Ayat
Terjemahan Per Kata
فَكَذَّبُوهُ
dan mendustakan
فَعَقَرُوهَا
maka mereka melukai/menyembelih
فَدَمۡدَمَ
maka menurunkan azab/membinasakan
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
رَبُّهُم
Tuhan mereka
بِذَنۢبِهِمۡ
dengan dosa-dosa mereka
فَسَوَّىٰهَا
dan Dia meratakannya
فَكَذَّبُوهُ
dan mendustakan
فَعَقَرُوهَا
maka mereka melukai/menyembelih
فَدَمۡدَمَ
maka menurunkan azab/membinasakan
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
رَبُّهُم
Tuhan mereka
بِذَنۢبِهِمۡ
dengan dosa-dosa mereka
فَسَوَّىٰهَا
dan Dia meratakannya
Terjemahan
Namun, mereka kemudian mendustakannya (Saleh) dan menyembelih (unta betina) itu. Maka, Tuhan membinasakan mereka karena dosa-dosanya, lalu meratakan mereka (dengan tanah).
Tafsir
(Lalu mereka mendustakannya) mendustakan ucapan Nabi Saleh yang mengatakan, bahwa unta itu adalah milik Allah, dan bila mereka melanggarnya niscaya hal itu akan berakibat turunnya azab atas mereka (dan menyembelih unta itu) atau mereka membunuhnya itu, dengan maksud supaya bagian minum itu diperoleh seluruhnya oleh mereka (maka menimpakanlah) atau menurunkanlah (kepada mereka Rabb mereka) azab (disebabkan dosa mereka, lalu Allah meratakan azab) atas mereka, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat lolos atau menyelamatkan diri dari azab-Nya.
Tafsir Surat Asy-Syams: 11-15
(Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas, ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka, "(Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya. Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyamaratakan mereka (dengan tanah), dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang kaum Tsamud, bahwa mereka mendustakan Rasul Allah yang diutus kepada mereka, karena sudah menjadi watak mereka perbuatan sewenang-wenang dan melampaui batas. Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: karena mereka melampaui batas. (Asy-Syams: 11) Bahwa lafal tagwaha artinya semuanya, yakni kaum Tsamud semuanya.
Tetapi pendapat yang paling utama adalah pendapat yang pertama, yang mengartikan 'melampaui batas'. Demikianlah menurut pendapat Mujahid dan Qatadah serta selain keduanya. Maka sebagai akibat dari sikap dan watak mereka yang demikian itu akhirnya mereka mendustakan hidayah dan keyakinan yang disampaikan oleh rasul mereka. ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. (Asy-Syams: 12) Yakni orang yang paling jahat di antara kabilah, dia adalah Qaddar ibnu Salif si penyembelih unta betina, dia dijuluki dengan sebutan Uhaimir Tsamud, dan dialah yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya: Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. (Al-Qamar: 29) Lelaki itu adalah seorang yang perkasa lagi dimuliakan di kalangan kaumnya, mempunyai kedudukan nasab yang terhormat, dan pemimpin yang ditaati.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Zam'ah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ dalam suatu khotbahnya menceritakan perihal unta betina ini dan menyebutkan orang yang menyembelihnya. Maka beliau ﷺ bersabda: Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka menuju ke unta itu (untuk menyembelihnya), dia adalah seorang lelaki yang kuat, dimuliakan, dan paling dipengaruhi di kalangan kaumnya, seperti halnya Abu Zam'ah. Imam Bukhari meriwayatkannya di dalam kitab tafsir, dan Imam Muslim di dalam Sifatun Nar, juga Imam At-Tirmidzi dan Imam An-Nasai di dalam kitab sunan masing-masing.
Demikian pula Ibnu Jarir dan Ibnu 'Abu Hatim, dari Tauq, dari Hisyam ibnu Urwah dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Dzar'ah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Muhammad ibnu Khaisam, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Muhammad ibnu Khaisam ibnu Abu Marsad, dari Ammar ibnu Yasir yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada Ali, "Maukah aku ceritakan kepadamu tentang orang yang paling celaka?" Ali menjawab, "Tentu saja mau." Rasulullah ﷺ bersabda: Dua orang lelaki yaitu Uhaimir Samudyang telah menyembelih unta betina dan lelaki yang telah memukulmu, haiA li, pada bagian ini mu, hingga kamu bersimbah darah karenanya.
Yang dimaksud ialah bagian dagunya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: lalu Rasul Allah berkata kepada mereka. (Asy-Syams: 13) Rasul Allah yang diutus kepada mereka adalah Nabi Saleh a.s. Inilah unta Allah. (Asy-Syams: 13) Yaitu hati-hatilah kalian terhadap unta Allah ini, jangan sampai kalian mengganggunya dengan menimpakan keburukan terhadapnya. dan minumannya. (Asy-Syams: 13) Maksudnya, janganlah kalian melampaui batas atau bersikap zalim terhadap giliran minumnya, karena sesungguhnya dia mempunyai hari giliran tertentu bagi minumnya, juga bagi kalian ada hari giliran tertentu lainnya yang telah dimaklumi.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu. (Asy-Syams: 14) Yakni mereka mendustakan apa yang diperintahkan oleh nabi mereka, dan akibat dari sikap itu mereka berani menyembelih unta betina yang dikeluarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari sebuah batu besar, sebagai mukjizat Nabi Saleh terhadap mereka dan sekaligus sebagai hujah (alasan) terhadap mereka (bilamana mereka mendustakannya). maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka. (Asy-Syams: 14) Allah murka terhadap mereka, maka Dia membinasakan mereka hingga semuanya hancur dan mati. lalu Allah menyamaratakan mereka (dengan tanah). (Asy-Syams: 14) Yaitu Allah menjadikan hukuman yang ditimpakan kepada mereka berakibat mereka disamaratakan dengan tanah. Qatadah mengatakan bahwa telah sampai kepada kami suatu berita yang menyebutkan bahwa Uhaimir Tsamud masih belum menyembelih unta betina itu hingga ia diikuti oleh semua kaumnya yang kecil, yang dewasa, yang laki-laki dan yang wanitanya semuanya ikut andil.
Ketika mereka bersekutu menyembelih unta betina itu, maka Allah membinasakan mereka semuanya disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyamaratakan mereka dengan tanah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan Allah tidak takut. (Asy-Syams: 15) Qiraat lain ada yang membacanya yukhafu. terhadap akibat tindakan-Nya itu. (Asy-Syams: 15) Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah tidak takut terhadap siapa pun tentang apa yang telah dilakukan-Nya, tiada seorang pun yang akan meminta pertanggungjawaban terhadap-Nya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Bakr ibnu Abdullah Al-Muzani, dan selain mereka. Adh-Dhahhak dan As-Suddi mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan dia tidak takut terhadap akibat dari perbuatannya. (Asy-Syams: 15) Demikianlah makna ayat menurut keduanya, yakni orang yang menyembelih unta betina Allah itu tidak takut kepada akibat dari perbuatannya itu. Tetapi pendapat pertamalah yang lebih kuat, mengingat konteks kalimat menunjukkan kepada pengertian tersebut; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Demikianlah akhir tafsir surat Asy-Syams, segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya."
Kaum Samud tidak rela dengan pembagian jatah air itu. Nabi Saleh telah menasihati mereka, namun mereka mengabaikan serta mendustakannya, dan dengan beringas pria paling celaka itu menyembelih' unta tersebut dan membantainya atas perintah kaum Samud. Karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya mereka dengan tanah. Hanya Nabi Saleh dan orang beriman yang selamat dari azab itu. Kejadian ini memberi pesan kepada generasi setelahnya bahwa aturan agama Allah harus diindahkan. Mereka yang menentang dan melakukan dosa akan mendapatkan sanksi yang keras dari Allah di dunia sebelum sanksi yang lebih keras lagi di akhirat. 15. Allah membinasakan mereka dan Dia tidak takut terhadap akibatnya. Allah tidak diminta pertanggungjawaban atas tindakan-Nya oleh siapa pun. Tindakan Allah, apa pun bentuknya, adalah keadilan sejati. Makhluk harus menaati aturan-Nya dan mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan Allah di akhirat nanti.
Akan tetapi, kaumnya memandang Nabi Saleh bohong, begitu juga unta itu sebagai mukjizat, dan menganggap sepi peringatan Nabi Saleh tersebut. Unta itu mereka tangkap beramai-ramai, lalu Qudar bin Salif membunuhnya dengan cara memotong-motongnya. Akhirnya Allah meratakan negeri mereka dengan tanah, dengan mengirim petir yang menggelegar yang diiringi gempa yang dahsyat, sebagai balasan pembangkangan dan dosa-dosa mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 9
“Maka berbahagialah siapa yang membersihkannya." (ayat 9)
Setelah Allah memberikan ilham dan petunjuk, mana jalan yang salah dan mana jalan kepada takwa, terserahlah kepada manusia itu sendiri, mana yang akan ditempuhnya, sebab dia diberi Allah akal budi. Maka berbahagialah orang-orang yang membersihkan jiwanya atau dirinya, gabungan di antara jasmani dan ruhaninya. Jasmani dibersihkan dari hadas dan najis, hadas besar atau kecil, baik najis ringan atau berat. Dan jiwanya dibersihkannya pula dari penyakit-penyakit yang mengancam kemurniaannya.
Ayat 10
“Dan celakalah siapa yang mengotorinya." (ayat 10)
Ayat 11
“Telah mendustakan Tsamud, tersebab kesombongannya." (ayat 11)
Kesombongan adalah salah satu akibat daripada kekotoran jiwa. Kaum Tsamud sombong, angkuh dan lantaran itu mereka tidak memedulikan peraturan dan tidak menghargai janji yang telah diikat dengan Allah.
Ayat 12
“Seketika telah bangkit orang yang paling celaka di antaranya." (ayat 12)
Ayat 13
“Lalu berkata rasul Allah kepada mereka."
Yaitu rasul Allah dan Nabi-Nya, Shalih, yang telah diutus Allah kepada kaum itu. Mulanya mereka tidak mau percaya kepada risalah yang dibawa oleh Nabi Shalih, lalu akhirnya mereka meminta ayat, tanda, atau mukjizat sebagai bukti bahwa dia memang utusan Allah, Lalu Allah ciptakan seekor unta besar. Maka dibuatlah janji bersama, bahwa jika unta itu tercipta, maka minuman akan dibagi; sehari minuman untuk unta dan sehari untuk penduduk negeri itu. Air itu timbul dari satu mata air yang jernih. Di hari minuman unta mereka tidak boleh mengambil air, walaupun seteguk. Di hari minum mereka, unta tidak akan minum, walaupun seteguk. Itulah yang dikatakan oleh Nabi Shalih.
“(Jagalah) unta Allah dan minumannya." (ujung ayat 13)
Artinya janganlah perjanjian dan pembagian itu dilanggar, turutilah baik-baik dan jangan unta Allah itu diganggu supaya kalian selamat.
Ayat 14
“Tetapi mereka dustakan dia."
Mulanya mereka langgar peraturan yang telah diperbuat itu. Karena si celaka itu, dua orang kepalanya, yaitu Qadar dan Mashda' ingin minuman tuak di rumah kekasih mereka seorang perempuan jahat. Setelah tuak dihidangkan ternyata sangat tebal alkoholnya. Mereka ingin ditambah sedikit dengan air. Tetapi pada malam itu air tidak ada dalam kendi si perempuan, dan malam itu air tidak boleh diambil ke telaga, sebab sedang hari minuman unta. Maka dengan sombongnya kedua penjahat atau orang celaka itu menyuruh anak buah mereka menyatik air dan minum sepuas-puasnya dan jangan dipedulikan peraturan yang dibuat Nabi Shalih itu, karena membuat-buat peraturan yang mengikat kemerdekaan mereka, kalau perlu Shalih itu sendiri dibunuh. “Lalu mereka bunuh unta itu." Yang dinamai NaqatuIIah, unta Allah. Unta itu mereka bunuh beramai-ramai pada malam itu juga, mereka bagi-bagi dagingnya dan mereka makan bersama.
“Maka Tuhan mereka pun mencurahkan adzab kepada mereka lantaran dosa mereka itu. Hingga Dia ratakan kebinasaan itu." (ujung ayat 14)
Tidak ada yang terlepas, semua yang bersalah, laki-laki dan perempuan, bahkan siapa saja pun rata disapu oleh adzab, kecuali orang-orang yang beriman yang telah dapat memelihara diri di bawah pimpinan Nabi Shalih sebelum adzab turun.
Ayat 15
“Maka tidaklah Dia menghiraukan akibat dari kesalahan mereka." (ayat 15)
Maka tidaklah Allah menghiraukan mereka, sedikit pun Allah tidak merasa kasihan, meskipun sifat Allah itu adalah Rahman dan Rahim. Terhadap orang ini Allah menunjukkan Sifat-Nya, ‘Azizun Dzuntiqam. Artinya Gagah Perkasa dan membalas kesalahan dengan setimpal.