Ayat
Terjemahan Per Kata
يَٰٓأَيَّتُهَا
hai
ٱلنَّفۡسُ
jiwa/diri
ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ
tenang
يَٰٓأَيَّتُهَا
hai
ٱلنَّفۡسُ
jiwa/diri
ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ
tenang
Terjemahan
Wahai jiwa yang tenang,
Tafsir
(Hai jiwa yang tenang) atau yang aman, dimaksud adalah jiwa yang beriman.
Tafsir Surat Al-Fajr: 21-30
Jangan berbuat (demikian). Apabila bumi diguncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu; sedangkan malaikat-malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, "Alangkah baiknya kira-nya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini. Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya, dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya. Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan peristiwayang terjadi pada hari kiamat, yaitu huru-hara yang amat besar. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Jangan (berbuat demikian). (Al-Fajr: 21) Yakni benar. Apabila bumi diguncangkan berturut-turut. (Al-Fajr: 21) Maksudnya, telah diratakan sehingga menjadi rata tanpa ada gunung-gunung, dan semua makhluk dibangkitkan dari kubur mereka untuk menghadap kepada Tuhannya. dan datanglah Tuhanmu. (Al-Fajr: 22) Yakni untuk memutuskan peradilan dengan hukum-Nya di antara makhluk-Nya. Demikian itu terjadi setelah mereka memohon syafaat kepada Allah subhanahu wa ta’ala melalui penghulu anak Adam secara mutlak, yaitu Nabi Muhammad ﷺ sebelumnya mereka meminta hal ini kepada para rasul dari kalangan ulul 'azmi seorang demi seorang, tetapi masing-masing dari mereka hanya menjawab, "Aku bukanlah orang yang berhak untuk mendapatkannya." hingga sampailah giliran mereka untuk meminta kepada Nabi Muhammad ﷺ Maka beliau bersabda: Akulah yang akan memintakannya, akulah yang akan memintakannya. Maka pergilah Nabi Muhammad ﷺ dan meminta syafaat kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk segera datang guna memutuskan peradilan. Dan Allah subhanahu wa ta’ala memberinya syafaat dengan meluluskan permintaanya; peristiwa ini merupakan permulaan dari berbagai syafaat berikutnya. Inilah yang disebutkan dengan maqamul mahmud (kedudukan yang terpuji). sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tafsir surat Al-lsra. Lalu datanglah Allah subhanahu wa ta’ala untuk memutuskan peradilan sebagaimana yang dikehendaki-Nya, sedangkan para malaikat datang di hadapan-Nya bersaf-saf Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahanam, (Al-Fajr: 23) Imam Muslim ibnul Hajjaj telah mengatakan di dalam kitab sahihnya, bahwa: -: ".
telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hafs ibnu Gayyas., telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Abul Ala ibnu Khalid Al-Kahili, dari Syaqiq, dari Abdullah Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Neraka Jahanam pada hari itu di datangkan dengan tujuh puluh ribu kendali yang masing-masing kendali dipegang oleh tujuh puluh ribu malaikat yang menariknya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Abdullah ibnu Abdur Rahman Ad-Darimi, dari Umar ibnu hafs dengan sanad yang sama.
Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkannya pula dari Abdu ibnu Humaid, dari Abu Amir, dari Sufyan Ats-Tsauri, dari Al-Aia ibnu Khalid, dari Syaqiq ibnu Salamah alias Abu Wa-il, dari Abdullah ibnu Mas'ud dan disebutkan hanya sebagai perkataan Ibnu Mas'ud dan tidak me-rafa'-kannya sampai kepada Nabi ﷺ Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Al-Hasan ibnu Arafah, dari Marwan ibnu Mu'awiyah Al-Fazzari, dari Al-Ala ibnu Khalid. dari Syaqiq, dari Abdullah sebagai perkataan Abdullah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala dan pada hari itu ingatlah manusia. (Al-Fajr: 23) Yakni teringat akan semua amal perbuatannya di masa lalu, baik yang telah lama maupun yang baru. akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 23) Maksudnya tiada manfaatnya lagi baginya mengingat itu. Dia mengatakan, "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini. (Al-Fajr: 24) Yaitu dia menyesali perbuatan-perbuatan durhaka yang telah dikerjakannya di masa lalu jika dia orang yang durhaka, Dan dia berharap seandainya dia dahulu menambah amal ketaatan jika dia adalah orang yang taat di masa lalunya.
Imam Ahmad sehubungan dengan hal ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami, Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Saur ibnu Yazid, dari Khalid ibnu Ma'dan, dari Jubair ibnu Nafir, dari Muhammad ibnu Umrah salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang mengatakan bahwa seandainya seseorang hamba sejak dilahirkan selalu hidup dalam amal ketaatan kepada Tuhannya sampai dia mati, niscaya di hari kiamat dia menganggap kecil amal perbuatannya, dan niscaya dia menginginkan seandainya dia dikembalikan ke dunia untuk melakukan ketaatan yang sama, agar pahalanya bertambah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya. (Al-Fajr: 25) Yakni tiada seorang pun yang lebih keras siksaannya terhadap orang yang durhaka kepadanya pada hari itu selain Allah subhanahu wa ta’ala terhadap orang yang durhaka kepada-Nya. dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatannya. (Al-Fajr: 26) Artinya tiada seorang pun yang lebih keras ikatannya dan pukulannya daripada ikatan dan pukulan Malaikat Zabaniyah (juru siksa) terhadap orang-orang yang kafir kepada Tuhan mereka. Hal ini hanyalah menyangkut orang-orang yang berdosa dan orang-orang yang aniaya.
Adapun apa yang dialami oleh jiwa yang suci lagi tenang yang selalu tetap tunduk patuh kepada kebenaran, maka dikatakan kepadanya: Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu. (Al-Fajr: 27-28) Yaitu ke sisi-Nya, ke pahala-Nya, dan kepada apa yang telah disediakan oleh-Nya bagi hamba-hamba-Nya di dalam surga-Nya. dengan hati yang puas lagi diridai. (Al-Fajr:28) Yakni hati yang puas karena mendapat rida dari Allah subhanahu wa ta’ala Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. (Al-Fajr: 29) Maksudnya, ke dalam golongan mereka yang diridai. dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr: 30) Hal ini dikatakan kepada yang bersangkutan manakala dia menjelang ajalnya dan juga disaat hari kiamat.
Sebagaimana para malaikat menyampaikan kepadanya berita gembira ini di saat ia menjelang ajalnya dan di saat ia dibangkitkan dari kuburnya. Kemudian ulama tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang melatar belakangi turunnya ayat ini. Maka menurut riwayat Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Usman ibnu Affan. Dan menurut riwayat yang bersumberkan dari Buraidah ibnul Hasib, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Hamzah ibnu Abdul Muttalib Al-Aufi telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa dikatakan kepada arwah yang tenang di hari kiamat: Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu. (Al-fajr: 27-28) Maksudnya kepada temanmu masing-masing, yakni badannya masing-masing yang telah dihuninya ketika di dunia.
dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. (Al-Fajr: 28) Diriwayatkan pula darinya bahwa dia membaca ayat ini dengan bacaan berikut: Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr: 29-30) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan Al-Kalbi, dan pendapat ini dipilih oleh ibnu Jarir, tetapi pendapat ini gharib. Dan pendapat yang paling jelas (kuat) adalah yang pertama karena ada firman Allah subhanahu wa ta’ala yang menyebutkan: kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. (Al-An'am: 62) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah. (Al-Mumin: 43) Yakni kembali kepada hukum-Nya dan berdiri di hadapan-Nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman ibnu Abdullah Ad-Dusytuki. telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Asy'as., dari Ja'far, dari Said ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai -Nya. (Al-Fajr: 27-28) Bahwa ayat ini diturunkan ketika Abu Bakar sedang duduk dihadapan Nabi ﷺ, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, alangkah baiknya hal ini." Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Ingatlah, sesungguhnya hal itu akan dikatakan kepadamu.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Yaman, dari Asy'as., dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa ia membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut ini di hadapan nabi ﷺ: Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmn dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. (Al-Fajr: 27-28) Maka Abu Bakar berkata, bahwa sesungguhnya hal itu benar-benar baik. Maka nabi ﷺ bersabda kepadanya: Ingatlah sesungguhnya malaikat akan mengatakan hal itu kepadamu di saat (engkau) meninggal Hal yang sama telah diriwayatkan oleh ibnu Jarir dari Abu Kuraib, dari ibnu Yaman dengan sanad yang sama. Dan hadits ini bepredikat mursal lagi hasan. Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Syuja' Al-Jazari, dari Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa ketika Ibnu Abbas meninggal dunia di Taif, datanglah suatu makhluk yang terbang yang tidak pernah terlihat sebelumnya berbentuk seperti Ibnu Abbas .
Lalu makhluk yang terbang itu masuk ke dalam katilnya dan tidak pernah kelihatan lagi keluar dari padanya. Dan ketika jenazah Ibnu Abbas diletakkan di dalam liang lahatnya, maka terdengarlah ada yang membaca ayat berikut di pinggir kuburnya tanpa ada yang mengetahui siapa yang membacanya, yaitu firman-Nya: Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Kii, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr: 27-30) Imam Ath-Thabarani meriwayatkannya dari Abdullah ibnu Ahmad, dari ayahnya, dari Marwan ibnu Syuja', dari Salim ibnu Ajlan Al-Aftas dengan sanad yang sama, lalu disebutkan hal yang sama. Al-Hafidzh Muhammad ibnul Munzir Al-Harawi yang dikenal dengan Basyukr telah menyebutkan di dalam Kitabul 'Aja'ib berikut sanadnya dari Qabbas ibnu Razin alias Abu Hasyim yang mengatakan, bahwa ia ditawan di negeri Romawi, lalu Raja Romawi mengumpulkan semua tawanan, dan ia menawarkan agamanya kepada kami, bahwa barangsiapa yang menolak maka akan dipenggal kepalanya.Maka murtadlah ketiga orang dari kalangan mereka, lalu datanglah orang yang ke empat; setelah ditawarkan kepadanya untuk murtad, ia menolak, maka dipenggallah kepalanya, lalu dijatuhkan (dilemparkan) ke sebuah sungai di sana.
Kemudian kepala orang itu pada mulanya tenggelam ke dalam air, tidak lama kemudian muncul mengambang dan ia memandang kepada ketiga orang temannya yang telah murtad itu dan mengatakan kepada mereka, bahwa wahai Fulan, Fulan dan Fulan, dengan menyebutkan nama-nama mereka satu per satu. Lalu ia melanjutkan, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman di dalam kitab-Nya: Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr: 27-30) Kemudian kepala orang itu tenggelam kembali ke dalam air.
Abu Hasyim melanjutkan kisahnya, bahwa pada saat itu juga hampir semua orang Nasrani masuk Islam, dan singgasana raja terjatuh; dan ketiga orang yang tadinya murtad bertobat, lalu kembali lagi kepada agama Islam. Abu Hasyim melanjutkan bahwa tidak lama kemudian datanglah tebusan para tawanan pasukan kaum muslim yang dikirim oleh khalifah Abu Ja'far Al-Mansur, sehingga kami pun bebas.
Al-Hafidzh ibnu Asakir di dalam biografi Rawwahah binti Abu Amr Al-Auza'i, telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Habib Al-Muharibi, telah menceritakan kepadaku Abu Umamah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda kepada seorang lelaki: Katakanlah, "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau jiwa yang hanya tenang kepada Engkau, beriman kepada hari bersua dengan Engkau, dan rida dengan keputusan Engkau dan menerima dengan tulus pemberian Engkau. Kemudian Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Sulaiman ibnu Wabar, bahwa ia telah mengatakan bahwa hadits Rawwahah ini adalah hadits yang tunggal (seorang budak wanita). Demikian akhir tafsir surat Al-Fajr dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas limpahan karunia-Nya."
Allah berfirman kepada manusia yang beriman dan beramal saleh, 'Wahai jiwa yang tenang, tenteram, damai, dan tidak takut apa pun serta tidak merasa sedih karena apa pun. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan mendidikmu, dengan hati yang rida atas pahala dan nikmat yang Allah siapkan untukmu, dan di ridai-Nya karena Allah telah menerima amalan salehmu.
Dalam ayat-ayat ini, Allah memanggil jiwa yang tenang dan damai ketika diwafatkan, yaitu jiwa yang suci karena iman dan amal saleh yang dikerjakannya, sehingga memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepadanya. Jiwa itu diminta Allah untuk pulang memenuhi panggilan-Nya dengan menghadap kepada-Nya kembali dengan perasaan puas dan senang karena telah memenuhi perintah-perintah-Nya waktu hidup di dunia. Allah juga puas dan senang kepadanya karena sudah menjalankan perintah-perintah-Nya. Setelah datang kepada-Nya, jiwa itu dipersilakan Allah masuk ke dalam kelompok hamba-hamba-Nya, yaitu ke dalam surga-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
INSAFILAH!
Ayat 21
“Tidak sekali-kali!"
Janganlah kamu harapkan itu harta akan menolongmu. Bahkan akan datang masanya.
“Apabila kelak bumi ini dihancurkan, sehancur-hancurnya."
Sebab Kiamat sudah datang.
Ayat 22
“Dan datang Tuhan engkau, sedang malaikat mulai hadir berbaris-baris."
Menulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang arti, “Dan datang Tuhan engkau." Kata beliau, “Yakni kedatangan-Nya karena akan memutuskan perkara-perkara di antara hamba-hamba-Nya." Tidaklah perlu kita perbincangkan terlalu panjang hal seputar “kehadiran Allah" dalam Al-Qur'an. Melainkan wajiblah kita mempercayainya dengan tidak memberikan lagi keterangan lebih terperinci.
“Dan akan didatangkan pada hari itu neraka Jahannam." Neraka Jahannam itu adalah satu di antara makhluk Allah Yang Mahabesar lagi Mahaagung. Niscaya berkuasalah Allah mendatangkan ia dengan alat-alat kekuasaan yang ada pada-Nya. Sehingga segala makhluk dapat melihatnya dengan jelas, dan orang kafir mengerti sendiri bahwa ke sanalah mereka akan dihalau.
Ayat 23
“Pada hari itu teringatlah manusia. Padahal apa gunanya peringatan lagi?"
Pada hari itu baru timbul sesal, padahal apalah gunanya penyesalan lagi; roda hidup tak dapat lagi diputar ke belakang. Yang dihadapi sekarang adalah hasil kelalaian di zaman yang lampau.
Ayat 24
“Dia akan berkata, ‘Wahai, alangkah baiknya jika aku dari semula telah bersedia untuk penghidupanku ini.'"
Itulah sesalan yang percuma di hari nanti.
Ayat 25
“Maka pada hari itu, tidak siapa pun akan dapat mengadzab seperti adzab-Nya."
Ayat 26
“Dan tidak siapa pun akan dapat mengikat seperti ikatan-Nya."
Ini adalah adzab Allah. Ikatan ini belenggu dari Allah, yang tidak ada satu belenggu pun di dunia ini yang akan dapat menandingi belenggu-Nya itu. Maka ngeri dan tafakurlah kita memikirkan hari itu.
***
Al-Qur'an menyebutkan tingkatan yang ditempuh oleh nafsu (diri) manusia.
Pertama Nafsul Ammarah, yang selalu mendorong berbuat sesuatu yang mungkar, di luar pertimbangan akal yang tenang. Maka keraplah manusia terjerumus ke dalam lembah kesesatan karena Nafsul Ammarah ini. (Lihat surah Yuusuf, ayat 53).
Bilamana langkah telah terdorong, tibalah penyesalan diri. Itulah yang dinamai Nafsul Lawwamah. Itulah yang dalam bahasa kita sehari-hari dinamai tekanan batin, atau merasa berdosa, Nafsul Lawwamah ini dijadikan sumpah kedua oleh Allah, sesudah sumpah pertama tentang ihwal Hari Kiamat, (surah al-Qiyaamah, ayat 2).
Karena pengalaman dari dua tingkat nafsu itu, kita dapat naik mencapai Nafsul Muthmainnah, yakni jiwa yang telah mencapai tenang dan damai. Jiwa yang telah digembleng oleh pengalaman dan penderitaan. Jiwa yang telah melalui berbagai jalan berliku, sehingga tidak mengeluh lagi ketika mendaki, karena di balik pendakian pasti ada penurunan. Dan tidak gembira melonjak lagi ketika menurun, karena sudah tahu pasti bahwa di balik penurunan akan bertemu lagi pendakian. Itulah jiwa yang telah mencapai iman! Karena telah matang oleh berbagai cobaan.
Jiwa inilah yang diseru oleh ayat ini.
Ayat 27
“Wahai jiwa yang telah mencapai ketenteraman."
Yang telah menyerah penuh dan tawakal kepada Tuhannya, telah tenang, karena telah mencapai yakin kepada Allah ﷻ Berkata Ibnu Atha', “Yaitu jiwa yang telah mencapai makrifat, sehingga tak sabar lagi bercerai dari Tuhannya walau sekejap mata." Berkata Hasan al-Bishri, “Apabila Allah berkehendak mengambil nyawa hamba-Nya yang beriman, tenteramlah jiwanya terhadap Allah, dan tenteram pula Allah terhadapnya."
Berkata sahabat Rasulullah ﷺ, Amr bin Ash (hadits mauquf), “Apabila seorang hamba yang beriman akan meninggal, diutus Allah kepadanya dua orang malaikat, dan dikirim beserta keduanya suatu bingkisan dari surga. Lalu kedua malaikat itu menyampaikan katanya, “Keluarlah, wahai jiwa yang telah mencapai ketenteramannya, dengan ridha dan diridhai Allah. Keluarlah kepada ruh dan raihan. Allah senang kepadamu, Allah tidak marah kepadamu.' Maka keluarlah ruh itu, lebih harum dari kasturi."
Ayat 28
“Kembalilah kepada Tuhanmu, dalam keadaan ridha dan diridhai."
Setelah payah engkau dalam perjuangan hidup di dunia yang fana, sekarang pulanglah engkau kembali kepada Tuhanmu, dalam perasaan sangat lega karena ridha dan Allah pun ridha.
Ayat 29
“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku."
Di sana telah menunggu hamba-hamba-Ku yang lain.
Ayat 30
“Dan masuklah ke dalam surga-Ku."
Di situlah kamu berlepas, menerima cucuran nikmat yang tiada putus-putus dari Rabbul ‘Alamin.