Ayat
Terjemahan Per Kata
إِذۡ
ketika
يُرِيكَهُمُ
menampakkan mereka kepadamu
ٱللَّهُ
Allah
فِي
di dalam
مَنَامِكَ
mimpimu
قَلِيلٗاۖ
sedikit
وَلَوۡ
dan sekiranya
أَرَىٰكَهُمۡ
(Allah) menampakkan mereka kepadamu
كَثِيرٗا
banyak
لَّفَشِلۡتُمۡ
pasti kamu menjadi gentar
وَلَتَنَٰزَعۡتُمۡ
dan pasti kamu berbantah-bantahan
فِي
dalam
ٱلۡأَمۡرِ
urusan
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
ٱللَّهَ
Allah
سَلَّمَۚ
telah menyelamatkan
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
عَلِيمُۢ
Maha Mengetahui
بِذَاتِ
dengan segala isi
ٱلصُّدُورِ
dada/hati
إِذۡ
ketika
يُرِيكَهُمُ
menampakkan mereka kepadamu
ٱللَّهُ
Allah
فِي
di dalam
مَنَامِكَ
mimpimu
قَلِيلٗاۖ
sedikit
وَلَوۡ
dan sekiranya
أَرَىٰكَهُمۡ
(Allah) menampakkan mereka kepadamu
كَثِيرٗا
banyak
لَّفَشِلۡتُمۡ
pasti kamu menjadi gentar
وَلَتَنَٰزَعۡتُمۡ
dan pasti kamu berbantah-bantahan
فِي
dalam
ٱلۡأَمۡرِ
urusan
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
ٱللَّهَ
Allah
سَلَّمَۚ
telah menyelamatkan
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
عَلِيمُۢ
Maha Mengetahui
بِذَاتِ
dengan segala isi
ٱلصُّدُورِ
dada/hati
Terjemahan
(Ingatlah) ketika Allah memperlihatkan mereka kepadamu (Nabi Muhammad) di dalam mimpimu (dalam jumlah) sedikit. Seandainya Allah memperlihatkan mereka kepadamu (dalam jumlah) banyak, niscaya kamu gentar dan kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, tetapi Allah telah menyelamatkan (kamu). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati.
Tafsir
(Yaitu ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu) ketika kamu sedang tidur (berjumlah sedikit) lalu kamu memberitahukan hal tersebut kepada sahabat-sahabatmu sehingga mereka merasa gembira dan optimis (Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepadamu berjumlah banyak tentu kalian akan merasa gentar) kalian akan berselisih pendapat mengenainya (dan tentu saja kalian akan berbantah-bantahan dalam urusan itu) yakni mengenai masalah peperangan (akan tetapi Allah menyelamatkan kalian) dari rasa gentar dan bantah-bantahan. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati) apa-apa yang tersimpan di dalam hati.
Tafsir Surat Al-Anfal: 43-44
(Ingatlah) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kalian (berjumlah) banyak, tentu kalian akan menjadi gentar dan berbantah-bantahan dalam urusan itu, tetapi Allah telah menyelamatkan kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
Dan (ingatlah) ketika Allah menampakkan mereka kepada kalian ketika kalian berjumpa dengan mereka bahwa mereka berjumlah sedikit pada penglihatan mata kalian dan kalian ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. Dan hanya kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.
Ayat 43
Mujahid mengatakan bahwa Allah memperlihatkan kepada Nabi-Nya di dalam mimpinya jumlah mereka (kaum musyrik) sedikit, lalu Nabi ﷺ menceritakan hal itu kepada para sahabatnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk menguatkan hati mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Ishaq dan lain-lainnya yang tidak hanya seorang. Ibnu Jarir meriwayatkan dari sebagian mereka, bahwa Nabi ﷺ melihat jumlah mereka dengan matanya sendiri, yakni dengan mata kepalanya sendiri.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim: Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Qutaibah, dari Sahi As-Siraj, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: “(Ingatlah) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit.” (Al-Anfal: 43) Makna yang dimaksud ialah dengan kedua matanya.
Tetapi tafsir ini berpredikat gharib (asing), karena dalam ayat ini disebutkan dengan jelas kata 'dalam tidur', sehingga tidak memerlukan adanya takwil yang tidak ada dalilnya.
Firman Allah ﷻ: Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kalian (berjumlah) banyak, tentu kalian akan menjadi gentar.” (Al-Anfal: 43)
Maksudnya, niscaya kalian akan menjadi kecut dalam menghadapi mereka, dan kalian akan berselisih pendapat di antara sesama kalian.
“Tetapi Allah telah menyelamatkan (kalian).” (Al-Anfal: 43)
Yakni dari hal tersebut dengan memperlihatkan mereka kepada kalian dalam jumlah yang sedikit.
“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (Al-Anfal: 43)
Yaitu Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersimpan di dalam perasaan dan semua yang tersembunyi di dalam hati. Seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain, yaitu: “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (Al-Mumin: 19)
Ayat 44
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kalian, ketika kalian berjumpa dengan mereka, berjumlah sedikit pada penglihatan mata kalian.” (Al Anfal 44) Hal ini pun termasuk belas kasihan Allah kepada mereka, karena Allah memperlihatkan musuh mereka di mata mereka seakan-akan berjumlah sedikit, sehingga akan mendorong mereka untuk berani melawan dan maju menghantam musuh.
Ibnu Ishaq As-Subai meriwayatkan dari Abu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Mereka tampak berjumlah sedikit di mata kami dalam Perang Badar, sehingga aku berkata kepada seorang lelaki yang ada disampingku, 'Apakah jumlah mereka menurutmu ada tujuh puluh orang?' Dia menjawab, 'Tidak, bahkan jumlah mereka ada seratus orang.' Tetapi ketika kami menangkap seseorang dari mereka. lalu kami tanyai, 'Berapakah jumlah kalian?' Dia menjawab, 'Kami berjumlah seribu orang'." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.
Firman Allah ﷻ: “Dan kalian ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mereka.” (Al-Anfal: 44)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Az-Zubair ibnul Haris, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kalian ketika kalian berjumpa dengan mereka.” (Al-Anfal: 44), hingga akhir ayat. Yakni sebagian dari mereka bersemangat untuk memerangi sebagian yang lainnya. Sanad atsar ini shahih.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya sehubungan dengan makna firman-Nya: “Karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan.” (Al Anfal 44) Yakni agar Allah menimpakan peperangan di antara mereka untuk membalas orang-orang yang hendak ditimpakan pembalasan azab kepada mereka, dan untuk melimpahkan nikmat kepada orang-orang yang Dia kehendaki beroleh nikmat-Nya dari kalangan orang-orang yang berhak menerimanya.
Makna yang dimaksud adalah Allah membujuk masing-masing dari kedua belah pihak untuk berperang, dan masing-masing pihak memandang sedikit jumlah lawannya di saat kedua belah pihak berhadap-hadapan. Ketika pertempuran berkecamuk, Allah membantu pasukan kaum mukmin dengan seribu malaikat yang datang bergantian. Maka saat itulah pasukan orang-orang kafir melihat pasukan kaum mukmin seakan-akan berjumlah lebih banyak dua kali lipat daripada jumlah mereka sendiri.
Hal ini disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: “Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir, yang dengan mata kepala mereka melihat (seakan-akan) orang-orang muslim berjumlah dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan hati.” (Ali Imran: 13) Demikianlah pengertian gabungan di antara kedua ayat tersebut, masing-masing darinya benar.
Lebih lanjut dijelaskan dengan rinci terjadinya Perang Badar yang tidak seimbang tersebut. Ingatlah wahai Nabi Muhammad, ketika Allah memperlihatkan jumlah mereka, pasukan kafir, di dalam mimpimu berjumlah sedikit, lalu engkau menyampaikan kepada sahabat-sahabatmu sehingga mereka kuat mentalnya dan lebih berani. Sebab, sekiranya Allah memperlihatkan mereka berjumlah banyak, tentu kalian, wahai orangorang mukmin, menjadi gentar dan tentu kalian akan berbantah-bantahan dalam urusan itu menyangkut keterlibatan mereka pada Perang Badar tersebut, tetapi Allah telah menyelamatkan kamu dengan cara menunjukkan jumlah mereka terlihat sedikit dan lemah melalui mimpi Nabi. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hatimu, termasuk rasa berani dan gentar dalam menghadapi peperangan. Setelah menjelaskan apa yang dilihat oleh Nabi dalam mimpi, maka pada ayat ini dijelaskan apa yang dilihat kaum muslim dengan mata kepala sendiri di medan perang. Ingatlah ketika Allah memperlihatkan mereka, orang-orang kafir, kepada kalian ketika kalian berjumpa dengan mereka seakan-akan berjumlah sedikit menurut penglihatan mata kalian di medan perang; dan kalian, wahai orang-orang mukmin, diperlihatkanNya seakan-akan berjumlah sedikit menurut penglihatan mereka sebelum bertemu di medan pertempuran. Demikian itu karena Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan. Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan, sehingga tidak ada satu pun yang terlepas dari kehendak-Nya. Peristiwa Perang Badar seharusnya menguatkan mental dan keyakinan setiap orang mukmin bahwa Allah pasti menolong hamba-Nya yang memiliki keimanan yang benar, meski pertolongan itu datang dengan cara yang unik dan tidak masuk akal.
Allah mengetahui apa yang diucapkan oleh sahabat-sahabat Nabi dan mengetahui pula apa yang tersimpan dalam hatinya ketika Allah memperlihatkan kepada Nabi dalam mimpi bahwa jumlah musuh itu sedikit. Setelah Nabi memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya tentang mimpinya itu, maka tenanglah hati mereka dan bertambah besarlah harapan mereka untuk mencapai kemenangan, sehingga mimpi itu memberikan dorongan dan semangat kepada mereka menghadapi medan pertempuran.
Seandainya Allah memperlihatkan kepada Nabi-Nya jumlah kaum musyrikin itu banyak akan timbullah ketakutan dalam hati mereka, mereka gentar menghadapi musuh dan tentu akan menimbulkan pertentangan hebat di kalangan kaum Muslimin yang tidak setuju untuk melangsungkan peperangan, karena di kalangan kaum Muslimin ada yang kuat imannya dan ingin patuh melaksanakan perintah Rasul untuk berperang dan ada pula yang lemah imannya, yang ingin menghindari peperangan. Allah menyelamatkan kaum Muslimin dari ketakutan dan perselisihan yang dapat mengakibatkan kelemahan dan kehancuran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam hati, yaitu perasaan takut dan cemas dari orang yang lemah imannya dan keberanian untuk maju ke medan juang pada orang-orang yang kuat imannya yang selalu tawakal kepada Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 42
“Tatkala kamu di pinggir gunung yang dekat."
Yaitu gunung yang terdapat ke sebelah Madinah, dan di sana dapat kamu menampung air hujan dan pasir jadi ketat kamu pijakkan: Sedang mereka di pinggir gunung yang jauh" jurusan Mekah, yang di sana tidak dapat menampung air dan hujan yang turun ke bumi menyebabkan tanah jadi becek, “Dan kafilah itu di bawah kamu," yaitu kafilah perniagaan yang pulang dari Syam di bawah pimpinan Abu Sufyan itu ada di bawah kamu, yaitu berjalan di tepi laut daerah yang kerendahan. Disebutkan hal ini karena maksud mereka semula ialah hendak memerangi Abu Sufyan dan merampas harta benda yang dia bawa dari Syam itu. Kalau sekiranya mereka tahu bahwa jelas Abu Sufyan akan melalui daerah tepi laut, tentu akan mereka kejar ke sana sehingga tidak jadi bertemu seribu lebih Quraisy yang telah sengaja pergi menyerbu mereka. Maka pertemuan dengan seribu lebih kafir yang sekarang ini, bukanlah hal yang mereka sengaja bermula, sebagaimana yang telah kita ketahui pada penafsiran yang lalu: “Padahal jikalau kamu berjanji-janjian, niscaya berselisihanlah kamu dengan perjanjian itu." Artinya, kalau sejak semula mereka telah tahu bahwa yang akan dihadapi bukan kafilah Abu Sufyan, melainkan angkatan perang Quraisy yang besar bilangannya itu, lalu berjanji hendak berperang dengan mereka, tentu akan ada yang melanggar janji itu, karena memikirkan bi-langan yang tidak seimbang, yaitu tiga lawan sepuluh. Apalagi ketika turun dari Madinah, maksud semula hanya hendak pergi mencegat kafilah Abu Sufyan: “Tetapi Allah hendak menetapkan sesuatu hal yang telah ditentukan." Artinya, Allah hendak menghadapkan kamu dengan suatu kenyataan, mesti berperang dengan inti kekuatan kaum kafir, yang kamu tidak diberi peluang lagi untuk mengundurkan diri, melainkan terus maju untuk “Esa bilang dua terbilang" Supaya binasalah orang yang binasa sesudah ada kejelasan, dan supaya hidup orang yang hidup sesudah ada kejelasan." Artinya, supaya binasalah orang-orang kafir itu karena pendirian mereka yang salah, dan mereka saksikan sendiri kebesaran dan kekuatan Islam. Dan orang yang beriman pun supaya nyata benar dan jelas pendirian mereka dan mendapat hidup yang bahagia dengan kemenangan yang gemilang. Sebagaimana pepatah Melayu: “Asal batu terbenam, asal sabut terapung."
“Dan sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar, lagi Mengetahui."
Didengar oleh Allah baik suara mulut ataupun suara hati dari kedua belah pihak yang berhadap-hadapan, baik yang beriman atau yang kafir, atau kalangan beriman sendiri yang hatinya masih ragu. Dan, Allah pun mengetahui hakikat dan tujuan perang masing-masing pihak. Pihak mana yang berperang dengan cita-cita kebenaran dan pihak mana pula yang berperang karena mempertahankan yang batil.
Ayat 43
“(Ingatlah) tatkala Allah memperlihatkan mereka kepada engkau, di dalam mimpi engkau, (bahwa mereka) sedikit."
Rupanya bermimpilah Rasulullah ﷺ seketika dekat akan berhadapan dengan mu-suh itu bahwa bilangan mereka hanya sedikit, dan isi mimpi itu beliau sampaikan kepada sahabat-sahabat beliau bahwa musuh itu tidak banyak, sebab itu tidak usah takut; “Sedang kalau Dia memperlihatkan kepada engkau dalam keadaan banyak, niscaya patah semangatlah kamu dan tentu kamu akan berselisihan dalam perkara itu."
Tentang hal mimpi Rasulullah ﷺ ini ada pula perbincangan ahli tafsir, kalau timbul pertanyaan orang, bukankah mimpi rasul-rasul dan nabi-nabi itu selalu mimpi yang benar? Mengapa dalam hal ini Nabi Muhammad ﷺ telah diberi mimpi yang tidak benar oleh Allah sehingga musuh yang banyak, kelihatan dalam mimpi hanya sedikit? Apakah tidak akan menimbulkan salah paham bagi orang bahwa Nabi ﷺ telah diperdayakan Allah? Maka ahli-ahli tafsir itu telah menghilangkan keragu-raguan ini, yakni bahwa mimpi itu pun adalah mimpi yang benar. Karena ruh Rasul adalah ruh yang besar, berapa pun banyak musuh yang akan dihadapi, namun mereka itu tetap hanya sedikit. Oleh karena keyakinan yang ada dalam jiwa Rasul akan kekuatan iman umatnya, kalau musuh hanya seribu orang saja, masihlah mereka itu sedikit kalau dibandingkan dengan umatnya hanya 300 orang. 1.000 orang yang berperangnya tidak mempunyai kekuatan iman, karena tidak jelas apa yang diperjuangkan, hanyalah sedikit bila dihadapi oleh 300 orang yang semuanya bersedia mati untuk Allah. Itulah sebabnya maka setelah benar-benar berhadapan, beliau berdoa ke hadirat Allah agar umatnya dimenangkan dalam peperangan itu sehingga sesuai dengan keyakinannya dalam mimpi, bahwa musuh itu hanya sedikit sampai saking tekunnya berdoa, terjatuh selendang sorbannya dari bahunya dan dipungut Abu Bakar. Maka, kalau sekiranya Nabi menampak dalam mimpi bahwa musuh itu sangat banyak, tidak seimbang dengan sedikitnya umatnya dan sedikit pula persediaan senjatanya, lalu basil mimpi itu yang beliau terangkan kepada umatnya, mungkin mereka patah semangat timbul takut, dan akan timbul selisih sama sendiri, ada yang berani meneruskan perang dan ada yang ingin pulang saja."Tetapi Allah telah menyelamatkan." Artinya, sebab Nabi menerangkan isi mimpinya bahwa dia melihat musuh itu hanya sedikit, tidaklah ada semangat yang patah dan tidakiah ada yang takut dan tidaklah timbul perselisihan di antara yang berani meneruskan perang dengan yang ingin pulang saja, bahkan semangat menjadi bersatu padu:
“Sesungguhnya Dia adalah Amat Mengetahui apa yang ada dalam sekalian dada"
Kesatupaduan semangat dalam perang adalah syarat mutlak. Itulah yang dinamai se-mangat massa dalam istilah kita sekarang. Kalau dalam saat itu ada saja sedikit berita yang menggemparkan, dalam sebentar waktu saja semangat massa (orang banyak) itu akan lebur, sebab tiap-tiap hati manusia itu mempunyai kelemahannya sendiri-sendiri. Allah amat mengetahui kelemahan manusia itu.
Kemudian, terjadilah hal yang ditunggu-tunggu oleh kedua belah pihak dengan dada berdebar, yaitu kedua pelah pihak telah berhadap-hadapan.
Ayat 44
“Dan (ingatlah) tatkala Dia memperlihatkan mereka kepada kamu di kala kamu telah berhadap-hadapan bahwa mereka itu sedikit pada pandangan mata kamu."
Setelah berhadap-hadapan, karena tinggi semangat imannya kaum Muslimin yang hanya 300 orang itu sehingga musuh yang lebih 1.000 itu mereka pandang hanya sedikit saja. Yakni sesuai dengan yang kelihatan oleh Rasulullah ﷺ dalam mimpi. Menurut suatu riwayat dari Ibnu Abu Syaibah dan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dan Abusy Syekh dan Ibnu Mardawaihi, yang diterima dari sahabat Rasulullah ﷺ Abdullah bin Mas'ud, bahwa beliau Abdullah bin Mas'ud berkata, “Sedikit saja mereka itu dalam pandangan kami dalam perang Badar itu sehingga aku berkata kepada seorang teman yang berdiri di sisiku, Tampaknya hanya 70 orang.' Kawanku itu menjawab, ‘Tidak tujuh puluh, tetapi seratus!' Setelah habis perang, seseorang di antara mereka kami tawan lalu kami tanyai berapa banyak kalian, dia menjawab: 1.000!"
“Dan Dia perlihatkan (pula) bahwa kamu sedikit pula pada pandangan mata mereka." Artinya, sebaliknya Allah memperlihatkan kepada orang-orang kafir itu bahwa kaum Muslimin itu hanya sedikit, sebab itu mereka menyombong dan telah merasa yakin saja bahwa Muslimin itu mudah dikalahkan. Sampai Abu Jahal setelah melihat kaum Muslimin hanya 300 orang berkata dengan sombongnya, “Ini hanya binatang-binatang yang akan kita bantai!" Sebab mereka membantai binatang, sekali pagi dan sekali petang. Di sini terdapat perbedaan penilaian yang jelas sekali. Kaum Muslimin memandang musuhnya sedikit karena tawakal mereka kepada Allah: “Kita pasti menang!" Sedangkan Musyrikin mengandalkan kemenangan kepada banyak bilangan mereka sehingga timbul sombong yang akan jadi pintu dari kekalahan mereka: “Karena Allah hendak menetapkan suatu hal yang telah ditentukan." Yaitu kebangkitan sinar Islam dan permulaan kejatuhan kafir;
“Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala perkara."
(ujung ayat 44)