Ayat
Terjemahan Per Kata
ثُمَّ
kemudian
رُدُّوٓاْ
mereka dikembalikan
إِلَى
kepada
ٱللَّهِ
Allah
مَوۡلَىٰهُمُ
Penguasa/Pemimpin mereka
ٱلۡحَقِّۚ
sebenarnya
أَلَا
ketahuilah
لَهُ
bagiNya
ٱلۡحُكۡمُ
segala hukum
وَهُوَ
dan Dia
أَسۡرَعُ
paling cepat
ٱلۡحَٰسِبِينَ
pembuat perhitungan
ثُمَّ
kemudian
رُدُّوٓاْ
mereka dikembalikan
إِلَى
kepada
ٱللَّهِ
Allah
مَوۡلَىٰهُمُ
Penguasa/Pemimpin mereka
ٱلۡحَقِّۚ
sebenarnya
أَلَا
ketahuilah
لَهُ
bagiNya
ٱلۡحُكۡمُ
segala hukum
وَهُوَ
dan Dia
أَسۡرَعُ
paling cepat
ٱلۡحَٰسِبِينَ
pembuat perhitungan
Terjemahan
Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) hanya milik-Nya, Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat.
Tafsir
(Kemudian mereka dikembalikan) semua makhluk itu (kepada Allah Penguasa mereka) Yang Memiliki mereka (yang sebenarnya) yang bersifat Maha Adil untuk membalas amal perbuatan mereka. (Ketahuilah bahwa segala hukum pada hari itu kepunyaan-Nya) keputusan yang dilaksanakan atas diri mereka (dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.") Dia menghisab semua makhluk dalam jangka waktu setengah hari menurut ukuran hari dunia sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sebuah hadis mengenai hal ini.
Tafsir Surat Al-An'am: 60-62
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kalian pada siang hari untuk disempurnakan umur (kalian) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kalian kembali, lalu Dia memberitahukan kepada kalian apa yang dahulu kalian kerjakan.
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepada kalian malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.
Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat.
Ayat 60
Allah ﷻ berfirman, bahwa Dia mewafatkan hamba-hamba-Nya saat mereka tidur di malam hari. Pengertian wafat ini merupakan wafat kecil (tidur), seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain, yaitu:
“(Ingatlah) ketika Allah berfirman, 'Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku’.” (Ali Imran: 55)
“Allah memegang jiwa (seseorang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (seseorang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah ditetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan.” (Az-Zumar: 42)
Allah menyebutkan dalam ayat ini dua jenis kewafatan, yaitu wafat besar dan wafat kecil. Hal yang sama disebutkan pula oleh Allah dalam ayat ini (Al-An'am: 60) yaitu wafat kecil dan wafat besar melalui firman-Nya:
“Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari.” (Al-An'am: 60)
Yakni Allah mengetahui pekerjaan yang kalian kerjakan di siang hari.
Kalimat ini merupakan jumlah mu'taridah (kalimat sisipan) yang menunjukkan pengertian bahwa pengetahuan Allah meliputi semua makhluk-Nya pada malam hari dan siang hari mereka, yakni di waktu mereka diam dan di waktu mereka bergerak, semuanya terliputi oleh pengetahuan Allah.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
“Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.” (Ar-Ra'd: 10)
Semakna pula dengan yang terkandung di dalam firman lainnya:
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu.” (Al-Qashash: 73)
Yakni melakukan istirahat di malam hari.
“Dan supaya kalian mencari sebagian dari karunia-Nya.” (Al-Qashash: 73)
Yaitu pada siang harinya.
Seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya yang lain:
“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (An-Naba: 10-11)
Dalam surat ini pun Allah ﷻ menyebutkan melalui firman-Nya:
“Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari, dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari.” (Al-An'am: 60)
Maksudnya, semua pekerjaan yang kalian lakukan di siang hari.
“Kemudian Dia membangunkan kalian pada siang hari.” (Al-An'am: 60)
Menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, dan As-Suddi, damir (kata ganti) yang ada pada lafal “fihi” yaitu kembali kepada siang hari. Sedangkan menurut Ibnu Juraij, dari Abdullah ibnu Kasir, damir kembali kepada tidur, yakni dalam tidurnya. Tetapi makna yang pertama lebih kuat.
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan berikut sanadnya dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: “Pada tiap orang terdapat seorang malaikat, apabila orang itu tidur, maka malaikatnya mengambil rohnya dan mengembalikannya lagi kepadanya. Dan jika Allah memerintahkan agar nyawanya dicabut, maka malaikat itu mencabut nyawanya. Dan jika tidak ada perintah, maka malaikat itu mengembalikannya kepada orang itu.” Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya:
“Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari.” (Al-An'am: 60)
Adapun firman Allah ﷻ: “Untuk disempurnakan umur (kalian) yang telah ditentukan.” (Al-An'am: 60)
Artinya, sampai kepada ajal atau batas umur yang telah ditetapkan pada masing-masing orang.
“Kemudian kepada Allah-lah kalian kembali.” (Al-An'am: 60)
Yakni kelak di hari kiamat.
“Lalu Dia memberitahukan kepada kalian.” (Al-An'am: 60)
Maksudnya, menceritakan dan menjelaskan kepada kalian.
“Apa yang dahulu kalian kerjakan.” (Al-An'am: 60)
Yakni Dia akan mengadakan pembalasan (azab) kepada kalian terhadap apa yang dahulu kalian kerjakan semasa di dunia. Dengan kata lain, apabila amal perbuatan kalian baik, maka balasannya baik. Dan apabila amal perbuatan kalian buruk, maka balasannya buruk pula.
Ayat 61
Firman Allah ﷻ: “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya.” (Al-An'am: 61)
Artinya, Dialah yang menguasai segala sesuatu dan segala sesuatu tunduk kepada keagungan, kebesaran, dan kekuasaan-Nya.
“Dan diutus-Nya kepada kalian malaikat-malaikat penjaga.” (Al-An'am: 61)
Yaitu di antara para malaikat ada yang ditugaskan oleh Allah untuk menjaga tubuh manusia, seperti halnya yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di depan dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (Ar-Ra'd: 11)
Maksudnya, malaikat penjaga yang mencatat semua amal perbuatannya. Sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
“Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan kalian).” (Al-Infitar: 10)
Yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (Qaf: 17-18)
(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya.
Mengenai firman Allah ﷻ: “Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kalian.” (Al-An'am: 61)
Artinya, telah tiba masa ajalnya, dan maut sudah di ambang pintu.
“Ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami.” (Al-An'am: 61)
Yakni oleh malaikat yang ditugaskan untuk mencabut nyawa.
Ibnu Abbas dan lain-lainnya (yang bukan hanya seorang) telah mengatakan bahwa malaikat maut ('Izrail) mempunyai pembantu-pembantu yang terdiri atas para malaikat lainnya. Mereka mencabut roh dari jasad, dan ketika nyawa sudah mencapai tenggorokan seseorang, malaikat mautlah yang mencabutnya.
Hal ini akan dijelaskan dalam tafsir firman-Nya:
“Allah menguatkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh.” (Ibrahim: 27)
Hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah ini membuktikan kesahihan dari atsar yang bersumberkan dari Ibnu Abbas dan lain-lainnya ini.
Firman Allah ﷻ: “Dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (Al-An'am: 61)
Yakni dalam menjaga roh orang yang diwafatkan, bahkan mereka memeliharanya dan menempatkannya menurut apa yang dikehendaki oleh Allah ﷻ. Jika orang tersebut termasuk orang-orang yang bertakwa, maka mereka ditempatkan di tempat (surga) yang tinggi. Jika orang yang bersangkutan termasuk orang-orang yang durhaka, maka ditempatkan di (neraka) sijjin. Kami berlindung kepada Allah dari hal tersebut.
Ayat 62
Firman Allah ﷻ: “Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah Penguasa mereka yang sebenarnya.” (Al-An'am: 62)
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Kemudian mereka dikembalikan.” (Al-An'am: 62)
Yang dimaksud dengan mereka di sini menurutnya adalah para malaikat.
Sehubungan dengan hal ini kami ketengahkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zib, dari Muhammad ibnu Amr ibnu ‘Atha’, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah , dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: “Sesungguhnya mayat itu dihadiri oleh para malaikat. Apabila mayat itu adalah seorang lelaki saleh, maka mereka mengatakan, "Keluarlah engkau, wahai jiwa yang baik dan berasal dari tubuh yang baik, keluarlah engkau dengan terpuji, dan bergembiralah dengan angin yang sejuk dan wewangian yang semerbak, serta Tuhan yang tidak murka.”
Kata-kata tersebut terus diulangi sampai jiwa itu benar keluar (dari tubuhnya). Kemudian ia dibawa naik ke langit, lalu dimohonkan supaya dibuka pintu langit untuknya. Maka ditanyakan, "Siapakah ini?" Lalu dijawab, "Si Fulan (yang baik)." Maka dikatakan, "Selamat datang dengan jiwa yang baik dan berasal dari tubuh yang baik, masuklah kamu dengan terpuji dan bergembiralah dengan angin yang sejuk dan wewangian yang semerbak serta Tuhan yang tidak murka.” Kata-kata tersebut terus diulanginya sampai ia mencapai langit dimana tempat Allah berada.
Dan apabila lelaki tersebut adalah orang yang buruk (jahat), maka mereka mengatakan, "Keluarlah engkau, wahai jiwa yang kotor dan berasal dari tubuh yang kotor, keluarlah engkau dengan tercela, dan bergembiralah dengan air yang mendidih dan nanah serta aneka ragam lainnya yang serupa.” Kata-kata tersebut terus-menerus dikatakan kepadanya hingga ia keluar. Kemudian ia dibawa naik ke langit, lalu dimintakan agar dibuka pintu langit untuknya, maka dikatakan, "Siapakah orang ini? Dijawab, "Si Fulan (yang jahat)." Maka dikatakan, "Tidak ada selamat datang bagi jiwa yang kotor dan jahat. Kembalilah kamu dengan tercela, karena sesungguhnya semua pintu langit tidak akan dibuka untukmu.” Lalu ia diturunkan dari langit hingga kembali di kuburannya.
Lelaki yang saleh tadi duduk, lalu dikatakan kepadanya hal yang semisal dengan apa yang disebutkan pada pembicaraan pertama. Dan orang yang jahat duduk pula, lalu dikatakan kepadanya hal yang semisal dengan pembicaraan yang kedua tadi. Hadits ini berpredikat gharib (asing) Makna firman-Nya:
“Kemudian mereka dikembalikan.” (Al-An'am: 62)
Artinya bahwa kelak semua makhluk dikembalikan kepada Allah pada hari kiamat, lalu Allah memutuskan perkara mereka dengan keputusan-Nya yang adil.
Hal yang semakna juga disebutkan oleh firman-Nya:
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal’.” (Al-Waqi'ah: 49-50)
“Dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.” (Al-Kahfi: 47) Sampai dengan firman-Nya:
“Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.” (Al-Kahfi: 49) Karena itulah dalam surat ini disebutkan:
“Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) hanya kepunyaan-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat.” (Al-An'am: 62)
Setelah semua menjumpai kematian dan mengalami kehidupan di alam barzakh, kemudian mereka, hamba-hamba Allah tersebut, dikembalikan kepada Allah, yakni kepada hukum dan ketetapan-Nya bahwa semua akan menerima balasan sesuai dengan amal perbuatannya ketika di dunia, karena Dia adalah penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum dan segala aturan, khususnya pada hari itu, ada pada-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat. Dan tidak ada yang menandingi-Nya.
Keluasan ilmu Allah telah dijelaskan, kekuasaan Allah yang mutlak telah dipaparkan, kini dijelaskan tentang salah satu sifat negatif manusia yaitu merasa membutuhkan Allah pada saat terdesak. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari kegelapan-kegelapan, yaitu aneka bencana, di darat dan di laut, yang mana saat kejadian itu kamu berdoa secara tulus kepada-Nya dengan rendah hati yaitu menunjukkan dirimu sebagai orang yang amat membutuhkan pertolongan dan dengan suara yang lembut sehingga menimbulkan rasa iba bagi yang mendengarnya, dengan mengatakan secara sungguhsungguh yang dikuatkan dengan janji, 'Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari bencana ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang benarbenar mantap bersyukur' Itulah tabiat manusia khususnya yang durhaka. Pada saat tertimpa kesulitan yang mengancam keselamatan jiwanya, janji taat kepada Allah pun diucapkan. Namun pada saat situasi kembali normal, maka kedurhakaan pun berulang.
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang telah dicabut nyawanya oleh malaikat maut, kembali kepada Allah untuk diadili perkaranya, dan Allah akan memberi keputusan berdasar hukum-Nya dengan seadil-adilnya. Dia mempunyai kekuasaan untuk menghukum, tidak seorang pun yang dapat mengubah keputusan-Nya. Dia amat cepat memberi keputusan.
Sesungguhnya semua perhitungan, pembalasan dan hukuman di akhirat nanti semata-mata berdasar amal, perbuatan dan tindakan manusia semasa hidup di dunia apakah sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan Allah atau tidak.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 59
“Dan tidak yang basah dan tidak yang kering melainkan ada di dalam kitab yang nyata."
Artinya, ada daun atau ada buah yang gugur dalam keadaan basah atau dalam keadaan kering, semuanya pun dalam catatan Allah dalam kitab yang nyata. Di dalam lauh Mahfuzh Di ujung ayat ini ditegaskan bahwa selain daun yang gugur atau buah yang gugur, disebut juga gugur dalam basah atau dalam kering. Alangkah halusnya perumpamaan ini, untuk mengajak kita berpikir. Kadang-kadang, kita bertemu buah-buahan yang gugur dalam basah dan kering, sekaligus. Misalnya buah mangga, la jatuh dalam keadaan basah untuk kita makan, tetapi bijinya yang bisa tumbuh lagi ialah yang kering. Kadang-kadang ada biji buah-buahan yang kita buang begitu saja, hingga ia kering. Namun setelah beberapa lama, ia pun tumbuh. Memang ada beberapa biji, baru bisa tumbuh kalau ditanam setelah ditunggu lebih dahulu keringnya. Kita melihat sepintas lalu bahwa karena keringnya ia telah mati, padahal di situlah tersimpan hidup. Jambu perawas (kelutuk) yang manis itu kerap kali tumbuh sendiri dengan tidak ditanam. Karena, buahnya yang masak dimakan burung dan tahi burung itu dipancarkannya di mana-mana sehingga tahi burung itu tumbuh menjadi batang perawas.
Allah mengatakan bahwa semuanya ini ada dalam kitab yang nyata. Kata ahli tafsir ialah di dalam Lauh Mahfuzh, satu catatan yang terpelihara. Dan tidaklah dapat kita tidak percaya karena melihat betapa ajaib dan gaibnya segala kenyataan itu. Kita hanya dapat melihat keadaannya, tetapi kita tidak dapat menyelami kegaibannya. Oleh sebab itu, biji jambu perawas dari tahi burung pun menjadi bukti atas adanya Allah Ta'aala.
Setelah disuruh memerhatikan darat, laut, daun, dan buah yang gugur itu, disuruhlah manusia insaf akan dirinya.
Ayat 60
“Dan Dialah yang memegang (nyawamu) pada waktu malam dan yang mengetahui apa yang kamu kenjakan pada siang hari."
Pada waktu malam, kita tidur dengan nyenyak tidak ingat akan diri dan tidak tahu apa-apa. Sebab pada waktu tidur itu kita adalah separuh mati. Akal berhenti berjalan, pikiran istirahat, dan kita bermimpi yang jauh dari kenyataan. Itu tanda bahwa pada waktu itu nyawa sejati kita tidak ada pada kita. Kita hanya tinggal bernapas. Ke mana nyawa sejati pada waktu itu? Ia ada dalam pegangan Allah. Secara kasarnya ditolong Allah menyimpan. Setelah kita tersentak dari tidur, barulah dikembalikan. Oleh karena itu, di dalam ayat ini disebut yatawaffakum, yang berarti juga diwafatkan. Dan kita artikan memegang nyawamu. Di dalam surah az-Zumar ayat 30, dijelaskan lagi bahwa tidur itu adalah separuh dari mati. Orang yang tidur diambil dan dipegang Allah nyawanya, tetapi dikembalikan setelah dia tersentak dari tidur. Adapun orang yang mati, dipegang nyawanya dan tidak dipulangkan lagi. Oleh sebab itu, jika telah kita perbandirigkan perasaan kita tengah tidur dengan keadaan kita sesudah nyawa dicabut, yaitu benar-benar mati, dapatlah kita mengerti bahwa dengan mati itu nyawa kita bukanlah hilang, melainkan disimpan Allah. Namun, tidak dikembalikan dan Tuhan pun mengetahui apa yang kita kerjakan pada siang hari, kita membanting tulang dan tenaga siang hari mengerjakan berbagai pekerjaan, tidaklah lepas dari tilikan Allah."Kemudian itu akan di-bangkitkan-Nya kamu kepada-Nya supaya di-sempurnakan waktu yang telah ditetapkan." Artinya, setelah hidup di dunia dalam peredaran siang dan malam, siang bekerja keras di bawah penilikan dan pengetahuan Allah, lalu malam tidur enak dan nyawa sejati ditolong Allah memegang sementara, kita pun bangun dari tidur buat melanjutkan hidup lagi, hingga datang mati yang sebenarnya. Itulah ajal yang telah ditetapkan, yaitu bahwa akhir hidup pastilah mati. Kalau sudah menempuh hidup, wajiblah diakhiri dengan mati, “Kemudian, kepada-Nyalah kamu akan kembali." Baliklah kembali diri kita kepada Allah. Kita kembali kepada-Nya karena dulunya kita datang dari Dia.
“Kemudian Dia akan mengabarkan kepada kamu, apa yang kamu kerjakan"
Ayat ini betul-betul meminta renungan kita tentang kesatuan alam di bawah kesatuan kekuasaan Allah, dengan kunci-kuncinya yang gaib. Disuruh kita terlebih dahulu memerhatikan bumi sendiri tempat kita hidup. Di ayat ini kita tidak dibawa memerhatikan kekuasaan Allah di langit dan di bintang, tetapi di bumi sendiri, supaya kita menekur ke bawah. Disebut terlebih dahulu darat sebab di sini kita hidup. Setelah itu, barulah disebut laut. Ketika memerhatikan darat, kita disuruh memerhatikan daun yang gugur dari tangkainya, begitu pun biji-biji buah-buahan, yang keringnya dan yang basahnya.
Di situlah kita ingat bahwa kayu-kayuan di hutan dengan daunnya yang rimbun dan biji-biji buah-buahan di bawah timbunan gelap gulita bumi tumbuh dengan teratur, semuanya buat hidup kita. Selain itu, kita pun hidup dalam edaran siang dan malam. Malam kita istirahat, siang kita membanting tenaga dan anggota tubuh, lalu mencari makan seperti juga burung-burung mencari makan. Yang kita makan ialah hasil biji yang tumbuh diam-diam di bawah gelap bumi itu. Ketika siang kita bekerja keras, pada malam hari ditolong memegang nyawa kita, supaya besok pagi kita mendapat tenaga baru. Semuanya ini ada di dalam kitab yang nyata. Artinya, tidak ada satu jua pun yang secara kebetulan; kita membaca atau menyelami yang tertulis. Sekarang, timbullah pertanyaan, “Bagaimana kita mempergunakan hidup itu dalam keadaan yang demikian? Apakah pergantian siang dan malam di dalam jaminan gaib dari Allah itu telah kita pergunakan dengan sebaik-baiknya?" Disebutkan dalam ayat bahwa sesudah bangun dari tidur, kita bekerja dan nanti istirahat dan tidur lagi selama masih berganti antara siang dan malam sehingga akhirnya habislah tempo yang disediakan buat hidup kita. Kita pun kembali kepada Allah. Di sanalah, di hadapan hadirat Ilahi, akan diperhitungkan bagaimana penilaian usaha kita selama hidup itu. Baikkah atau burukkah, atau pertengahan antara buruk dan baik. Akhirnya, Allah sendirilah yang membuka kepada kita, apa sebenarnya yang telah kita kerjakan selama hidup di dunia. Kita sendiri kadang-kadang lupa petang hari, apa yang kita kerjakan pagi hari. Allah tidak lupa, walaupun sebesar ujung jari dari pekerjaan yang pernah kita kerjakan di dalam usia yang telah kita lalui itu.
Ayat 61
“Dan Dialah yang sangat Perkasa atas hamba-hamba-Nya."
Di ayat 18 telah kita terangkan juga apa maksud al-Qaahir, yang kita artikan Gagah Perkasa, atau boleh juga diartikan lebih mendalam, yaitu Maha Memaksa! Yaitu bahwa seorang hamba Allah hanya dapat beredar di dalam garis yang telah ditentukan oleh Allah buat dirinya sendiri, tidak dapat keluar dari dalamnya. Dia tidak dapat keluar dari ruang hidupnya, untuk hidup di bintang lain sebagaimana ikan pun dengan paksaan Allah hanya dapat hidup dalam air. Dan tidak dapat keluar dari waktunya atau zamannya. Karena Allah telah menentukan kita buat hidup pada zaman ini, tidaklah dapat kita memindahkan hidup kita ke zaman lampau atau zaman nanti. Badan kita pun tidak dapat ditukar dengan badan orang lain. Aku telah ditakdirkan atau dilahirkan buat hidup menjadi aku. Aku coba-coba meniru orang lain namanya hanya meniru. Namun, aku tetap aku!
“Dan Dia kirimkan kepada kamu pemelihara." Dalam hidup yang kita lalui itu, Allah mengirimkan pemelihara yang akan memelihara kita, padahal kita sendiri tidak tahu. Kita tidak sekali juga lepas dari pengawasan, baik diawasi jangan sampai ditimpa bahaya kalau tidak yang ditentukan maupun memelihara untuk menilik dan mencatat apa yang kita kerjakan ke mana kita pergi, di mana kita berhenti, di mana kita tidur, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pada ayat tersebut diterangkan apa yang kita kerjakan selama hidup itu. Akan dikabarkan kepada kita oleh Allah. Sebab, pada tiap-tiap waktu ini kita tidak terlepas dari “mata" pengawas atau sebagai “mata-mata" kata orang sekarang. Di dalam surah at-Takwiir ayat 10 diperingatkanlah bahwa kelak akan datanglah masanya segala catatan (shuhuf) itu akan dibuka dan dikembangkan di hadapan kita. Dan dalam surah al-lnfithaar ayat 10 disebutkan pula tentang maial-kat-malaikat yang menjadi pemelihara itu. Merekalah malaikat-malaikat yang mulia lagi mencatat. Mereka semua tahu apa saja yang kita kerjakan. Bagaimana caranya sampai se-halus-halusnya, tidaklah dapat kita ketahui, sebab sudah termasuk dalam kunci-kunci yang gaib tadi."Sehingga apabila datang kepada seseorang kamu kematian." Yaitu ajal janji yang telah ditetapkan tadi."Diambillah akan dia oleh utusan-utusan Kami." Maka, jika waktu yang telah ditetapkan itu tiba, datang pula utusan lain, yaitu para malaikat pembantu malaikat maut (Izrail) menjemput atau mengambil nya-wa itu, ambil yang tidak akan dipulangkan lagi sampai hari Kiamat. Malaikat-malaikat utusan yang membantu malaikat maut ini lain lagi dari malaikat-malaikat yang mencatat selama hidup tadi.
“Dan tidaklah mereka itu teledor (terlalai)."
Artinya, mereka datang dan bekerja mengambil nyawa itu tepat pada tidak terdahulu satu saat dan tidak pula terkemudian. Sebab, mereka bekerja menurut ketentuan “dirias" yang tepat dan teratur.
Ayat 62
“Kemudian itu dikembalikan mereka itu kepada Allah, yang dipertuhan mereka yang sebenarnya."
Pulanglah kembali kepada Allah, maula Al-Haqq, Tuhan kita yang sebenarnya, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Maula, yang mewilayahi kita, yang melindungi kita yang sebenarnya, dari dahulu hingga kini, hingga nanti."Ketahuilah bahwa kepunyaan-Nyalah segala hukum." Tidak ikut yang lain, walaupun siapa pun menentukan hukum di hari itu.
“Dan Dia adalah secepat-cepat Penghitung."
(ujung ayat 62)