Ayat
Terjemahan Per Kata
أَلَمۡ
tidakkah
تَرَ
kamu mengetahui
أَنَّ
bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
يُزۡجِي
mengarak/menghalau
سَحَابٗا
awan
ثُمَّ
kemudian
يُؤَلِّفُ
Dia mengumpulkan
بَيۡنَهُۥ
diantaranya
ثُمَّ
kemudian
يَجۡعَلُهُۥ
Dia menjadikannya
رُكَامٗا
bertindih-tindih
فَتَرَى
maka kamu lihat
ٱلۡوَدۡقَ
hujan
يَخۡرُجُ
keluar
مِنۡ
dari
خِلَٰلِهِۦ
celah-celahnya
وَيُنَزِّلُ
dan Dia menurunkan
مِنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
مِن
dari
جِبَالٖ
gunung
فِيهَا
didalamnya
مِنۢ
dari
بَرَدٖ
salju/es
فَيُصِيبُ
lalu Dia timpakan
بِهِۦ
dengannya
مَن
orang/siapa
يَشَآءُ
Dia kehendaki
وَيَصۡرِفُهُۥ
dan Dia menghindarkannya
عَن
dari
مَّن
siapa
يَشَآءُۖ
Dia kehendaki
يَكَادُ
hampir-hampir
سَنَا
cahaya
بَرۡقِهِۦ
berkilatnya (awan)
يَذۡهَبُ
menghilangkan
بِٱلۡأَبۡصَٰرِ
dengan penglihatan
أَلَمۡ
tidakkah
تَرَ
kamu mengetahui
أَنَّ
bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
يُزۡجِي
mengarak/menghalau
سَحَابٗا
awan
ثُمَّ
kemudian
يُؤَلِّفُ
Dia mengumpulkan
بَيۡنَهُۥ
diantaranya
ثُمَّ
kemudian
يَجۡعَلُهُۥ
Dia menjadikannya
رُكَامٗا
bertindih-tindih
فَتَرَى
maka kamu lihat
ٱلۡوَدۡقَ
hujan
يَخۡرُجُ
keluar
مِنۡ
dari
خِلَٰلِهِۦ
celah-celahnya
وَيُنَزِّلُ
dan Dia menurunkan
مِنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
مِن
dari
جِبَالٖ
gunung
فِيهَا
didalamnya
مِنۢ
dari
بَرَدٖ
salju/es
فَيُصِيبُ
lalu Dia timpakan
بِهِۦ
dengannya
مَن
orang/siapa
يَشَآءُ
Dia kehendaki
وَيَصۡرِفُهُۥ
dan Dia menghindarkannya
عَن
dari
مَّن
siapa
يَشَآءُۖ
Dia kehendaki
يَكَادُ
hampir-hampir
سَنَا
cahaya
بَرۡقِهِۦ
berkilatnya (awan)
يَذۡهَبُ
menghilangkan
بِٱلۡأَبۡصَٰرِ
dengan penglihatan
Terjemahan
Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah mengarahkan awan secara perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk. Maka, engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. Maka, Dia menimpakannya (butiran-butiran es itu) kepada siapa yang Dia kehendaki dan memalingkannya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Tafsir
(Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan) menggiringnya secara lembut (kemudian mengumpulkan antara bagian-bagiannya) dengan menghimpun sebagiannya dengan sebagian yang lain, sehingga yang tadinya tersebar kini menjadi satu kumpulan (kemudian menjadikannya bertindih-tindih) yakni sebagiannya di atas sebagian yang lain (maka kelihatanlah olehmu air) hujan (keluar dari celah-celahnya) yakni melalui celah-celahnya (dan Allah juga menurunkan dari langit). Huruf Min yang kedua ini berfungsi menjadi Shilah atau kata penghubung (yakni dari gunung-gunung yang menjulang padanya) menjulang ke langit; Min Jibaalin menjadi Badal daripada lafal Minas Samaa-i dengan mengulangi huruf Jarrnya (berupa es) sebagiannya terdiri dari es (maka ditimpakannya es tersebut kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Hampir-hampir) hampir saja (kilauan kilat awan itu) yakni cahayanya yang berkilauan (menghilangkan penglihatan) mata yang memandangnya, karena silau olehnya.
Tafsir Surat An-Nur: 43-44
Tidakkah kamu lihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. Allah menyebutkan bahwa Dialah yang menggiring awan dengan kekuasaan-Nya sejak permulaan pembentukannya yang masih tipis, Kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya. (An-Nur: 43) Yakni menghimpunkannya sesudah terpisah-pisah.
kemudian menjadikannya bertindih-tindih. (An-Nur: 43) Yaitu bertumpang tindih, sebagian darinya menindihi sebagian yang lain. maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya. (An-Nur: 43) Al-wadaq artinya hujan. Hal yang sama telah didapati di dalam qiraat Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak. Ubaid ibnu Umair Al-Laisi mengatakan bahwa Allah mengirimkan angin musirah, maka angin ini menerpa permukaan bumi. Kemudian Allah mengirimkan angin nasyi'ah, maka angin ini menimbulkan awan. Kemudian Allah mengirimkan angin mu'allifah, maka angin ini menghimpunkan antara bagian-bagian dari awan tersebut.
Kemudian Allah mengirimkan angin lawaqih yang membuahi awan dengan air. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. Firman Allah Swt: dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. (An-Nur: 43) Sebagian ahli Nahwu mengatakan bahwa huruf min pertama mengandung makna permulaan tujuan, sedangkan huruf min yang kedua mengandung makna tab'id (sebagian), dan huruf min yang ketiga mengandung makna penjelasan jenis. Pengertian ini berdasarkan takwil yang mengatakan bahwa firman Allah ﷻ: (butiran-butiran) es, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. (An-Nur: 43) Maknanya ialah bahwa sesungguhnya di langit itu terdapat gunung-gunung es, lalu Allah menurunkan sebagian darinya ke bumi.
Adapun orang yang menjadikan lafaz Al-Jibal di sini sebagai ungkapan kinayah dari as-sahab atau awan, maka sesungguhnya min yang kedua menurut takwil ini berkedudukan sebagai ibtida-ul gayah juga, akan tetapi dia berkedudukan sebagai badal dari min yang pertama hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah ﷻ: maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nur: 43) Dapat ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya: maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu. (An-Nur: 43) Yakni apa yang diturunkan-Nya dari langit berupa air hujan dan butiran-butiran es.
Sehingga makna firman-Nya: maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nur: 43) Artinya, kedua jenis hujan itu (hujan air dan butiran es) sebagai rahmat buat mereka yang dikenainya. dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nur: 43) Yakni Allah menangguhkan hujan dari mereka. Dapat pula ditakwilkan bahwa firman-Nya: maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu. (An-Nur: 43) Yaitu butiran-butiran es itu sebagai siksaan atas siapa yang dikehendaki-Nya, sebab butiran-butiran es dapat memporakporandakan buah-buahan mereka dan merusak tanam-tanaman serta pohon-pohon mereka. Dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya sebagai rahmat untuk mereka.
Firman Allah ﷻ: Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (An-Nur: 43) Maksudnya, hampir saja kilauan cahaya kilat menghilangkan penglihatan bilamana mata terus memandanginya. Firman Allah ﷻ: Allah mempergantikan malam dan siang. (An-Nur: 44) Yakni mengatur siang dan malam; maka Dia mengambil sebagian dari kepanjangan waktu salah satunya, lalu diberikan kepada yang lainnya yang pendek, sehingga keduanya sama panjangnya. Kemudian mengambil sebagian dari waktu yang lainnya untuk ditambahkan kepada yang lainnya, sehingga yang tadinya berwaktu pendek menjadi lebih panjang, sedangkan yang tadinya berwaktu panjang menjadi pendek.
Allah-lah yang mengatur hal ini melalui perintah, kekuasaan, keagungan, dan ilmu-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (An-Nur: 44) yang menunjukkan kebesaran Allah ﷻ, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190).
Salah satu bukti bahwa semua makhluk akan kembali kepada Allah adalah kuasa-Nya mengatur hujan yang airnya bermula dari laut dan sungai di darat, kemudian menguap, lalu turun kembali ke darat. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah Yang Mahakuasa menjadikan awan bergerak perlahan ke tempat yang Dia kehendaki, kemudian Dia mengumpulkan bagian-bagian-nya yang ringan itu, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk sehingga menjadi berat, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan turun ke bumi; dan Dia juga menurunkan butiran-butiran es dari langit, yaitu dari gumpalan-gumpalan awan yang serupa gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya butiran-butiran es atau hujan itu kepada siapa yang Dia kehendaki sebagai rahmat atau azab, dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya yang timbul akibat gesekan arus listrik di awan itu begitu cemerlang dan menyilaukan sehingga hampir-hampir saja ia menghilangkan penglihatan. 44. Allah mempergantikan secara terus-menerus malam yang penuh kegelapan dan siang yang terang benderang, sehingga pergantian itu melahirkan panas dan dingin. Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran yang berharga tentang kekuasaan dan anugerah Allah, bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan mata hati dan pikiran yang tajam.
Pada ayat ini Allah mengarahkan pula perhatian Nabi ﷺ dan manusia agar memperhatikan dan merenungkan bagaimana Dia menghalau awan dengan kekuasaan-Nya dari satu tempat ke tempat lain kemudian mengumpulkan awan-awan yang berarak itu pada suatu daerah, sehingga terjadilah tumpukan awan yang berat berwarna hitam, seakan-akan awan itu gunung-gunung besar yang berjalan di angkasa. Dari awan ini turunlah hujan lebat di daerah itu dan kadang-kadang hujan itu bercampur dengan es. Bagi yang berada di bumi ini jarang sekali melihat awan tebal yang berarak seperti gunung, tetapi bila kita berada dalam pesawat akan terlihat di bawah pesawat yang kita tumpangi awan-awan yang bergerak perlahan itu memang seperti gunung-gunung yang menjulang di sana sini dan bila awan itu menurunkan hujan nampak dengan jelas bagaimana air itu turun ke bumi. Hujan yang lebat itu memberi rahmat dan keuntungan yang besar bagi manusia, karena sawah dan ladang yang sudah kering akibat musim kemarau, menjadi subur kembali dan berbagai macam tanaman tumbuh dengan subur sehingga manusia dapat memetik hasilnya dengan senang dan gembira.
Tetapi ada pula hujan yang lebat dan terus-menerus turun sehingga menyebabkan terjadinya banjir di mana-mana. Sawah ladang terendam bahkan kampung seluruhnya terendam, maka hujan lebat itu menjadi malapetaka bagi manusia dan bukan sebagai rahmat yang menguntungkan. Semua itu terjadi adalah menurut iradah dan kehendak-Nya. Sampai sekarang belum ada satu ilmu pun yang dapat mengatur perputaran angin dan perjalanan awan sehingga bisa mencegah banjir dan malapetaka itu. Di mana-mana terjadi topan dan hujan lebat yang membahayakan tetapi para ahli ilmu pengetahuan tidak dapat mengatasinya. Semua ini menunjukkan kekuasaan Allah, melimpahkan rahmat dan nikmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menimpakan musibah dan malapetaka kepada siapa yang dikehendaki-Nya pula.
Menurut para ilmuwan sains dan teknologi, persyaratan bagaimana hujan dapat turun, dimulai dari adanya awan yang membawa uap air. Awan ini disebut dengan awan cumulus. Gumpalan-gumpalan awan cumulus yang semula letaknya terpencar-pencar, akan "dikumpulkan" oleh angin. Pada saat awan sudah menyatu, akan terjadi gerakan angin yang mengarah ke atas dan membawa kumpulan awan ini, yang sekarang disebut awan cumulus nimbus, ke atas. Gerakan ke atas ini sampai dengan ketinggian (dan suhu) yang ideal, di mana uap air akan berubah menjadi kristal-kristal es. Pada saat kristal es turun ke bumi, dan suhu berubah menjadi lebih tinggi, mereka akan berubah menjadi butiran air hujan.
Di antara keanehan alam yang dapat dilihat manusia ialah terjadinya kilat yang sambung menyambung pada waktu langit mendung dan sebelum hujan turun. Meskipun ahli ilmu pengetahuan dapat menganalisa sebab musabab kejadian itu, tetapi mereka tidak dapat menguasai dan mengendalikannya. Bukankah ini suatu bukti bagi kekuasaan Allah di alam semesta ini?.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ikhtiar Mencari Petunjuk
Pada ayat selanjutnya (41) ditanyakan, tidakkah engkau tahu bahwa segala yang di langit dan segala yang di bumi, bahkan segala burung yang terbang
berbondang di udara pun mengucapkan tasbih memujt Tuhan? Tidakkah engkau tahu dan tidakkah engkau melihat bahwa penghuni bumi dengan jenianya masing-masing sudah tahu sendiri bagaimana mereka berdoa, bagaimana mereka sembahyang dan bagaimana mereka bertasbih?
Tadi sudah dikatakan bahwasanya yang seberianya melihat bukanlah mata, tetapi perasaan batin kita yang halus. Maka hanya semata-mata alat buat menerima kesan dari luar diri untuk dipantulkan ke dalam diri yang sebenar diri. Di antara kelima pancaindera adalah dua yang sangat aktif buat “menangkap" kesan luaran itu, yaitu penglihatan mata terhadap wama-wami dan susunan dan pendengaran telinga buat mendengarkan susunan irama bunyi. Kalau hati gelap, betapa pun terang mata dan nyaring telinga, tidak akan ada yang nampak dan terdengar.
“Barangsiapa yang tidak dijadikan padanya Nur oleh Allah, tidak dia akan beroleh Nur."
Kalau mata hati telah bercahaya akan kedengaran dan kelihatanlah beberapa isi langit dan bumi bertasbih memuja Tuhan.
Beethoven, walaupun telinga tuli, dia mendengarkan musik alam memuja Ilahi, lalu diausunnya menjadi noot musik. Copemicus berkata, setelah dia merenungkan perjalanan bintang-bintang di langit, bahwasanya dia mendengarkan musik dari bintang-bintang itu. Einstein setelah mengaji alam sedalam-dalamnya, sampai kepada urusan atom dan teori “relatifnya yang-terkenal, telah sampai kepada kesimpulan, bahwa Tuhan memang ada. Dia pun sujud dengan penuh kesyukuran karena dia telah “melihat" lagi bahwa di balik angka-angka dan rumusan memang ada angka SATU yang mutlak.
Apabila telah dilihat alam seluruhnya dengan mata hati akan terasalah bahwa kita manusia ini tidaklah seorang diri dalam dunia ini. Semuanya beriyanyi memuja Tuhan, nyanyian yang suci dan kudus. Halta burung-burung yang terbang di udara pun, burung-burung yang berbondang pindah dari Selatan ke Utara atau sebaliknya, adalah mencari perlindungan Ilahi untuk memelihara hidup. Burung Pinguin yang terkenal berbondang di lautan Utara beberapa ekor melompat ke dalam air di celah-celah gunungan salju untuk mengetahui apakah air es sudah mulai mencair. Dan lawa-lawa betina mengandung beratus-ratus anak dalam telunya. Selama telur belum menetas, dia tidak mempunyai daya apa-apa buat mencari makan. Satu-satunya persediaan makanannya hanyalah jantannya yang menyediakan diri buat menjadi makanan si betina selama dia mengerami terus itu. Si betina makan dari kuduk jantannya, sehingga si jantan mati sampai kering tubuhnya. Di atas kerangka tubuh si jantan, si betina hidup. Dan sehabis persediaan makanan itu, telur pun menetas, berserakan beratus-ratus anak lawa-lawa menyambung hidup ayahnya. Semuanya itu adalah alamat tasbih dan ketaatan kepada Maha Pencipta.
“Masing-masing telah tahu sendiri sembahyangnya dan tasbihnya."
Ayat 42
Nabi kita Muhammad s.a.w. kerapkali mengatakan kepada sahabat-sahabatnya, sehingga beliau pun mendengar bunyi tasbih yang diucapkan oleh pasir-pasir yang bergerak di atas bumi. Dan Daud a.s. pun bila beliau mementil kecapinya yang terkenal, maka burung-burung di udara pun tertegun sedang terbang, lalu berhenti buat bersama-sama mengucapkan tasbih kepada Tuhan. Oleh sebab itu maka: “Bagi Allahlah seluruh kekuasaan di semua langit dan bumi dan kepadaNya jua kita semuanya akan pulang kembali." (ayat 42).
Kemudian itu pada ayat yang 43 Tuhan menyuruh memperhatikan lagi betapa Tuhan menghalau-halaukan dan menghimpunkan awan yang berserak dengan timbangan aliran angin dan udara, kemudian menjadikannya suatu tumpukan.
Setelah awan yang bergerak itu terkumpul, timbullah mega yang mendung dan hitamlah dia karena mengandung hujan, maka keluarlah hujan dari celah-celah awan itu. Kadang-kadang turunlah dari langit itu; dan langit di sini ialah apa yang di atas kita. Turunlah segumpalan awan besar laksana gunung, mengandung salju. Ditumpahkannya ke atas suatu bagian yang dikehendakiNya. Kadang-kadang kita telah mengharap dia akan jatuh di bumi kita sebelah sini, karena tanam-tanaman sudah sangat kering tiba-tiba dia jatuh di tempat lain. Maka kedengaran guruh dan guntur, dan kilat pun sabung-menyabung, demikian dahsyatnya hingga mata pun bIsa silau memandangnya.
Memang, apabila kita naik kapal udara dalam perjalanan yang jauh, benar-benar kelihataplah kadang-kadang awan itu besar dan tinggi laksana gunung, bahkan lebih besar dari gunung, maka terasalah kecil kapal terbang yang kita tumpangi itu di celah awan-gumawan. Awan-awan laksana gunung itulah persediaan yang disediakan Tuhan buat hidup kita di atas dunia fana ini, karena kita senantiasa memerlukan air.
Ayat 44
Lalu dipergilirkannya pula di antara malam dengan siang (ayat 44). Setiap pagi datang dan senja pun datang. Matahari terbit dan matahari terberiam, semuanya dalam ikatan peraturan yang teliti, sehingga bukan pergiliran siang dan malam itu yang harus diakurkan dengan arloji kita, melainkan arlojilah yang harus diakurkan dengan dia. Sebab giliran siang dan malam pun bertali dengan pergantian musim, kadang-kadang malamnyalah yang panjang dan kadang-kadang siangnya. Setiap hari, setiap kita melalui pergiliran siang dan malam itu, hati yang membatu membiarkan dia berjalan sejalannya, namun hati yang telah diberi cahaya dapatlah menghitung umunya berapa yang telah terpakai. Yang tejah terpakai dari jumlah hari, siang dan malam dan menjadi bulan, bulan bergulung menjadi tahun, dan tahun pun dijumlahkan pula. Yang telah terpakai dapat diketahui, tetapi berapa lagi yang tinggal tidak ada kita yang tahu.
Di ujung ayat, Tuhan sekali lagi memberi ingat, bahwasanya perenungan terhadap pergantian malam dan siang itu, dan segala soal yang bertalian dengan itu hanyalah dapat ditangkap oleh manusia-manusia yang mempunyai pandangan tajam. Adapun orang yang hidupnya hanya sehingga memikirkan makan, atau memperhambakan diri kepada semata-mata benda, kasarlah perasaannya dan tidaklah dia akan dapat merenungkan rahasia besar yang terkandung dalam edaran malam dan siang itu.
Pada ayat 45 Tuhan menyatakan bahwasanya seluruh binatang yang melata di atas bumi ini, Allah jadikan semuanya daripada air. Kemudian itu ber-ansurlah tercipta binatang melata itu, yang dalam bahasa Arab — sebagai tersebut dalam ayat, disebut Daabbat, arti asalnya ialah merangkak dengan perutnya -seumpama ular dan serangga yang halus-halus, dan ada yang berjalan atas dua kaki, sebagai manusia dan burung termasuk ayam dan itik, ada pula yang berjalan atas empat kaki, yaitu rata-rata binatang-binatang yang sering kita lihat. Semuanya itu. dijadikan atas kehendak Allah belaka, bukan terjadi dengan kebetulan.
Niscaya orang yang telah menumpahkan minatnya kepada asa) kejadian hidup ini, dipertalikan dengan Teori Evolusi yang dikemukakan Darwin serta sarjana-sarjana yang lain, sudah dapat memahamkan ayat ini setelah mempelajari Ilmu Kehidupan itu. Memang menurut teori para ahli setelah mengadakan riaet dan penyelidikan, bahwasanya unsur yang asasi dari permulaan tumbuhnya hidup dalam alam dunia ini ialah air. Ilmu Alam moden menyatakan bahwasanya asal mulanya ialah laut, dan dengan evolusi sekian juta tahun mulailah tertampak hidup itu pada lumut. Sampai sekarang masih dapat dilihat kehidupan itu batu karang, beransur-ansur menjadi tumbuh-tumbuhan. Akhinya kemajuan lumut dari tumbuh-tumbuhan laut itu menjelma menjadi lokan-lokan, evolusinya terus kepada binatang melata yang dinamai serangga, kemudian melanjut menjadi ikan, sehingga dapat kita lihat peralihan dari ikan menjadi burung pada ikan terbang yang biasa kelihatan di lautan.
Ada binatang serangga, ada ular yang menjalar, ada kuda yang berlari, ada manusia yang berjalan atas dua kaki, ada kera dan monyet yang hidup sebagai akhir dari kemajuan binatang dan awal dari pertumbuhan insani. Ilmu Pengetahuan tentang ini bIsa diperpanjang dan penyelidikan bIsa diteruskan, tidak ada halangannya. Tetapi ingatlah bahwasanya tingkatan-tingkatan yang ditempuh oleh evolusi alam itu adalah berpangkal dari satu sumber, yaitu Kudrat Ilahi. Di ujung ayat diperingatkan hal ini; “Sesungguhnya Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Janganlah sarripai berulang sebagai setengah manusia, yang setelah mendapat ilmu pengetahuan, karena luasnya dan dalamnya penyelidikan, lalu membelakangi kekuasaan Tuhan dan berani berkata bahwasanya segala evolusi itu terjadi atas kehendak Alam itu sendiri (Naturaliame). Alangkah ganjilnya orang yang memegang pendirian itu. Dia kagum karena evolusi itu teratur sangat, tetapi dia tidak mau tahu bahwasanya adanya teratur adalah karena adanya yang mengatur.
Beberapa Sarjana Muslim, lama sebelum teori kejadian HIDUP itu diaempumakan oleh Charles Darwin telah menyatakan hasil selidik mereka tentang kejadian hidup daripada air itu. Ibnu Maskawaihi telah menyatakan bahwa permulaan terdapatnya HIDUP ialah pada lumut, lama-lama menjadi tumbuh-tumbuhan, lama-lama menjadi batu karang dan siput-siput, lanjut menjadi ikan, lanjut pula menjadi serangga melata, dan jadi binatang. Akhinya kemajuan binatang terjadi pada kera dan permulaan apa yang dinamai manusia ialah pada bangsa Zanji (suku liar di Afrika). Beliau meninggal di tahun 1030. Kemudian itu Ibnu Khaldun pun menyatakan pula hasil renungannya melanjutkan teori pertama itu, dan beliau meninggal tahun 1406. Lama sebelum diaempumakan oleh Darwin di abad kesembilan belas.
Oleh sebab itu sesuailah pendapat kita, pengarang Tafsir ini dengan kesan yang pernah diriyatakan oleh Abbas Mahmoud Akkad, Pujangga Arab yang terkenal itu, bahwa kenyataan-kenyataan yang tertulis dalam al-Qur'an sebagai Wahyu, hormatilah sebaik-baiknya dan penafsiran janganlah dijadikan mutlak. Dan menyelidiki serta memperdalam ilmu pengetahuan alam janganlah terhenti, melainkan selidiki terus. Karena kadang-kadang setelah kita mendapat kemajuan ilmu pengetahuan, kita dapat membuka rahasia yang baru dan intIsari al-Qur'an, yang tadiriya karena kepicikan pengetahuan kita belum kita ketahui betapa rahasianya
Lantaran itu pula maka ayat 46 dapatlah kita rasakan dengan mesra:
“Sesungguhnya telah Kami turunkan ayat-ayat untuk memberikan penjelasan. Dan Allah jualah yang menganugerahkan petunjuk kepada siapa yang Ia kehendaki, menuju jalan yang lurus."
Maka dihasunglah kita oleh ayat ini supaya selalu mempertinggi pengetahuan kita tentang alam (Natuur Wetenschap), karena bertambah banyak yang kita ketahui tentang alam sekeliling kita, bertambah mantap mendalam iman kita akan kekuasaan Ilahi. Dan bertambah memancarlah Nur dari dalam hati kita melihat alam, karena dia telah disinari oleh pelita yang ada dalam hati kita.
Titov, Kosmonout Rusia itu, yang hanya seorang proef (percobaan) saja dari sarjana yang menyelidiki rahasia ruang angkasa, artinya bukan dia sendiri sarjananya, berani mengatakan bahwa dalam waktu dia dilontarkan ke ruang angkasa, sudah dicohariya mencari Tuhan dengan alat radanya yang lengkap; tidak bertemu! Padahal orang yang lebih alim dari dia, yaitu Einstein, dengan segala kerendahan hati mengakui adanya Tuhan sebagai Pengatur (Mudabbir) dari alam ini juga sebagai Penjaga yang tidak pernah lalai lengah di dalam memelihara keseimbangan (Muhaimin).