoman pula bagi kaum Muslimin seterusnya.
Amr bin al-Ash dahulu adalah seorang pemuda harapan kaum Quraisy buat menentang Rasul. Sampai dia diangkat kaum Quraisy menjadi utusan menghadap Najasyi di Habsyi (Abessinia) meminta agar kaum Muslimin yang hijrah ke sana di bawah pimpinan Ja'far bin Abi Thalib, sebagai meminta perlindungan politik supaya dikembalikan ke Mekah. Usahanya itu tidak berhasil. Dalam perlawanan-perlawanan terhadap Rasul sesudah itu, dia selalu turut.
Namun, akhirnya dia insaf maka sesudah Perdamaian Hudaibiyah, bersama Khalid bin Walid dia datang sendiri ke Madinah, tobat dan menyatakan diri menjadi muslim.
Menurut sebuah Hadits Muslim, Amr bin al-Ash sendiri bercerita, “Setelah Allah mem-bukakan hatiku kepada Islam lalu aku datang kepada Nabi Muhammad ﷺ. Dan, berkata, ‘Berikanlah tanganmu, ya Rasulullah, karena aku hendak berbaiat (menyatakan kesetiaan)."‘ Lalu beliau menghulurkan tangan kanannya, tetapi aku tarik tanganku kembali. Lalu, beliau bertanya, “Mengapa engkau begitu?" Aku jawab: “Aku hendak mengemukakan satu syarat!" Lalu tanya beliau, “Syarat apa yang engkau minta?" Aku jawab, “Supaya engkau beri ampun aku!" Lalu sabda beliau, ‘Tidakkah engkau tahu wahai Amr? Bahwa Islam meruntuhkan apa yang sebelumnya? Dan hijrah pun meruntuhkan apa yang sebelumnya? Dan haji pun meruntuhkan yang sebelumnya?"
Artinya dengan mengucap dua kalimat syahadat, segala yang lama-lama itu sudah habis dengan sendirinya, sehingga tidak perlu meminta ampun lagi. Pengakuan Islam itu sendiri sudahlah menjadi pintu dari segala ampunan.
Serangan Khalid bin Walidlah yang menyebabkan kekalahan kaum Muslimin dalam Peperangan Uhud. Setelah dia hijrah ke Madinah dan menyatakan masuk Islam, hari itu juga dia sudah lebur ke dalam masyarakat Islam.
Bahkan Abu Sufyan, yang sejak permulaan perjuangan, sampai saat terakhir dengan takluknya Mekah memusuhi Rasul, yang istrinya Hindun merobek dada Hamzah setelah beliau tewas di Perang Uhud, lalu menguis jantungnya yang masih bergerak-gerak ketika direnggutkan nya dari dalam dadanya, setelah dia menyatakan takluk ketika Mekah akan ditaklukkan, di saat masuknya ke Islam itu juga dia diberi maaf atas kesalahannya selama ini, bahkan diberi kehormatan besar bahwa orang yang berlindung ke dalam rumahnya tidak akan dipengapakan, sebagai juga orang yang berlindung ke dalam masjid.
Ayat 39
“Dan, perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah lagi dan jadilah agama seluruhnya untuk Allah."
Di sini kita bertemu perkataan fitnah yang ketiga kali. Di ayat 25 kita disuruh berawas diri dari bahaya fitnah, yang bukan saja akan menimpa orang yang zalim, bahkan orang baik-baik pun bisa terkena. Itulah fitnah cemburu-mencemburui dan perpecahan sesama sendiri, yang akan menghancurkan kekuatan kita. Di ayat 28 diperingatkan pula bahwasanya anak-anak dan harta-harta adalah fitnah bagi diri seseorang, yang berarti cobaan. Di ayat ini kita bertemu sekali lagi dengan kata fitnah. Kaum Muslimin di bawah pimpinan Nabinya disuruh teruskan berperang terhadap kaum musyrikin itu, sehingga fitnah habis. Sebelum kaum musyrikin itu kalah dan habis kekuatan mereka, mereka masih akan tetap menimpakan fitnah yang berarti cobaan juga bagi iman kaum Muslimin. Yaitu kaum musyrikin itu akan selalu menghalangi, menghambat orang Islam mengerjakan agama mereka, bahkan memaksa orang Islam supaya kembali kepada agama mereka yang lama. Mereka halangi masuk Masjidil Haram, mereka ejek-ejek dan mereka bersiul-siul dan bertepuk tangan kalau ada orang Islam sedang mengerjakan thawaf. Sehingga lantaran itulah mereka terpaksa hijrah ke negeri Habsyi dua kali dan akhirnya hijrah ke Madinah.
Sekarang orang Islam diwajibkan memerangi mereka, sehingga mereka kalah dan hancur, sehingga mereka tidak dapat lagi memfitnah orang mengerjakan agama, dan jadilah agama itu seluruhnya untuk Allah. Sebab, apabila Islam telah mencapai kekuasaan, tidak akan terjadi lagi menghalangi orang mengerjakan agamanya, yaitu menyembah Allah Yang Maha Esa dengan sebenar-benar persembahan, dan tidak ada paksaan dalam agama. Malahan setelah Islam berkuasa di Madinah, orang Yahudi bebas mengerjakan agama mereka. Dan, mereka diperangi bukanlah lantaran mereka Yahudi, melainkan lantaran mereka menentang kekuasaan Rasul yang sah di negeri itu, padahal pada mula masuk ke negeri itu telah diperbuat perjanjian yang diakui oleh kedua belah pihak, akan hidup bertetangga secara damai dan baik. Sebagaimana telah kita uraikan pada surah al-Baqarah ayat 256 (juz 3), tidak ada paksaan pada agama. Di zaman jahiliyyah beberapa orang anak orang Anshar mereka serahkan ke dalam pendidikan orang Yahudi, lalu anak itu menjadi Yahudi. Setelah ayah mereka masuk Islam dan menjadi ansharul Islam, mereka hendak mengambil anak mereka kembali dengan cara paksaan dari tangan Yahudi itu, lalu dicegah oieh Rasulullah ﷺ, karena agama bukanlah soal paksaan. Kalau orang musyrikin itu diperangi, bukanlah karena agama mereka, melainkan mengajak mereka yang mengakui penganut agama Hanif Nabi Ibrahim, supaya kembali kepada dasar asli agama itu, bukan mengerjakan agama campur aduk, yang tidak tentu ujung pangkalnya itu.
“Maka, jika mereka berhenti, sesungguhnya Allah terhadap apa yang mereka kerjakan itu adalah melihat."
Sebagai sambungan dan kenyataan dari ayat-ayat yang selanjutnya. Musyrik itu akan terus diperangi, sampai mereka tidak berkutik lagi untuk memfitnah orang mengerjakan agama, sehingga agama menjadi bersih dari segala gangguan dan langsung memuja beribadah kepada Allah. Sampai mereka kalah atau sampai mereka berhenti, tidak melawan lagi. Apabila mereka tidak melawan lagi, mereka pun tidak akan diperangi lagi, malahan Allah sendiri melihat bagaimana tingkah-laku mereka selanjutnya. Maka, berlakulah di dalam Islam beberapa peraturan, yaitu negeri yang ditaklukkan dan dikalahkan, dan negeri yang meminta damai. Yang kalah dan takluk diperintah langsung oleh kekuasaan Islam (seluruhnya dikuasai). Dan, yang meminta damai (shulh) dihentikan memeranginya, lalu disuruh membayar upeti. Dalam penyerangan yang sedang hebat, kalau pihak musuh meminta berdamai, penyerangan segera dihentikan dan diadakan penyelesaian, Dan, mereka langsung di bawah perlindungan.
Ayat 40
“Dan, jika mereka berpaling."
Yaitu tidak mau memedulikan seruan damai, yang telah diatur menurut peraturan yang khusus, melainkan mereka meneruskan perlawanan juga.
“Maka, ketahuilah olehmu, bahwasanya Allah adalah pelindungmu, semulia-mulia pelindung, semulia-mulia penolong."
Di sini ditegaskan bahwa terhadap orang yang demikian, janganlah kamu ragu-ragu, hendaklah hadapi terus, sebab Allah akan menjadi pelindungmu. Orang yang yakin akan perlindungan Allah pasti menang. Sebab, kalau Allah yang menjadi pelindung, tidaklah perlindungan-Nya itu akan mengecewakan dan kalau Allah yang menjadi penolong, tidaklah pertolongan-Nya akan sia-sia.
Ayat ini menunjukkan tujuan peperangan dalam Islam dengan sejelas-jelasnya. Tujuan perang hanya membuat sebagai penghalang agama tidak berkutik lagi. Kalau mereka tunduk, ketundukan mereka diterima dan ditilik. Akan tetapi, kalau mereka tidak mau diajak berunding, melainkan hendak terus juga, hendaklah hadapi terus sampai mereka tidak bangun lagi. Allah menjamin akan menolong.
Dan, kelak kita akan bertemu dengan ayat 60 dari surah ini, yang memerintahkan kaum Muslimin selalu siap dan waspada, selalu sedia kekuatan peperangan, alat senjata, perlengkapan dan perbekalan dan kuda kendaraan sehingga musuh berpikir 1.000 kali terlebih dahulu sebelum berhadapan dengan kaum Muslimin.
Dengan ayat-ayat yang kita terima langsung dari Al-Qurran, dengan sendirinya tertolaklah tuduhan musuh-musuh Islam di zaman sekarang, yang menyatakan bahwa Islam dimajukan dengan pedang. Islam tidak dipaksakan dan dimajukan dengan pedang. Dia tidak akan mengganggu agama lain, bahkan melindungi kalau dia berkuasa. Akan tetapi, kalau dia tidak berpedang, tidak bersenjata, pastilah tenaga-tenaga jahat dalam dunia ini akan mengganggunya; dan telah berkali-kali mengganggunya, sampai sekarang!