Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
جِئۡنَٰهُم
telah Kami datangkan kepada mereka
بِكِتَٰبٖ
dengan sebuah kitab
فَصَّلۡنَٰهُ
Kami jelaskannya
عَلَىٰ
atas
عِلۡمٍ
ilmu pengetahuan
هُدٗى
petunjuk
وَرَحۡمَةٗ
dan rahmat
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum/orang-orang
يُؤۡمِنُونَ
mereka beriman
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
جِئۡنَٰهُم
telah Kami datangkan kepada mereka
بِكِتَٰبٖ
dengan sebuah kitab
فَصَّلۡنَٰهُ
Kami jelaskannya
عَلَىٰ
atas
عِلۡمٍ
ilmu pengetahuan
هُدٗى
petunjuk
وَرَحۡمَةٗ
dan rahmat
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum/orang-orang
يُؤۡمِنُونَ
mereka beriman
Terjemahan
Sungguh, Kami telah mendatangkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) yang telah Kami jelaskan secara terperinci atas dasar pengetahuan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Tafsir
(Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan kepada mereka) para penduduk Mekah (sebuah Kitab) yakni Al-Qur'an (yang Kami telah menjelaskannya) telah Kami terangkan melalui berita-beritanya, janji-janjinya dan ancaman-ancamannya (atas dasar pengetahuan Kami) menjadi hal, yakni Kami mengetahui tentang apa yang terincikan di dalamnya (menjadi petunjuk) menjadi hal bagi dhamir ha (dan rahmat bagi orang-orang yang beriman) kepadanya.
Tafsir Surat Al-A'raf: 52-53
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka, yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Tidakkah mereka hanya menanti-nanti bukti kebenaran (Al-Qur'an) itu. Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang yang melupakannya sebelum itu berkata, "Sungguh, Rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami atau agar kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?" Mereka sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri dan apa yang mereka ada-adakan dahulu telah hilang lenyap dari mereka.
Ayat 52
Allah ﷻ menceritakan tentang alasan mengapa Dia mengutus para rasul kepada mereka. Hal ini diungkapkan melalui Al-Qur'an yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ bahwa Al-Qur'an itu merupakan kitab yang memberikan penjelasan secara rinci dan jelas. Yang demikian itu sama seperti firman-Nya yang artinya:
“(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara rinci.” (Hud: 1), hingga akhir ayat.
Firman Allah ﷻ: “Yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan.” (Al-A'raf: 52)
Yakni kepada seluruh umat. Dengan kata lain, semua rincian yang ada padanya berdasarkan pengetahuan Kami. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya: “Allah menurunkannya dengan sepengetahuan-Nya.” (An-Nisa: 166)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini merupakan jawaban pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
“Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya.” (Al-A'raf: 2), hingga akhir ayat.
Yang dimaksudkan adalah firman-Nya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka." (Al-A'raf: 52), hingga akhir ayat. Akan tetapi, apa yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Karena sesungguhnya jarak pemisah di antara kedua ayat sangat panjang, sedangkan dalil yang menunjuk kearah itu tidak ada. Tetapi sesungguhnya duduk perkara yang sebenarnya ialah bahwa setelah Allah menceritakan tentang akibat yang mereka alami (yaitu kerugian di akhirat), maka Allah mematahkan alasan mereka di dunia, yaitu bahwa Dia telah mengutus para rasul-Nya, dan juga telah menurunkan Kitab-Nya.
Pengertiannya sama dengan apa yang terkandung di dalam firman Allah ﷻ:
“Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Al-Isra: 15)
Karena itulah dalam ayat berikutnya disebutkan oleh firman-Nya:
Ayat 53
“Tidakkah mereka hanya menanti-nanti bukti kebenaran (Al-Qur'an) itu. (Al-A'raf: 53)
Yaitu apa yang telah dijanjikan kepada mereka, berupa azab, pembalasan, surga, dan neraka. Demikianlah menurut Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Sedangkan menurut Imam Malik, makna yang dimaksud dengan takwil dalam ayat ini ialah balasan atau pahalanya.
Ar-Rabi' menyatakan bahwa penafsiran Al-Qur'an akan terus berlanjut hingga hari hisab (hari perhitungan amal) selesai, di mana ahli surga akan memasuki surga dan ahli neraka akan masuk neraka. Maka pada saat itu, penafsiran Al-Qur'an akan menjadi sempurna.
Firman Allah ﷻ: “Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur'an itu.” (Al-A'raf: 53)
Menurut pendapat Ibnu Abbas yakni pada hari kiamat.
“Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang yang melupakannya sebelum itu berkata.” (Al-A'raf: 53)
Maksudnya, orang-orang yang tidak mau beramal untuk menyambut hari kiamat dan mereka dengan sengaja melupakannya ketika hidup di dunia.
"Sungguh, Rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami." (Al-A'raf: 53)
Yakni untuk menyelamatkan kami dari azab yang menimpa kami sekarang ini.
“Atau dapatkah kami dikembalikan.” (Al-A'raf: 53)
Yaitu ke dalam kehidupan di dunia.
“Sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?” (Al-A'raf: 53)
Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu melalui firman-Nya:
“Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, ‘Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman’. Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu pembohong.” (Al-An'am: 27-28)
Sedangkan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya: “Sesungguhnya mereka telah merugikan dirinya sendiri.” (Al-A'raf: 53)
Artinya, mereka merugikan diri mereka sendiri karena pada akhirnya mereka dimasukkan ke dalam neraka dan mereka kekal di dalamnya.
“Dan apa yang mereka ada-adakan dahulu telah hilang lenyap dari mereka.” (Al-A'raf: 53)
Yakni lenyaplah apa yang dahulu mereka sembah selain Allah. Sembahan-sembahan mereka tidak dapat memberikan syafaat kepada mereka, tidak dapat menolong mereka, dan tidak dapat menyelamatkan mereka dari azab yang mereka alami.
Pada ayat yang lalu diterangkan tentang keadaan penghuni surga, neraka, dan A'ra'f, dan juga dialog antara mereka yang dapat dijadikan pelajaran dan peringatan agar manusia terhindar dari penyesalan dan mendapat petunjuk kepada jalan yang benar. Pada ayat-ayat ini diterangkan tentang kitab Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia, dan diterangkan pula bagaimana akibat orang-orang yang menentang dan mendustakannya pada hari Kiamat. Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab yang agung, yaitu Al-Qur'an, kepada mereka yang Kami jelaskan beragam bukti yang mudah dipahami, dan penjelasan itu atas dasar pengetahuan Kami yang sangat luas, mantap, dan menyeluruh sehingga tidak ada kekurangan dan kelemahannya. Kitab itu benar-benar sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Orang-orang kafir tidaklah beriman kepada berita-berita dalam AlQur'an, walaupun sudah sedemikian jelas bukti-bukti kebenarannya. Tidakkah mereka hanya menanti-nanti melainkan setelah nyata bagi mereka bukti kebenaran Al-Qur'an itu. Pada hari Kiamat ketika bukti kebenaran pemberitaan Al-Qur'an itu tiba, seperti berita tentang hari kebangkitan, surga, dan neraka, orang-orang yang sebelum itu mengabaikannya, yakni meninggalkan tuntunannya, berkata, Sungguh ketika di dunia, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran, antara lain tentang hari kebangkitan, namun kami kafir dan ingkar padanya. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami, agar kami terhindar dari siksa yang pedih ini atau agar kami dikembalikan ke dunia sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu' Mereka sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka enggan beriman ketika di dunia dan apa yang mereka ada-adakan dahulu, yakni tuhan-tuhan yang mereka sembah telah hilang dan lenyap dari mereka.
Ayat ini menjelaskan tentang kitab yang telah diturunkan kepada manusia, yaitu Al-Qur'an kitab samawi yang mengandung penjelasan-penjelasan dan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam ayat-ayat yang cukup jelas dan terang karena telah dijelaskan oleh Allah kepada manusia dengan perantaraan Rasul-Nya Muhammad ﷺ Al-Qur'an itu menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman yang mempercayai bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah. Bila seseorang mau mempelajarinya, dan mau mengamalkan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya, dia akan mendapatkan kebahagiaan dan rahmat Allah. Al-Qur'an berisi pokok-pokok dasar agama secara umum, baik yang berhubungan dengan akidah dan ibadah, maupun yang berhubungan dengan muamalah, pergaulan yang luas antar bangsa di dunia ini.
Dengan adanya Al-Qur'an sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia, maka diharapkan penyakit taklid buta dengan mengikuti cara-cara nenek moyang yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur'an, syirik, menyembah selain Allah, seperti berhala, kubur yang dianggap keramat, dan lainnya dapat dihilangkan. Al-Qur'an mengajarkan tauhid, hanya kepada Allah manusia beribadah dan meminta pertolongan. Dengan demikian, ungkapan seperti yang terdapat dalam firman Allah di bawah ini tidak terdengar lagi, yaitu:
"Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka." (az-Zukhuf/43: 23).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Telah selesai Allah menerangkan betapa kesudahan orang-orang yang berdiri di benteng al-A'raaf itu dan duduklah ahli surga di dalam surga dan ahli neraka di dalam neraka, menderita adzab dari segala kezaliman kala hidup di dunia, lalu Allah menceritakan lagi,
Ayat 50
“Dan, menyerulah ahli neraka itu kepada ahli sunga, luangkanlah kepada kami dari ain atau dari apa-apa yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada kamu.'"
Dengan keterangan ini dapatlah kita pahami bahwa ada kemungkinan menuangkan air dari surga ke neraka akan jadi minuman orang yang sengsara kena adzab itu dan yang telah dahulu sangat mereka harapkan ialah bantuan air sejuk. Ditambah dengan makanan yang lain pun syukur. Namun, airlah yang sangat mereka rindui sebab minuman mereka di neraka ialah zaqum dan hamim. Malah bercampur nanah atau air menggelegak atau mendidih. Menurut Ibnu Abbas, seorang ahli neraka menyeru saudaranya ahli surga, mohon diberi air, sebab sudah hangus perutnya.
“Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kedua-duanya itu atas orang-orang yang kafir."
Artinya, bukanlah ahli surga tidak mau memperkenankan permohonan itu, baik me-nuangkan air maupun memberikan makanan yang lain, yaitu nikmat yang mereka terima dari Allah di dalam surga. Cuma mereka tidak bisa memberikan sebab keduanya itu telah diharamkan Allah, tidak boleh diberikan kepada orang-orang yang kafir. Arti kafir di sini ialah orang-orang yang di kala hidup di dunia, tidak mau menerima, bahkan mendustakan, baik dengan mulut maupun dengan perbuatan, segala perintah dan larangan Allah. Oleh sebab itu, malahan yang ada di dunia. Kemudian, diterangkan lagi bagaimana kafir mereka,
Ayat 51
“(Yaitu) orang yang telah mengambil agama jadi kesia-siaan dan permainan dan mereka telah diperdayakan oleh kehidupan dunia."
Itulah macam kekufuran yang menyebabkan mereka masuk neraka sehingga haram meminum air sejuk minuman orang surga dan haram memakan makanan mereka.
Ketika hidup di dunia dahulu kerja mereka hanya berbuat pekerjaan yang sia-sia, tidak berguna, bermain-main dengan tidak kesungguhan. Memperturutkan hawa nafsu dengan tidak terbatas, padahal usia di dunia sangat terbatas. Kehidupan itu mereka sangka hanya di dunia ini saja."Maka pada hari ini, Kami lupakanlah mereka sebagaimana mereka telah melupakan pertemuan hari mereka ini." Maka jika mereka di hari ini, hari akhirat, sengaja dilupakan, diharamkan meminum air surga dan memakan makanannya, walaupun air dan makanan itu bisa dikirimkan atau dituangkan ialah tersebab dahulu di kala di dunia mereka telah melupakan hari ini. Mungkin setengah dari mereka ada yang percaya kepada betapa hebatnya adzab orang yang durhaka di hari akhirat, tetapi kesia-siaan dan permainan, godaan hidup dunia yang singkat itu, kerap kali menyebabkan mereka lalai dan lupa.
“Dan, lantaran mereka telah tidak percaya kepada ayat-ayat Kami."
Apa yang dikatakan di kala di dunia, mereka tidak mau percaya. Peringatan tentang hebatnya hari Kiamat mereka terima lalu saja, masuk di telinga kanan, keluar di telinga kiri. Kadang-kadang mereka bantah, tidak akan ada akhirat lagi. Oleh sebab itu, jika mereka masuk neraka dan tidak boleh diberi air sejuk atau makanan yang lain, itu hanya akibat dari keingkaran dan kekufuran mereka di dunia juga.
Orang-orang yang sengaja hendak mencari pasal di dalam keterangan ayat-ayat Allah, yaitu kafir-kafir zaman modern, ada yang bertanya setelah membaca ayat ini."Apakah dengan begini Allah kamu orang Islam itu tidak kejam? Sehingga meminta seteguk air saja tidak boleh?" Maka, serupalah orang yang bertanya itu dengan orang yang hanya melihat seorang yang tengah menjalani hukuman gantung karena terang bersalah membunuh orang. Dia hanya melihat mayat tergantung, lalu mengatakan kejam dan dia tidak memikirkan orang lain yang telah mati terlebih dahulu. Dia tidak dapat memperseimbangkan di antara kasih sayang dengan keadilan. Dan, tidak sampai berpikir bahwasanya Allah menerangkan yang akan kejadian ini kelak, adalah alamat kasih sayang Allah kepada manusia, supaya manusia menjauhinya, jangan sampai berbuat demikian. Karena kalau itu diperbuat, keadilan
Allah mesti berlaku. Dalam ajaran Islam, tidak ada keraguan Allah di dalam melaksanakan sikap kasih sayang dan keadilan-Nya itu.
Ayat selanjutnya menunjukkan lagi kasih sayang Allah.
Ayat 52
“Dan sesungguhnya telah Kami datangkan kepada mereka sebuah kitab, yang telah Kami jelaskan dia dengan dasan pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang mau percaya."
Orang tidaklah datang diadzab saja. Orang tidaklah datang diharamkan saja ketika mereka meminta dituangkan air, padahal mereka sudah sangat haus. Kasih sayang Allah telah dijelaskan dari segala macam segi dan pintunya. Dikirimi kitab dan kitab diiringi oleh rasul-rasul. Rasul-rasul menerangkan maksud isi kitab.
Muhammad ﷺ menerangkan maksud Al-Qur'an. Diberi penjelasan sampai sejelas-jelasnya. Kalau isi kitab-kitab itu diikut dan dipatuhi, pasti mendapat petunjuk dan pasti mendapat rahmat. Namun, mereka tidak mau percaya. Mereka dengan perbuatan sia-sia dan main-main, lebih suka menolak petunjuk dan rahmat. Mereka masuk neraka, diharamkan minta air kiriman surga, lain tidak adalah karena pilihan mereka sendiri. Kalau mereka di akhirat dilupakan, ialah karena balasan di kala hidup di dunia mereka pun melupakan. Kalau tidak begini, balasan yang mereka terima atas kasih-sayang ditumpahkan sedemikian rupa oleh Allah, tampaklah kelemahan Allah sehingga yang kuat hanya sifat kasih sayang, niscaya Allah tidak adil, sebab orang yang berbuat baik tidak mendapat keistimewaan daripada kebaikannya.
Di dalam ayat diterangkan bahwa kitab itu diturunkan dan diberi pula penjelasan. Segala masalah Al-Qur'an dijelaskan oleh Rasul, baik dengan perkataannya maupun dengan perbu-atannya. Dua puluh tiga tahun: tiga belas tahun di Mekah dan sepuluh tahun di Madiriah, bu-kanlah masa yang singkat buat memberi penjelasan. Bahkan sebagian besar ayat turun ialah karena timbul satu masalah atau menjawab satu pertanyaan. Terutama sekali di tiap-tiap keterangan ayat itu senantiasa ada penjelasan tentang Allah dan sifat-Nya, tentang tauhid dan bahaya syirik, sejelas-jelasnya. Kemudian, dijelaskan pula tentang ibadah, mulai dari wudhu sampai shalatnya. Tentang puasa, zakat, dan haji. Dan, diterangkan pula di dalam ayat bahwa penjelasan itu ialah dengan dasar ilmu pengetahuan yang diterima akal sebab dasarnya ialah ilmu. Oleh sebab itu, kalau orang mau percaya, akan dapat petunjuklah dia dari Al-Qur'an. Apabila petunjuk telah datang, niscaya rahmatlah yang akan mengiringinya sebab penjelasan-penjelasan Al-Qur'an akan memberi nur atau cahaya di dalam hati. Ilmu adalah rahmat dan bodoh adalah sengsara dan kegelapan.
Ayat 53
“Tidak ada yang mereka tunggu selain kesudahannya."
Mereka bertangguh-tangguh hendak menerima penjelasan dari kitab itu. Apakah sebabnya mereka bertangguh-tangguh, mundur-maju, atau ragu-ragu. Kebanyakan mereka ialah hendak mengetahui bagaimana akhirnya, apa kesudahannya, apa akibatnya di belakang? Dalam ayat disebut takwil, yang kita artikan dengan “kesudahan". Yang ditafsirkan Qatadah dengan “akibat", dan ditafsirkan as-Suddi dengan “beberapa akibat". Apabila timbul satu perubahan dalam masyarakat, di sini ialah perubahan besar yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ, mereka-mereka yang ragu-ragu memperkata-kan, bagaimana kesudahannya ini nanti. Apakah ajakan Muhammad ini akan berhasil, apakah kedudukan kita yang selama ini telah mulia akan runtuh karena pengaruh Muhammad bertambah besar? Mereka menunggu-nunggu kesudahan. Kesudahan ini telah bertemu. Al-Qur'an turun, Muhammad ﷺ membawa seruan, mereka menentang. Keadaan berkembang terus-menerus, daerah mereka bertambah lama bertambah sulit, pengaruh mereka bertambah lama bertambah hilang.
Masih di dunia telah bertemu kesudahan atau akibat atau takwil yang pertama, yaitu kekalahan dan gugurnya pemimpin-pemimpin yang keras kepala mempertahankan syirik itu, habis tewas orang-orang yang dianggap penting. Sekali kebenaran telah tumbuh, dia akan berkembang dan berpohon, bercabang, berdaun dan beranting, tidak ada kekuatan kecurangan yang dapat menghalanginya lagi.
Dan, akibat atau kesudahan terakhir ialah datangnya hari Kiamat ini, yang mengakibatkan yang kufur masuk neraka; meminta seteguk air saja pun tidak diberi.
“Pada hari datang kesudahannya itu, berkatalah orang-orang yang telah melupakannya terlebih dahulu itu, ‘Sesungguhnya telah datang utusan-utusan Tuhan kami dengan kebenaran."‘ Pada ayat ini diterangkan lagi bahwa pada zaman dahulu memang sengaja mereka telah melupakan seruan Rasul. Sekarang setelah berhadapan dengan adzab, baru mereka menyatakan penyesalan. Baru mereka mengaku bahwa memang utusan-utusan Allah telah datang dengan kebenaran. Sebab, Nabi Muhammad ﷺ menerangkan bahwa beliau adalah utusan Allah yang terakhir, dahulu dari dia telah diutus Allah pula berpuluh-puluh rasul. Artinya, bahwa ketauhidan yang dibawa Muhammad ﷺ sudah patut diketahui semua orang sebab sudah disampaikan juga sejak dahulu oleh nabi-nabi dan rasul-rasul. Dengan keluhan yang demikian ditam-pakkanlah oleh Allah kepada kita bahwa pada masa hidup di dunia itu sendiri pun hati kecil mereka telah mengakui memang Allah telah mengutus rasul-rasul dan seruan mereka itu telah sampai kepada mereka. Akan tetapi, mereka telah melupakannya karena telah dirintangi oleh kesia-siaan dan permainan dan terpedaya oleh kehidupan dunia yang hampa ini. Setelah berhadapan dengan adzab, barulah mereka menyesal dan keluarlah isi hati yang sebenarnya, yaitu bahwa rasul-rasul memang telah datang dengan kebenaran. Karena adzab tidak terderita lagi maka timbullah keluhan, lalu berkata, “Lantaran itu adakah penolong-penolong yang akan menolong kami, atau kami dikembalikan? Supaya akan kami amalkan, lain dari apa yang telah kami amalkan (dahulu)?" Inilah keluhan mereka, yaitu dua macam. Pertama, mencari-cari adakah agaknya orang yang akan sudi menjadi pembela mereka dan menolong di hadapan Allah? Yang disebut di dalam ayat syufa ‘aa atau advokat dan pokrol yang akan dapat membela perkara mereka di hadapan Allah? Tentu saja permohonan itu tidak akan dapat terkabul. Sebab, yang dapat dipokroli dan diadakan pembelaan di hadapan Allah ialah jika Allah sendiri tidak mengerti duduk soal.
Di muka mahkamah kehakiman dunia kita memang bisa naik bandirig kalau kita merasa hukum terlalu berat buat kita atau kita merasa dihukum tidak bersalah. Karena pengetahuan hakim dunia tidaklah lengkap mendalami segala persoalan. Dan, si pesakitan pun bisa berusaha menyembunyikan rahasia sehingga hakim tidak tahu, lalu mendapat hukuman ringan ataupun bebas, walaupun memang ada bersalah. Sebab, hakim tidak akan menjatuhkan hukuman kalau menurut pendapatnya si pesakitan tidak terang bersalah, atau terang tidak bersalah.
Malahan di dalam agama Islam sendiri, Rasulullah ﷺ merasa lebih baik kalau seorang hakim salah tafsir, lalu menjatuhkan hukuman ringan kepada seseorang, daripada salah lalu menjatuhkan hukuman yang berat. Si pesakitan boleh membela diri dan boleh mencari pembela, tetapi semuanya ini tidak akan ada di hadapan mahkamah Ilahi. Sebab, Allah tahu segala persoalan zahir dan batin dan Dia tidak akan menjatuhkan hukum dengan zalim sebab Dia tidak berkepentingan di dalam melakukan yang zalim itu. Si pesakitan tidak dapat menyembunyikan suatu kesalahan pun. Malahan di dalam surah an-Nuur ayat 24, diterangkan bahwa ketika berjawab berdakwa dengan Allah bukan orang lain yang akan tegak menjadi saksi yang turut menyalahkan kalau salah, malahan ialah mereka sendiri, tangan dan kaki mereka sendiri, semuanya turut jadi saksi.
Oleh sebab itu, di akhirat permohonan hendak meminta pembela takkan terkabul. Di samping itu mereka meminta, atau kembalikan kami ke dunia sekali lagi supaya kami amalkan amalan yang lebih baik dari amalan yang pernah kami amalkan zaman dahulu.
Itu pun suatu permintaan yang sia-sia. Sebab, Allah telah menakdirkan zaman bukan berputar ke belakang, melainkan terus ke muka. Jika manusia telah melalui maut, sebagai akhir dari kehidupan dunia dan permulaan dari kehidupan akhirat, tidaklah dapat lagi buat diulang kembali pada kehidupan dunia itu, sebagaimana orang hidup di dunia ini, tidaklah dapat kembali lagi ke dalam rahim ibunya. Berfirmanlah Allah di ujung ayat,
“Sungguh, mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyap dari mereka apa-apa yang mereka ada-adakan itu."
Di sini ditegaskan Allah kembali bahwa adzab yang diterima di akhirat itu adalah kesudahan yang wajar daripada kesalahan memilih jalan hidup tatkala di dunia. Mereka di akhirat telah rugi sebab kala di dunia mereka telah merugikan diri sendiri dengan memilih jalan salah, mempersekutukan yang lain dengan Allah, sengaja melupakan seruan yang benar dari rasul, menolak ayat-ayat yang diturunkan Allah, padahal penjelasan sudah cukup. Dan, setelah akhirat datang, adzab neraka mengancam, segala apa yang mereka ada-adakan, mereka karang-karangkan di kala hidup, berhala yang disembah, benda yang di-pertuhan, manusia yang diperdewa, semua-nya telah habis, telah lenyap. Karena memang semuanya itu pada hakikatnya adalah hal yang tidak ada belaka.
Apa sebab ini diterangkan sampai pada surga dan neraka, sampal-sampai pada urusan minta seteguk air atau sesuatu makanan surga, diharamkan buat diberikan? Ialah peringatan buat kita di zaman hidup ini belaka. Kepada orang Quraisy pada masa turun ayat dan kepada seluruh manusia sampai di akhir zaman supaya elakkanlah itu semuanya dari mulai sekarang.