Ayat
Terjemahan Per Kata
أَفَلَا
maka apakah tidak
يَنظُرُونَ
mereka memperhatikan
إِلَى
kepada
ٱلۡإِبِلِ
unta
كَيۡفَ
bagaimana
خُلِقَتۡ
ia diciptakan
أَفَلَا
maka apakah tidak
يَنظُرُونَ
mereka memperhatikan
إِلَى
kepada
ٱلۡإِبِلِ
unta
كَيۡفَ
bagaimana
خُلِقَتۡ
ia diciptakan
Terjemahan
Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?
Tafsir
(Maka apakah mereka tidak memperhatikan) dengan perhatian yang dibarengi keinginan mengambil pelajaran; yang dimaksud adalah orang-orang kafir Mekah (unta bagaimana dia diciptakan?).
Tafsir Surat Al-Ghashiyah: 17-26
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kami bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, tetapi orang yang berpaling dan kafir, maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? (Al-Ghasyiyah: 17) Karena sesungguhnya unta itu hewan yang menakjubkan dan bentuknya aneh. Ia sangat kuat dan keras, tetapi sekalipun demikian ia jinak untuk angkutan yang berat dan tunduk pada penuntun (pengendali) yang lemah. Dagingnya dapat dimakan, bulunya dapat dimanfaatkan, dan air susunya dapat diminum. Disebutkan unta secara khusus karena kebanyakan orang-orang Arab memakai unta sebagai hewan kendaraan.
Disebutkan bahwa Syuraih Al-Qadi pernah mengatakan, "Marilah kita keluar untuk melihat unta bagaimana ia diciptakan, dan bagaimana langit ditinggikan. Yakni bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala meninggikannya dari bumi dengan ketinggian yang tak terperikan ini," sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? (Qaf: 6) Adapun firman Allah Swt: Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (Al-Ghasyiyah: 19) Yakni dijadikan tegak dan berdiri kokoh untuk menjadi penyeimbang agar bumi diam dan tidak mengguncangkan para penduduknya, kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan padanya banyak manfaat dan bahan-bahan mineral yang terkandung di dalamnya.
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (Al-Ghasyiyah: 20) Yaitu dihamparkan, digelarkan, dan dijadikan sebagai tempat yang layak untuk dihuni. Dan seorang Badui (kampung) dengan kecerdikan akalnya dapat menyimpulkan melalui pemandangan yang disaksikan oleh mata kepalanya sendiri, yaitu unta kendaraannya, langit yang ada di atasnya, gunung-gunung yang terpampang di hadapannya, dan bumi yang menjadi tempat berpijaknya, bahwa terciptanya semuanya itu berkat kekuasaan Penciptanya. Dia tiada lain adalah Tuhan Yang Mahabesar, Yang Maha Pencipta, Yang Menguasai, dan Yang mengatur semuanya.
Dan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Demikian pula Damam mengucapkan sumpahnya setelah mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rasulullah ﷺ, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa: telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah dan Sabit, dari Anas yang telah mengatakan bahwa dahulu kami dilarang mengajukan pertanyaan mengenai sesuatu masalah kepada Rasulullah ﷺ Maka kala itu kami sangat senang bila datang seorang lelaki Badui yang cerdas, lalu menanyakan kepada Rasulullah ﷺ beberapa masalah, maka kami mendengarkannya.
Kemudian datanglah seorang lelaki Badui, lalu bertanya, "Wahai Muhammad, sesungguhnya telah datang kepada kami utusanmu dan mengatakan kepada kami bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah?" Nabi ﷺ menjawab "Benar." Maka lelaki Badui itu bertanya, "Lalu siapakah yang menciptakan langit?" Nabi ﷺ menjawab, "Allah." Lelaki itu bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Nabi ﷺ menjawab, "Allah." Lelaki itu bertanya, "Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini dan yang menciptakan segala sesuatu yang ada padanya?" Nabi ﷺ menjawab, "Allah." Lelaki Badui itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan Yang telah memancangkan gunung-gunung ini, apakah benar Allah telah mengutusmu?" Nabi ﷺ menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami mengerjakan shalat lima waktu setiap harinya?" Nabi ﷺ Menjawab, Benar." Lelaki itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah telah memerintahkan demikian kepadamu?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya." Lelaki itu bertanya, "Dan utusanmu mengira bahwa kami diwajibkan membayar zakat harta benda kami?" Nabi ﷺ manjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkan demikian kepadamu?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya." Lelaki Badui itu bertanya, "Dan utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami berhaji ke Baitullah bagi yang mampu mengadakan perjalanannya?" Nabi ﷺ menjawab, "Benar." Kemudian lelaki Badui itu pergi dan berkata, "Demi Tuhan Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahi sesuatu pun dari hal tersebut dan tidak pula menguranginya barang sedikit pun." Maka Nabi ﷺ bersabda: Jika dia benar, niscaya dia masuk surga.
Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini dari Amr An-Naqid, dari Abun Nadr alias Hasyim ibnul Qasim dengan sanad yang sama, dan Imam Bukhari memberinya komentar. Imam At-Tirmidzi dan Imam An-Nasai meriwayatkannya melalui hadits Sulaiman ibnul Mugirah dengan sanad yang sama. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Abu Dawud, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadits ini melalui Al-Lais ibnu Sa'd, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir, dari Anas dengan sanad yang sama secara panjang lebar.
Dan di akhir hadisnya disebutkan bahwa telah menceritakannya kepadaku Dammam ibnu Salabah saudara lelaki Bani Sa'id ibnu Bakr. Al-Hafidzh Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ sering menceritakan tentang seorang wanita yang hidup di masa Jahiliah yang berada di atas sebuah bukit bersama anak laki-lakinya sedang menggembalakan ternak kambing.
Maka anaknya bertanya "Wahai Ibu, siapakah yang telah menciptakan engkau?" Ibunya menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan ayahku?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan diriku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan langit?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan gunung?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan kambing ini?" Si ibu menjawab, "Allah." Maka si anak berkata, "Sesungguhnya aku benar-benar mendengar Allah mempunyai kedudukan yang penting di atas segalanya," lalu ia menjatuhkan dirinya dari atas gunung itu sehingga tubuhnya hancur.
Ibnu Umar mengatakan, "Rasulullah ﷺ sering menceritakan kisah ini kepada kami." Ibnu Dinar mengatakan bahwa Abdullah ibnu Umar sering menceritakan kisah ini kepada kami. Tetapi di dalam sanad hadits ini terdapat kelemahan. Abdullah ibnu Ja'far yang disebutkan dalam sanad hadits ini adalah Al-Madini, seorang yang dinilai lemah oleh putranya sendiri (yaitu Imam Ali ibnul Madini) dan juga oleh yang lainnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka berilah peringatan. karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah.
21-22) Wahai Muhammad, berilah manusia peringatan dengan apa yang engkau diutus kepada mereka untuk menyampaikannya. Dalam ayat lain disebutkan: sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 22) Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain keduanya mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. (Qaf: 45) Yakni kamu bukanlah orang yang dapat menciptakan iman di dalam hati mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna ayat ialah kamu bukanlah seorang yang dapat memaksakan mereka untuk beriman. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki dari Sufyan, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mau mengucapkan, "Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah. Maka apabila mereka mau mengucapkannya, berarti mereka memelihara darah dan hartanya dariku, kecuali berdasarkan alasan yang hak, sedangkan hisab (perhitungan) mereka ada pada Allah subhanahu wa ta’ala Kemudian Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 21-22) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Kitabul Iman dan Imam At-Tirmidzi serta Imam An-Nasai di dalam kitab tafsir dari kitab sunan masing-masing dari keduanya, melalui Sufyan ibnu Sa'id Ats-Tsauri dengan sanad yang sama dan dengan tambahan penyebutan ayat.
Dan hadits ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Abu Hurairah tanpa tambahan penyebutan ayat. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: tetapi orang yang berpaling dan kafir. (Al-Ghasyiyah: 23) Yaitu berpaling, tidak mau mengamalkan rukun-rukunnya; kafir hatinya dan juga lisannya terhadap perkara yang hak. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dia tidak mau membenarkan (Rasul dan AL-Qur'an) dan tidak man mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32) Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. (Al-Ghasyiyah: 24)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Ali ibnu Khalid, bahwa Abu Umamah Al-Bahili bersua dengan Khalid ibnu Yazid ibnu Mu'awiyah; maka Khalid bertanya kepadanya tentang kalimat yang paling lembut yang pernah ia dengar dari Rasulullah ﷺ Abu Umamah menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Ingatlah, kamu semuanya masuk surga kecuali orang yang membangkang terhadap Allah, seperti unta yang membangkang terhadap pemiliknya. Imam Ahmad mengetengahkan hadits ini secara tunggal. Dan Ali ibnu Khalid ini disebutkan oleh Ibnu Abu Hatim menerima hadits ini dari ayahnya (yakni Khalid ibnu Mu'awiyah).
Dan Ibnu Abu Hatim tidak menambahkan selain dari apa yang telah ada di sini, yaitu diriwayatkan dari Abu Umamah dan Khalid ibnu Mu'awiyah oleh Sa'id ibnu Abu Hilal. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka. (Al-Ghasyiyah: 25) Yakni kembali dan berpulangnya mereka. kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka. (Al-Ghasyiyah: 26) Kami akan melakukan perhitungan terhadap amal perbuatan yang telah mereka kerjakan, dan Kami akan membalaskannyakepada mereka; jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula. Demikianlah akhir tafsir surat Al-Ghasyiyah dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya."
Allah memperlihatkan begitu banyak tanda kekuasaan-Nya di hadapan manusia. Maka, tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan' Unta diciptakan oleh Allah dengan bentuk tubuh dan anggota badan yang sesuai dengan lingkungan hidupnya di padang pasir. Air susunya dan dagingnya menjadi bahan makanan yang lezat, sedangkan kulitnya dapat dijadikan kemah dan sebagainya (Lihat pula: an-Nahl/16: 7, 81; G'fir/40: 79'80). 18. Dan tidakkah pula mereka memperhatikan langit, bagaimana ditinggikan' Allah menjadikan langit sebagai atap bumi yang kukuh meski tanpa penopang. Di sana matahari, bulan, planet, dan berbagai benda langit beredar. Allah menghiasinya dengan bintang yang dapat menjadi petunjuk arah bagi para musafir. Dari langit itu pula turun hujan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan di bumi.
Dalam ayat-ayat ini, Allah mempertanyakan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta, yang ada di depan mata mereka dan dipergunakan setiap waktu, diciptakan. Bagaimana pula langit yang berada di tempat yang tinggi tanpa tiang; bagaimana gunung-gunung dipancangkan dengan kukuh, tidak bergoyang dan dijadikan petunjuk bagi orang yang dalam perjalanan. Di atasnya terdapat danau dan mata air yang dapat dipergunakan untuk keperluan manusia, mengairi tumbuh-tumbuhan, dan memberi minum binatang ternak. Bagaimana pula bumi dihamparkan sebagai tempat tinggal bagi manusia.
Apabila mereka telah memperhatikan semua itu dengan seksama, tentu mereka akan mengakui bahwa penciptanya dapat membangkitkan manusia kembali pada hari Kiamat.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
RENUNGKANLAH!
Ayat 17
“Apakah mereka tidak memandang kepada unta, bagaimana dia telah dijadikan." (ayat 17)
Unta adalah binatang yang paling dekat kepada hidup orang Arab dari zaman ke zaman, sejak tanah itu didiami manusia. Itulah binatang serba guna. Binatang pengangkut dalam perjalanan yang jauh. Binatang peluku sawah ataupun penimba air dari sumur yang dalam. Binatang yang juga jadi makanan mereka. Bulunya pun dapat dicukur untuk dijadikan benang pakaian. Dagingnya bisa dimakan, susunya bisa diperas dan diminum. Badan binatang itu besar, kekuatannya luar biasa, dan tahan menempuh panas terik di padang pasir luas itu. Tahan lapar dan tahan haus. Di samping itu makanannya pun tidak sukar. Rumput-rumput padang pasir yang tidak akan dapat dimakan binatang lain, bagi unta itulah makanannya yang biasa, walaupun berduri. Dan sangat patuhnya kepada manusia; disuruh berhenti, dia berhenti; disuruh duduk, dia duduk; disuruh berdiri, dia pun tegak. Kadang-kadang bertambah malam hari, bertambah gontai dan tetap dia berjalan, mengangguk-angguk dengan tenangnya dalam perjalanan jauh di padang pasir itu.
Ayat 18
“Dan kepada langit, bagaimana dia telah diangkatkan." (ayat 18)
Atau ditinggikan ke atas. Dalam mengiringkan atau mengendarai unta sambil berjalan malam itu, selalulah mereka ditudungi langit. Dan terasalah hubungan diri mereka dengan langit yang tinggi itu, sebab ada bintangnya.
Ayat 19
“Dan kepada gunung-gunung, bagaimana dia telah dipancangkan." (ayat 19) Biasa perjalanan kafilah dilakukan malam hari dan berhenti kelak pagi hari setelah mentari sepenggalah naik, sebelum terik pa-nas. Biasanya berlindunglah mereka ke kaki gunung-gunung batu yang terjal keras, tercipta dari batu granit itu. Di sana mereka berhenti menunggu matahari condong ke barat dan panas mulai menurun. Maka disuruh pulalah mereka memandang kembali, bagaimana gunung itu dijadikan pancang atau pasak dari bumi ini. Alangkah hebat dan dahsyatnya muka bumi ini disapu angin, jika tidak ada gunung menjadi pancang penyanggah deru angin.
Ayat 20
“Dan kepada bumi, bagaimana dia telah dihamparkan" (ayat 20)
Dan perjalanan itu dilakukan di muka bumi, beratap langit, berpasak gunung, berkendaraan dan saat pengangkutan unta. Semuanya terjadi di muka bumi.