Ayat

Terjemahan Per Kata
فَمَهِّلِ
maka beri tangguhlah
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
أَمۡهِلۡهُمۡ
beritangguhlah mereka
رُوَيۡدَۢا
sedikit/sebentar
فَمَهِّلِ
maka beri tangguhlah
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
أَمۡهِلۡهُمۡ
beritangguhlah mereka
رُوَيۡدَۢا
sedikit/sebentar
Terjemahan

Maka, tangguhkanlah orang-orang kafir itu. Biarkanlah mereka sejenak (bersenang-senang).
Tafsir

(Karena itu beri tangguhlah) hai Muhammad (orang-orang kafir itu, beri tangguhlah mereka) lafal Amhilhum mengukuhkan makna yang terkandung di dalam lafal Famahhil; dianggap baik karena lafalnya berbeda dengan yang pertama, artinya tangguhkanlah mereka itu (barang sebentar) dalam waktu yang singkat. Lafal Ruwaidan adalah mashdar yang mengukuhkan makna 'Amilnya. Ia adalah bentuk Tashghir dari lafal Rawdun atau Arwaadun yang mengandung makna Tarkhiim. Dan Allah ﷻ benar-benar mengazab orang-orang kafir itu dalam perang Badar. Akan tetapi ayat penangguhan ini dinasakh oleh ayat perang, yakni Allah memerintahkan Nabi-Nya supaya berjihad memerangi mereka.
Tafsir Surat Ath-Thariq: 11-17
Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan, sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil, dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya. Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-raj'u ialah hujan, dan diriwayatkan pula darinya bahwa yang dimaksud adalah awan yang mengandung air hujan. Menurut riwayat lainnya lagi yang juga bersumber darinya, sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi langit yang mengandung hujan. (Ath-Thariq: 11) Yakni menurunkan hujan, kemudian menurunkan hujannya lagi. Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang mengembalikan rezeki hamba-hamba setiap tahunnya; seandainya tidak demikian, niscaya binasalah mereka dan juga hewan ternak mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang kembali bintang-bintangnya, mataharinya, dan rembulannya datang dari arah ini. dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. (Ath-Thariq: 12) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah terbelahnya bumi mengeluarkan tetumbuhannya. Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Abu Malik, Adh-Dhahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Suddi, dan selain mereka yang bukan hanya seorang. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil. (Ath-Thariq: 13) Ibnu Abbas mengatakan, faslun artinya yang hak atau yang benar.
Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, sedangkan yang lain mengatakan hukum yang adil. dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. (Ath-Thariq: 14) Yakni bahkan Al-Qur'an itu sungguhan dan benar. Kemudian Allah menceritakan perihal orang-orang kafir, bahwa mereka mendustakan Al-Qur'an dan menghalang-halangi manusia dari mengikuti jalannya. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. (Ath-Thariq: 15) Mereka membuat tipu daya dalam seruannya kepada manusia untuk mengelabui mereka agar menentang Al-Qur'an. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu. (Ath-Thariq: 17) Yakni berilah mereka masa tangguh dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap mereka.
yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Ath-Thariq: 17) Maksudnya, waktu sebentar. Maka kelak kamu akan menyaksikan apa yang bakal menimpa mereka, yaitu azab, pembalasan, dan hukuman serta kehancuran. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24) Demikianlah akhir tafsir surat Ath-Thariq dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya.
Wahai Nabi, Allah telah berjanji demikian. Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir itu. Berilah mereka itu kesempatan untuk sementara waktu dan jangan engkau terburu-buru meminta Allah membinasakan mereka. Biarkan mereka hidup di dunia ini beberapa tahun lagi bersama keingkaran mereka. Di akhirat nanti mereka akan menghadap Tuhan dalam keadaan hina dan dimurkai. 1. Wahai Nabi, sucikanlah nama Tuhanmu yang Mahatinggi dari hal-hal yang tidak layak bagi kemuliaan-Nya.
Allah menyuruh Nabi Muhammad agar meneruskan dakwahnya dan tidak mengharapkan agar orang kafir cepat-cepat mendapat siksa. Allah menangguhkan siksa-Nya agar dosa mereka bertambah banyak, sehingga bila Allah menurunkan azab-Nya nanti, tidak akan ada seorang pun lagi yang menaruh kasihan kepada mereka. Allah berfirman:
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam azab yang keras. (Luqman/31: 24).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 11
“Demi langit yang menurunkan hujan." (ayat 11)
Di dalam ayat ini terdapat kata-kata Raj'i yang diartikan hujan. Padahal asal maknanya ialah kembali, seperti di ayat 8 tadi terdapat kata Raj'i dengan makna kembali! Mengapa Raj'i artinya di sini jadi hujan? Sebab hujan itu memang air dari bumi juga, mulanya menguap naik ke langit, jadi awan berkumpul dan turun kembali ke bumi, setelah menguap lagi naik kembali ke langit dan turun kembali ke bumi. Demikian terus-menerus, naik kembali, turun kembali.
Ayat 12
“Demi bumi yang menimbulkan tumbuh-tumbuhan." (ayat 12)
Dan kamu hai insan, hanyalah karena belas kasihan Allah yang mengatur pertalian langit dan bumi itu. Kalau kamu perhatikan itu, niscaya kamu akan insaf di mana letakmu dalam alam ini?
Ayat 13
“Sesungguhnya dia adalah kata yang tegas jitu." (ayat 13)
Tegas keluarnya dan jitu maksudnya, tiada tendeng aling-aling, sehingga jelaslah menjadi fasih, tampak pemisah di antara yang hak dengan yang batil.
Ayat 14
“Dan bukanlah dia suatu olok-olok." (ayat 14)
Itulah kata Al-Qur'an tegas dan jitu sehingga bila “ketukpalunya" telah kedengaran, tidak ada suara lain lagi.
Ayat 15
“Sesungguhnya mereka membuat dalih, sebenarnya dalih." (ayat 15)
Membuat tipu hendak mengelak, dengan sebenar tipu.
Ayat 16
“Dan Aku pun membuat dalih, sebenarnya dalih." (ayat 16)
Dengan segenap daya upaya, orang kafir itu hendak mendalih menipu Allah, namun yang tertipu bukanlah Dia, melainkan diri mereka sendiri.
Ayat 17
“Maka perlambat-lambatlah bagi orang-orang yang kafir itu."
Lambat akan datang pembalasan atau adzab.
“Aku pun memperlambat-lambatnya pula, sebentar." (ujung ayat 17)
Mereka sangka perlambatan itu akan lama, padahal hanya sebentar.