Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱلۡأٓخِرَةُ
dan akherat
خَيۡرٞ
lebih baik
وَأَبۡقَىٰٓ
dan lebih kekal
وَٱلۡأٓخِرَةُ
dan akherat
خَيۡرٞ
lebih baik
وَأَبۡقَىٰٓ
dan lebih kekal
Terjemahan
padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.
Tafsir
(Sedangkan kehidupan akhirat) yang di dalamnya terdapat surga (adalah lebih baik dan lebih kekal.).
Tafsir Surat Al-A'la: 14-19
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). (Al-Ala: 14) Yakni menyucikan dirinya dari akhlak-akhlak yang rendah dan mengikuti apa yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada Rasul-Nya, semoga salawat dan salam terlimpahkan kepadanya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. (Al-A'la: 15) Yakni dia mendirikan shalat tepat pada waktunya masing-masing karena mengharapkan rida Allah dan taat kepada perintah-Nya serta merealisasikan syariat-Nya.
Sehubungan dengan hal ini Al-Hafidzhh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa: telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Ahmad Al-Azrami, telah menceritakan kepada kami pamanku Muhammad ibnu Abdur Rahman dari ayahnya dari ‘Atha’ ibnus Saib dari Abdur Rahman ibnu Sabit dari Jabir ibnu Abdullah dari Nabi ﷺ sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). (Al-A'la: 14) Rasulullah ﷺ bersabda: Barang siapa yang mengakui bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan tidak mengakui adanya sekutu-sekutu (bagi-Nya) dan mengakui bahwa diriku adalah utusan Allah (itulah makna yang dimaksud oleh ayat). dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. (Al-A'la: 15) Rasulullah ﷺ bersabda: yakni mengerjakan shalat lima waktu dan memeliharanya serta memperhatikannya. Perawi mengatakan bahwa tiada yang diriwayatkan melalui Jabir kecuali melalui jalur ini.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan shalat di sini adalah shalat lima waktu. Demikianlah menurut pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Amr ibnu Abdul Hamid Al-Aili, telah menceritakan kepada mereka Marwan ibnu Mu'awiyah dari Abu Khaldah yang telah mengatakan, bahwa ia masuk menemui Abul Aliyah, lalu Abul Aliyah mengatakan kepadanya.Jika besok hari kamu berangkat menuju ke shalat hari raya maka mampirlah kepadaku." Kemudian aku (perawi) mampir kepadanya dan ia berkata, "Apakah engkau telah makan sesuatu?." Aku menjawab, "Ya." Ia berkata, "Kalau begitu aku akan menyajikan air minum kepadamu".
Aku menjawab, 'Baiklah." Lalu ia berkata, "Ceritakanlah kepadaku apa yang telah engkau lakukan terhadap zakatmu." Aku menjawab, "Aku telah menyalurkannya." Ia berkata, "Sesungguhnya aku bermaksud menanyakan hal berikut kepadamu," kemudian ia membaca firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. (Al-A'la: 14-15) Dan ia mengatakan, "Sesungguhnya penduduk Madinah memandang bahwa tiada sedekah yang lebih baik daripada mengerjakan shalat dan memberi minum." Dan sesungguhnya kami telah meriwayatkan dari Amirul Muminin Umar ibnu Abdul Aziz, bahwa dia selalu menganjurkan orang-orang untuk mengeluarkan zakat fitrah dan membaca firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri , (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. (Al-A'la: 14-15) Abul Ahwas' mengatakan bahwa apabila seseorang di antara kamu kedatangan seseorang yang meminta-minta sedangkan dia hendak menunaikan shalat, hendaklah dia mendahulukan zakatnya sebelum mengerjakan salatnya, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. (Al-A'la: 14-15) Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini: Sesungguhnya beruntunglah orang yang memberslhkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. (Al-A'la: 14-15) Yakni menzakati harta bendanya dan membuat rida Penciptanya.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, (Al-A'la: 16) Yakni kamu lebih mendahulukan kepentingan duniawi daripada kepentingan akhirat, dan kamu memandangnya sebagai tujuanmu karena di dalamnya terkandung kemanfaatan dan kemaslahatan kehidupanmu. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 17) Yakni pahala Allah di negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada kesenangan dunia. Karena sesungguhnya dunia itu pasti akan fana dalam waktu yang singkat, sedangkan kehidupan akhirat mulia lagi kekal. Maka bagaimana orang yang berakal bisa lebih memilih hal yang fana atas hal yang kekal, dan lebih mementingkan hal yang cepat lenyapnya serta berpaling dari memperhatikan negeri yang kekal dan pahala yang kekal di akhirat.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Duraid, dari Abu Ishaq, dari Urwah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Dunia ini adalah rumah bagi orang yang tidak mempunyai rumah, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan karena untuk dunialah orang yang tidak berakal menghimpun hartanya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari ‘Atha’, dari Urfujah As-Saqafi yang telah mengatakan bahwa ia belajar mengenai firman Allah subhanahu wa ta’ala di bawah ini dari Ibnu Mas'ud.
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) ketika bacaannya sampai pada firman-Nya: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. (Al-A'la: 16) Maka Ibnu Mas'ud meninggalkan bacaannya, lalu menghadap kepada murid-muridnya dan berkata, "Kita lebih memilih dunia daripada akhirat." Kaum yang hadir terdiam, dan Ibnu Mas'ud kembali berkata, "Kita telah memilih dunia, karena kita melihat perhiasannya, wanita-wanitanya, makanan dan minumannya sedangkan kepentingan akhirat kita dikesampingkan. Maka berarti kita memilih kehidupan yang segera ini dan kita tinggalkan kehidupan akhirat kita." Hal ini yang keluar dari Ibnu Mas'ud merupakan ungkapan tawadu' (rendah diri)nya, atau barangkali dia hanya mengungkapkan tentang jenis keduanya semata-mata; hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib ibnu Abdullah, dari Abu Musa Al-Asy'ari, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang mencintai dunianya, berarti merugikan akhiratnya; dan barang siapa yang mencintai akhiratnya, berarti merugikan dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal di atas apa yang fana. Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini secara munfarid.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abu Salamah Al-Khuza'i, dari Ad-Darawardi, dari Amr ibnu Abu Amr dengan lafal dan sanad yang semisal. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) -: Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari ‘Atha’ ibnus Saib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Maka Nabi ﷺ bersabda: Adalah semuanya ini atau adalah hal ini terdapat di dalam kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui ada sanad yang lebih kuat dari ‘Atha’ ibnus Saib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas selain sanad ini dan hadits lainnya yang diriwayatkan semisal dengan sanad ini. [:37] Imam An-Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari ‘Atha’ ibnus Saib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka Nabi ﷺ bersabda, bahwa semuanya itu terdapat di dalam lembaran-lembaran Ibrahim dan Musa.
Dan ketika firman-Nya diturunkan, yaitu: dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selain menyempurnakan janji. (An-Najm: 37) Nabi ﷺ bersabda, bahwa Ibrahim telah menyempurnakan janji. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (An-Najm: 38) Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang terdapat di dalam surat An-Najm, yaitu: Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 36-42) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Mahran, dari Sufyan Ats-Tsauri, dari ayahnya, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Bahwa makna yang dimaksud ialah semua ayat yang terdapat di dalam surat Al-A'la.
Abul Aliyah mengatakan bahwa kisah dalam surat ini terdapat di dalam lembaran-lembaran terdahulu. Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya, "Inna haza " (Sesungguhnya ini) ditujukan kepada firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 14-17) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sesungguhnya ini. (Al-A'la: 18) Yakni kandungan makna ayat-ayat sebelumnya itu. benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir ini baik lagi kuat. Telah diriwayatkan juga hal yang semisal dari Qatadah dan Ibnu Zaid.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Demikianlah akhir tafsir surat Al-A'la dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah atas semua karunia-Nya, dan hanya kepada-Nyalah kita memohon taufik dan pemeliharaan."
Kamu lalai dari kehidupan akhirat, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Kebahagiaan ukhrawi lebih murni dan tak berbatas, sedangkan kebahagiaan duniawi bersifat melenakan dan akan segera sirna. 18-19. Dasar-dasar ajaran agama samawi adalah sama, yaitu mereka yang beriman, beramal saleh, ingat kepada Allah, membersihkan diri dari dosa, dan memilih kehidupan akhirat akan berbahagia. Sebaliknya, mereka yang memilih jalan kekafiran dan hidup berlumur dosa akan celaka. Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, yang diturunkan sebelum Al-Qur'an, yaitu kitab-kitab Ibrahim dan Musa. Kedua nabi ini sangat disegani oleh para pengikut agama samawi. Nabi Ibrahim menerima sepuluh suhuf, sedangkan Nabi Musa menerima Taurat.
Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang kafir lebih mengutamakan kesenangan di dunia daripada kesenangan di akhirat. Padahal, semestinya mereka memilih kesenangan akhirat, sesuai dengan yang dikehendaki oleh agama Allah. Kesenangan akhirat itu lebih baik dan kekal abadi, sedangkan kesenangan di dunia akan lenyap diliputi oleh kekotoran dan kesedihan. Meskipun begitu, secara umum manusia perlu seimbang dalam usaha dan mengatur porsi waktu untuk kepentingan dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah:
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (al-Qasas/28: 77).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 14
“Sungguh, beroleh kemenanganlah siapa yang menyucikan." (ayat 14)
Artinya, menanglah di dalam perjuangan hidup ini barangsiapa yang selalu menyucikan atau membersihkan dirinya daripada maksiat dan dosa.
Ayat 15
“Dan yang ingat akan nama Tuhannya, lalu dia shalat." (ayat 15)
Usaha menyucikan diri tidaklah akan berhasil kalau tidak selalu mengingat Allah. Melakukan dzikir, selalu ingat kepada Allah adalah kendali yang sebaik-baiknya atas diri.
Ayat 16
“Akan tetapi kamu lebih mementingkan hidup di dunia." (ayat 16)
Masih ada di antara kamu yang lebih mementingkan hidup di dunia ini saja, tidak mengingat lanjutan hidup di Hari Akhirat. Sudah senang tenteram saja hatinya di negeri dunia yang hanya tempat singgah sebentar ini.
Ayat 17
“Dan Akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (ayat 17)
Ayat 18
“Sesungguhnya ini." Yaitu bahwa yang menang dalam hidup ialah orang yang selalu berusaha menyucikan atau membersihkan jiwa, bukanlah dia semata-mata pengajaran yang timbul sejak Nabi Muhammad ﷺ dan bukan wahyu dalam Al-Qur'an saja.
Ajaran ini “Telah ada di dalam shuhuf yang dulu-dulu." (ujung ayat 18)
Sebagaimana telah kita ketahui, wahyu yang diturunkan kepada Nabi-nabi itu ada saja catatannya. Catatan itu dinamai shuhuf, kertas yang digulung, lalu dikembangkan ketika membacanya. Maka macam-macamlah shuhuf itu. Yang lebih tebal dinamai Kitab atau Zabur dan yang terpecah-pecah dinamai shuhuf.
Ayat 19
Terutama “Yaitu: Shuhuf Ibrahim dan Musa." (ayat 19)
***
KELEBIHAN SURAH INI
Menurut sebuah hadits yang dirawikan oleh Muslim, adalah menjadi kebiaasan Rasulullah ﷺ mengambil surah Sabbihisma Rabbikal A'laa dan Hal Ataaka Haditsul Ghaasyiyah untuk bacaan shalat Jum'at dan pada dua hari raya. Dan kadang-kadang berkumpul dalam satu hari, Jum'at dan Hari Raya; beliau baca jua kedua surah ini di kedua shalat itu. Beliau ﷺ membaca pula surah ini dalam shalat witir di rakaat pertama, Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna di rakaat kedua dan Qul Huwallaahu Ahad dan Dua Qul A'uudzu di rakaat ketiga (terakhir).