Ayat

Terjemahan Per Kata
إِذۡ
ketika
أَنتُم
kamu
بِٱلۡعُدۡوَةِ
dipinggir lembah
ٱلدُّنۡيَا
dunia/dekat
وَهُم
dan mereka
بِٱلۡعُدۡوَةِ
dipinggir lembah
ٱلۡقُصۡوَىٰ
yang jauh
وَٱلرَّكۡبُ
dan/sedang kafilah
أَسۡفَلَ
lebih rendah
مِنكُمۡۚ
dari kamu
وَلَوۡ
dan sekiranya
تَوَاعَدتُّمۡ
kamu saling mengadakan persetujuan
لَٱخۡتَلَفۡتُمۡ
pasti kamu berselisih
فِي
dalam
ٱلۡمِيعَٰدِ
perjanjian itu
وَلَٰكِن
akan tetapi
لِّيَقۡضِيَ
karena hendak menetapkan
ٱللَّهُ
Allah
أَمۡرٗا
suatu urusan
كَانَ
adalah ia
مَفۡعُولٗا
dilaksanakan
لِّيَهۡلِكَ
agar binasalah
مَنۡ
orang
هَلَكَ
binasa
عَنۢ
dari/dengan
بَيِّنَةٖ
keterangan nyata
وَيَحۡيَىٰ
dan hiduplah
مَنۡ
orang
حَيَّ
hidup
عَنۢ
dari/dengan
بَيِّنَةٖۗ
keterangan nyata
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَسَمِيعٌ
sungguh Maha Mendengar
عَلِيمٌ
Maha Mengetahui
إِذۡ
ketika
أَنتُم
kamu
بِٱلۡعُدۡوَةِ
dipinggir lembah
ٱلدُّنۡيَا
dunia/dekat
وَهُم
dan mereka
بِٱلۡعُدۡوَةِ
dipinggir lembah
ٱلۡقُصۡوَىٰ
yang jauh
وَٱلرَّكۡبُ
dan/sedang kafilah
أَسۡفَلَ
lebih rendah
مِنكُمۡۚ
dari kamu
وَلَوۡ
dan sekiranya
تَوَاعَدتُّمۡ
kamu saling mengadakan persetujuan
لَٱخۡتَلَفۡتُمۡ
pasti kamu berselisih
فِي
dalam
ٱلۡمِيعَٰدِ
perjanjian itu
وَلَٰكِن
akan tetapi
لِّيَقۡضِيَ
karena hendak menetapkan
ٱللَّهُ
Allah
أَمۡرٗا
suatu urusan
كَانَ
adalah ia
مَفۡعُولٗا
dilaksanakan
لِّيَهۡلِكَ
agar binasalah
مَنۡ
orang
هَلَكَ
binasa
عَنۢ
dari/dengan
بَيِّنَةٖ
keterangan nyata
وَيَحۡيَىٰ
dan hiduplah
مَنۡ
orang
حَيَّ
hidup
عَنۢ
dari/dengan
بَيِّنَةٖۗ
keterangan nyata
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَسَمِيعٌ
sungguh Maha Mendengar
عَلِيمٌ
Maha Mengetahui
Terjemahan

(Yaitu,) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat (kota Madinah) dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh (dari kota Madinah), sedangkan kafilah itu berada lebih rendah daripada kamu (menelusuri pantai). Seandainya kamu mengadakan perjanjian (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan hari pertempuran itu, tetapi (pertempuran itu terjadi) supaya Allah melaksanakan suatu urusan yang harus terjadi, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tafsir

(Yaitu di hari ketika) lafal ini merupakan badal dari lafal yaum (kalian) berada (di pinggir lembah) yang dekat dari kota Madinah; huruf `ain boleh dibaca damah dan boleh dibaca kasrah, artinya di pinggir lembah (dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh) dari kota Madinah (sedang kafilah) iring-iringan perdagangan orang-orang kafir berada di tempat (yang lebih rendah daripada kalian) yaitu dekat dengan pantai (Sekiranya kalian mengadakan persetujuan) antara kalian dan pasukan kaum musyrikin untuk menentukan hari pertempuran (pastilah kalian tidak akan sependapat untuk menentukan hari pertempuran itu akan tetapi) Allah mempertemukan antara kalian dan mereka tanpa persetujuan terlebih dahulu (agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan) yang urusan tersebut telah berada dalam pengetahuan-Nya, yaitu memenangkan Islam dan menghapus kekafiran, maka Allah melaksanakan hal tersebut (yaitu agar orang yang binasa itu) yakni orang kafir (binasanya berdasarkan keterangan yang nyata) artinya sesudah adanya hujah yang jelas tegak di hadapannya; yaitu melalui dimenangkannya pasukan kaum muslimin sekali pun jumlah mereka sedikit atas pasukan musuh yang jumlahnya sangat banyak itu (dan agar orang yang hidup itu) orang yang mukmin (hidupnya dengan keterangan yang nyata pula. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
(Yaitu di hari) ketika kalian berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh, sedangkan kafilah itu berada di bawah kalian. Sekiranya kalian mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kalian tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan rang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula).
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar Lagi Maha mengetahui, Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan tentang hari Furqan melalui- Nya: (Yaitu di hari) ketika kalian berada di pinggir lembah yang dekat (Al-Anfal: 42) Yakni ketika kalian mengambil posisi di pinggir lembah yang dekat dengan perbatasan Madinah. Dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh. (Al Anfal 42) Artinya, sedangkan pasukan kaum musyrik mengambil posisi di pinggir lembah yang jauh dari perbatasan Madinah di jalan menuju ke arah Mekah. sedangkan kafilah itu. (Al-Anfal: 42) Yaitu iringan kafilah niaga yang dipimpin oleh Abu Sufyan beserta para pengikutnya membawa barang dagangan.
berada di bawah kalian. (Al-Anfal: 42) Maksudnya, berada di bagian yang lebih rendah daripada kalian, yaitu dekat dengan tepi pantai. Seandainya kalian mengadakan persetujuan. (Al-Anfal: 42) Yakni sekiranya kalian dan orang-orang musyrik mengadakan persetujuan tentang tempat kalian bertemu, yaitu medan perang kalian. pastilah kalian tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu. (Al-Anfal: 42) Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya sehubungan dengan makna ayat ini.Seandainya hal tersebut terjadi berdasarkan perjanjian antara kalian dan mereka (kaum musyrik), kemudian kalian mendengar banyaknya jumlah personel pasukan kaum musyrik, sedangkan jumlah personel kalian sedikit, niscaya kalian tidak mau bertemu dengan mereka dalam medan perang." Tetapi Allah (mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. (Al-Anfal: 42) Artinya, agar Allah melakukan keputusan menurut apa yang dikehendaki-Nya dengan kekuasaan-Nya, yaitu memenangkan agama Islam dan para pemeluknya, serta mengalahkan kaum musyrik tanpa kalian harus bersusah payah.
Allah melaksanakan hal tersebut dengan kelembutan-Nya. Di dalam hadits Ka'b ibnu Malik disebutkan, sesungguhnya Rasulullah ﷺ dan kaum muslim berangkat ke luar Madinah hanyalah untuk menghadap iringan kafilah orang-orang Quraisy, tetapi pada akhirnya Allah mempertemukan mereka dengan musuh mereka tanpa perjanjian terlebih dahulu. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepadaku Ibnu Ulayyah, dari Ibnu Aun, dari Umair ibnu Ishaq yang mengatakan bahwa Abu Sufyan berangkat dari negeri Syam bersama iringan kafilah untuk pulang ke Mekah.
Sementara itu Abu Jahal berangkat pula (bersama pasukannya) untuk melindungi kafilah itu dari hadangan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Akhirnya mereka bertemu di Badar tanpa disadari oleh kedua belah pihak, dan bertemulah para pengambil air minum dari kedua pasukan kemudian masing-masing dari kedua belah pihak bangkit untuk berperang. Muhammad ibnu Ishaq telah mengatakan di dalam kitab bahwa Rasulullah ﷺ berangkat. Ketika berada di dekat Sarra. beliau mengutus Busbus ibnu Amr dan Addi ibnu AbuzZagbakedua-duanya dari Bani Juhani untuk mencari informasi tentang iring-iringan Abu Sufyan dan kafilahnya. Mereka berdua berangkat. Ketika sampai di Badar, keduanya mengistirahatkan unta kendaraannya masing-masing di sebuah Lereng Batha, dan meminum air dari wadah air yang mereka bawa.
Tiba-tiba keduanya mendengar dua orang wanita sedang bersengketa. Salah seorang wanita itu berkata kepada temannya, "Bayarlah hakku." Temannya menjawab, "Sesungguhnya kafilah itu tiba pada esok hari atau lusa. lalu saya akan membayar hakmu." Keduanya dipisahkan oleh Majdi ibnu Amr seraya berkata, "Dia benar." Busbus mendengar pembicaraan tersebut, lalu dengan segera keduanya menaiki unta kendaraannya dan berangkat menuju tempat Rasulullah ﷺ untuk menyampaikan informasi tersebut. Sesampainya di hadapan Rasulullah ﷺ, keduanya langsung menyampaikan berita itu.
Setelah keduanya pergi, datanglah Abu Sufyan dengan sikap yang penuh waspada. Ia berjalan di depan kafilahnya dan berkata kepada Majdi ibnu Amr, "Apakah engkau melihat seseorang yang engkau curigai di mata air ini?" Majdi ibnu Amr berkata, "Tidak, demi Allah, hanya saja saya telah melihat dua orang pengendara sedang mengistirahatkan unta kendaraannya di lereng ini, lalu minum dari girbah yang dibawanya, kemudian meneruskan perjalanannya." Abu Sufyan datang ke tempat keduanya mengistirahatkan kendaraan untanya, kemudian ia mengambil sesuatu dari bekas kotoran unta kendaraan keduanya itu dan memecahkannya.
Tiba-tiba di dalam kotoran itu terdapat biji kurma, maka ia berkata, "Demi Allah, ini adalah makanan ternak orang-orang Yasrib (Madinah)." Maka ia segera kembali dengan cepat dan memacu unta kendaraannya menelusuri jalan pantai, dan setelah ia merasa bahwa kafilahnya dalam keadaan aman, maka ia berkirim surat kepada pasukan Quraisy yang isinya mengatakan.Sesungguhnya Allah telah menyelamatkan kafilah kalian, harta benda, dan orang-orang kalian, maka kembalilah kalian ke Mekah." Tetapi Abu Jahal berkata, "Demi Allah, kami tidak akan kembali sebelum datang di Badar Badar adalah salah satu tempat yang digunakan sebagai pasar oleh orang-orang Arab.
lalu kami akan tinggal padanya selama tiga hari sambil makan-makan, menyembelih unta dan minum khamr sambil mendengarkan biduan-biduan menyanyi untuk kami, dan seluruh orang Arab akan mendengar perihal kami dan perjalanan kami ini. Dengan demikian, mereka pasti akan gentar terhadap kami sesudahnya untuk selamanya." Tetapi Al-Akhnas ibnu Syuraiq berkata, "Wahai golongan Bani Zahrah. sesungguhnya Allah telah menyelamatkan harta benda kalian, juga telah menyelamatkan teman-teman kalian, maka kembalilah kalian (ke Mekah)." Mereka menaati seruan itu.
Maka Bani Zahrah kembali pulang ke Mekah dan tidak ikut ke Badar, mereka diikuti pula oleh Bani Addi. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan pula kepadaku Yazid ibnu Ruman, dari Urwah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah ﷺ telah berada di dekat Badar, beliau mengirim Ali ibau Abu Thalib, Sa'd ibnu Abu Waqqas, dan Az-Zubair ibnul Awwan bersama sejumlah sahabatnya untuk mencari berita keadaan musuh. Akhirnya mereka berhasil menangkap pesuruh orang-orang Quraisy yang ditugaskan untuk mengambil air; seorang di antaranya adalah pesuruh Bani Sa'id ibnul As, sedangkan yang lainnya pesuruh dari Banil Hajjaj.
Mereka membawa keduanya ke hadapan Rasutullah ﷺ, dan ternyata mereka menjumpai Rasulullah ﷺ sedang shalat. Maka para sahabat mengintrogasi keduanya."Siapakah kalian ini?" keduanya menjawab, "Kami adalah pesuruh orang-orang Quraisy untuk mengambil air minum buat mereka dari mata air." Para sahabat tidak senang dengan jawaban itu, karena mereka berharap bahwa kedua pesuruh tersebut adalah pesuruh Abu Sufyan. maka mereka memukulinya. Setelah mereka menekan keduanya, maka keduanya terpaksa menjawab bahwa mereka berdua adalah pesuruh Abu Sufyan.
Mendengar jawaban itu para sahabat membiarkan keduanya dan tidak memukulinya lagi. Saat itu Rasululah ﷺ sedang rukuk, lalu sujud dua kali dan salam, kemudian beliau ﷺ bersabda, "Apabila keduanya berkata benar kepada kalian, maka kalian memukulinya; dan apabila keduanya berdusta kepada kalian, maka kalian membiarkannya. Demi Allah, mereka berdua benar: mereka adalah pesuruh orang-orang Quraisy. Ceritakanlah kepadaku tentang Quraisy." Keduanya menjelaskan bahwa orang-orang Quraisy saat itu telah berada di belakang bukit yang terlihat berada di pinggir lembah yang jauh itu. Yang dimaksud dengan bukit di sini adalah bukit pasir.
Maka Rasulullah ﷺ bertanya kepada keduanya, "Ada berapakah jumlah mereka?" Keduanya menjawab, "Banyak." Rasulullah ﷺ bertanya, "Berapakah bilangan mereka?" Keduanya menjawab.Tidak tahu." Rasulullah ﷺ bertanya, "Berapa ekorkah unta yang mereka sembelih tiap harinya?" Keduanya menjawab, "Terkadang sembilan ekor, adakalanya pula sepuluh ekor unta." Rasulullah ﷺ bersabda, "Kalau demikian, jumlah mereka antara sembilan ratus sampai seribu orang personel." Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya kepada keduanya, "Siapakah kalangan terhormat Quraisy yang ada bersama mereka?" Keduanya mengatakan bahwa mereka adalah Atabah ibnu Rabi'ah, Syaibah ibnu Rabi'ah, Abul Buhturi ibnu Hisyam, Hakim ibnu Hizam, Naufal ibnu Khuwailid, Al-Haris ibnu Amir ibnu Naufal. Tuaimah ibnu Addi ibnu Naufal, An-Nadr ibnu Haris, Zamah ibnul Aswad, Abu Jahal ibnu Hisyam, Umayyah ibnu Khalaf, Nabih serta Munabbih (keduanya anak Al-Hajjaj), Suhail ibnu Amr, dan Amr ibnu Abdu Wad.
Maka Rasulullah ﷺ menghadap ke arah orang-orang, lalu bersabda: Inilah Mekah yang menyerahkan kepada kalian putra-putra tercintanya. Muhammad ibnu Ishaq rahimahullah mengatakan, telah menceritakan pula kepadaku Abdullah ibnu Abu Bakar ibnu Hazm bahwa Sa'd ibnu Mu'az pernah mengatakan, "Ketika kedua pasukan bertemu dalam medan Perang Badar, orang-orang berkata, 'Wahai Rasulullah, maukah kami bangunkan untukmu suatu kemah untuk tempat bernaungmu dan tempat menambatkan unta kendaraanmu beserta barang-barangmu, sedangkan kami akan menghadapi musuh kita? Jika kami mendapat kemenangan dari Allah atas mereka dan beroleh kejayaan, maka itu adalah yang kita harapkan.
Tetapi jika keadaan berbalik, maka engkau naiki unta kendaraanmu dan pergi untuk bergabung dengan kaum kami yang ada di belakang kami. Sesungguhnya, demi Allah, banyak kaum di belakang kami, yang kami ini bila dibandingkan dengan mereka bukanlah semata-mata orang-orang yang paling cinta kepadamu. Seandainya mereka mengetahui bahwa engkau akan menjumpai peperangan, niscaya tidak ada seorang pun dari mereka yang membiarkanmu; mereka pasti mendukung dan menolong kamu" Maka Rasulullah ﷺ memujinya dan mendoakan kebaikan untuknya.
Lalu dibangunkanlah sebuah kemah. Kemah itu menjadi tempat Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar, tidak ada orang lain kecuali mereka berdua. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa pada pagi harinya pasukan Quraisy berangkat ke medan perang. Ketika mereka tiba, terlihat oleh Rasulullah ﷺ mereka sedang menuruni Bukit Uqanqal menuju Lembah Badar. Maka Rasulullah ﷺ berdoa: Ya Allah, inilah Quraisy, telah datang dengan kesombongan dan keangkuhannya menentang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, hancurkanlah mereka siang hari ini juga. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata. (Al-Anfal: 42) Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah agar orang yang kafir itu kafir dengan keterangan yang nyata karena telah melihat ayat (tanda) dan pelajaran; dan agar orang yang beriman itu beriman dengan keterangan yang nyata pula.
Tafsir ini baik makna yang dimaksud secara panjang lebar ialah sesungguhnya Allah mempertemukan kalian dengan musuh kalian di suatu tepat tanpa perjanjian terlebih dahulu di antara kalian, agar Allah menolong kalian atas mereka dan meninggikan kalimat hak atas kalimat yang batil, agar urusan itu jelas, hujah dan buktinya pun pasti dan gamblang, sehingga tidak ada lagi alasan dan keraguan bagi seseorang untuk menilainya.
Saat itu akan binasalah orang yang binasa, yakni orang yang kafir akan terus berlangsung pada kekafirannya dengan nyata dan sadar akan jalan yang ditempuhnya, bahwa dirinya dalam jalan yang batil, mengingat telah jelasnya hujjah terhadap dirinya. dan agar orang yang hidup itu hidupnya. (Al-Anfal: 42) Yakni orang yang beriman itu berimannya. Dengan keterangan yang nyata. (Al-Anfal: 42) Maksudnya, berdasarkan hujah dan pengetahuannya. Iman adalah kehidupan kalbu, seperti yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya: Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, dan dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia. (Al-An'am: 122) Siti Aisyah pernah mengatakan dalam kisah tuduhan yang dusta (hadisul ifki).Maka binasalah orang yang binasa karena menuduhku." Yakni kedustaan dan kebohongan yang dibuat-buatnya terhadap diri Siti Aisyah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Allah Maha Mendengar. (Al-Anfal: 42) Yaitu Maha mendengar doa kalian, rintihan kalian, dan permintaan tolong kalian kepada-Nya. lagi Maha Mengetahui. (Al-Anfal: 42) Artinya, Maha Mengetahui perihal kalian, bahwasanya kalian berhak mendapat kemenangan atas musuh-musuh kalian yang kafir Iagi pengingkar itu."
Ayat berikutnya menginformasikan tentang faktor penting yang membuat Perang Badar yang sesungguhnya tidak seimbang itu benarbenar terjadi, yaitu ketika kalian, wahai orang-orang mukmin, berada di pinggir lembah yang dekat ke arah kota Madinah, dan mereka, orangorang kafir, berada di pinggir lembah yang jauh dari kota Madinah sedang kafilah itu yang dipimpin oleh Abu Sufya'n berada lebih rendah, yakni lebih dekat dari kalian, kira-kira 5 mil saja. Sekiranya kalian mengadakan persetujuan untuk menentukan hari pertempuran, niscaya kalian berbeda pendapat dalam menentukan-nya karena jumlah kalian jauh lebih sedikit dibanding jumlah pasukan kafir, tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan atau mesti terjadi dalam kehidupan, yaitu meninggikan kalimat-Nya dengan memberi kemenangan dan kemuliaan kepada kaum muslim serta kehancuran dan kehinaan bagi orang-orang kafir. Demikian ini, agar orang yang binasa atau terbunuh dalam peperangan itu binasa dengan bukti yang nyata, yakni melihat dan mengalami sendiri akibat kedurhakaannya dan agar orang yang hidup atau selamat dari pertempuran itu hidup dengan bukti yang nyata juga, yaitu dengan melihat bukti kekuasaan Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar permohonan orang-orang beriman agar diberi kemenangan pada perang yang sangat menentukan tersebut, Maha Mengetahui keadaan mereka bahwa mereka memang berhak atas pertolongan ituLebih lanjut dijelaskan dengan rinci terjadinya Perang Badar yang tidak seimbang tersebut. Ingatlah wahai Nabi Muhammad, ketika Allah memperlihatkan jumlah mereka, pasukan kafir, di dalam mimpimu berjumlah sedikit, lalu engkau menyampaikan kepada sahabat-sahabatmu sehingga mereka kuat mentalnya dan lebih berani. Sebab, sekiranya Allah memperlihatkan mereka berjumlah banyak, tentu kalian, wahai orangorang mukmin, menjadi gentar dan tentu kalian akan berbantah-bantahan dalam urusan itu menyangkut keterlibatan mereka pada Perang Badar tersebut, tetapi Allah telah menyelamatkan kamu dengan cara menunjukkan jumlah mereka terlihat sedikit dan lemah melalui mimpi Nabi. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hatimu, termasuk rasa berani dan gentar dalam menghadapi peperangan.
Dalam ayat ini Allah memperlihatkan rahmat-Nya kepada kaum Muslimin ketika terjadi Perang Badar. Kaum Muslimin menempati tempat yang sangat strategis, sangat memungkinkan untuk memperoleh kemenang-an, yaitu memilih tempat yang berada di pinggir lembah dekat Medinah, sedang kaum musyrikin berada di ujung lembah yang jauh dari kafilah unta yang membawa barang dagangan yang dipimpin oleh Abu Sufyan di tepi pantai, kira-kira lima mil dari Badar. Kaum Muslimin berada di pinggir lembah yang terdekat ke Medinah, ketika itu baru saja turun hujan, sehingga mereka mempunyai persediaan air minum yang cukup dan situasi tanah yang disiram hujan, sedang kaum musyrikin berada di ujung lembah yang jauh, yang kering karena tidak mendapatkan air hujan dan tanah yang diinjak oleh kaum Musyrikin adalah tanah yang mengandung debu, sehingga kaki mereka mudah terperosok.
Seandainya kaum Muslimin mengadakan kesepakatan untuk menentukan waktu pertempuran, niscaya mereka tidak sependapat dalam menentukan waktu pertempuran itu. Akan tetapi, karena Allah telah menentukan jalannya pertempuran maka saatnya pun tidak direncanakan oleh kaum Muslimin sendiri, apalagi jika melihat jumlah tentara kaum Muslimin amat sedikit dibanding dengan jumlah tentara kaum musyrikin dan persenjataan mereka pun tidak lengkap.
Maksud kaum Muslimin berperang untuk menguasai kafilah unta yang penuh dengan barang dagangan yang dibawa dari Syam di bawah pimpinan Abu Sufyan. Tindakan ini adalah sebagai balasan atas tindakan orang-orang musyrik yang merampas harta orang-orang Muslim yang mereka tinggalkan di Mekah karena hijrah ke Medinah. Semula kaum musyrikin tidak merasa gentar menghadapi kaum Muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah. Tetapi setelah mereka mengetahui posisi dan keadaan mereka, maka mereka merasa gentar menghadapi kaum Muslimin. Abu Sufyan sebagai pemimpin kafilah perdagangan kemudian mengirim utusan ke Mekah memberi tahu tentang bahaya yang mereka hadapi. Kemudian orang Quraisy dari Mekah mengirim pasukan yang dipimpin oleh Abu Jahal dengan maksud membantu kafilah Abu Sufyan. Mengetahui kedatangan tentara Quraisy dari Mekah yang cukup besar, Nabi Muhammad mengubah arah dari menghalangi Abu Sufyan menjadi menghadapi tentara Quraisy. Maka terjadilah pertempuran di lembah Badar.
Allah mempertemukan dua pasukan itu tanpa didahului persetujuan dari kedua belah pihak, untuk menentukan pertempuran. Allah menghendaki kemenangan kepada kaum Muslimin dan menghancurkan kaum musyrikin, agar orang-orang yang beriman mencapai kemenangan berdasarkan bukti-bukti yang dapat disaksikan dengan nyata sebagai bukti kebenaran Islam, dan sebagai bukti bahwa Allah telah melaksanakan janji-Nya kepada Nabi-Nya dan kaum Muslimin, sehingga keraguan mereka lenyap dan kemenangan ternyata berada di tangan kaum Muslimin.
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui segala yang diucapkan oleh orang-orang kafir dan orang-orang mukmin dan pasti akan memberikan balasan pula sesuai dengan apa yang didengar dan diketahui-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 42
“Tatkala kamu di pinggir gunung yang dekat."
Yaitu gunung yang terdapat ke sebelah Madinah, dan di sana dapat kamu menampung air hujan dan pasir jadi ketat kamu pijakkan: Sedang mereka di pinggir gunung yang jauh" jurusan Mekah, yang di sana tidak dapat menampung air dan hujan yang turun ke bumi menyebabkan tanah jadi becek, “Dan kafilah itu di bawah kamu," yaitu kafilah perniagaan yang pulang dari Syam di bawah pimpinan Abu Sufyan itu ada di bawah kamu, yaitu berjalan di tepi laut daerah yang kerendahan. Disebutkan hal ini karena maksud mereka semula ialah hendak memerangi Abu Sufyan dan merampas harta benda yang dia bawa dari Syam itu. Kalau sekiranya mereka tahu bahwa jelas Abu Sufyan akan melalui daerah tepi laut, tentu akan mereka kejar ke sana sehingga tidak jadi bertemu seribu lebih Quraisy yang telah sengaja pergi menyerbu mereka. Maka pertemuan dengan seribu lebih kafir yang sekarang ini, bukanlah hal yang mereka sengaja bermula, sebagaimana yang telah kita ketahui pada penafsiran yang lalu: “Padahal jikalau kamu berjanji-janjian, niscaya berselisihanlah kamu dengan perjanjian itu." Artinya, kalau sejak semula mereka telah tahu bahwa yang akan dihadapi bukan kafilah Abu Sufyan, melainkan angkatan perang Quraisy yang besar bilangannya itu, lalu berjanji hendak berperang dengan mereka, tentu akan ada yang melanggar janji itu, karena memikirkan bi-langan yang tidak seimbang, yaitu tiga lawan sepuluh. Apalagi ketika turun dari Madinah, maksud semula hanya hendak pergi mencegat kafilah Abu Sufyan: “Tetapi Allah hendak menetapkan sesuatu hal yang telah ditentukan." Artinya, Allah hendak menghadapkan kamu dengan suatu kenyataan, mesti berperang dengan inti kekuatan kaum kafir, yang kamu tidak diberi peluang lagi untuk mengundurkan diri, melainkan terus maju untuk “Esa bilang dua terbilang" Supaya binasalah orang yang binasa sesudah ada kejelasan, dan supaya hidup orang yang hidup sesudah ada kejelasan." Artinya, supaya binasalah orang-orang kafir itu karena pendirian mereka yang salah, dan mereka saksikan sendiri kebesaran dan kekuatan Islam. Dan orang yang beriman pun supaya nyata benar dan jelas pendirian mereka dan mendapat hidup yang bahagia dengan kemenangan yang gemilang. Sebagaimana pepatah Melayu: “Asal batu terbenam, asal sabut terapung."
“Dan sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar, lagi Mengetahui."
Didengar oleh Allah baik suara mulut ataupun suara hati dari kedua belah pihak yang berhadap-hadapan, baik yang beriman atau yang kafir, atau kalangan beriman sendiri yang hatinya masih ragu. Dan, Allah pun mengetahui hakikat dan tujuan perang masing-masing pihak. Pihak mana yang berperang dengan cita-cita kebenaran dan pihak mana pula yang berperang karena mempertahankan yang batil.
Ayat 43
“(Ingatlah) tatkala Allah memperlihatkan mereka kepada engkau, di dalam mimpi engkau, (bahwa mereka) sedikit."
Rupanya bermimpilah Rasulullah ﷺ seketika dekat akan berhadapan dengan mu-suh itu bahwa bilangan mereka hanya sedikit, dan isi mimpi itu beliau sampaikan kepada sahabat-sahabat beliau bahwa musuh itu tidak banyak, sebab itu tidak usah takut; “Sedang kalau Dia memperlihatkan kepada engkau dalam keadaan banyak, niscaya patah semangatlah kamu dan tentu kamu akan berselisihan dalam perkara itu."
Tentang hal mimpi Rasulullah ﷺ ini ada pula perbincangan ahli tafsir, kalau timbul pertanyaan orang, bukankah mimpi rasul-rasul dan nabi-nabi itu selalu mimpi yang benar? Mengapa dalam hal ini Nabi Muhammad ﷺ telah diberi mimpi yang tidak benar oleh Allah sehingga musuh yang banyak, kelihatan dalam mimpi hanya sedikit? Apakah tidak akan menimbulkan salah paham bagi orang bahwa Nabi ﷺ telah diperdayakan Allah? Maka ahli-ahli tafsir itu telah menghilangkan keragu-raguan ini, yakni bahwa mimpi itu pun adalah mimpi yang benar. Karena ruh Rasul adalah ruh yang besar, berapa pun banyak musuh yang akan dihadapi, namun mereka itu tetap hanya sedikit. Oleh karena keyakinan yang ada dalam jiwa Rasul akan kekuatan iman umatnya, kalau musuh hanya seribu orang saja, masihlah mereka itu sedikit kalau dibandingkan dengan umatnya hanya 300 orang. 1.000 orang yang berperangnya tidak mempunyai kekuatan iman, karena tidak jelas apa yang diperjuangkan, hanyalah sedikit bila dihadapi oleh 300 orang yang semuanya bersedia mati untuk Allah. Itulah sebabnya maka setelah benar-benar berhadapan, beliau berdoa ke hadirat Allah agar umatnya dimenangkan dalam peperangan itu sehingga sesuai dengan keyakinannya dalam mimpi, bahwa musuh itu hanya sedikit sampai saking tekunnya berdoa, terjatuh selendang sorbannya dari bahunya dan dipungut Abu Bakar. Maka, kalau sekiranya Nabi menampak dalam mimpi bahwa musuh itu sangat banyak, tidak seimbang dengan sedikitnya umatnya dan sedikit pula persediaan senjatanya, lalu basil mimpi itu yang beliau terangkan kepada umatnya, mungkin mereka patah semangat timbul takut, dan akan timbul selisih sama sendiri, ada yang berani meneruskan perang dan ada yang ingin pulang saja."Tetapi Allah telah menyelamatkan." Artinya, sebab Nabi menerangkan isi mimpinya bahwa dia melihat musuh itu hanya sedikit, tidaklah ada semangat yang patah dan tidakiah ada yang takut dan tidaklah timbul perselisihan di antara yang berani meneruskan perang dengan yang ingin pulang saja, bahkan semangat menjadi bersatu padu:
“Sesungguhnya Dia adalah Amat Mengetahui apa yang ada dalam sekalian dada"
Kesatupaduan semangat dalam perang adalah syarat mutlak. Itulah yang dinamai se-mangat massa dalam istilah kita sekarang. Kalau dalam saat itu ada saja sedikit berita yang menggemparkan, dalam sebentar waktu saja semangat massa (orang banyak) itu akan lebur, sebab tiap-tiap hati manusia itu mempunyai kelemahannya sendiri-sendiri. Allah amat mengetahui kelemahan manusia itu.
Kemudian, terjadilah hal yang ditunggu-tunggu oleh kedua belah pihak dengan dada berdebar, yaitu kedua pelah pihak telah berhadap-hadapan.
Ayat 44
“Dan (ingatlah) tatkala Dia memperlihatkan mereka kepada kamu di kala kamu telah berhadap-hadapan bahwa mereka itu sedikit pada pandangan mata kamu."
Setelah berhadap-hadapan, karena tinggi semangat imannya kaum Muslimin yang hanya 300 orang itu sehingga musuh yang lebih 1.000 itu mereka pandang hanya sedikit saja. Yakni sesuai dengan yang kelihatan oleh Rasulullah ﷺ dalam mimpi. Menurut suatu riwayat dari Ibnu Abu Syaibah dan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dan Abusy Syekh dan Ibnu Mardawaihi, yang diterima dari sahabat Rasulullah ﷺ Abdullah bin Mas'ud, bahwa beliau Abdullah bin Mas'ud berkata, “Sedikit saja mereka itu dalam pandangan kami dalam perang Badar itu sehingga aku berkata kepada seorang teman yang berdiri di sisiku, Tampaknya hanya 70 orang.' Kawanku itu menjawab, ‘Tidak tujuh puluh, tetapi seratus!' Setelah habis perang, seseorang di antara mereka kami tawan lalu kami tanyai berapa banyak kalian, dia menjawab: 1.000!"
“Dan Dia perlihatkan (pula) bahwa kamu sedikit pula pada pandangan mata mereka." Artinya, sebaliknya Allah memperlihatkan kepada orang-orang kafir itu bahwa kaum Muslimin itu hanya sedikit, sebab itu mereka menyombong dan telah merasa yakin saja bahwa Muslimin itu mudah dikalahkan. Sampai Abu Jahal setelah melihat kaum Muslimin hanya 300 orang berkata dengan sombongnya, “Ini hanya binatang-binatang yang akan kita bantai!" Sebab mereka membantai binatang, sekali pagi dan sekali petang. Di sini terdapat perbedaan penilaian yang jelas sekali. Kaum Muslimin memandang musuhnya sedikit karena tawakal mereka kepada Allah: “Kita pasti menang!" Sedangkan Musyrikin mengandalkan kemenangan kepada banyak bilangan mereka sehingga timbul sombong yang akan jadi pintu dari kekalahan mereka: “Karena Allah hendak menetapkan suatu hal yang telah ditentukan." Yaitu kebangkitan sinar Islam dan permulaan kejatuhan kafir;
“Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala perkara."