Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱتۡلُ
bacalah
مَآ
apa
أُوحِيَ
yang diwahyukan
إِلَيۡكَ
kepadamu
مِنَ
dari
ٱلۡكِتَٰبِ
Al-Kitab
وَأَقِمِ
dan dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَۖ
sholat
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
تَنۡهَىٰ
mencegah
عَنِ
dari
ٱلۡفَحۡشَآءِ
perbuatan keji
وَٱلۡمُنكَرِۗ
dan mungkar
وَلَذِكۡرُ
dan sungguh mengingat
ٱللَّهِ
Allah
أَكۡبَرُۗ
lebih besar
وَٱللَّهُ
dan Allah
يَعۡلَمُ
Dia mengetahui
مَا
apa
تَصۡنَعُونَ
kamu kerjakan
ٱتۡلُ
bacalah
مَآ
apa
أُوحِيَ
yang diwahyukan
إِلَيۡكَ
kepadamu
مِنَ
dari
ٱلۡكِتَٰبِ
Al-Kitab
وَأَقِمِ
dan dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَۖ
sholat
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
تَنۡهَىٰ
mencegah
عَنِ
dari
ٱلۡفَحۡشَآءِ
perbuatan keji
وَٱلۡمُنكَرِۗ
dan mungkar
وَلَذِكۡرُ
dan sungguh mengingat
ٱللَّهِ
Allah
أَكۡبَرُۗ
lebih besar
وَٱللَّهُ
dan Allah
يَعۡلَمُ
Dia mengetahui
مَا
apa
تَصۡنَعُونَ
kamu kerjakan
Terjemahan
Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Tafsir
(Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Alkitab) kitab Al-Qur'an (dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar) menurut syariat seharusnya salat menjadi benteng bagi seseorang dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar, selagi ia benar-benar mengerjakannya. (Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar keutamaannya) daripada ibadah-ibadah dan amal-amal ketaatan lainnya. (Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan) maka Dia membalasnya kepada kalian.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Kemudian Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin untuk membaca Al-Qur'an dan menyampaikannya kepada manusia. dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). (Al-'Ankabut: 45) Salat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari perbuatan keji dan perbuatan munkar. Maksudnya dapat menjadi pengekang diri dari kebiasaan melakukan kedua perbuatan tersebut dan mendorong pelakunya dapat menghindarinya.
Di dalam sebuah hadis melalui riwayat Imran dan Ibnu Abbas secara marfu' telah disebutkan: Barang siapa yang salatnya masih belum dapat mencegah dirinya dari mengerjakan perbuatan keji dan munkar, maka tiada lain ia makin bertambah jauh dari Allah. Banyak asar yang menerangkan masalah ini, antara lain dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim: telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Harun Al-Makhrami Al-Fallas, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Nafi' Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Usman, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Imran ibnu Husain yang menceritakan bahwa Nabi ﷺ pernah ditanya (seseorang) tentang makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Maka beliau ﷺ menjawab melalui sabdanya: Barang siapa yang tidak dapat dicegah oleh salatnya dari mengerjakan perbuatan keji dan munkar, maka tiada (pahala) salat baginya.
". Telah menceritakan pula kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu AbuTalhah Al-Yarbu'i, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Lais, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang salatnya tidak dapat mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan munkar, maka salatnya itu tidak lain makin menambah jauh dirinya dari Allah. Imam Tabrani meriwayatkannya melalui hadis Abu Mu'awiyah. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abdullah, dari Al-Ala ibnul Musayyab dari orang yang menceritakan hadis ini dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Ibnu Abbas mengatakan, barang siapa yang salatnya tidak mendorongnya mengerjakan amar makruf dan nahi munkar, maka tiada lain salatnya itu makin menambahnya jauh dari Allah.
Hadis ini berpredikat mauquf (hanya sampai pada Ibnu Abbas). ". Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnul Barid, dari Juwaibir, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Tiada salat bagi orang yang tidak menaati salatnya. Pengertian menaati salat ialah hendaknya salatnya itu dapat mencegahnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Ibnu Jarir mengatakan bahwa Sufyan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka berkata, "Hai Syu'aib, apakah salatmu yang menyuruhmu. (Hud: 87) Sufyan mengatakan, "Memang benar demi Allah, salatnyalah yang mendorongnya berbuat amar makruf dan nahi munkar." -: Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Said Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, dari Juwaibir, dari Ad-Dahhak, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda Abu Khalid di lain waktu meriwayatkannya dari Abdullah: Tiada salat bagi orang yang tidak menaati salatnya, dan taat kepada salat artinya salat mencegahnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar.
Predikat hadis ini menurut pendapat yang paling sahih adalah mauquf sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-A'masy, dari Malik ibnul Haris, dari Abdur Rahman ibnu Yazid yang mengatakan bahwa pernah dikatakan kepada Abdullah, "Sesungguhnya si Fulan mengerjakan salatnya dalam waktu yang cukup lama." Maka Abdullah menjawab, "Sesungguhnya salat itu tidak memberi manfaat kecuali kepada orang yang menaatinya." Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Muslim, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang mengerjakan suatu salat, sedangkan salat itu tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka tiadalah salat itu baginya melainkan makin menambah jauh dia dari Allah.
Menurut pendapat yang paling sahih, semua hadis di atas berpredikat mauquf dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Al-A'masy, dan lain-lainnya; hanya Allah-lah yang lebih mengetahui. -: Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Abdul Hamid, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, menurut Al-A'masy disebutkan dengan nada yang ragu, bahwa Abu Saleh meriwayatkannya dari Jabir yang mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Nabi ﷺ, lalu berkata, "Sesungguhnya si Fulan selalu mengerjakan salat di malam hari, tetapi bila siang hari ia suka mencuri." Maka Nabi ﷺ bersabda: Kelak dia akan dicegah oleh (salatnya) yang kamu katakan itu.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musa Al-Jarasyi, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Abdullah, dari Al-Amasy, dari Abu Saleh, dari Jabir, dari Nabi ﷺ dengan lafaz yang semisal tanpa ada keraguan. Al-Baihaqi mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh perawi lainnya yang bukan hanya seorang melalui Al-A'masy, tetapi mereka masih memperselisihkan perihal sanadnya. Disebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh bukan hanya seorang, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah atau yang lainnya.
Qais meriwayatkan pula dari Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir; dan Jarir telah meriwayatkan dari Abdullah, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Jabir. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy yang mengatakan bahwa menurut keyakinannya Abu Saleh menerima hadis ini dari Abu Hurairah yang pernah mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi ﷺ, lalu berkata, "Sesungguhnya si Fulan selalu mengerjakan salat di malam harinya, tetapi bila pagi hari ia mencuri." Maka Nabi ﷺ menjawab: Sesungguhnya dia kelak akan dicegah oleh (salatnya) yang kamu katakan itu.
Pekerjaan salat itu mengandung zikrullah yang merupakan rukun yang terbesar, karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar, (Al-'Ankabut: 45) Yakni lebih besar pahalanya daripada yang pertama (yakni ibadah-ibadah yang lainnya). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-'Ankabut: 45) Allah mengetahui semua perbuatan dan apa yang diucapkan kalian. Abul Aliyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Sesungguhnya di dalam salat itu terkandung tiga pekerti, setiap salat yang tidak mengandung salah satu dari ketiga pekerti tersebut bukan salat namanya; yaitu ikhlas, khusyuk, dan zikrullah (mengingat Allah).
Ikhlas akan mendorongnya untuk mengerjakan perkara yang baik, khusyuk akan mencegahnya dari mengerjakan perbuatan munkar, dan zikrullah yakni membaca Al-Qur'an menggerakkannya untuk amar makruf dan nahi munkar. Ibnu Aun Al-Ansari mengatakan, "Jika engkau sedang salat, berarti engkau sedang mengerjakan hal yang baik, dan salat mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar. Sedangkan zikrullah yang sedang kamu kerjakan dalam salatmu pahalanya lebih besar." Hammad ibnu Sulaiman mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) selagi engkau masih berada di dalam salat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut: 45) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna ayat ialah sesungguhnya ingatan Allah kepada hamba-hamba-Nya lebih besar apabila mereka mengingatNya daripada ingatan mereka kepada-Nya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh perawi lainnya yang bukan hanya seorang dari Ibnu Abbas, dan hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hatim, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut: 45) Zikrullah di saat kamu hendak makan dan hendak tidur. Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya seorang temanku di rumah mengatakan hal yang lain dengan apa yang kamu katakan itu." Ibnu Abbas bertanya, "Apakah yang telah dikatakannya?" Aku menceritakan, "Temanku telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. (Al-Baqarah: 152) bahwa ingatan Allah kepada kita jauh lebih besar daripada ingatan kita kepada-Nya.
Ibnu Abbas menjawab, "Temanmu itu benar." Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami An-Nufaili, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Khalid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut: 45) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna ayat mengandung dua takwil, yaitu ingat kepada Allah di saat menghadapi apa-apa yang diharamkan-Nya.
Ibnu Abbas mengatakan lagi bahwa ingatan Allah kepada kalian jauh lebih besar dari ingatan kalian kepada-Nya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib, dari Abdullah ibnu Rabi'ah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah berkata kepadanya, "Tahukah kamu makna firman-Nya: 'Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar' (Al-'Ankabut: 45)? Abdullah ibnu Rabi'ah menjawab, "Ya, saya tahu." Ibnu Abbas berkata, "Sebutkanlah." Maka Abdullah ibnu Rabi'ah menjawab, "Tasbih, tahmid, dan takbir dalam salat, serta membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya." Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya menurut hemat saya ada suatu pendapat yang lebih menakjubkan daripada pendapatmu itu.
Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah ingatan Allah kepada kalian di saat kalian mengingatnya adalah lebih besar daripada ingatan kalian kepada-Nya. Hal yang sama telah diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Ibnu Abbas. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal bersumber dari Ibnu Mas'ud, Abu Darda, Salman Al-Farisi, dan lain-lainnya, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. [Itulah tafsir juz 20]"
-46. Pada ayat sebelumnya Allah memberi umat Islam petunjuk dalam menghadapi kaum musyrik Mekah atau para penyembah berhala. Allah lalu menyusulinya dengan ayat ini, yang mengajarkan cara berdakwah kepada kaum Yahudi dan Nasrani. Dan janganlah kamu, wahai umat Islam, berdebat demi menunjukkan kebenaran ajaran Islam dengan Ahli Kitab, yakni Yahudi dan Nasrani yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad, melainkan dengan cara yang lebih baik dibanding caramu menghadapi orang-orang musyrik yang tidak percaya Tuhan. Kaum Yahudi dan Nasrani sejatinya percaya kepada Tuhan dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa dan Isa sehingga lebih mudah bagimu untuk mengajak mereka kepada agama Islam. Berdebatlah dengan cara yang lebih baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, yaitu orang-orang yang tetap membantah, membangkang, bahkan memusuhimu setelah menerima penjelasan-penjelasan yang kamu sampaikan dengan cara terbaik. Kamu bisa menunjukkan cara dan sikap yang lebih tegas kepada mereka itu, dan katakanlah kepada mereka, 'Kami telah beriman kepada kitab Al-Qur'an yang diturunkan kepada kami dan kitab-kitab yang diturunkan kepadamu, yakni Taurat dan Injil. Tuhan kami dan Tuhan kamu sesungguhnya satu, yaitu Allah; dan hanya kepada-Nya kami senantiasa berserah diri. '.
Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad agar selalu membaca dan memahami Al-Qur'an yang telah diturunkan kepadanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan memahami pesan-pesan Al-Qur'an, ia dapat memperbaiki dan membina dirinya sesuai dengan tuntutan Allah. Perintah ini juga ditujukan kepada seluruh kaum Muslimin. Penghayatan terhadap kalam Ilahi yang terus dibaca akan mempengaruhi sikap, tingkah laku, dan budi pekerti orang yang membacanya.
Setelah memerintahkan membaca, mempelajari, dan me-laksanakan ajaran-ajaran Al-Qur'an, maka Allah memerintahkan agar kaum Muslimin mengerjakan salat wajib, yaitu salat lima waktu. Salat hendaklah dikerjakan sesuai rukun dan syaratnya, serta penuh kekhusyukan. Sangat dianjurkan mengerjakan salat itu lengkap dengan sunah-sunahnya. Jika dikerjakan dengan sempurna, maka salat dapat mencegah dan menghalangi orang yang mengerjakannya dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.
Mengerjakan salat adalah sebagai perwujudan dari keyakinan yang telah tertanam di dalam hati orang yang mengerjakannya, dan menjadi bukti bahwa ia meyakini bahwa dirinya sangat tergantung kepada Allah. Oleh karena itu, ia berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sesuai bacaan surat al-Fatihah dalam salat, "Tunjukkanlah kepada kami (wahai Allah) jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan jalan yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat." Doa itu selalu diingatnya, sehingga ia tidak berkeinginan sedikit pun untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar.
Beberapa ulama tafsir berpendapat bahwa yang memelihara orang yang mengerjakan salat dari perbuatan keji dan mungkar itu ialah salat itu sendiri. Menurut mereka, salat itu memelihara seseorang selama orang itu memelihara salatnya, sebagaimana firman Allah:
Peliharalah semua salat dan salat wustha. Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk. (al-Baqarah/2: 238)
Rasulullah ﷺ menerangkan keutamaan dan manfaat yang diperoleh orang yang mengerjakan salat serta kerugian dan siksaan yang akan menimpa orang yang tidak mengerjakannya, sebagaimana tersebut dalam hadis:
Dari Nabi saw, bahwasanya ia pada suatu hari menyebut tentang salat, maka ia berkata, "Barang siapa yang memelihara salat, ia akan memperoleh cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari Kiamat, dan barang siapa yang tidak memeliharanya, ia tidak akan memperoleh cahaya, petunjuk, dan keselamatan. Dan ia pada hari Kiamat bersama Karun, Fir'aun, Haman, dan Ubai bin Khalaf. (Riwayat Ahmad dan ath-thabrani dari 'Abdullah bin 'Umar)
Nabi ﷺ menerangkan pula keadaan orang yang mengerjakan salat lima waktu dengan sungguh-sungguh, lengkap dengan rukun dan syaratnya, tetap pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Orang yang demikian, kata Nabi, seakan-akan dosanya dicuci lima kali sehari, sehingga tidak sedikit pun yang tertinggal. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Bagaimanakah pendapatmu, andaikata ada sebuah sungai dekat pintu rumah salah seorang dari kamu, ia mandi di sungai itu lima kali setiap hari. Adakah masih ada dakinya yang tinggal barang sedikit pun?" Para sahabat menjawab, "Tidak ada daki yang tertinggal barang sedikit pun." Rasulullah bersabda, "Maka demikianlah perumpamaan salat yang lima waktu, dengan salat itu Allah akan menghapus semua kesalahannya." (Riwayat at-Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Demikianlah perumpamaan yang diberikan Rasulullah ﷺ tentang keadaan orang yang mengerjakan salat lima waktu dengan sungguh-sungguh hanya karena Allah.
Dari ayat dan hadis Rasulullah yang telah disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada tiga sasaran yang hendak dituju oleh orang yang mengerjakan salat, yaitu: 1) timbulnya keikhlasan; 2) timbulnya sifat takwa kepada Allah; dan 3) selalu mengingat Allah.
Salat hendaknya bisa menimbulkan keikhlasan bagi orang yang mengerjakannya karena dikerjakan semata-mata karena Allah, untuk memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya. Sebagai perwujudan dari ikhlas ini pada diri seseorang ialah timbulnya keinginan di dalam hatinya untuk mengerjakan segala sesuatu yang diridai Allah.
Bertakwa kepada Allah maksudnya ialah timbulnya keinginan bagi orang yang mengerjakan salat itu untuk melaksanakan semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Dengan salat seseorang juga akan selalu mengingat Allah, karena dalam bacaan salat itu terdapat ucapan-ucapan tasbih, tahmid, dan takbir. Ia juga dapat merasakan keagungan dan kebesaran Allah.
Allah mengancam orang-orang yang tidak mengerjakan salat dengan azab neraka. Allah juga mengancam orang-orang yang mengerjakan salat karena ria dan orang-orang yang lalai dalam mengerjakannya. Allah berfirman:
(4) Maka celakalah orang yang salat, (5) (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, (6) yang berbuat ria, (7) dan enggan (memberikan) bantuan. (al-Ma'un/107: 4-7)
Senada dengan ayat di atas, Rasulullah ﷺ bersabda:
Barang siapa yang telah mengerjakan salat, tetapi salatnya tidak dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar, maka salatnya itu tidak akan menambah sedikit pun (kepadanya), kecuali ia bertambah jauh dari Allah. (Riwayat Ibnu Jarir dari Isma'il bin Muslim bin al-hasan)
Selanjutnya ayat ini menerangkan bahwa mengingat Allah itu adalah lebih besar. Maksud pernyataan ini ialah salat merupakan ibadah yang paling utama dibanding dengan ibadah-ibadah yang lain. Oleh karena itu, hendaklah setiap kaum Muslimin mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Dengan perkataan lain bahwa kalimat ini menegaskan kembali kalimat sebelumnya yang memerintahkan kaum Muslimin mengerjakan salat dan menerangkan hikmah mengerjakannya.
Ibnu 'Abbas dan Mujahid menafsirkan kalimat "wa ladzikrullah akbar" (mengingat Allah itu adalah lebih besar) dengan penjelasan Rasulullah bahwa Allah mengingat para hamba-Nya lebih banyak dibandingkan dengan mereka mengingat-Nya dengan cara menaati-Nya. Nabi ﷺ bersabda:
Allah lebih banyak mengingatmu daripada kamu mengingat-Nya. (Riwayat al-Baihaqi)
Hal ini sesuai dengan hadis qudsi Nabi saw:
Barang siapa yang mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, dan siapa yang mengingat-Ku bersama-sama dengan suatu jamaah tentu Aku akan mengingatnya dalam kelompok yang lebih bagus daripada mereka. (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepada engkau itu, dari al-Kitab dan dirikanlah shalat."
Ayat 45
(pangkal ayat 45)
Nabi kita ﷺ diberi tuntunan oleh Allah ﷻ bagaimana caranya memperteguh jiwa menghadapi tugas yang seberat itu, melakukan dakwah kepada manusia. Yang pertama hendaklah dia selalu membaca, membaca, dan merenungkan, memahamkan isi dari wahyu-wahyu yang diturunkan Allah ﷻ kepadanya itu. Hendaklah senantiasa diulang-ulanginya sampai mendalam dan memengaruhi kepada seluruh tindakan hidupnya. Di samping itu, hendaklah dia mendirikan shalat. Di dalam ayat ini dijelaskan akibat atau kesan yang nyata dan jelas, atau yang positif dari shalat. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang mungkar."
Sambungan ayat menjelaskan lagi, “Dan sesungguhnya ingat akan Allah itu adalah lebih besar."
Maksudnya ialah bahwa yang disebut shalat itu ialah gabungan dari amalan kita yang zahir, yang di dalam ilmu fiqih disebut rukun artinya bagian yang kita perbuat dalam mendirikan shalat. Sejak dari tegak berdiri menghadap kiblat, memasang niat, melafalkan takbir, membaca segala yang patut dibaca, ruku', sujud, duduk antara dua sujud, sampai tahiyyat terakhir dan sampai salam. Tetapi semuanya itu menjadi kecil atau tidak berarti kalau dalam mengerjakan shalat itu kita tidak mengingat Allah SWT, atau mengingat bahwa yang kita tuju dalam shalat itu ialah mengingat Allah. Maka ingat akan Allah itulah yang paling penting, atau paling besar dalam shalat.
“Dan Allah Mengetahui apa pun yang kamu perbuat."
(ujung ayat 45)
Menandakan bahwa kita tidaklah lepas dari tilikan Allah ﷻ Moga-moga dengan ingatnya kita kepada Allah dalam mengerjakan shalat itu, berpengaruhlah shalat kita kepada amalan kita yang lain sehingga seluruh tindak hidup kita menjadi ibadah belaka kepada Allah. Dan dengan peringatan di ujung ayat itu memang terasalah faedah shalat menjiwai seluruh amalan dan usaha kita. Dan betul-betullah shalat jadi tiang dari agama.