Ayat
Terjemahan Per Kata
أَلَا
tidakkah
يَظُنُّ
mereka menyangka
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
أَنَّهُم
bahwa sesungguhnya mereka
مَّبۡعُوثُونَ
orang-orang yang dibangkitkan
أَلَا
tidakkah
يَظُنُّ
mereka menyangka
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
أَنَّهُم
bahwa sesungguhnya mereka
مَّبۡعُوثُونَ
orang-orang yang dibangkitkan
Terjemahan
Tidakkah mereka mengira (bahwa) sesungguhnya mereka akan dibangkitkan
Tafsir
(Tidakkah) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna celaan (mempunyai sangkaan) artinya merasa yakin (mereka itu, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.).
Tafsir Surat Al-Muthaffifin: 1-6
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Aqil, Ibnu Majah menambahkan dari Abdur Rahman ibnu Bisyr, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Yazid ibnu Abu Sa'id An-Nahwi maula Quraisy, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Nabi ﷺ tiba di Madinah, orang-orang Madinah terkenal dengan kecurangannya dalam hal takaran.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya: Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Al-Muthaffifin: 1) Setelah itu mereka menjadi orang-orang,yang baik dalam menggunakan takaran. Ibnu Abu Hatim mengatakan, tclah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Nadr ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, dari Al-A'masy. dari Amr ibnu Murrah, dari Abdullah ibnu Haris, dari Hilal ibnu Talq yang mengatakan bahwa ketika aku sedang berjalan bersama Ibnu Umar. maka aku bertanya, "'Siapakah manusia yang paling baik dan paling memenuhi dalam memakai takaran, penduduk Mekah ataukah penduduk Madinah?' Ibnu Umar menjawab.Sudah seharusnya bagi mereka berbuat demikian.
tidakkah engkau telah mendengar firman-Nya: "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang" (Al-Muthaffifin: 1).'" Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Saib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail. dari Dirar, dari Abdullah Al-Maktab, dari seorang lelaki, dari Abdullah yang mengatakan bahwa pernah seorang lelaki berkata kepadanya, "Wahai Abu Abdur Rahman, sesungguhnya penduduk Madinah benar-benar memenuhi takaran mereka." Abdullah menjawab, "Lalu apakah yang mencegah mereka untuk tidak memenuhi takaran, sedangkan Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman: "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang" (Al-Muthaffifin: 1).'sampai dengan firman-Nya: '(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam' (Al-Muthaffifin: 6) Makna yang dimaksud dengan tatfif di sini ialah curang dalam memakai takaran dan timbangan, yang adakalanya meminta tambah bila menagih orang lain, atau dengan cara mengurangi bila ia membayar kepada mereka.
Untuk itulah maka dalam firman berikutnya dijelaskan siapa saja mereka yang diancam akan mendapat kerugian dan kecelakaan yang besar, yaitu: (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. (Al-Muthaffifin: 2) Yakni bila mereka menerima takaran dari orang lain, maka mereka meminta supaya dipenuhi dan diberi tambahan. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (Al-Muthaffifin: 3) Yaitu merugikan orang lain dengan menguranginya. Hal yang terbaik dalam meng-i'rab ayat ini hendaknya lafal kalu dan wazanu dianggap sebagai fi'il (kata kerja) yang muta'addi.
Dengan demikian, berarti damir hum berkedudukan dalam mahal nasab sebagai maful-nya. Tetapi sebagian ulama Nahwu menjadikan damir tersebut sebagai taukid dari damir yang tidak disebutkan dalam lafal kalu dan wazanu sedangkan maf'ul-nya dibuang karena sudah dapat dimaklumi dari konteksnya. Keduanya mempunyai makna yang berdekatan. Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kepada manusia untuk memenuhi takaran dan timbangan dengan jujur. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan sempurnakanlah takaran apabila kalian menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itilah yang lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (Al-Isra: 35) Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. (Al-An'am: 152) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kalian mengurangi neraca itu. (Ar-Rahman: 9) Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah membinasakan kaum Syu'aib dan menghancurkannya disebabkan mereka curang terhadap orang lain dalam melakukan takaran dan timbangan.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar. (Al-Muthaffifin: 4-5) Mereka sama sekali tidak takut kepada hari berbangkit, yang di hari itu mereka akan diberdirikan di hadapan Tuhan Yang Mengetahui semua isi dan rahasia, untuk dimintai pertanggungjawabannya, yaitu di hari yang menakutkan karena banyak peristiwa yang dahsyat terjadi di hari itu lagi sangat mengerikan. Barang siapa yang merugi di hari itu, maka dimasukkanlah ia ke dalam neraka yang panas.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (Al-Muthaffifin: 6) Yakni mereka berdiri dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, lagi tidak berkhitan di tempat pemberhentian yang amat sulit, sesak, lagi menyengsarakan bagi orang yang durhaka, karena mereka diselimuti oleh murka Allah yang tiada suatu kekuatan pun atau panca indra pun yang mampu bertahan terhadapnya. ". Imam Malik telah meriwayatkan dari Nafi', dari Ibnu Umar , bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: di hari (ketika) manusia berdiri di hadapan Tuhan semesta alam, sehingga seseorang dari mereka tenggelam ke dalam keringatnya sampai sebatas pertengahan hidungnya.
Imam Bukhari meriwayatkan hadits ini melalui Malik dan Abdullah ibnu Aun, keduanya dari Nafi' dengan sanad yang sama. Imam Muslim telah meriwayatkannya melalui dua jalur pula. Demikian pula hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ayyub ibnu Yahya, Saleh ibnu Kaisan, dan Abdullah serta Ubaidillah (keduanya putra Umar), dan Muhammad ibnu Ishaq, dari Nafi', dari Ibnu Umar dengan sanad yang sama.
Lafal Imam Ahmad menyebutkan bahwa: ::" telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ishaq, dari Nafi, dari Ibnu Umar, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Di hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam, kelak di hari kiamat, karena kebesaran Tuhan Yang Maha Pemurah, sehingga sesungguhnya keringat benar-benar menenggelamkan orang-orang sampai batas pertengahan telinga mereka. Hadits lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa: -: ". telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, telah menceritakan kepadaku Sulaim ibnu Amir, telah menceritakan kepadakii Al-Miqdad ibnul Aswad Al-Kindi' yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Apabila hari kiamat terjadi, matahari didekatkan kepada semua hamba sampai jarak satu atau dua mil.
Sinar matahari memanggang mereka, maka keringat mereka sesuai dengan kadar amal perbuatan masing-masing. Di antara mereka ada yang keringatnya hanya sampai kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua lututnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada pinggangnya, dan di antara mereka ada yang benar-benar ditenggelamkan oleh keringatnya. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dari Al-Hakam ibnu Musa, dari Yahya ibnu Hamzah, sedangkan Imam At-Tirmidzi dari Suwaid, dari Ibnul Mubarak; keduanya dari Ibnu Jabir dengan sanad yang sama.
Hadits lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Siwar, telah menceritakan kepada kami Al-Lais ibnu Sa'd dari Mu'awiyah ibnu Saleh, bahwa Abu Abdur Rahman pernah menceritakan kepadanya dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Matahari didekatkan kelak di hari kiamat sampai jaraknya hanya satu mil (tingginya), dan panasnya ditambah sebanyak sekian kali lipat, hingga membuat kepala mendidih karenanya, sebagaimana panci (yang berisikan air) mendidih; dan mereka berkeringat karenanya sesuai dengan kadar dosa-dosa mereka. Di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua betisnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pertengahan tubuhnya, dan di antara mereka ada yang terbenam dalam keringatnya. Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid (tunggal).
Hadits lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Usyanah alias Hay ibnu Mumin; ia telah mendengar Uqbah ibnu Amir mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Matahari mendekat ke bumi, maka manusia berkeringat; di antara mereka ada yang keringatnya sampai batas kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai ke pertengahan betisnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua lututnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai ke pantatnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada pinggangnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua pundaknya, dan di antara mereka ada yang keringatnya mencapai pertengahan mulutnya Uqbah mengisyaratkan ke mulutnya, lalu mencocoknya seraya mengatakan bahwa aku melihat Rasulullah ﷺ mengisyaratkan demikian dengan tangannya, dan di antara mereka ada yang tenggelam oleh keringatnya.
Uqbah mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan seseorang tenggelam. Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini secara nmnfarid. Di dalam hadits lain disebutkan bahwa mereka berdiri selama tujuh puluh tahun tanpa ada yang berbicara. Menurut pendapat yang lainnya, mereka berdiri selama tiga ratus tahun, dan menurut pendapat yang lainnya lagi empat puluh ribu tahun, lalu dilakukan peradilan di antara mereka dalam masa yang lamanya sepuluh ribu tahun, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui Abu Hurairah secara marfu, Dalam sehari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun (menurut perhitungan kamu).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Aun Az-Ziyadi, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Aj Ian, bahwa ia pernah mendengar Abu Yazid Al Madani menceritakan hadits berikut dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada Basyir Al-Gifari: Apakah yang akan engkau perbuat di hari (ketika) manusia berdiri padanya selama tiga ratus tahun menghadap kepada Tuhan Yang menguasai semesta alam menurut perhitungan hari dunia; tiada suatu berita pun dari langit datang kepada mereka dan tiada suatu keputusan pun yang diperintahkan kepada mereka? Basyir Al-Gifari menjawab, "Hanya kepada Allah-lah kami meminta pertolongan." Nabi ﷺ bersabda: Maka apabila kamu telah mengungsi di peraduanmu, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kesusahan di hari kiamat dan hisab yang buruk.
Ibnu Jarir meriwayatkan hadits ini melalui jalur Abdus Salam dengan sanad yang sama. Di dalam kitab Sunan Abu Dawud disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ sering memohon perlindungan kepada Allah dari sempitnya tempat berdiri di hari kiamat. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa mereka berdiri selama empat puluh tahun seraya mengangkat kepala mereka ke langit, tiada seorang pun yang mengajak mereka bicara, keringat mengekang mereka yang durhaka maupun yang berbakti. Menurut riwayat dari Ibnu Umar, mereka berdiri selama seratus tahun; keduanya diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Di dalam kitab Sunan Abu Dawud, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah disebutkan: melalui hadits Zaid ibnul Habbab, dari Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Azar ibnu Sa'id Al-Hirazi, dari ‘Ashim ibnu Humaid, dari Aisyah r.a bahwa Rasulullah ﷺ membuka qiyamul lailnya dengan membaca takbir sepuluh kali, tahmid sepuluh kali, tasbih sepuluh kali, dan istigfar sepuluh kali, kemudian berdo'a: Ya Allah, berilah ampunan bagiku, berilah aku petunjuk, berilah aku rezeki, dan berilah aku kesejahteraan. Lalu beliau berlindung kepada Allah dari sempitnya tempat berdiri di hari kiamat."
4-5. Allah mengecam mereka, 'Mengapa mereka berbuat curang' Tidaklah mereka itu mengira bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, yaitu hari kebangkitan yang penuh kejadian mengerikan dan menegangkan''4-5. Allah mengecam mereka, 'Mengapa mereka berbuat curang' Tidaklah mereka itu mengira bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, yaitu hari kebangkitan yang penuh kejadian mengerikan dan menegangkan''.
Ayat ini mencela orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan dengan pertanyaan apakah mereka itu menyangka hari kebangkitan itu tidak akan pernah ada. Sebab, jika mereka menyangka saja, belum meyakini adanya hari kebangkitan, tentu mereka tidak tergugah untuk menghindari kecurangan. Memang mereka itu tidak mengharapkan adanya hari penghitungan, sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya dahulu mereka tidak pernah mengharapkan perhitungan. (an-Naba'/78: 27)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-MUTHAFFIFIIN
(ORANG-ORANG YANG CURANG)
SURAH KE-83, 36 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
Ayat 1
Asal mendapat keuntungan agak banyak, orang tidak segan berlaku curang, baik dalam menyukat dan menggantang, ataupun dalam menimbang sesuatu barang yang tengah diperniagakan. Mereka mempunyai dua macam sukat, gantang, ataupun anak timbangan, sukatan untuk pembeli beda dengan sukatan untuk penjual. Itulah orang-orang yang celaka.
“Celakalah atas orang-orang yang curang itu." (ayat 1)
Ayat 2
“Yang apabila menerima sukaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi." (ayat 2)
Sebab mereka tidak mau dirugikan! Maka awaslah dia, hati-hati melihat bagaimana orang itu menyukat atau menggantang.
Ayat 3
“Tetapi apabila menyukai atau menimbang untuk orang lain, mereka merugikan." (ayat 3)
Dibuatnyalah sukatan (timbangan) yang curang; kelihatan dari luar bagus padahal di dalamnya ada alas sukatan, sehingga kalau digunakan, isinya jadi kurang dari yang se-mestinya. Atau anak timbangan dikurangkan beratnya dari yang semestinya; atau timbangan itu sendiri dirusakkan dengan tidak kentara.
Wailun, celakalah dia! Merekalah pangkal bala merusak pasaran dan merusak amanah. Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa keuntungan yang didapat dengan cara demikian bukanlah keuntungan yang terpuji. Wailun, celakalah dia! Sebab kecurangan yang demikian akan membawa budi pekertinya sendiri menjadi kasar. Tidak merasa tergetar hatinya memberikan rezeki yang didapatnya dengan curang itu sebagai belanja anak dan istrinya, lalu mereka makan dan minum.
Ayat 4
Maka datanglah teguran Allah berupa pertanyaan, “Apakah tidak menyangka orang-orang itu bahwa mereka akan dibangkitkan?" (ayat 4)
Apakah tidak terkenang dalam hati mereka bahwa kekayaan yang didapat dengan jalan curang dan merugikan orang lain itu tidaklah akan kekal? Dan kalau dia mati, sedikit pun harta itu tidak akan dapat menolong dia? Malahan mereka akan dibangkitkan sesudah mati, untuk mempertanggungjawabkan segala kecurangan itu.
Ayat 5
“Buat Hari Yang Besar." (ayat 5)
Hari Kiamat, hari perhitungan, hari penyisihan di antara yang haq dan batil,
Ayat 6
“Hari yang akan bangkit manusia."
Bangkit dari alam kuburnya, dari dalam tidurnya, karena panggilan sudah datang,
“(Untuk menghadap) Tuhan sarwa sekalian alam." (ujung ayat 6)