Ayat
Terjemahan Per Kata
فَٱلسَّـٰبِقَٰتِ
dan yang mendahului
سَبۡقٗا
dengan kencang
فَٱلسَّـٰبِقَٰتِ
dan yang mendahului
سَبۡقٗا
dengan kencang
Terjemahan
(malaikat) yang bergegas (melaksanakan perintah Allah) dengan cepat,
Tafsir
(Dan demi yang mendahului dengan kencang) yaitu malaikat-malaikat yang mendahului dengan kencang membawa arwah orang-orang yang beriman ke surga.
Tafsir Surat An-Nazi'at: 1-14
Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut nyawa dengan lemah lembut, dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia). (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu sangat takut, pandangannya tunduk. (Orang-orang kafir) berkata, 'Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula. Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat? Mereka berkata, "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Masruq, Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh, dan Abud Dulia serta As-Suddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras. (An-Nazi'at: 1) Yakni para malaikat saat mencabut arwah Bani Adam. Maka di antara mereka ada yang mencabut rohnya dengan sulit, akhirnya ia'mencabutnya dengan paksa; dan di antara mereka ada yang mencabutnya dengan mudah seakan-akan melolos sesuatu yang mudah, dan inilah yang dimaksud oleh firman-Nya: dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut. (An-Nazi'at: 2)Demikianlah menurut Ibnu Abbas. Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna an-nazi'at, bahwa yang dimaksud adalah arwah orang-orang kafir yang dicabut dengan paksa, kemudian dibenamkan di dalam neraka; demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras. (An-Nazi'at: 1)Bahwa makna yang dimaksud ialah kematian. Al-Hasan Al-Basri mengatakan juga Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya.: Demi (malaikat-malaikat) yog mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut. (An-Nazi'at: 1-2) Bahwa makna yang dimaksud ialah bintang-bintang. ‘Atha’ ibnu Abu Rabah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "An-Nazi'at" dan "an-nasyitat" bahwa makna yang dimaksud ialah busur yang dipakai dalam peperangan. Tetapi pendapat yang shahih adalah yang pertama dan dikatakan oleh kebanyakan ulama. Adapun mengenai firman-Nya: dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat. (An-Nazi'at: 3) Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah para malaikat.
Telah diriwayatkan pula dari Ali, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh hal yang semisal. Dan telah diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat. (An-Nazi'at: 3) Yakni maut alias kematian, Qatadah mengatakan bintang-bintang, ‘Atha’ ibnu Abu Rabah mengatakan perahu (kapal-kapal laut). Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang. (An-Nazi'at: 4) Telah diriwayatkan dari Ali, Masruq, Mujahid, dan Abu Saleh serta Al-Hasan Al-Basri, bahwa makna yang dimaksud ialah para malaikat; Al-Hasan mengatakan bahwa para malaikat lebih dahulu beriman dan membenarkan Allah subhanahu wa ta’ala Diriwayatkan dari Mujahid, bahwa makna yang dimaksud ialah kematian; Qatadah mengatakan bintang-bintang, sedangkan ‘Atha’ mengatakan kuda yang dipakai untuk berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan dunia. (An-Nazi'at: 5) Mujahid, ‘Atha’, Abu Saleh, Al-Hasan, Qatadah, Ar-Rabi ibnu Anas, dan As-Suddi mengatakan para malaikat.
Al-Hasan menambahkan, yaitu para malaikat yang mengatur urusan dunia dari langit, yakni dengan perintah dari Tuhannya, dan mereka tidak membuat-buatnya dalam urusan ini. Tetapi sikap Ibnu Jarir tidak memutuskan dengan salah satu dari pendapat-pendapat yang telah disebutkan di atas, melainkan hanya dia meriwayatkan sehubungan dengan makna mudabbirati amran, bahwa makna yang dimaksud adalah para malaikat.
Kemudian ia tidak menguatkan pendapat ini dan tidak pula menyanggahnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. (An-Nazi'at: 6-7) Ibnu Abbas mengatakan bahwa keduanya adalah tiupan sangkakala, yaitu tiupan yang pertama dan tiupan yang kedua. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Adh-Dhahhak serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Telah diriwayatkan dari Mujahid bahwa adapun tiupan yang pertama disebutkan oleh firman-Nya: (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam. (An-Nazi'at: 6) Maka semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Pada hari bumi dan gunung-gunung berguncangan. (Al-Muzzammil: 14) Sedangkan tiupan yang kedua dinamakan radifah, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. (Al-Haqqah: 14) ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari AbutTufail ibnu Ubay Ka'b, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiupan pertama yang mengguncangkan dilakukan, lalu diiringi dengan tiupan yang kedua, maka datanglah maut berikut segala sesuatunya.
Maka seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu jika aku jadikan semua salawatku untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Kalau begitu, Allah akan menghindarkanmu dari semua kesusahan dunia dan akhiratmu. Imam At-Tirmidzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Sufyan Ats-Tsauri berikut dengan sanad yang sama. Lafal Imam At-Tirmidzi dan Ibnu Abu Hatim menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ apabila telah berlalu dua pertiga malam, beliau berdiri, lalu bersabda: Wahai manusia, ingallah kepada Allah, tiupan pertama yang mengguncangkan (akan) datang yang diiringi dengan tiupan yang kedua, maka datanglah maut berikut segala sesuatunya.
Firman Allah Swt: Hati manusia pada waktu itu sangat takut. (An-Nazi'at: 8) Ibnu Abbas mengatakan bahwa wajifah artinya takut. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah. pandangannya tunduk. (An-Nazi'at: 9) Yakni pandangan mata orang-orang yang mengalaminya tunduk. Sesungguhnya kata kerja di sini dikaitkan dengan pandangan mata, mengingat ia menunjukkan gejala kejiwaan yang dialami oleh pelakunya. Makna yang dimaksud ialah mereka tampak hina dan rendah karena menyaksikan huru-hara yang mengerikan lagi sangat menakutkan di hari (kiamat) itu.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Orang-orang kafir) berkata, "Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula? (An-Nazi'at: 10) Yaitu orang-orang musyrik Quraisy dan orang-orang yang sependapat dengan mereka yang mengingkari adanya hari berbangkit dan tidak percaya bahwa mereka akan dihidupkan kembali sesudah mereka dimasukkan ke dalam Liang kuburnya. Demikianlah menurut Mujahid. Mereka tidak percaya bahwa mereka akan dihidupkan kembali, padahal tubuh mereka telah hancur dan tulang belulang mereka sudah berantakan.
Karena itulah mereka mengatakan, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat? (An-Nazi'at: 11) Qiraat lain ada yang membacanya "naakhirah". Ibnu Abbas, Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sudah lapuk. Menurut Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah tulang yang lapuk dan rapuh serta angin dapat masuk ke dalam rongga-rongganya. Mereka berkata, "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. (An-Nazi'at: 12) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abu Malik, As-Suddi, dan Qatadah, bahwa yang dimaksud dengan al-hafirah ialah kehidupan sesudah mati.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-hafirah ialah neraka, dan betapa banyaknya nama neraka itu; neraka disebut pula dengan nama Jahim, Saqar, Jahanam, Hawiyah, Hafirah, Laza, dan Hutamah. Adapun mengenai ucapan mereka yang disebutkan oleh firman-Nya: Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. (An-Nazi'at: 12) Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa orang-orang musyrik Quraisy mengatakan, "Sesungguhnya jika Allah menghidupkan kami kembali sesudah kami mati, berarti kami benar-benar merugi." Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14) Yakni sesungguhnya kebangkitan itu hanyalah merupakan suatu perintah dari Allah yang tidak perlu ada pengulangan atau pengukuhan.
Maka begitu Allah memerintahkannya, dengan serta merta semua manusia hidup kembali dan berdiri serta melihat. Allah tinggal memerintahkan kepada Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala, maka ditiuplah olehnya tiupan berbangkit (untuk menghidupkan semua makhluk), lalu dengan tiba-tiba seketika itu juga semua orang yang terdahulu dan yang terkemudian hidup kembali berdiri di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala seraya melihat. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah subhanahu wa ta’ala: yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52) Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 50) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). (An-Nahl: 77) Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja. (An-Nazi'at: 13) Yakni sekali teriakan.
Ibrahim At-Taimi mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala sangat murka terhadap makhluk-Nya saat Dia menghidupkan mereka kembali. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah teriakan kemurkaan. Abu Malik dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa makna zajratun wahidah ialah tiupan yang terakhir. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 14) Ibnu Abbas mengatakan bahwa as-sahirah artinya bumi seluruhnya. Hal yang sama dikatakan oleh Said ibnu Jubair, Qatadah, dan Abu Saleh.
Ikrimah, Al-Hasan, Adh-Dhahhak, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa as-sahirah artinya permukaan bumi. Mujahid mengatakan bahwa pada mulanya mereka berada di perut bumi lalu dikeluarkan di pemiukaannya. Mujahid mengatakan pula bahwa as-sahirah artinya tempat yang datar lagi rata. Ats-Tsauri mengatakan, as-sahirah artinya negeri Syam. Usman ibnu Abul Atikah mengatakan bahwa as-sahirah artinya tanah Baitul Maqdis, Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa as-sahirah adalah sebuah gunung yang berada di sebelah Baitul Maqdis.
Qatadah mengatakan bahwa as-sahirah artinya Jahanam. Semua pendapat tersebut gharib, tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa as-sahirah artinya permukaan bumi. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Husain, telah menceritakan kepada kami Hirzu ibnul Mubarak seorang syekh yang saleh, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnus Sirri, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnu Sabit, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd As-Sa'idi sehubungan dengan firman-Nya: maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 14) Bahwa yang dimaksud adalah bumi yang berwarna putih tanahnya seperti adonan roti yang bersih.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 14) Yang dimaksud dengan bumi di sini adalah seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semua (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (Ibrahim: 48) Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi. (Thaha: 105-107) Dan firman Allah Swt: Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar. (Al-Kahfi:47) Bumi yang tadinya menjadi tempat gunung-gunung ditampakkan menjadi tanah yang datar.
Bumi tersebut bukanlah seperti bumi kita sekarang, melainkan bumi lain yang belum pernah dikerjakan suatu dosa pun di atas permukaannya dan belum pernah dialirkan setetes darah pun padanya."
1-5. Allah memulai surah ini dengan sumpah demi malaikat yang diberiNya tugas berat. Di antara tujuannya adalah agar manusia menghayati peran-peran tersebut dalam kehidupan. Demi malaikat yang mencabut nyawa kaum kafir dengan keras dan kasar sebagai tanda kegeraman para malaikat itu terhadap mereka. Demi malaikat yang mencabut nyawa orang mukmin dengan halus dan lemah lembut sebagai tanda simpati para malaikat itu kepada mereka. Malaikat mencabut nyawa mereka sambil berkata, 'Wahai jiwa yang tenang, kembalilah ke Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. ' Demi malaikat yang turun dari langit dengan cepat untuk melaksanakan tugas dari Allah sembari selalu bertasbih menyucikan Allah dan mengagungkanNya sepanjang waktu, dan demi malaikat yang mendahului yang lain dengan kencang, cepat, dan cekatan untuk melakukan tugas-tugasnya tanpa mengulur waktu, dan demi malaikat yang mengatur urusan dunia, seperti pengisaran angin, turunnya hujan, dan sebagainya sesuai perintah Allah. 1-5. Allah memulai surah ini dengan sumpah demi malaikat yang diberiNya tugas berat. Di antara tujuannya adalah agar manusia menghayati peran-peran tersebut dalam kehidupan. Demi malaikat yang mencabut nyawa kaum kafir dengan keras dan kasar sebagai tanda kegeraman para malaikat itu terhadap mereka. Demi malaikat yang mencabut nyawa orang mukmin dengan halus dan lemah lembut sebagai tanda simpati para malaikat itu kepada mereka. Malaikat mencabut nyawa mereka sambil berkata, 'Wahai jiwa yang tenang, kembalilah ke Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. ' Demi malaikat yang turun dari langit dengan cepat untuk melaksanakan tugas dari Allah sembari selalu bertasbih menyucikan Allah dan mengagungkanNya sepanjang waktu, dan demi malaikat yang mendahului yang lain dengan kencang, cepat, dan cekatan untuk melakukan tugas-tugasnya tanpa mengulur waktu, dan demi malaikat yang mengatur urusan dunia, seperti pengisaran angin, turunnya hujan, dan sebagainya sesuai perintah Allah.
Pada ayat-ayat ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah terhadap beberapa malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan keras dan juga kepada para malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan lemah-lembut. Hal ini dalam rangka menegaskan adanya hari kebangkitan yang diingkari orang-orang musyrik. Ayat-ayat selanjutnya yang juga dalam bentuk kalimat-kalimat sumpah kepada para malaikat yang turun dari langit dengan cepat sambil membawa perintah Allah. Bahkan Allah bersumpah kepada para malaikat yang mendahului malaikat yang lain dengan kencang, serta para malaikat yang mengatur dunia.
Firman-firman dalam bentuk sumpah ini banyak terdapat pada surah-surah Makkiyyah karena banyak orang-orang musyrik menolak dan mengingkari hari kebangkitan, seperti pada Surah as-saffat/37: 1-4:
Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan peringatan, sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa. (as-saffat/37: 1-4)
Adapun jawab qasam (isi dari sumpah) pada awal Surah an-Nazi'at ini terdapat dalam ayat 6, yaitu sungguh pada saat alam berguncang ketika tiupan sangkakala pertama, semuanya rusak dan hancur.
Tiupan sangkakala yang pertama itu kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang membangkitkan manusia dari kuburnya. Inilah hari Kiamat dalam arti yang sebenarnya.
Ayat-ayat permulaan pada Surah an-Nazi'at ini oleh jumhur mufasir dipahami sebagai sumpah-sumpah kepada para malaikat. Akan tetapi, ada mufasir lain, seperti Ahmad Musthafa al-Maragi, yang memahami sumpah ini bukan kepada para malaikat, tetapi kepada bintang-bintang yang beredar menurut aturan tertentu, seperti matahari, bulan, dan planet-planet yang lain. Dalam tafsir al-MarAgi, ayat-ayat ini dipahami sebagai bintang-bintang yang sigap dan cepat jalannya, cahaya-cahaya yang keluar dari bintang ke bintang, dan bintang-bintang yang jalannya cepat dari bintang-bintang yang lain.
Adapun tentang pemahaman jawab qasam-nya sama dengan pendapat jumhur mufasir.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AN-NAZI'AAT
Nazi aat
(YANG MENCABUT)
SURAH KE-79, 46 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -46)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
Ayat 1
“Demi yang mencabut cepat." (ayat 1)
Perkataan-perkataan yang dalam dan tangkas ini ditafsirkan oleh berbagai ahli-ahli tafsir. Jangankan tafsir-tafsir lama, sedangkan tafsir Indonesia yang dikarang di zaman kita ini pun berbeda menafsirkannya, menurut pilihan para ahli masing-masing, sesuai paham yang diyakini.
1. A. Hassan dalam al-Furqan mengartikan ayat-ayat ini ialah tentang keadaan bintang-bintang di langit. Sebab itu ayat yang pertama beliau artikan, “Perhatikanlah (bintang-bintang) yang beralih dengan cepat." (al-Furqan, hlm. 1176).
2. H. Zainuddin Hamidi dan Fakhruddin Hs. mengartikannya, “Demi (perhatikan) yang mencabut dengan keras." (Tafsir Al-Qur'an, hlm. 887).
3. Panitia Kementerian Agama dalam Al-Qur'an dan Terjemahannya mengartikan ayat pertama, “Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut nyawa dengan keras." (Al-Qur'an dan Terjemahannya, him. 1019).
4. Al-Qasimi mengatakan dalam tafsirnya (jilid 17, 60443), arti ayat pertama itu ialah Tentara-tentara penyerbu negeri musuh (ghu-zaat) atau tangan mereka.
5. Al-Qasimi menyalinkan pula penafsiran ad-Darimi, “Pahlawan menyerbu negeri musuh dengan mencabut anak panah dan melayanglah anak panah itu dari busurnya dengan cepat sekali."
6. Menurut Ibnu Katsir, “Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas (keduanya sahabat Rasulullah ﷺ), Masruq, Said bin Jubair, Abu Saleh, Abudh-Dhuha dan as-Suddi menafsirkan bahwa yang dimaksud di ayat ini ialah malaikat-malaikat pencabut nyawa anak Adam jika datang waktunya.
Al-Qasimi mengakui perbedaan tafsir-tafsir itu, lalu beliau berkata, “Lafazh-lafazh yang mulia itu amat luas meliputi segala makna, dengan tak usah ada pertentangan. Tidaklah mungkin dipastikan satu tafsir saja, karena tidak ada hukum untuk memutuskan." Ibnu Jarir berkata dalam tafsirnya, “Yang benar di sisiku ialah bahwa Allah Ta'aala telah bersumpah dengan banyak hal yang dapat mencabut cepat lalu tenggelam, dan Dia tidak menentukan pencabutan yang mana dan tenggelam yang mana. Sebab itu segala hal yang bisa mencabut cepat dan menenggelamkan, masuklah ke dalamnya; baik malaikat-malaikat atau bintang-bintang, ataupun panah dicabut dari busurnya lalu melayang dengan cepatnya, tenggelam pada sasaran; ataupun yang lain. Mana yang sifatnya begitu, masuklah di dalamnya." Berdasar kepada jalan luas yang dibuka, dapatlah kita pakai semuanya itu.
Ayat 2
Dan ada yang selalu berpindah dari satu bagian alam kepada bagian alam yang lain, guna membagi-bagikan hujan dan panas dan peredaran musim, sebagai maksud dari
“Dan yang selalu berpindah." (ayat 2)
Ayat 3
Ada yang beredar lekas, sebagai maksud dari
“Dan yang beredar lekas." (ayat 3)
Ayat 4
Yang berganti datang ke dunia menjaga amalan manusia, dan ada yang berlomba laju, sebagai maksud dari
“Maka yang berlomba laju." (ayat 4)
Sehingga sehari dalam perhitungan kecepatan malaikat itu sama dengan 50.000 tahun perhitungan kita manusia (surah al-Ma'aarij, ayat 4) atau sehari hitungan di Hari Akhirat sama dengan 1.000 tahun hitungan kita di sini (surah as-Sajdah, ayat 5).
Ayat 5
Dan ada yang mengatur segala perjalanan itu menurut garis yang ditentukan Allah, sebagai maksud dari
“Maka yang mengatur perintah." (ayat 5)
Ia adalah Malaikat Mikail.
Semuanya ini diambil sebagai sumpah oleh Allah, artinya agar kita perhatikan, guna menambah iman kita. Kalau tafsirnya itu ialah bintang, maka insaflah kita bahwa di atas bumi tempat kita berdiam ini ada lagi bintang-bintang yang lebih besar daripada bumi dan sangat cepat peredarannya; semuanya tunduk kepada ketentuan Allah, dan ada pihak yang diperintah Allah mengaturnya. Kalau yang dimaksud itu ialah malaikat, agar insaflah kita bahwa di samping yang jelas kelihatan di mata ini, ada lagi makhluk-makhluk gaib sebagai tentara Allah, dan tidak seorang pun yang tahu berapa jumlah dan di mana bersembunyi tentara-tentara Allah itu.