Ayat
Terjemahan Per Kata
كَأَنَّهُمۡ
seakan-akan mereka
يَوۡمَ
hari
يَرَوۡنَهَا
mereka melihatnya
لَمۡ
tidak
يَلۡبَثُوٓاْ
mereka tinggal
إِلَّا
kecuali
عَشِيَّةً
di waktu sore
أَوۡ
atau
ضُحَىٰهَا
pagi harinya
كَأَنَّهُمۡ
seakan-akan mereka
يَوۡمَ
hari
يَرَوۡنَهَا
mereka melihatnya
لَمۡ
tidak
يَلۡبَثُوٓاْ
mereka tinggal
إِلَّا
kecuali
عَشِيَّةً
di waktu sore
أَوۡ
atau
ضُحَىٰهَا
pagi harinya
Terjemahan
Pada hari ketika melihatnya (hari Kiamat itu), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar) tinggal (di dunia) pada waktu petang atau pagi.
Tafsir
(Pada hari mereka melihat hari itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal) di dalam kubur mereka (melainkan sebentar saja di waktu sore atau pagi hari) artinya, pada suatu sore hari atau pada suatu pagi hari. Di sini dianggap sah mengidhafahkan lafal Adh-Dhuhaa kepada lafal Al-'Asyiyyah, disebabkan di antara keduanya terdapat kaitan yang amat erat, sebab kedua-duanya merupakan permulaan dan penghujung suatu hari, dan Idhafah di sini dianggap baik karena kedua kalimatnya terpisah.
Tafsir Surat An-Nazi'at: 34-46
Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah kejadiannya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit). Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka apabila malapetaka yang sangat besar telah datang. (An-Nazi'at: 34) Yang dimaksud dengannya adalah hari kiamat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa hari kiamat disebut demikian karena pada hari itu banyak terjadi semua peristiwa yang dahsyat lagi sangat mengerikan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya: dan hari kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar: 46) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya. (An-Nazi'at: 35) Yakni pada hari itu manusia teringat semua kebaikan dan keburukan yang telah dikerjakannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 23) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. (An-Nazi'at: 36) Yaitu neraka ditampakkan, sehingga semua manusia dapat melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.
Adapun orang yang melampaui batas (An-Nazi'at: 37) Maksudnya, membangkang dan berlaku sewenang-wenang. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia (An-Nazi'at: 38) Yakni lebih memprioritaskannya daripada urusan agama dan bekal di akhiratnya. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 39) Maka tempat kembalinya adalah neraka Jahim, dan makanannya adalah buah zaqqum, sedangkan minumannya adalah air yang mendidih lagi sangat panas. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. (An-Nazi'at: 40) Yaitu takut akan hari ia dihadapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan takut akan keputusan Allah terhadap dirinya di hari itu, lalu ia menahan hawa nafsunya dan tidak memperturutkannya serta menundukkannya untuk taat kepada Tuhannya.
maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 41) Yakni sebagai tempat berpulangnya; surga yang luaslah tempat kembalinya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (An-Nazi'at: 42-44) Artinya, pengetahuan tentang waktunya bukan dikembalikan kepadamu dan bukan pula kepada seseorang makhluk, melainkan pengetahuan mengenainya hanyalah ada di tangan Allah subhanahu wa ta’ala Dialah Yang mengetahui waktunya dengan tepat. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah. (Al-A'raf: 187) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (An-Nazi'at: 44) Karena itulah ketika Jibril a.s.
bertanya kepada Rasulullah ﷺ, maka beliau ﷺ menjawabnya dengan perkataan: ". Tidaklah orang yang ditanya mengenai waktu kedatangannya lebih mengetahui daripada orang yang menanyakannya. Firman Allah ﷺ: Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit). (An-Nazi'at: 45) Yakni sesungguhnya Aku mengutusmu Muhammad hanyalah agar engkau memberi peringatan kepada manusia dan memperingatkan mereka akan pembalasan dan azab Allah. Maka barang siapa yang takut kepada Allah dan takut akan kedudukan Allah dan ancaman-Nya, niscaya ia mengikutimu dan beruntunglah dia serta beroleh kemenanganlah dia.
Dan kerugian serta kekecewaan pasti akan menimpa orang-orang yang menentang dan mendustakanmu. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46) Yaitu apabila mereka dibangkitkan dari kuburnya masing-masing, lalu digiring ke padang mahsyar, maka saat itulah mereka merasa amat pendek dan singkatnya masa tinggal mereka di dunia, sehingga seakan-akan menurut mereka hanya tinggal selama suatu pagi atau suatu sore hari saja.
Juwaibir telah meriwayatkan dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46) Bahwa yang dimaksud dengan sore hari ialah jarak waktu mulai dari lohor sampai dengan terbenamnya matahari. Sedangkan yang dimaksud dengan pagi hari ialah jarak waktu antara terbitnya matahari sampai dengan pertengahan siang hari. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa ini menggambarkan tentang masa tinggal di dunia menurut pandangan manusia ketika mereka menyaksikan dengan nyata alam akhirat."
Hari kiamat itu penuh dengan huru-hara yang membuat manusia sangat tercengang. Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu, mereka merasa seakan-akan hanya sebentar saja tinggal di dunia, hidup di dunia seakan hanya pada waktu sore atau pagi hari. 1. Jika bagian akhir Surah an-N'zi''t menjelaskan tugas Nabi sebagai pemberi peringatan tentang hari kiamat, maka pada permulaan Surah 'Abasa Allah menyebutkan siapa yang akan mendapatkan manfaat dari peringatan tersebut.
Disebutkan bahwa seorang pria buta bernama 'Abdull'h bin Ummi Makt'm, anak paman Khad'jah, menghadap Nabi untuk meminta petunjuk. Ketika itu Nabi tengah berdakwah kepada para pemuka Quraisy. Nabi kurang berkenan dengan kedatangannya. Muka Nabi menjadi masam. Atas perilaku tersebut Allah menegurnya dengan halus. Teguran ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an bukanlah perkataan Nabi melainkan kal'mullah. Dengan teguran itu Allah menghendaki agar Nabi Muhammad melakukan hal yang lebih utama, yaitu memperhatikan orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran
dan berpegang teguh dengan Islam.
Dia, Nabi Muhammad, berwajah masam karena kedatangan Ibnu Ummi Makt'm, dan berpaling darinya untuk melanjutkan pembicaraan dengan pemuka Quraisy.
Pada hari menyaksikan hari kebangkitan dan merasakan huru-haranya, mereka merasa seolah-olah tinggal di dunia hanya sementara saja, seperti sepenggal pagi atau sepenggal sore pada masa-masa yang lalu itu. Kehidupan manusia di dunia ini memang hanya sebentar saja, sebagaimana firman Allah:
Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. (al-Ahqaf/46: 35).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
HAL-IHWAL HARI KIAMAT
Ayat 34
“Maka apabila lelah datang malapetaka yang besar, itu." (ayat 34)
Yaitu Hari Kiamat dan Hari Perhitungan (hisab).
Ayat 35
“Di hari yang akan teringat manusia kepada apa yang telah diusahakannya." (ayat 35)
Teringatlah manusia kembali pada hari itu segala pekerjaan yang telah diusahakannya selama hidupnya di dalam dunia dahulu. Tidak suatu jua pun yang terlupa. Memendam perasaan bersalah bisa jadi penyakit dalam jiwa. Sedangkan masih di dunia saat mengingat ke zaman lampau, itu juga memberatkan hati, apalagi kelak di Hari Akhirat.
Ayat 36
“Dan dipertunjukkan neraka kepada siapa yang melihat." (ayat 36)
Bertambah teringat dosa yang lalu bertambah jelas neraka di muka penglihatan mata. Kengerian menyebabkan penglihatan lekat ke sana saja.
Ayat 37
“Maka orang-orang yang telah melanggar batas." (ayat 37)
Artinya telah dilampauinya segala batas yang ditentukan oleh Allah. Tidak dipedulikannya lagi mana yang terlarang dan mana yang boleh dilakukan. Batas-batas itu dirompaknya semua karena dorongan nafsu.
Ayat 38
“Dan lebih mementingkan kehidupan dunia." (ayat 38)
Tidak diingatnya lagi bahwa hidup di dunia ini hanyalah buat sementara.
Ayat 39
“Maka sesungguhnya neraka Jahim-tah tempatnya kembali." (ayat 39)
Ayat 40
“Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya."
Dia takut akan maqam atau kedudukan Tuhannya, sebab dia tahu bahwa Allah itu Mahakuasa menjatuhkan adzab kepada siapa yang durhaka, sehingga dikerjakannyalah perintah Allah, dihentikannya larangan-Nya, dilatih dirinya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah dan khusyu,
“Dan (dapat) mencegah dirinya dari pengaruh hawa nafsu." (ujung ayat 40)
Sehingga dia dapat mengendalikan diri dengan baik,
Ayat 41
“Maka sesungguhnya surga, itulah tempatnya kembali." (ayat 41)
***
Ayat 42
“Mereka akan bertanya kepada engkau tentang Kiamat itu, ‘Bilakah akan terjadinya?'" (ayat 42)
Tentu saja Nabi Muhammad ﷺ tidak akan dapat menjawab pertanyaan seperti itu;
Ayat 43
“Mengapa (pula) engkau yang akan menyebutkan itu?" (ayat 43)
Padahal itu bukanlah urusan engkau? Itu adalah semata-mata urusan di Tangan Allah (lihat surah Luqmaan, ayat 34). Maka kalau itu yang mereka tanyakan kepada engkau, katakan terus-terang kepada mereka bahwa yang menentukan datangnya Hari Kiamat adalah urusan Allah.
Ayat 44
“Kepada Tuhan engkaulah kesudahannya." (ayat 44)
Ayat 45
“Engkau tidak lain hanyalah pemberi ancaman kepada siapa yang menakutinya." (ayat 45)
Kewajiban engkau sebagai utusan Allah hanyalah menyampaikan kepada mereka itu berita yang berisi kabar yang menakutkan, yang mengerikan, tentang adzab siksaan yang akan diterima di Hari Kiamat oleh siapa yang tidak mau menuruti jalan lurus dan mulia.
Ayat 46
“Seolah-olah mereka, pada hari mereka melihatnya."
Yaitu pada hari berkumpul di Padang Mahsyar itu kelak.
“Merasa tidaklah berdiam di dunia ini melainkan satu malam saja, atau satu siangnya." (ujung ayat 46)
Artinya setelah melihat hebat dan ngerinya hari itu; melihat hebat dan ngerinya nyala api neraka yang terbentang di hadapan mata; dan betapa pula penelitian dosa dan pahala yang tengah dilakukan; terasalah bahwa hidup yang pernah dilalui dahulu itu, semasa di dunia, hanya sebentar saja; hanya seperti semalam atau sesiang saja. Habislah hari yang satu malam atau satu siang itu, maka maut pun datang. Tertidurlah diri di kubur kelam; kemudian datang panggilan Mahsyar. Bermiliar-miliar manusia tengah diperiksa. Dan entah berapa juta pula malaikat yang dikerahkan Allah melakukan pemeriksaan, sehingga ada hadits Rasulullah bahwa manusia di waktu itu laksana terbenam dalam keringat karena berdesaknya insan menunggu keputusan. Lama sekali rasanya waktu yang ditunggu apabila hati kita dalam cemas. Dan cepat sekali rasanya waktu yang telah dilalui dibandingkan dengan apa yang dihadapi. Ya Tuhanku! Hanya kepada Engkau jua kami berlindung dari murka-Mu.