Ayat
Terjemahan Per Kata
وَوُجُوهٞ
dan wajah-wajah
يَوۡمَئِذٍ
pada hari itu
عَلَيۡهَا
atasnya
غَبَرَةٞ
tertutup debu
وَوُجُوهٞ
dan wajah-wajah
يَوۡمَئِذٍ
pada hari itu
عَلَيۡهَا
atasnya
غَبَرَةٞ
tertutup debu
Terjemahan
Pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram)
Tafsir
(Dan banyak pula muka pada hari itu tertutup debu) artinya, penuh dengan debu.
Tafsir Surat 'Abasa: 33-42
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri. tertawa dan gembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan as-sakhkhah ialah salah satu nama lain dari hari kiamat, Allah memperingatkan dan mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan hari tersebut. Ibnu Jarir mengatakan bahwa barangkali ia merupakan nama tiupan sangkakala. Al-Bagawi mengatakan, as-sakhkhah artinya pekikan hari kiamat, dikatakan demikian karena kejadiannya memekakkan telinga sehingga hampir saja menjadikannya tuli. pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. ('Abasa: 34-36) Yaitu dia melihat mereka, tetapi lari dari mereka dan menjauhinya, karena dahsyatnya huru-hara dan kengerian yang terjadi pada hari itu.
Ikrimah mengatakan bahwa seseorang berdua dengan istrinya, lalu berkata kepadanya, "Wahai istriku, suami macam apakah aku ini bagimu?" Si istri menjawab "Engkau adalah sebaik-baik suami." dan istrinya memujinya dengan pujian yang baik semampunya. Kemudian si suami berkata kepada istrinya, '"Maka sesungguhnya hari ini aku meminta suatu kebaikan darimu dengan suka rela, barangkali aku dapat selamat dari apa yang engkau saksikan sekarang ini." Si istri menjawab, "Alangkah mudahnya permintaanmu, tetapi aku tidak mampu memberimu sesuatu pun karena aku pun sedang dicekam oleh rasa takut yang sama seperti yang kamu alami." Dan sesungguhnya seseorang bersua dengan anaknya, lalu ia bergantung kepadanya dan mengatakan,"Wahai Anakku, orang tua seperti apakah aku ini bagimu?" Si anak menjawab dengan mengemukakan pujian kepadanya, lalu ia berkata kepada si anak, "Wahai Anakku, sesungguhnya aku sekarang sangat memerlukan bantuan sedikit dari kebaikanmu, mudah-mudahan dengannya aku dapat selamat dari keadaanku sekarang ini yang engkau Hhat sendiri." Maka si anak menjawab, "Wahai Ayah, betapa ringannya permintaanmu, tetapi aku sendiri merasa takut dengan ketakutan yang sama seperti yang engkau alami, maka aku tidak mampu memberimu sesuatu pun dari apa yang engkau minta'itu." Hal ini diungkapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui firman-Nya: pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. ('Abasa: 34-36)
Di dalam hadits shahih yang menceritakan peristiwa syafaat disebutkan bahwa ketika dimintakan kepada tiap-tiap rasul dari ulul 'azmi untuk memohonkan syafaat di hadapan Allah buat semua makhluk, maka tiap-tiap orang dari mereka mengatakan.Aku lebih mengutamakan diriku, aku lebih mengutamakan diriku, dan aku tidak memohon kepada Engkau selain keselamatan buat diriku sendiri." Sehingga Isa putra Maryam sendiri mengatakan,"Aku tidak memohon kepada-Nya hari ini kecuali untuk keselamatan diriku sendiri, dan aku tidak memohon kepada-Nya untuk keselamatan ibuku Maryam yang telah melahirkanku." Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. ('Abasa: 34-36) Qatadah mengatakan bahwa pada hari itu yang dipentingkan adalah yang paling dicintai dan paling dekat karena dahsyatnya huru-hara di hari itu.
Yang dalam hal ini tiada yang lebih dicintai dan lebih dekat bagi seseorang kecuali diri masing-masing. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. ('Abasa: 37) Yakni dia sangat sibuk dengan urusannya sendiri sehingga lupa kepada orang lain.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar ibnul Haris Al-Walid ibnu Saleh. telah menceritakan kepada kami Sabit alias Abu Zaid Al-Ubadani, dari Hilal ibnu Khabbab, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kelak kalian akan dihimpunkan (di hari kiamat) dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, jalan kaki lagi dalam keadaan tidak bersunat (berkhitan).
Maka salah seorang istri beliau ﷺ ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat (yang lain), atau sebagian dari kita dapat melihat aurat sebagian yang lainnya?" Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Tiap-tiap orang dari mereka di hari itu disibukkan dengan urusannya sendiri atau sibuk dengan urusannya sendiri hingga tidak sempat memandang (orang lain). Imam An-Nasai telah meriwayatkan hadits ini secara tunggal dengan sanad yang sama, dari Abu Dawud, dari Arim, dari Sabit ibnu Yazid alias Ibnu Zaid Al-Ahwal Al-Basri salah seorang siqah, dari Hilal ibnu Khabab, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas dengan lafal yang sama.
Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Humaid, dari Muhammad ibnul Fadl, dari Sabit ibnu Zaid, dari Hilal ibnu Khabbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Kelak kalian akaii dihimpunkan (di hari kiamat) dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak berkhitan. Maka seorang wanita bertanya.Apakah dapat melihat atau memandang sebagian dari kita kepada aurat sebagian yang lainnya?"' Rasulullah ﷺ menjawab: Wahai Fulanah, tiap-tiap orang dari mereka di hari itu disibukkan oleh urusannya masing-masing. Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini kalau tidak hasan shahih, dan telah diriwayatkan hadits ini melalui berbagai jalur dari ibnu Abbas.
Imam An-Nasai mengatakan. telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Usrnan, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan kepada kami Az-Zubaidi, telah menceritakan kepadaku Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Manusia dibangkitkan di hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, lagi tidak berkhitan. Maka Siti Aisyah bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah dengan aurat-aurat kami?" Rasulullah ﷺ menjawab: Masing-masing orang dari mereka di hari itu cukup sibuk dengan urusannya sendiri. Imam An-Nasai meriwayatkan hadits ini secara tunggal dari jalur ini. Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Azar ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Musa, dari Aid ibnu Syuraih.
dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Siti Aisyah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, sesungguhnya aku hendak bertanya kepada engkau tentang suatu hadits, maka aku berharap semoga engkau menceritakannya kepadaku." Rasulullah ﷺ menjawab, "Jika aku mempunyai pengetahuan tentangnya, tentu aku akan menceritakannya kepadamu." Siti Aisyah bertanya, "Wahai Nabi Allah, bagaimanakah keadaan kaum laki-laki ketika dihimpunkan?" Rasulullah ﷺ menjawab: (Mereka dihimpunkan) dalam keadaan tidak beralas kaki lagi telanjang bulat. Siti Aisyah berhenti sejenak, lalu bertanya lagi,"Bagaimanakah keadaan kaum wanita saat dihimpunkan?" Nabi ﷺ menjawab: Sama saja dalam keadaan tidak beralas kaki lagi telanjang. Maka Siti Aisyah berkata, '"Aduhai kedua aurat ini pada hari kiamat nanti!" Rasulullah ﷺ Bersabda: Apakah yang dimaksud dengan pertanyaanmu? Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku suatu ayat yang tidak akan membahayakanmu apakah kamu berpakaian ataukah tidak." Siti Aisyah bertanya,"Ayat yang manakah; wahai Nabi Allah, yang engkau maksudkan?" Rasulullah ﷺ menjawab: Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. ('Abasa: 37) Al-Bagawi di dalam kitab tafsirnya mengatakan: ".
" telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Asy-Syuraihi, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ibrahim As-Sa'labi, telah menceritakan kepadaku Al-Husain ibnu Muhammad ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Uwais, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Muhammad ibnu Abu Iyasy, dari ‘Atha’ ibnu Yasar, dari Saudah istri Nabi ﷺ yang telah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kelak manusia dibangkitkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, lagi tidak berkhitan, banjir keringat telah mengepung mereka hingga sampai batas telinga mereka.
Lalu Saudah bertanya,"Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan kedua aurat, tentu saja sebagian dari kita melihat sebagian yang lainnya?" Rasulullah ﷺ menjawab: Manusia sedang sibuk, tiap-tiap orang dari mereka di hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkan dirinya. Ditinjau dari segi jalurnya hadits ini gharib sekali. Dan hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abu Ammar alias Al-Husain ibnu Hurayyis Al-Marwazi, dari Al-Fadl ibnu Musa dengan sanad yang sama. Akan tetapi, Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa Aiz ibnu Syuraih orangnya daif dan hadisnya mengandung kelemahan.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria. ('Abasa: 38-39). Yakni manusia dihari itu ada dua golongan, ada yang muka mereka berseri-seri (bercahaya). tertawa dan gembira-ria. ('Abasa: 39) Yaitu gembira senang yang telah menguasai hati mereka, yang hal tersebut dapat terlihat melalui roman muka mereka yang berseri-seri; mereka ini adalah golongan ahli surga. dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. ('Abasa: 40-41) Roman muka mereka tampak kelabu sehingga kelihatannya hitam. ". : Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Usman Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Abu Ali alias Muhammad maula Ja'far ibnu Muhammad, dari Ja'far ibnu Muhammad, dari ayahnya, dari kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Orang kafir dikekang oleh keringatnya, kemudian kegelapan menutupi roman muka mereka.
Kemudian beliau ﷺ bersabda, bahwa itulah yang dimaksud oleh firman Allah Swt: dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu. ('Abasa: 40) Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan ditutup lagi oleh kegelapan. ('Abasa: 41) Yakni warna hitam menutupi roman muka mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka. ('Abasa: 42) Yaitu orang-orang yang hatinya kafir dan durhaka dalam amal perbuatannya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat durhaka lagi kafir. (Nuh: 27)"
40-42. Dan di sisi yang lain pada hari itu ada pula wajah-wajah manusia yang tertutup debu, pucat pasi, menghitam, dipenuhi kecemasan serta ketakutan yang sangat, tertutup oleh kegelapan akibat ditimpa kehinaan dan kesusahan. Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka. Mereka tidak beriman, tidak bersyukur, dan tidak pula beribadah kepada-Nya, bahkan sering berbuat maksiat. Demikianlah kesudahan umat manusia di akhirat nanti. 40-42. Dan di sisi yang lain pada hari itu ada pula wajah-wajah manusia yang tertutup debu, pucat pasi, menghitam, dipenuhi kecemasan serta ketakutan yang sangat, tertutup oleh kegelapan akibat ditimpa kehinaan dan kesusahan. Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka. Mereka tidak beriman, tidak bersyukur, dan tidak pula beribadah kepada-Nya, bahkan sering berbuat maksiat. Demikianlah kesudahan umat manusia di akhirat nanti.
Sebaliknya terhadap golongan kedua dinyatakan bahwa banyak pula muka orang-orang kafir pada hari itu tertutup debu penuh dengan sesal dan kesedihan. Mereka itu ditutup lagi oleh kegelapan karena ditimpa oleh kehinaan dan kesusahan. Mereka itulah orang-orang kafir yang amat durhaka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERISTIWA DI HARI KIAMAT
Setelah diperingatkan bagaimana jaminan rezeki yang diberikan Allah karena tercurahnya air hujan yang menyuburkan bumi, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang diperlukan buat hidup; pada akhirnya Allah memberikan peringatan bahwa hidup itu berbatas adanya.
Ayat 33
“Maka (ingatlah) apabila datang suara yang sangat keras itu." (ayat 33) Di dalam ayat ini disebut ash-Shakhkhah, yang berarti suara yang sangat keras. Saking kerasnya akan pecahlah anak telinga bila mendengarnya. Ini adalah salah satu dari nama- nama Hari Kiamat yang tersebut dalam Al-Qur'an.
Ayat 34
Demikian hebatnya hari itu, sehingga “Pada hari yang setiap orang lari dari saudaranya." (ayat 34)
Ayat 35
“Dan dari ibunya dan dari ayahnya." (ayat 35)
Ayat 36
“Dan dani istrinya dan anak-anaknya." (ayat 36) Maka bila tiba saat perhitungan di Hari Kiamat itu segala saudara, ibu dan ayah, istri dan anak itu tidak teringat lagi. Bagaimanapun kasih dan rapat kita dengan mereka, namun di Hari Perhitungan itu kita tidak akan mengingat mereka lagi, betapa pun karibnya. Sebab masing-masing kita telah menghadapi masalahnya sendiri-sendiri, Itulah yang dengan tepat dikatakan dalam ayat yang selanjutnya,
Ayat 37
“Bagi setiap onang dani meneka itu, di hari itu, ada satu perkara yang dihadapinya." (ayat 37) Orang lainkah yang akan terkenang, padahal masalah yang dihadapi demikian beratnya dan keputusan belum jelas?
Ayat 38
“Beberapa wajah di hari itu berseri-seri." (ayat 38)
Ayat 39
“Tertawa-tawa, bersuka cita." (ayat 39) Kegembiraan itu timbul setelah mendapat keputusan yang baik dari Hakim Yang Mahatinggi, Allah SWT, karena timbangan amal lebih berat kepada kebajikan, maka surgalah tempat yang ditentukan untuknya. Baru di sana kelak akan bertemu dengan saudara, ayah -bunda, istri dan anak, kalau memang sama-sama ada amal kebajikan.
Ayat 40
“Dan beberapa wajah di hari itu, padanya ada kemuraman." (ayat 40)
Ayat 41
“Ditekan oleh kegelapan." (ayat 41) Mengapa wajah jadi muram dan kegelapan menekan diri, sehingga tak ada cahaya harapan sama sekali?
Ayat 42
“Mereka itu ialah orang-orang yang kafir, yang durhaka." (ayat 42) Maka begitulah nasib orang yang kafir dan durhaka, muram-suram karena telah salah menempuh jalan sejak semula.