Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذَا
dan apabila
ٱنقَلَبُوٓاْ
(orang-orang berdosa) kembali
إِلَىٰٓ
kepada
أَهۡلِهِمُ
keluarganya/kaumnya
ٱنقَلَبُواْ
mereka kembali
فَكِهِينَ
riang gembira
وَإِذَا
dan apabila
ٱنقَلَبُوٓاْ
(orang-orang berdosa) kembali
إِلَىٰٓ
kepada
أَهۡلِهِمُ
keluarganya/kaumnya
ٱنقَلَبُواْ
mereka kembali
فَكِهِينَ
riang gembira
Terjemahan
Apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria (dan sombong).
Tafsir
(Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali) pulang (kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira) menurut suatu qiraat dibaca Faakihiina bukan Fakihiina; artinya mereka merasa puas karena telah memperolok-olokkan kaum mukmin.
Tafsir Surat Al-Muthaffifin: 29-36
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat, padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin.
Maka pada hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal orang-orang yang berdosa, bahwa mereka sewaktii di dunia menertawakan orang-orang mukmin, yakni mengejek dan menghina mereka. Dan apabila mereka melewati orang-orang mukmin, maka mereka saling berkedip di antara sesamanya sebagai penghinaan dan merendahkan orang-orang mukmin. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. (Al-Muthaffifin: 31) Yakni bilamana orang-orang yang berdosa itu kembali ke tempat tinggal mereka, maka mereka kembali kepada kehidupan yang gembira dan menyenangkan.
Dengan kata lain, apa pun yang mereka inginkan, mereka dapat memperolehnya, yakni mereka hidup senang dan kaya. Tetapi sekalipun demikian keadaan mereka, mereka tidak mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikaii kepada mereka, bahkan sebaliknya mereka sibuk dengan menghina dan mencemoohkan kaum mukmin serta dengki terhadapnya. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, "sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat. (Al-Muthaffifin:32) karena orang-orang mukmin tidak seagama dengan mereka.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam ayat berikutnya: padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. (Al-Muthaffifin:33) Artinya, orang-orang yang berdosa itu bukanlah sebagai penjaga orang-orang mukmin untuk mengawasi semua perbuatan dan ucapan mereka, dan mereka tidak pula ditugaskan untuk melakukan hal itu terhadap orang-orang mukmin. Lalu mengapa mereka menyibukkan dirinya dengan orang-orang mukmin dan menjadikan orang-orang mukmin sebagai sasaran yang ada di hadapan mata mereka? Tungau di seberang jalan kelihatan, tetapi gajah di pelupuk mata tidak kelihatan.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kalian berbicara dengan-Ku. Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia), "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang paling baik. Lalu kalian menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kalian mengejek mereka, menjadikan kalian lupa mengingat Aku dan adalah kalian selalu menertawakan mereka.
Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang. (Al-Muminun: 108-111) Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan: Maka pada hari ini. (Al-Muthaffifin:34) Maksudnya, di hari kiamat. Orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir. (Al-Muthaffifin:34) sebagai pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa karena mereka sewaktu di dunia menertawakannya. mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. (Al-Muthaffifin:35) Yaitu memandang kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk menyanggah dugaan orang-orang berdosa yang menuduh mereka sebagai orang-orang yang sesat. Di hari itu terbukti bahwa orang-orang mukmin yang mereka tertawakan tidak sesat, bahkan merekaadalah kekasih-kekasih Allah yangdidekatkan kepada-Nya, dan dapat melihat kepada Tuhan mereka di negeri kehormatan-Nya, yaitu surga.
Firman Allah Swt: Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al-Muthaffifin:36) Yakni apakah orang-orang kafir itu telah mendapat balasan dari apa yang pernah mereka lakukan terhadap orang-orang mukmin sewaktu di dunia, yaitu penghinaan dan cemoohan, ataukah tidak? Sebagai jawabannya ialah mereka telah mendapat pembalasan dari amal perbuatan mereka dengan balasan yang lengkap, setimpal, lagi sempurna. Demikianlah akhir tafsir surat Al-Muthaffifin, segala puji bagi Allah atas semua karunia-Nya."
Dan tidak hanya mengejek orang beriman di jalan, apabila orang-orang yang berdosa dan kafir kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria karena telah menertawakan orang beriman. Mereka dengan riang menceritakan kepada kaumnya hinaan dan ejekan yang telah mereka lakukan kepada kaum mukmin. dan apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria. 32. Dan apabila mereka yang berdosa dan kafir itu melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, 'Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat karena telah beriman kepada Muhammad dan meninggalkan keyakinan nenek moyang mereka. '.
Apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, orang-orang yang berdosa itu saling memberi isyarat dengan kedipan mata yang mengandung unsur ejekan dan cemoohan. Apabila kembali kepada kaum kerabatnya, mereka membangga-banggakan diri karena telah mengadakan tindakan terhadap pengikut-pengikut Muhammad ﷺ dengan berbagai tindakan yang mengandung unsur ejekan, cemoohan, dan permusuhan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 29
“Sesungguhnya orang-orang yang durhaka itu, adalah mereka menertawakan orang-orang yang beriman." (ayat 29)
Orang yang durhaka itu menertawakan orang-orang beriman, sebab si durhaka melihat orang yang beriman tidak lepas seleranya, terkungkung nafsunya, tidak mau berbuat sekehendak hati dalam hidupnya, terlalu banyak larangan ini dan itu.
Ayat 30
“Dan apabila mereka lalu lintas di hadapan mereka itu, mereka pun berkedip-kedipan mata." (ayat 30)
Artinya mencemooh dan memandang hina kepada orang beriman; diisyaratkannya kepada temannya, baik dengan kedipan mata atau dengan cibiran bibir, atau dengan cubit-cubitan tangan; yang semua itu maksudnya tidak lain ialah menghina.
Ayat 31
“Dan apabila mereka kembali kepada ahli mereka."
Yaitu apabila orang-orang durhaka itu kembali kepada orang-orang yang sepaham dengan mereka atau keluarga-keluarga mereka sendiri yang jauh dari agama.
“Mereka pun kembali dalam keadaan berolok-olok." (ujung ayat 31)
Ayat 32
“Dan apabila mereka lihat mereka itu, mereka berkata, ‘Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang sesat.'" (ayat 32)
Maka kalau kelihatan orang beriman, telah meleburkan diri ke dalam cita-cita yang besar, menegakkan Sabilillah, jalan Allah yang lurus sehingga Mukmin itu mau mengorbankan segala-galanya untuk cita-cita yang mulia itu; mereka yang durhaka itu menuduh bahwa orang Mukmin itu telah memilih jalan yang sesat, membawa diri kepada kebinasaan.
Ayat 33
“Padahal tidaklah mereka itu diutus kepada mereka untuk menjadi pemelihara." (ayat 33)
Artinya, baik orang Mukmin itu akan menderita, atau terkorban karena membela keyakinan hidup; semua itu tidak ada sangkut-pautnya dengan orang- orang kafir durhaka itu. Jadi, apa pedulimu?
Ayat 34
“Maka pada hari ini."
Yaitu hari pembalasan di akhirat, atau hari kemenangan cita-cita Muslim di dunia ini, terbaliklah keadaan di hari itu,
“Meneka yang beriman itu pulalah yang menertawakan." (ujung ayat 34)
Tepatlah sebuah pepatah, bahwa orang durhaka itu tertawa lebih dahulu, menangis kemudian. Sedang orang yang beriman, bersakit-sakit dahulu, tertawa kemudian. Mereka di waktu itu akan menertawakan orang-orang durhaka, atau tertawa gembira menerima nikmat yang telah dijanjikan Allah.
Ayat 35
“Dari mahligai mereka memandang." (ayat 35)
Duduklah orang-orang yang beriman itu di atas mahligai ketinggian, memandang nikmat sekeliling dan memandang pula akibat buruk bagi orang-orang durhaka tadi.
Ayat 36
“Bukankah tidak dibatasi orang-orang yang kafir itu, kecuali menurut apa yang telah mereka kerjakan?" (ayat 36)
Bukankah itu sudah adil?