Ayat
Terjemahan Per Kata
هُوَ
Dia
ٱلۡأَوَّلُ
Yang Pertama
وَٱلۡأٓخِرُ
dan Yang Akhir
وَٱلظَّـٰهِرُ
dan Yang Zahir
وَٱلۡبَاطِنُۖ
dan Yang Batin
وَهُوَ
dan Dia
بِكُلِّ
dengan segala/semua
شَيۡءٍ
sesuatu
عَلِيمٌ
Maha Mengetahui
هُوَ
Dia
ٱلۡأَوَّلُ
Yang Pertama
وَٱلۡأٓخِرُ
dan Yang Akhir
وَٱلظَّـٰهِرُ
dan Yang Zahir
وَٱلۡبَاطِنُۖ
dan Yang Batin
وَهُوَ
dan Dia
بِكُلِّ
dengan segala/semua
شَيۡءٍ
sesuatu
عَلِيمٌ
Maha Mengetahui
Terjemahan
Dialah Yang Mahaawal, Mahaakhir, Mahazahir, dan Mahabatin. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tafsir
(Dialah Yang Awal) sebelum segala sesuatu ada, keawalan Dia tidak ada permulaannya (dan Yang Akhir) sesudah segala sesuatu berakhir, keakhiran-Nya tanpa batas (dan Yang Maha Zahir) melalui bukti-bukti yang menunjukkan kezahiran Nya (dan Yang Batin) yakni tidak dapat dilihat dan ditemukan oleh panca indra (dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu).
Tafsir Surat Al-Hadid: 1-3
Semua yang berada di langit dan bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, YangZahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan bahwa bertasbih kepada-Nya semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, yakni semua makhluk hidup dan tetumbuhan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra: 44) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah Yang Mahaperkasa. (Al-Hadid: 1) yang tunduk patuh kepada-Nya segala sesuatu. lagi Mahabijaksana. (Al-Hadid: 1) terhadap makhluk-Nya lagi Mahabijaksana dalam perintah dan syariatNya. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan. (Al-Hadid: 2) Yakni Dialah yang memiliki lagi yang mengatur makhluk-Nya, maka Dia menghidupkan dan mematikan, juga memberikan apa yang dikehendaki-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Hadid: 2) Yaitu apa yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tiada. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan YangBatin. (Al-Hadid: 3) Ayat inilah yang diisyaratkan oleh hadits Irbad ibnu Sariyah, bahwa ayat ini lebih utama daripada seribu ayat. Abu Dawud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abbas ibnu Abdul Azim, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ikrimah ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Abu Zamil yang mengatakan, "Aku pernah berkata kepada Ibnu Abbas, 'Coba terka apakah yang sedang kusimpan di dalam hatiku.' Ibnu Abbas balik bertanya, 'Coba terangkan, apakah itu?' Aku menjawab, 'Demi Allah, aku tidak akan mengutarakannya.' Ibnu Abbas berkata, 'Apakah suatu dosa?" Lalu Ibnu Abbas berkata, 'Tiada seorang pun yang selamat dari dosa.' Ia mengatakan ini sambil tertawa." Ibnu Abbas melanjutkan, bahwa hingga Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya: Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.
Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu. (Yunus: 94), hingga akhir ayat. Dan Ibnu Abbas berkata lagi kepadaku, "Jika kamu merasakan sesuatu dalam dirimu, maka bacalah firman-Nya: 'Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan YangBatin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu' (Al-Hadid: 3)." Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna ayat ini, pendapat mereka kurang lebih ada belasan. Imam Al-Bukhari mengatakan bahwa Yahya telah berkata bahwa yang dimaksud dengan Zahir ialah mengetahui lahiriah segala sesuatu.
Dan yang dimaksud dengan Batin ialah mengetahui apa yang tersimpan dalam diri segala sesuatu. Guru kami Al-Hafidzh Al-Mazi mengatakan bahwa Yahya ini adalah Ibnu Ziad Al-Farra, dia mempunyai sebuah karya tulis yang berjudul Ma'anil Qur'an. Dan mengenai makna ayat ini banyak hadits yang menerangkannya, antara lain ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa: .
telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Iyasy, dari Suhail ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ sering membaca doa ini di saat menjelang tidurnya, yaitu: Ya Allah, Tuhan Yang Menguasai tujuh langit dan Tuhan yang menguasai 'Arasy yang besar. Ya Tuhan kami, Tuhan segala sesuatu, Yang menurunkan Taurat, Injil, danAl-Qur'an, Yang membelah biji dan benih, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.
Aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan segala sesuatu, Engkaulah yang memegang ubun-ubunnya. Engkau adalah Yang Awal, maka tiada sesuatu pun sebelum Engkau. Dan Engkau adalah Yang Akhir, maka tiada sesuatu pun sesudah Engkau. Dan Engkau Yang Zahir, maka tiada sesuatu pun di atas Engkau. Dan Engkau Yang Batin, maka tiada sesuatu pun di balik Engkau.
Tunaikanlah dari kami utang-utang kami, dan berilah kami kecukupan dari kefakiran. Imam Muslim meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepadaku Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Suhail yang mengatakan bahwa dahulu Abu Saleh menganjurkan kepada kami bahwa apabila seseorang dari kami hendak tidur, hendaklah ia berbaring pada lambung kanannya, kemudian mengucapkan doa berikut: Ya Allah, Tuhan yang menguasai langit, Tuhan yang menguasai bumi, Tuhan yang menguasai Arasy yang besar.
Ya Tuhan kami dan Tuhan yang menguasai segala sesuatu, Yang membelah biji dan benih, Yang menurunkan Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan setiap makhluk yang jahat yang ubun-ubunnya berada di genggaman-Mu. Ya Allah, Engkau adalah Yang Awal, maka tiada sesuatu pun sebelum Engkau; dan Engkau Yang Akhir, maka tiada sesuatu pun sesudah Engkau; dan Engkau YangZahir, maka tiada sesuatu pun di atas Engkau; dan Engkau Yang Batin, maka tiada sesuatu pun di balik Engkau.
Maka tunaikanlah dari kami utang-utang kami dan berilah kami kecukupan dari kefakiran. Tersebutlah bahwa Abu Saleh meriwayatkan hadits ini dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ Al-Hafidzh Abu Ya'la Al-Mausuli telah meriwayatkan di dalam kitab musnadnya, dari Aisyah Ummul Muminin hal yang semisal dengan hadits ini. Untuk itu dia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Uqbah, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Ismail, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah yang mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan Rasulullah ﷺ memerintahkan kepadanya untuk menggelarkan kasurnya, maka digelarkanlah kasurnya dengan menghadap ke arah kiblat.
Dan apabila beliau ﷺ merebahkan diri di atasnya, maka beliau jadikan telapak tangan kanannya sebagai bantal, lalu bergumam yang tidak kuketahui apa yang dibacanya. Dan apabila malam hari menjelang akhirnya, maka beliau ﷺ mengeraskan suaranya seraya membaca doa berikut: Ya Allah, Tuhan Yang menguasai tujuh langit, Tuhan Yang menguasai Arasy yang besar, Tuhan segala sesuatu dan Yang menurunkan Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, Yang membelah biji dan benih, aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau adalah Yang Awal yang tiada sesuatu pun sebelum Engkau, dan Engkau adalah Yang Akhir yang tiada sesuatu pun sesudah Engkau; dan Engkau Yang Zahir, maka tiada sesuatu pun di atas Engkau; dan Engkau Yang Batin, maka tiada sesuatu pun di balik Engkau.
Tunaikanlah dari kami utang-utang kami, dan berilah kami kecukupan dari kefakiran. As-Sirri ibnu Ismail ini adalah anak lelaki pamannya Asy-Sya'bi, dia orangnya dha’if hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Abu Isa alias Imam At-Tirmidzi dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid dan lainnya yang bukan hanya seorang, tetapi semuanya meriwayatkan hal yang sama.
Mereka mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Abdur Rahman, dari Qatadah yang telah mengatakan bahwa Al-Hasan telah menceritakan dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika Nabi ﷺ sedang duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba mendung menutupi mereka, maka Nabi ﷺ bersabda, "Tahukah kalian, apakah awan ini?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi ﷺ menjawab, "Awan inilah yang menyirami bumi, awan ini digiring menuju ke tempat suatu kaum yang tidak mensyukuri Allah dan tidak pernah berdoa kepada Allah." Kemudian Nabi ﷺ bertanya, "Tahukah kalian apakah yang ada di atas kalian?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya di atas kalian adalah langit yang tinggi yang merupakan atap yang terpelihara dan gelombang yang tertutup." Kemudian Nabi ﷺ bertanya, "Tahukah kalian, berapakah jarak antara kalian dan langit itu?" Mereka berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi ﷺ bersabda, "Jarak antara kalian dan langit adalah lima ratus tahun." Kemudian Nabi ﷺ bertanya, "Tahukah kalian apakah yang ada di atasnya?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya di atas itu ada langit lagi yang jarak di antara keduanya adalah perjalanan lima ratus tahun," hingga Nabi ﷺ menyebutkannya sampai tujuh langit, dan bahwa jarak antara tiap-tiap dua langit sama dengan jarak antara langit dan bumi.
Nabi ﷺ bertanya, "Tahukah kalian apakah yang ada di atas semuanya itu?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya di atas semuanya itu terdapat 'Arasy yang jarak antara 'Arasy dan langit (yang ketujuh) sama dengan jarak antara satu langit ke langit yang lainnya. Nabi ﷺ bersabda, "Tahukah kalian, apakah yang ada di bawah kalian?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi ﷺ menjawab, "Sesungguhnya yang di bawah kalian adalah bumi." Nabi ﷺ bertanya, "Tahukah kalian apa yang ada di bawah bumi?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya di bawah bumi ini terdapat bumi lainnya yang jarak di antara keduanya sama dengan perjalanan lima ratus tahun," hingga Nabi ﷺ menyebutnya sampai tujuh lapis bumi, dan bahwa jarak dari satu bumi ke bumi yang lainnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun." Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya kalian mengulurkan tambang ke bumi yang paling bawah, tentulah tambang itu akan turun sampai kepada Allah." Lalu Nabi ﷺ membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan YangBatin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib bila ditinjau dari segi jalurnya.
Diriwayatkan pula dari Ayyub, Yunus ibnu Ubaid, dan Ali ibnu Zaid, mereka mengatakan bahwa Al-Hasan belum pernah mendengar dari Abu Hurairah. Sebagian ahlul 'ilmi menakwilkan makna hadits ini. Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan 'turun sampai kepada Allah' ialah ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaruh-Nya. Karena sesungguhnya ilmu, kekuasaan, dan pengaruh Allah subhanahu wa ta’ala itu berada di mana-mana dan di semua tempat, sedangkan Dia di atas 'Arasy, sebagaimana yang disebutkan di dalam Kitab-Nya.
Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini melalui Syuraih, dari Al-Hakam ibnu Abdul Malik, dari Qatadah, dari Al-Hasan dan Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, lalu disebutkan hal yang semisal. Dalam riwayat ini disebutkan pula bahwa jarak dari satu bumi ke bumi lainnya adalah perjalanan tujuh ratus tahun. Disebutkan juga bahwa seandainya seseorang dari kalian menjulurkan tambang ke bumi lapis yang ketujuh, niscaya sampailah tambang itu kepada Allah.
Kemudian Nabi ﷺ membaca firman-Nya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Ibnu Abu Hatim dan Al-Bazzar meriwayatkan hadits ini melalui Abu Ja'far Ar-Razi, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hadits yang semisal. Tetapi Ibnu Abu Hatim tidak menyebutkan bagian terakhirnya, yaitu bahwa seandainya kamu menjulurkan tambang. Akan tetapi, yang disebutkannya ialah hingga menghitung tujuh lapis bumi yang jarak antara satu lapis bumi ke lapis bumi lainnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun.
Kemudian Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, YangZahir dan YangBatin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Dan Al-Bazzar mengatakan bahwa tiada yang meriwayatkan hadits ini dari Nabi ﷺ selain Abu Hurairah. Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Bisyr, dari Yazid, dari Sa'id, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin. (Al-Hadid: 3) Telah diceritakan kepada kami bahwa ketika Nabi ﷺ sedang duduk di antara para sahabatnya, tiba-tiba berlalulah di atas mereka sekumpulan awan. Maka Nabi ﷺ bertanya, "Tahukah kalian, awan apakah ini?" Kemudian dilanjutkan seperti konteks yang ada pada hadits Imam At-Tirmidzi, hanya berdasarkan riwayat ini predikat hadits adalah mursal, dan barangkali jalur inilah yang terkenal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Telah diriwayatkan pula hal ini melalui hadits Abu Dzar Al-Gifari yang dikemukakan oleh Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya, dan Imam Baihaqi di dalam Kitabul Asma Was Sifat, tetapi sanadnya masih perlu diteliti dan di dalam matannya terdapat hal yang gharib dan munkar; dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir sehubungan dengan firman-Nya: dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12) telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Qatadah yang mengatakan bahwa empat malaikat bersua di antara langit dan bumi.
Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Dari manakah kamu datang?" Seseorang dari mereka menjawab, "Tuhanku telah mengutusku dari langit yang ketujuh dan Dia kutinggalkan di sana." Kemudian yang lainnya berkata, "Tuhanku telah mengutusku dari bumi yang ketujuh, dan Dia kutinggalkan di sana." Yang lainnya berkata, "Tuhanku telah mengutusku dari arah timur dan Dia kutinggalkan di sana." Dan yang lainnya lagi berkata, "Tuhanku telah mengutusku dari arah barat dan Dia kutinggalkan di sana." Hadits ini gharib sekali, dan adakalanya hadits yang pertama tadi mauquf hanya.
sampai pada Qatadah, sebagaimana pula hadits ini, yaitu dari perkataan Qatadah sendiri; dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Sebagai Pencipta, Dialah Yang Awal tanpa permulaan, dan Dia pula Yang Akhir karena Dia abadi tanpa batas akhir bagi eksistensinya. Selain itu, Dia adalah Yang Zahir dan mengetahui apa saja yang tampak, dan Yang Batin dan mengetahui apa saja yang disembunyikan atau yang tersirat dalam hati. Dia lebih dekat kepada makhluk daripada dirinya sendiri, dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu di alam semesta. 4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi beserta semua yang ada di dalam dan di antara keduanya dalam enam masa; kemudian setelah penciptaan itu Dia bersemayam di atas Arsy untuk mengatur urusan makhluk-Nya. Apa saja yang terjadi pada ciptaan-Nya tidak pernah luput dari pengetahuan-Nya. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, seperti hewan yang menyusup, dan apa yang keluar dari dalamnya, seperti tanaman yang tumbuh. Dia mengetahui pula apa yang turun dari langit, seperti air hujan, dan apa yang naik ke sana, seperti kebajikan dan doa manusia. Wajib diyakini bahwa Allah itu ada dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan; tidak ada yang tersembunyi dari-Nya.
Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa Dialah Yang Awal, yang telah ada sebelum segala sesuatunya ada, karena Dia-lah yang menjadikannya, dan yang menciptakannya. Dia-lah Yang ?ahir, yang nyata adanya, karena banyaknya buktibukti tentang adanya. Dialah Yang Mahatinggi dari apa saja, tidak ada sesuatu pun yang lebih tinggi daripada-Nya. Dia-lah Yang Batin, Yang hakikat Zat-Nya tidak dapat digambarkan oleh akal. Dia mengetahui semua yang tersimpan, yang tidak nyata dan segala yang tersembunyi. Dia yang paling dekat kepada apa yang telah diciptakan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang lebih dekat kepada makhluk-Nya selain Dia; sebagaimana firmanNya:
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf/50: 16)
Dalam hadis riwayat Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah: Fatimah datang kepada Nabi ﷺ meminta seorang pembantu, lalu Nabi menyuruhnya berdoa, "Ya Allah, Tuhan segala sesuatu, yang menurunkan kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, yang membelah bijibijian. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan setiap sesuatu. Engkaulah yang mengaturnya. Engkaulah Zat yang awal yang tidak ada sebelum-Mu sesuatu apa pun, Engkaulah Zat yang akhir yang tidak ada sesudah-Mu sesuatu apa pun. Engkaulah adz-?ahir yang tidak ada sesuatu pun di atas-Mu, dan Engkaulah al-Bathin yang tidak ada sesuatu apa pun di bawah-Mu. Lunasilah hutang kami dan cukupilah kebutuhan kami. (Riwayat Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.